Anda di halaman 1dari 9

MAMPU MEMAHAMI MENGENAI HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS

MATA KULIAH
ETIKA BISNIS & PROFESI
CPMK 7

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7
Ida Bagus Ketut Darma Wibawa ( 2102622010332 / 03 )
I Gusti Ayu Listya Putri ( 2102622010343 / 14 )
Putu Agus Arcana Surya ( 2102622010357 / 28 )
Ida Ayu Kade Cintya Mahadewi ( 2002622010423 / 31 )

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2024 / 2025
1.1 Perilaku Etis Dalam Lingkungan Bisnis
Etika dalam sebuah bisnis merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam lingkungan
bisnis dan perlu diterapkan oleh setiap individu ataupun Perusahaan dalam menjalankan
bisnis. Menurut sumber dari Harvard Business Review, seorang ahli dalam bidang etika
bisnis, Joseph L. Badaracco Jr., mengatakan bahwa etika bisnis bukan hanya tentang menjadi
baik, tetapi juga tentang menjadi bijaksana. Dalam lingkungan bisnis kita harus mampu
mengambil Keputusan yang tepat dan tidak hanya berdasarkan pada kepentingan diri sendiri,
tetapi juga harus mempertimbangkan dampak terhadap orang lain dan lingkungan sekitar.
Etika berperan penting dalam membangun reputasi yang baik bagi perusahaan. Perusahaan
yang berkomitmen pada etika bisnis yang tinggi cenderung mendapatkan kepercayaan
pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat secara umum. Etika mencakup integritas,
transparansi, kualitas produk dan layanan, serta perlakuan yang adil terhadap semua pihak
yang terlibat. Dengan mempertahankan reputasi yang baik, perusahaan dapat memperoleh
keunggulan kompetitif, mempertahankan pelanggan setia, dan memenangkan kepercayaan
masyarakat. Berikut prinsip – prinsip etika dalam berbisnis yang dapat membantu Perusahaan
dan individu untuk menjalankan bisnis dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan
beretika :

1. Kejujuran dan Integritas

Prinsip ini menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam melakukan bisnis. Kita
harus selalu berbicara dan bertindak jujur dan menghindari segala bentuk kecurangan atau
manipulasi. Kejujuran dalam berbisnis dapat membantu meningkatkan kepercayaan
pelanggan dan karyawan, serta memperkuat reputasi perusahaan.

2. Tanggung Jawab Sosial

Prinsip ini menekankan pentingnya tanggung jawab sosial dalam menjalankan bisnis. Kita
harus mempertimbangkan dampak bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dengan mempertimbangkan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat membangun hubungan
yang baik dengan masyarakat dan lingkungan sekitar serta membantu menyelesaikan masalah
sosial dan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat.

3. Keadilan dan Kesetaraan

Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan dalam berbisnis. Kita harus
memperlakukan semua pihak dengan adil dan tidak diskriminatif. Dalam bisnis, kesetaraan
dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan menumbuhkan keragaman,
sehingga menghasilkan inovasi dan kreativitas.

4. Menghormati Hak Cipta dan Hak Kekayaan Intelektual


Prinsip ini menekankan pentingnya menghormati hak cipta dan hak kekayaan intelektual
orang lain, termasuk produk, merek, dan paten. Dalam bisnis, melanggar hak cipta atau hak
kekayaan intelektual dapat merugikan pihak lain dan merusak citra perusahaan.

5. Menghargai Privasi dan Kerahasiaan

Prinsip ini menekankan pentingnya menghargai privasi dan kerahasiaan informasi pribadi
atau bisnis orang lain. Dalam bisnis, informasi pribadi atau bisnis orang lain harus dijaga
kerahasiaannya dan tidak digunakan untuk kepentingan pribadi atau bisnis.

6. Menghindari Konflik Kepentingan

Prinsip ini menekankan pentingnya menghindari konflik kepentingan dalam bisnis. Kita
harus menghindari situasi di mana kepentingan pribadi kita bertentangan dengan kepentingan
bisnis atau orang lain. Konflik kepentingan dapat merusak citra perusahaan dan merugikan
pihak lain.

7. Tidak Melakukan Korupsi atau Suap

Prinsip ini menekankan pentingnya tidak melakukan korupsi atau suap dalam bisnis. Kita
harus menghindari segala bentuk suap atau korupsi dalam menjalankan bisnis. Tidak hanya
itu, korupsi atau suap juga dapat merusak reputasi perusahaan dan melanggar aturan hukum
yang berlaku.

8. Menjaga Lingkungan Hidup

Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga lingkungan hidup dalam menjalankan bisnis.
Kita harus mempertimbangkan dampak bisnis terhadap lingkungan dan melakukan tindakan
untuk menjaga lingkungan hidup. Dalam bisnis, perusahaan harus bertanggung jawab
terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan oleh kegiatan bisnisnya dan berusaha untuk
mengurangi dampak tersebut.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam berbisnis, perusahaan dan individu dapat
membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, karyawan, dan masyarakat sekitar serta
meningkatkan reputasi perusahaan. Etika bisnis yang baik juga dapat membantu perusahaan
untuk mencapai tujuan jangka panjang yang berkelanjutan dan memperkuat posisi perusahaan
di pasar.
1.2 Sikap Etis dan Nilai Moral yang Tinggi Dalam Lingkungan Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu pengetahuan tentang tata cara ideal dalam pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal.
Ini merupakan aturan tidak tertulis mengenai cara menjalankan bisnis secara adil, sesuai
dengan hukum yang berlaku dan tidak tergantung pada kedudukan individu atau pun
organisasi di Masyarakat. Dalam perusahaan, etika bisnis dapat membentuk suatu nilai,
norma dan prilaku karyawan serta pimpinan untuk menciptakan suasana hubungan yang adil
dan sehat baik itu dengan sesama rekan kerja maupun konsumen. Dari etika bisnis itulah
secara tidak langsung akan mendorong adanya sikap tanggung jawab dalam menjalankan
bisnis sehingga segala aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Praktik bisnis yang tidak mengikuti aturan dan kewajiban yang sudah menjadi ketentuan
hukum pemerintah atau kelaziman bisnis yang berEtika, bisa berakibat tidak langgengnya
bisnis itu sendiri. Selain pelanggaran etika, ketidaksuksesan sebuah bisnis juga dapat
disebabkan oleh sangsi formal, di dalam bisnis juga akan berakibat pada runtuhnya reputasi
atau kepercayaan, baik secara eksternal maupun internal perusahaan.
Perilaku bisnis yang tidak beretika ini secara eksternal akan menjatuhkan kredibilitas
perusahaan. Dalam jangka panjang tentu akan berakibat lanjut pada kekhawatiran rekanan
bisnis terhadap kemungkinan akan terseret dalam kasus hukum atau dirugikan secara
ekonomi dan secara internal, akan terjadi hilangnya rasa hormat (respect) dari karyawan
terhadap atasan (eksekutif). Akibatnya ethos kerja karyawan menurun karena ketidak-hadiran
panutan beretika dari pimpinan. Butuh waktu dan biaya besar untuk memulihkan kepercayaan
publik dan karyawan terhadap perbaikan kualitas etika bisnis perusahaan Yang tidak lain
merupakan bagian dari profesionalitas dan kepedulian sosial perusahaan, serta landasan yang
tidak untuk ditawar, apalagi ditinggalkan, namun untuk dijalankan.
Etika bisnis adalah hal yang memiliki kaitan erat dengan nilai moral dalam masyarakat
sebagai landasan tiap perbuatan dan tindakan. Dengan dilaksanakannya etika bisnis pada
seluruh pihak internal di perusahaan, maka akan tercipta perilaku yang menjunjung tinggi
nilai moral. Dengan hal ini, akan terjalin hubungan yang baik antar karyawan dalam
perusahaan. Hal ini pun akan berdampak pada kelancaran proses operasional bisnis.

1.3 Menerapkan Perilaku Etis serta Nilai – nilai Moral dalam Masyarakat
Etika bisnis merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bisnis. Pengertian etika bisnis
yaitu seperangkat nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku dalam
lingkungan bisnis. Etika bisnis memastikan bahwa perusahaan dan individu yang terlibat
dalam bisnis berperilaku dengan jujur, adil, dan bertanggung jawab terhadap pelanggan,
karyawan, investor, dan masyarakat umum. Penerapan etika bisnis dapat membawa manfaat
yang besar bagi Perusahaan:

1. Perusahaan yang menerapkan etika bisnis yang baik dapat membangun reputasi yang
baik dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Ini akan membantu perusahaan untuk
mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan menarik pelanggan baru.
2. Penerapan etika bisnis juga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan yang mengikuti praktik bisnis yang baik dan etis cenderung mengalami
pertumbuhan yang stabil dan memiliki karyawan yang lebih produktif. Hal ini dapat
menghasilkan laba yang lebih besar dan memberikan keuntungan yang lebih baik bagi
pemegang saham.
3. Penerapan etika bisnis juga dapat membantu perusahaan untuk menghindari masalah
hukum dan reputasi. Perusahaan yang melanggar etika bisnis dapat menghadapi
tuntutan hukum dan kerugian finansial yang besar. Selain itu, perusahaan yang
memiliki reputasi buruk dapat kehilangan pelanggan, karyawan, dan investor.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian
terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah ajaran tentang
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain yang
meliputi akhlak budi pekerti; dan susila. Moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-
nilai dan sikap seseorang atau suatu kelompok masyarakat yang terungkap dalam sikap
perbuatan lahiriah merupakan ungkapan sepenuh hati karena Ia sadar akan kewajiban dan
tanggung jawabnya.

Antara etika dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, karena antara etika dan moral
memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk
menentukan baik atau buruk dari suatu perbuatan. Namun demikian dalam hal tertentu etika
dan moral memiliki perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan moral adalah
untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang
berlaku di masyarakat. Etika dan moral pada dasarnya memiliki kesamaan makna, namun
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai untuk perbuatan yang
sedang di nilai, sedangkan etika di pakai untuk system nilai yang ada.

1.4 Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis

Pengambilan keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu
masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan,
seperti : tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah
lain) dan tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif
ataupun tidak kontradiktif). Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada
dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan
dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak
hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu
pada prinsip-prinsip berikut ini:

1) Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya
upah tersebut tidak layak untuk hidup.

2) Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.
3) Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
4) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna
namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana
memperlakukan tiap orang dengan sejajar.

1.4.1 Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis

Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka ini
menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan yang
dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. keadilan yang terlibat,
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.
Pertimbangan Pembuatan Keputusan Etis (EDM) : Landasan Filosofis

Pertimbangan EDM Teori Filosofi


Kekayaan atau kesejahteraan Konsekuensialisme, utilitarianisme,
Menghormati hak para pemangku teologi
kepentingan Deontologi (hak dan kewajiban)
Kesetaraan diantara para pemangku Imperatif kategoris kant, keadilan
kepentingan yang tidak memihak

Harapan untuk sifat karakter, kebajikan Kebajikan

Isu Tertentu Terkait dengan EDM Relativisme, subjektivisme


Perilaku yang berbeda dalam budaya yang
berbeda (suap) Deontologi, subjektivisme, egoisme
Konflik kepentingan, dan batas-batas untuk
perilaku mementingkan diri sendiri

 Pendekatan Filosofi
1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata
lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan
lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan
utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat
parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk menganalisis
keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk
mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah
besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan
hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain,
tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar
daripada konsekunsi negatifnya.
2) Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh
pengambil keputusan. Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan
membuat orang tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika kebajikan
berfokus pada karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat,
seperti masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan
tindakan etis.
Kesimpulan

Etika berperan penting dalam membangun reputasi yang baik bagi perusahaan. Perusahaan
yang berkomitmen pada etika bisnis yang tinggi cenderung mendapatkan kepercayaan
pelanggan, mitra bisnis, dan masyarakat secara umum. Dalam perusahaan, etika bisnis dapat
membentuk suatu nilai, norma dan prilaku karyawan serta pimpinan untuk menciptakan
suasana hubungan yang adil dan sehat baik itu dengan sesama rekan kerja maupun konsumen.
Dari etika bisnis itulah secara tidak langsung akan mendorong adanya sikap tanggung jawab
dalam menjalankan bisnis sehingga segala aktivitas bisnis dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Antara etika dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat, karena antara etika
dan moral memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia
untuk menentukan baik atau buruk dari suatu perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai