Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika pada dasarnya adalah standar atau moral yang menyangkut benar-

salah, baik-buruk. Dalam kerangka konsep etika bisnis terdapat pengertian

tentang etika perusahaan,etika kerja dan etika perorangan yang menyangkut

hubungan-hubungan sosial antara perusahaan, karyawan dan lingkungannya.

Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan dengan karyawan sebagai

satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja terkait antara perusahaan dengan

karyawannya, dan etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.

Perilaku etis yang telah berkembang dalam perusahaan menimbulkan

situasi saling percaya antara perusahaan dan stakeholders, yang memungkinkan

perusahaan meningkatkan keuntungan jangka panjang. Perilaku etis akan

mencegah pelanggan, pegawai dan pemasok bertindak oportunis serta tumbuhnya

saling percaya. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap

pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat

nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong

terciptanya perilaku, dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya perilaku

yang tidak etis. Banyak pemimpin organisasi dan perusahaan yang beranggapan

bahwa permasalahan etika adalah permasalahan individual. Setiap individu

bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang tidak beretika mereka

lakukan, sementara itu organisasi tidak dapat berbuat apa-apa untuk

mempengaruhi etika seseorang.

PPAK-UMI

1
Sears, Roebuck & Company pada tahun 1992, pada saat itu perusahaan

tersebut dibanjiri oleh komplain atas bisnis layanan otomotif. Pelanggan dan

pengacara dari 40 negara bagian di Amerika serikat menuduh perusahaan telah

menyesatkan pelanggan dengan menjual suku cadang yang belum perlu diganti.

Hal ini terjadi bukan karena penurunan moral pada pegawai perusahaan. Peristiwa

ini juga terjadi bukan disengaja oleh manajemen. Namun terdapat beberapa faktor

di dalam organisasi yang menciptakan situasi tersebut. Dengan tekanan dan

insentif yang baru, sementara mereka pada dasarnya tidak memiliki peluang untuk

meningkatkan penjualan. Tanpa dukungan aktif dari manajemen untuk praktik

beretika dan ketiadaan mekanisme untuk mendeteksi dan memeriksa penjualan

yang meragukan dan hasil pekerjaan yang buruk, pegawai akan bertindak sesuai

dengan tekanan yang dihadapi. Karena hal itu yang menjadi prioritas mereka.

Memahami etika perusahaan sebagai ilmu tidaklah sulit, namun

menerimanya sebagai suatu nilai dan kemudian mengimplementasikannya dalam

pekerjaan sehari-hari merupakan suatu yang tidak mudah. Iklim etika dalam suatu

perusahan dipengaruhi oleh adanya interaksi beberapa faktor yakni faktor

kepentingan diri sendiri, keuntungan perusahaan, pelaksanaan efisiensi dan

kepentingan kelompok. Penciptaan iklim etika mutlak diperlukan, meskipun

memerlukan waktu, biaya dan ketekunan manajemen. Dalam iklim etika,

kepentingan stakeholders terakomodasi secara baik karena dilandasi saling

percaya.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menyusun makalah dengan

judul Iklim Etika dan Organisasi Berintegritas.

PPAK-UMI

2
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yakni;

1. Bagaimana mengelola organisasi yang berintegritas (managing for

organizational integrity)?

2. Bagaimana menciptakan struktur korporasi yang beretika (creating ethical

corporate structure)?

PPAK-UMI

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengelola organisasi yang berintegritas (managing for organizational integrity).

Etika dipengaruhi oleh manajemen. Sangat jarang kecacatan karakter satu orang

bisa mewakili kelakuan buruk perusahaan. Lebih jauh lagi, praktik bisnis yang tidak etis

melibatkan kerja sama dari orang lain dan mencerminkan nilai, sikap dan keyakinan

budaya organisasi tersebut. Manajer yang gagal menyediakan kepemimpinan dan sistem

yang memfasilitasi tingkah laku etis berbagai Tanggung jawab dengan mereka yang

mengambil untung dari kelakuan buruk korporat. Pendekatan berdasarkan integritas

terhadap manajemen etika menggabungkan perhatian untuk hukum dengan penekanan

pada tanggung jawab manajerial untuk tingkah laku etis. Saat terintegrasi ke dalam

operasi keseharian dari suatu organisasi, strategi tersebut dapat membantu mencegah

kemerosotan etka saat bersentuhan dengan impuls manusia untuk kelakuan moral.

Suatu organisasi dapat mempengaruhi seseorang, sebagai contoh bagaimana

organisasi membentuk perilaku individu yakni apa yang terjadi pada Sears, Roebuck &

Company tahun 1992, Sears, Roebuck & Company kebanjiran complain terkait jasa

layanan otomotifnya. Konsumen dan pengacara di lebih dari 40 negara bagian menuduh

perusahaan menjual kepada mereka spare part yang tidak dibutuhkan. Sejalan dengan

menurunnya pendapatan dan pangsa pasar, dan bertambahnya kompetisi pasar untuk jasa

otomotif, manajemen Sears mencoba untuk memacu kinerjanya dengan memperkenalkan

tujuan dan insentif baru untuk para karyawan. Perusahaan menambah kuota kerja

minimum dan mengadakan insentif produktvitas untuk para mekanik. Para penasihat jasa

otomotif diberikan insentif penjualan untuk beberapa produk spesifik. Menurut para

PPAK-UMI

4
penasihat, kegagalan untuk memenuhi kuota penjualan dapat berdampak pada transfer

atau pengurangan jam kerja. Tekanan ini membuat para karyawan pada akhirnya tidak

bisa membedakan garis batas antara layanan yang memang dibutuhkan dengan yang

tidak.

Batasan Program Compliance.

Seorang pegawai yang melanggar hukum berisiko menghadapi kasus hukum

berdampak pada konsekuensi biaya yang signifikan dan kehilangan nama baik serta

kepercayaan pelanggan pada perusahaan mereka. Risiko ini membuat banyak perusahaan

menyadari pentingnya etika orgnaisasi dan kemudian mengembangkan etika organisasi

yang mampu mendeteksi dan mencegah pelanggaran hukum. Hal ini sesuai dengan

himbauan pemerintah Amerika agar perusahaan menerapkan program compliance yang

menekankan pada pencegahan tindakan hukuman bagi pelanggar, melalui peningkatan

pemantauan standar dan prosedur serta dengan memberikan hukuman bagi para

pelanggar, antara lain:

a) Seorang manajer harus mengembangkan standar dan prosedur.

b) Menugaskan pegawai-pegawai yang memiliki jabatan tinggi untuk mengawasi

kepatuhan terhadap standar dan prosedur.

c) Menghindari pendelegasian wewenang kepada orang-orang yang berpotensi

untuk melakukan pelanggaran.

d) Mengkomunikasikan standar dan prosedur melalui pelatihan dan publikasi.

e) Melakukan audit kepatuhan, proses pemantauan, sistem whistleblowing dimana

pegawai dapat melaporkan tindakan melawan hukum tanpa merasa takut

dihukum.

PPAK-UMI

5
f) Secara konsisten menegakkan standar melalui tindakan-tindakan disiplin.

g) Secara cepat melakukan tindakan jika terdeteksi pelanggaran.

1) Melakukan langkah-langkah pencegahan agar pelanggaran sejenis tidak terulang

di masa depan.

Terdapat beberapa keterbatasan atas program compliance yaitu:

1) Perbedaan hukum dan aturan di tiap negara.

2) Terlalu menekankan pada pemberian ancaman deteksi dan hukuman untuk

mendorong perilaku yang mentaati hokum.

3) Program ini cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi moral atau

komitmen.

4) Bukan pedoman etika untuk perilaku keteladanan atau bahkan praktik-praktik

yang baik.

Integritas sebagai Tata Kelola Etika.


Integritas sebagai tata kelola etika mendorong organisasi memiliki standar yang lebih

kuat dan memiliki integritas berbasis konsep pengelolaan sendiri (self-governance)

berdasarkan sekumpulan prinsip. Dari prinsip integritas, tugas dari manajemen etika

adalah:

1) Untuk mendefinisikan dan menghidupkan nilai organisasi

2) Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung prilaku etika yang baik

3) Untuk menanamkan rasa akuntabilitas bersama antar pegawai

Bentuk dari program integritas menyerupai dengan program compliance, seperti kode

etik, pelatihan, mekanisme pelaporan, investigasi atas potensi pelanggaran, dan audit

serta pengawasan untuk menjamin standar dan aturan perusahaan dijalankan dan dipatuhi.

Jika dirancang secara tepat dapat menciptakan dasar untuk mencari kemanfaatan dari

PPAK-UMI

6
kepatuhan terhadap hukum. Pendekatan berintegritas lebih luas, lebih dalam, dan lebih

sulit dari program compliance. Lebih luas karena pendekatan ini berupaya untuk

memungkinkan terciptanya perilaku bertanggung jawab. Lebih dalam karena mencakup

ethos dan sistem operasi dari organisasi dan anggota-anggotanya, nilai-nilai yang mereka

pedomani, cara berpikir dan berperilaku. Lebih sulit karena membutuhkan upaya secara

aktif untuk mendefinisikan tanggung jawab dan aspirasi yang menjadi bagian dari

pedoman etika organisasi. Perbedaan karakteristik dan implementasi antara program

compliance dan organisasi berintegritas, sebagai berikut.

Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Program Compliance dan Integritas

Karakteristik Program Compliance Program Integritas

Sesuai dan taat dengan standar Mengelola sendiri sesuai


Etika yang diterapkan dari luar dengan standar yang dipilih
organisasi
Mencegah terjadinya tindakan Mendorong tindakan-
Tujuan melawan hukum tindakan yang bertanggung
jawab

Dipimpin oleh ahli hukum Dipimpin oleh manajemen


Kepemimpinan dengan bantuan ahli hukum,
spesialis SDM dan lain-lain

Pendidikan, pengurangan Pendidikan, kepemimpinan,


kewenangan, auditing dan akuntabilitas, sistem
pengawasan, pemberian organisasi dan proses
Metode hukuman pengambilan keputusan,
auditing dan pengawasan,
pemberian hukuman.

Otonom/individualis yang Sosial, yang dipandu oleh


didorong oleh kepentingan diri kepentingan sendiri yang
Asusmsi perilaku sendiri yang bersifat material bersifat material, nilai-nilai,
kesempurnaan dan rekan
sejawat

PPAK-UMI

7
Tabel 2. Perbedaan Implementasi Program Compliance dan Integritas
Implementasi Program Compliance Program Integritas

Hukum Pidana dan UU terkait Nilai-nilai dan aspirasi


dengan kegiatan perusahaan organisasi, lewajiban sosial,
Standar
termasuk kewajiban taat
hukum

Staffing Ahli hukum Pimpinan dan manajer

Mengembangkan standar Menjalankan organisasi


compliance dan komunikasi, berdasarkan nilai-nilai dan
pelaporan pelanggaran, standar, pelatihan dna
investigasi, audit atas ketaatan, komunikasi, pengintegrasian
penegakan standar nilai-nilai ke dalam sistem
Kegiatan organisasi, memberikan
bimbingan dan pelatihan,
menilai kinerja berbasis
nilai-nilai, identifikasi dan
pemecahan masalah,
mengawasi ketaatan

Sistem dan standar compliance Pengambilan keputusan dan


Pendidikan nilai-nilai organisasi, sistem
dan standar compliance

2. Menciptakan struktur korporasi yang beretika (creating ethical corporate structure).

Program Integritas yang Efektif,

Terdapat beberapa karakteristik dari program integritas yang efektif, yaitu:

a) Nilai dan komitmen yang masuk akal dan secara jelas dikomunikasikan

Nilai dan komitmen ini mencerminkan kewajiban organisasi. Pegawai dari berbagai

tingkatan menerima nilai dan komitmen tersebut dengan sungguh-sungguh, merasa

bebas untuk mendiskusikannya, dan memahami pentingknya dalam praktisi. Hal ini

bukan berarti semuanya sudah jelas sehingga tidak ambiguitas dan konflik. Namun

PPAK-UMI

8
selalu ada keinginan untuk mencari solusi yang sesuai dengan kerangka nilai

tersebut.

b) Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki komitmen, dapat dipercaya, dan

bersedia untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai yang mereka pegang.

Mereka tidak sekedar juru bicara. Mereka bersedia untuk memeriksa keputusannya

sesuai dengan nilai-nilai tesebut. Konsistensi merupakan bagian penting dari

kepemimpinan. Ceramah berkepanjangan dan tidak jelas tentang nilai-nilai

perusahaan hanya memancing ketidak-percayaan pegawai dan penolakan terhadap

program. Pada saat yang sama pemimpin harus mengambil tanggung jawab untuk

membuat keputusan yang sulit ketika terjadi konflik antara kewajiban etika.

c) Nilai-nilai yang digunakan terintegritas dalam proses pengambilan keputusan

manajemen dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan penting organisasi.

Penyusunan rencana, penetapan sasaran, pencarian kesempatan, alokasi sumber

daya, pengumpulan dan komunikasi informasi, pengukuran kinerja, dan

pengembangan SDM.

d) Sistem dan struktur organisasi mendukung dan menguatkan nilai-nilai organisasi.

Sistem pelaporan dibuat untuk memungkinkan dilakukannya check and balance

untuk mendukung pertimbangan yang objektif dalam pengambilan keputusan.

Penilaian kinerja memperhatikan cara kerja dan hasil kerja.

e) Seluruh manajer memiliki ketrampilan pengambilan keputusan, pengetahuan dan

kompetensi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang berbasis etika setiap

hari.

PPAK-UMI

9
Berpikir dan memiliki kesadaran etika harus menjadi bagian dari perlengkapan

mental seorang manajer. Pendidikan etika biasanya merupakan bagian dari proses.

Dampak Organisasi yang Berintegritas terhadap Akuntan Profesional,

Konsep organisasi berintegritas dapat membantu akuntan professional dalam dua hal

berikut:

a. Pertama, untuk akuntan profesional yang mengembangkan kantor sendiri, maka

pendekatan integritas akan membantu akuntan profesional dalam menghidupkan dan

menjaga etika akuntan profesional yang akan memudahkan akuntan professional

dalam menjalankan profesinya. Selain itu, akuntan professional dapat melakukan

penilaian terhadap integritas organisasi dari kliennya dalam menilai risiko yang

dihadapi.

b. Kedua, untuk akuntan professional yang bekerja di dalam organisasi, penilaian

terhadap integritas organisasi merupakan langkah pertama dalam pemilihan

organisasi tempat bekerja. Akuntan professional harus memilih tempat bekerja yang

mendorong terciptanya dan terjaganya etika akuntan professional. Akuntan

profesional harus menghindari tempat bekerja yang berpotensi untuk menciptakan

konflik-konflik etika dan mendorong akuntan untuk mengorbankan etika

profesionalnya. Selain itu, akuntan professional juga dapat membantu organisasi

tempat bekerja untuk menjadi organisasi berintegritas di mana nilai-nilai organisasi

selaras dengan nilai-nilai etika profesionalnya.

PPAK-UMI

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Keberhasilan dalam menciptakan iklim untuk perilaku yang beretika dan

bertanggung jawab untuk membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan investasi yang

cukup besar dalam waktu dan sumberdaya. Suatu buku kode etika yang mewah, pejabat

yang berpangkat tinggi di bidang etika, program pelatihan, dan audit etika tahunan, serta

jebakan-jebakan program etika lainnya tidak perlu ditambahkan dalam organisasi yang

bertanggung jawab dan taat hukum yang nilai-nilai dimiliki tercermin dalam tindakan

yang dilakukan. Program etika formal akan membantu sebagai katalis dan sistem

pendukung, tapi integritas organisasi tergantung kepada integritas nilai-nilai organisasi

ke dalam system.

PPAK-UMI

11
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant (Etika Profesi dan Tata

Kelola Korporat). Jakarta

https://www.coursehero.com/file/22588521/paine/ diakses pada tanggal 01 Agustus


2017

PPAK-UMI

12

Anda mungkin juga menyukai