Minggu 4
Anggota Team 3:
Essay
1. Sebutkan dan jelaskan beberapa pedoman untuk mengelola etika di tempat kerja!
Berikut adalah pedoman bagi para manajer agar dapat membantu menciptakan budaya
tempat kerja yang lebih etis:
a. Jadilah teladan
Karyawan akan melihat sosok manajer dan para atasannya untuk dapat memahami
perilaku seperti apa yang dapat diterima di tempat kerja, dan apa yang tidak. Para
tokoh manajemen senior akan menjadi acuan dan standar atas apa yang etis dan
tidak etis. Sehingga seorang manajer harus memahami urgensi ini dan menjadi
seorang teladan bagi para juniornya.
Ambiguitas etika dalam tempat kerja dapat dikurangi dengan menetapkan sebuah
kode etik organisasi. Kode etik tersebut harus menyatakan nilai-nilai utama
organisasi dan bagaimana aturan etika diharapkan dapat dipatuhi oleh para
karyawan. Namun perlu diingat juga, bahwa kode etik tersebut tidak ada artinya
bila para manajer dan pemimpin senior gagal dalam mencontohkah perilaku etis
tersebut.
Terdapat empat faktor utama yang mempengaruhi iklim moral dari suatu organisasi yaitu
Para karyawan pastinya memperhatikan apa yang kolega mereka lakukan. Faktor
kedua yang paling mempengaruhi iklim moral perusahaan adalah perilaku rekan
kerja, dan ini bersifat berkesinambungan. Karyawan baru akan melihat bagaimana
kolega mereka yang merupakan karyawan lama bersikap, dan mengikuti standar
moral tersebut hingga seterusnya. Lalu, ketika di kemudian hari ada karyawan
baru lagi, ia akan melihat bagaimana karyawan sebelumnya bersikap, dan ikut
menirunya. Dan seterusnya.
Setiap profesi memiliki kode etik profesi yang menjadi pedoman mereka dalam
bekerja. Dan ini memiliki pengaruh besar atas iklim perusahaan yang bergelut di
bidang tersebut.
Kepatuhan bukanlah etika dan etika bukanlah kepatuhan. Mereka terkait tetapi tidak
sama. Kepatuhan dan etika seperti lingkaran yang saling beririsan. Ada titik di mana
mereka tumpang tindih dan keduanya membutuhkan pertimbangan yang cermat dan
setara.
Penting untuk dipahami bahwa kepatuhan adalah realitas reaktif, di mana seseorang
bereaksi terhadap hukum dan itu tidak ada hubungannya dengan penciptaan hukum
tersebut. Sedangkan etika, walau bagaimanapun, hanya bersifat proaktif. Oleh karena itu
kepatuhan adalah bagaimana hukum mengatur, dan etika adalah semangat yang
melatarbelakangi hukum.
Secara sederhana, etika adalah internal intangible yang mendorong kita. Ini adalah sistem
nilai yang memandu kita ketika kita membuat keputusan dalam tindakan kita sehari-hari.
Di sisi lain, kepatuhan jauh lebih jelas. Kepatuhan adalah tentang mengikuti aturan,
kebijakan, peraturan yang diartikulasikan dalam undang-undang dan dokumen yang telah
disusun. Ada konsekuensi dari pelanggaran terhadap kebijakan dan peraturan tersebut
yang dapat mengakibatkan hukuman termasuk pemutusan hubungan kerja.
Persoalan kepatuhan biasanya tidak ada korelasinya dengan niat seseorang. Pokoknya
jelas, jika Anda melanggar aturan, akan ada konsekuensinya. Sedangkan etika lebih
mengenai nilai-nilai pribadi Anda. Beberapa orang mengatakan antara anda memiliki
etika atau tidak sama sekali. Sehingga aturan diperlukan untuk mengatur mereka yang
tidak memiliki prinsip etika yang baik.
Kita perlu pahami bahwa seseorang dapat patuh namun tidak etis. Karena hukum bersifat
hitam putih dan ada konsekuensinya. Singkatnya, kepatuhan adalah proses reaktif.
Menjadi patuh adalah menanggapi sesuatu yang telah Anda "perintahkan" untuk dipatuhi,
yaitu hukum.
Sedangkan etika merupakan proses proaktif. Menjadi etis berarti fokus pada nilai,
karakter, prinsip, dll. Etika adalah mengenai apa yang akan melatarbelakangi anda untuk
membuat keputusan.
Kasus
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut dalam waktu dekat akan meluncurkan beberapa
Peraturan Menteri (Permen) BUMN terkait transparansi korporasi. Aturan ini dikeluarkan
untuk menekan lobi ke pihak tertentu dalam penugasan BUMN. Salah satunya tentang
Penyertaan Modal Negara (PMN) yang akan diterbitkan pekan ini. Dalam aturan tersebut,
Erick menyebut akan ada beberapa hal yang diatur, salah satunya terkait aksi korporasi
BUMN.
"Sistem ini akan memudahkan seluruh kementerian dan perusahaan BUMN dan
pemeriksa dari bagian transparansi dan melihat strategi bisnis proses yang transparan,"
katanya pada Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Pemberantasan Korupsi dengan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa (2/3). Selain itu, permen juga akan
mengatur soal PMN restrukturisasi. Erick mengaku terdapat berbagai program yang harus
diperbaiki karena selama ini beberapa program menjadi beban bagi perusahaan negara
yang ditunjuk. Dia meyakini permen akan mampu menekan proses bisnis yang tidak
transparan seperti lobi ke individu tertentu dalam penugasan. Pasalnya, setiap penugasan
akan dilakukan secara terbuka langsung ke Kementerian BUMN dan Kemenkeu, bukan
ke perusahaan pelat merah langsung.
Dengan begitu, Erick meyakini tumpang tindih antara bisnis dan penugasan dapat
dihindari. Jika penugasan akan memberatkan perusahaan, maka PMN harus disertakan
dalam penugasan.
"Jadi tidak ada grey area seperti dulu, sejak awal kami bicarakan, yang kami harapkan
saat ini bisnis proses bukan project based," tutupnya.
Pertanyaan:
(1) BUMN wajib menerapkan GCG secara konsisten dan berkelanjutan dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri ini dengan tetap memperhatikan ketentuan,
dan norma yang berlaku serta anggaran dasar BUMN.
(2) Dalam rangka penerapan GCG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direksi
menyusun GCG manual yang diantaranya dapat memuat board manual,
manajemen risiko manual, sistem pengendalian intern, sistem pengawasan intern,
mekanisme pelaporan atas dugaan penyimpangan pada BUMN yang
bersangkutan, tata kelola teknologi informasi, dan pedoman perilaku etika (code
of conduct).
Kebijakan-kebijakan Good Corporate Governance di atas didasarkan pada
prinsip-prinsip dibawah ini:
1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif;
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat;
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
Badan Usaha Milik Negara. 2011. “Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor: PER — 01 /MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance)” pada Badan Usaha Milik Negara”.
https://jdih.bumn.go.id/baca/PER-01/MBU/2011.pdf. Diakses pada 19 September 2022
BPK RI. (2008). Keterbukaan Informasi Publik. Retrieved September 23, 2022, from JDIH
BPK RI DATABASE PERATURAN:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39047/uu-no-14-tahun-2008
CNN Indonesia. (2021, Maret 2). Erick Thohir Bakal Keluarkan Aturan Soal Transparansi
BUMN. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210302120718-92-612602/erick-thohir-bakal-kelu
arkan-aturan-soal-transparansi-bumn
***