Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LINGKUNGAN ETIKA DAN


AKUNTANSI

Disusun Oleh :
1. Sukrisnawati (2151030008)
2. Amallia W (2251030002)

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)


Universitas Stikubank
Semarang
TUJUAN BISNIS

Tujuan utama bisnis adalah memperoleh  keuntungan,


walaupun bukan merupakan tujuan satu-satunya. Dalam
bisnis yang modern saat ini,  pelaku bisnis dituntut untuk
menjadi orang-orang yang profesional di bidangnya.
Profesionalisme dapat diperlihatkan melalui kinerja
tertentu yang berada diatas rata-rata. Kinerja tidak hanya
berfokus pada aspek bisnis, manajerial, dan organisasi teknis
murni, melainkan juga menyangkut aspek etis.
Kinerja yang menjadi prasyarat keberhasilan bisnis ini juga
menyangkut komitmen moral, integritas moral, disiplin,
loyalitas, kesatuan visi moral, pelayanan, dan sikap
mengutamakan mutu, penghargaan terhadap hak dan
kepentingan pihak-pihak terkait yang berkepentingan, yang
lama kelamaan akan berkembang menjadi sebuah etos bisnis
dalam sebuah perusahaan.
A. Pentingnya Etika dalam Praktik Bisnis

• Praktik bisnis merupakan aktivitas utama masyarakat yang wajib didukung oleh
perilaku baik. Etika bisnis menjadi sangat penting mengingat dunia usaha tidak
lepas dari elemen-elemen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya
(konsumen, distributor, produsen).
• Nilai-nilai dalam etika bisnis adalah standar kultural dari perilaku yang
diputuskan sebagai petunjuk bagi pelaku bisnis dalam mencapai dan mengejar
tujuan. Pada era kompetisi yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang
dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah keuntungan kompetitif yang sulit
ditiru.
• Oleh karena itu, perilaku etika penting diperlukan untuk mencapai sukses
jangka panjang dalam sebuah bisnis. Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang
harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus
dijadikan pedoman agar memiliki standar baku untuk mencegah timbulnya
ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasi
perusahaan.
Ada beberapa prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut :

Prinsip Otonomi : Kemampuan mengambil keputusan dan bertindak


berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik dan bertanggung jawab secara
moral atas keputusan yang diambil.

Prinsip Kejujuran: Bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis.

Prinsip Keadilan: Bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya & tidak ada yang boleh dirugikan haknya.

Prinsip Saling Menguntungkan: agar semua pihak berusaha untuk saling


menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.

Prinsip Integritas Moral: Para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis
mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya.
B. Praktik Bisnis yang Tidak Beretika

• Praktik bisnis yang dijalankan selama ini masih cenderung


mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai
praktik-praktik bisnis tidak terpuji. Hal ini mengindikasikan
bahwa di sebagian masyarakat telah terjadi krisis moral
dengan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai
tujuan, baik untuk tujuan individu memperkaya diri sendiri
maupun tujuan kelompok untuk eksistensi etika dan nilai-nilai
moral bagi para pelaku bisnis. (Rukmana:2004).
Menurut Komenaung (2007), masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke
dalam lima kategori, yaitu:

1. Suap
Tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta sesuatu yang berharga dengan
tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban.

2. Paksaan
Tekanan, batasan, dorongan dengan paksa atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman berupa
mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan industri terhadap seorang individu.

3. Penipuan
Tindakan memperdaya, ,menyesatkan yang disengaja dengan mengucapkan atau melakukan
kebohongan.

4. Pencurian  
Merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau mengambil properti milik orang lain
tanpa persetujuan pemiliknya.

5. Diskriminasi tidak jelas


Perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis
kelamin, kewarganegaraan, atau agama.
Beberapa pebisnis berpendapat bahwa terdapat hubungan simbiosis antara etika
dan bisnis dimana masalah etik sering dibicarakan pada bisnis yang berorientasi
pada keuntungan :

• Praktik bisnis yang bermoral hanya akan memberikan keuntungan ekonomis


dalam jangka panjang. Bagi bisnis yang didesain untuk keuntungan jangka
pendek hanya akan memberikan insentif yang kecil.
• Beberapa praktik bisnis yang bermoral mungkin tidak memiliki nilai ekonomis
bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Sebagai contoh, bagaimana
mengkampanyekan kerugian merokok, sebagai lawan dari promosi rokok itu
sendiri.

• Praktik bisnis yang bermoral akan menghasilkan keuntungan akan sangat


tergantung pada saat bisnis tersebut dijalankan. Pada pasar yang berbeda,
praktik yang sama mungkin tidak memberikan nilai ekonomis. Jadi masalah
tumpang tindih antara eksistensi moral dan keuntungan sifatnya terbatas dan
insidental (situasional)
Dalam hal ini, etika bisnis menjadi suatu hal yang
sangat mendesak untuk diterapkan, sebab dengan etika
pertimbangan mengenai baik atau buruk dapat
distandardisasi secara tepat dan benar. Namun perlu juga
dicatat bahwa etika bisnis tidak akan berfungsi jika
praktik-praktik bisnis yang curang dilegalkan. Maka,
diperlukan dua perangkat utama yaitu moral dan legal
politis.
C. Tuntutan Masyarakat terhadap Bisnis.

• Beberapa permasalahan global yang terjadi membuat


penderitaan dan menimbulkan perubahan dalam tata
kehidupan manusia. Situasi ini mendorong masyarakat untuk
menuntut akuntabilitas dan tanggung jawab sosial
perusahaan yang lebih besar.
• Terdapat dua hal yang mengakibatkan pandangan yang
negatif terhadap perusahaan dan dunia usaha.
1) Masalah pencemaran lingkungan : Pemanasan Global dan Krisis
Energi

• Dampak dari pemanasan global dan krisis energy semakin dirasakan


oleh semakin banyak orang dan dikhawatirkan semakin memburuk
jika tidak dilakukan perubahan.
• Terlebih lagi, beberapa perusahaan tercatat telah menimbulkan
malapetaka besar bagi lingkungan hidup. Contohnya ada kasus di
tahun 1984 terjadi ledakan pada pabrik pestisida di India yang
menyebabkan bocornya gas beracun, sehingga lebih dari 2.000 orang
meninggal dunia. Sampai saat ini tampaknya ganti rugi terhadap
korban belum sepenuhnya terselesaikan.
• Kasus kerusakan lingkungan lainnya adalah bocor kapal tanker milik
perusahaan minyak Exxon yang menumpahkan 12 juta gallon minyak
mentah di perairan Alaska pada tahun 1989
2) Anti Globalisasi
Gerakan Anti globalisasi sering terlihat dalam bentuk demonstrasi pada saat
pertemuan KTT yang diselenggarakan oelh WFO, IMF, Bank Dunia, dan Organisasi lainnya
mencerminkan sentimen sebagian orang di Negara berkembang atas kehadiran
perusahaan multinasional melakukan investasi di negaranya, karena sentiment ini
terutama berdasarkan pada alasan bahwa investasi asing tidak dirasa cukup memberikan
manfaat bagi masyarakat.

Investasi asing memberikan Investasi asing menguras sumber


lapangan kerja bagi masyarakat tapi daya alam tanpa memberikan
dengan pengorbanan : Diskriminasi manfaat langsung bagi masyarakat
gaji, Pencemaran udara dan sekitar. Bahkan menimbulkan biaya
kerusakan lingkungan, juga sering sosial dalam bentuk kerusakan
meninmbulkan perbentukan budaya. lingkungan dari area yang digarap,

Investasi asing ini sering melangkah lebih jauh,


mengatur masalah politik dari Negara asal
investasi untuk menjamin keamanan investasi
yang dilakukannya.
Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis yang Bertanggung Jawab dan
Berkelanjutan

Banyak inisiatif yang telah dirintis untuk menciptakan bisnis yang


berkelanjutan. Berikut ini beberapa inisiatif yang cukup besar :

1. Corporate Social Responsibility dari World Business Council for Sustainable


Development (WBCSD)
WBCSD bertujuan untuk menjadi katalisator (penghubung) perubahan dan
membantu tercapainya kerjasama yang lebih erat antara dunia usaha,
pemerintah dan organisasi lainnya yang peduli terhadap lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan.
Pertanggung jawaban sosial tidak dapat dilihat hanya sebagai beban bagi
perusahaan. Sebaliknya, strategi CSR yang jelas dapat meningkatkan laba
karena mengurangi biaya melalui peningkatan dampak sosial yang positif dan
mengurangi dampak negatif. Strategi CSR yang dapat mengkaitkan nilai bisnis
dan sosial akan membuka peluang usaha baru.
Berdasarkan pemikiran diatas, WBCSD menyarankan beberapa
prinsip yang dapat digunakan dalam perumusan Strategi :
• Pembangunan kapasitas dari masyarakat sehingga dapat
membentuk modal sosial.
• Pembangunan kemitraan dengan perusahaan lain dan
kelompok kelompok di dalam masyarakat.
• Kerjasama dalam bidang teknologi, sebagai bagian dari
pembangunan kapasitas dan pembangunan kemitraan.
• Keterbukaan dan transparansi untuk mengkomunikasikan bukti
– bukti perilaku perusahaan yang bertanggung jawab.
2. Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum
CEOs
Sekitar 44 pimpinan perusahaan terkemuka bergabung
dalam tugas dari World Economic Forum CEOs tahun 2002
membuat suatu pernyataan bersama bahwa komitmen mereka
untuk menjadi global corporate citizen sama dengan komitmen
mereka menjalankan bisnis.
Mereka merekomendasikan suatu Framework for action
untuk pimpinan perusahaan sabagai penanggung jawab akhir
penerapan dari Corporate Citizenship. Ini dapat digunakan
sebagai template dalam proses kepemimpinan di dalam
perusahaan
Framework for Action yang di rekomendasikan adalah :

Provide Leadership : tetapkan arah strategi untuk Corporate Citizenship dan


terlibat dalam perdebatan mengenai globalisasi dan peran dunia usaha dalam
pembangunan

Define What It Means For Your Company : Definisikan isu kunci, pemangku
kepentingan dan cakupan pengaruh yang relevan bagi perusahaan dan Industri.

Make It Happen : Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan prosedur


yang memadai, terlibat dalam dialog dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
untuk menyatukan Corporate Citizenship ke dalam strategi dan operasi perusahaan

Be Transparant About It : Membangun keyakinan pemangku kepentingan dengan


mengkomunikasikan prinsip, kebijakan, dan operasi perusahaan secara transparan
dan tidak berlebihan.
3) UN Global Impact
Merupakan Inisiatif yang diciptakan oleh PBB untuk mempromosikan Corporate
Citizenship. PBB menginginkan keterlibatan perusahaan swasta untuk memecahkan
beberapa masalah sosial dan lingkungan yang diakibatkan oleh globalisasi.
Inti dari Global Impact adalah prinsip yang dikembangkan berdasarkan konvensi dan
kesepakatan internasional terhadap hak asasi manusia, tenaga kerja, perlindungan
terhadap lingkungan hidup dan anti korupsi. :  

Standar Pekerja : Perusahaan harus


Hak asasi manusia : Perusahaan menjamin kebebasan berserikat dan
harus mendukung dan menghargai Hak untuk berunding
menghargai perlindungan bersama. Menghilangkan segala bentuk
terhadap Hak Asasi Manusia dan kerja paksa dan wajib. Menghapus tenaga
Harus menjamin mereka tidak kerja dibawah umur, dan Menghilangkan
terlibat dalam pelanggaran HAM. diskriminasi dalam kepegawaian dan
pekerjaan.

Anti – Korupsi :Perusahaan


Lingkungan Hidup : Perusahaan harus
harus bekerja melawan
mendukung pendekatan pencegahan
korupsi dalam segala
terhadap tantangan lingkungan; dan
bentuknya, termasuk
Mendorong pengembangan dan
pemerasaan dan
penyebaran teknologi ramah lingkungan.
penyuapan.
CONTOH KASUS ENRON

• Pada tahun 1985, Enron muncul pada masa yang cukup sulit
bagi perusahaan pipa gas alam.Pada saat itu rantai distribusi
dari produsen ke konsumen sangat diatur oleh
pemerintah.Tingkat harga yang dibebankan perusahaan pipa
kepada perusahaan utilitas lokal dan yang dibebankan
perusahaan lokal kepada konsumen eceran juga diatur oleh
pemerintah berdasarkan biaya-plus (cost-plus).
• Pada tahun 1990, Enron mulai memberikan jasa sebagai
perantara, atau pencipta pasar, untuk kontrak 30 hari tersebut.
Disebut Gas Bank, aktivitas ini melibatkan perjanjian jangka
pendek yang ditandatangani Enron untuk membeli gas dari
beberapa produsen, menyatukan kontrak-kontrak tersebut, dan
kemudian menawarkan komitmen harga jangka panjang kepada
perusahaan lokal.
Fakta-fakta Kasus Enron:

• 26 September 2001, harga saham jatuh menjadi $25 per lembar, Ken Lay
masih mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya, sebaliknya
membujuk mereka untuk membeli
• Harga saham perusahaan ini turun secara drastis dari $36,00 per lembarnya
pada minggu sebelum 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per
lembarnya enam minggu kemudia pada tanggal 30 November 2001.
• 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga.
Pengumuman kepada pers menyatakan bahwa pro forma laba bersih Enron
telah meningkat menjadi $393 juta pada triwulan ketiga tersebut,
dibandingkan dengan $292 juta pada tahun sebelumnya.
• 19 Oktober 2001, US Securities and Exchange Commision Rules (SEC Rules)
mengumumkan secara resmi ingin mereview file pembukuan Enron. Enron
mengumumkan kerugian sebesar 600 juta dolar AS dan nilai aset enron
menyusut 1,2 triliun dolar AS. Pada laporan keuangan yang sama diakui,
bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba
bersih mereka.
• 2 Desember 2001, Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke
pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap
bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak dilaporkan senilai lebih
dari satu miliar dolar.
• 14 Maret 2002, departemen kehakiman Amerika memvonis KAP
Andersen bersalah atas  tuduhan melakukan penghambatan dalam
proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen
yang sedang diselidiki.
• KAP Andersen terus menerima konsekuensi negatif dari kasus Enron
berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan
KAP yang lain dan pengungkapan keterlibatan pegawai KAP Andersen
dalam kasus Enron.
• 8 April 2002, seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang
bertindak sebagai penganggung jawab audit Enron mengaku bersalah
atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk
menjadi saksi kunci dipengadilan bagi KAP Anderson dan Enron.
• 15 Juni 2002, juri federal Houston menyatakan KAP Andersen bersalah
telah melakukan penghambatan terhadap proses peradilan.
PEMBAHASAN

• Hubungan terhadap Etika Bisnis


3 komponen utama penyebab timbulnya kecurangan, manipulasi,
korupsi, dan berbagai macam kegiatan sejenisnya atau yang bisa disebut
sebagai pelaku tidak etis (menurut teori fraud)
adalah oppurtunity, pressure, dan rationalization.
• Fraud Triangel (Segitiga Fraud) terdiri dari 3 hal:
a) Pressure (tekanan atau motif): karena kebutuhan keuangan yang
sangat mendesak, adanya keinginan yang tidak atau belum terpuaskan,
adanya ketidakpuasan terhadap organisasi/perusahaan/manajemen,
serta adanya tekanan dari pihak lain atau atasan pelaku fraud.
b) Opportunity (kesempatan): Lemahnya pengendalian internal dalam
sebuah organisasi  membuka peluang fraud.
c) Rationalization (pembenaran): pelaku fraud merasa bahkan meyakini
bahwa tindakannya bukan merupakan fraud.
Secara kasat mata kasus Enron (baik manajemen Enron maupun KAP Andersen)
telah melakukan mal practice jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan
antara lain:
• Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pelanggaran tersebut
awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur
Andersen.
• Dilihat dari sisi KAP Andersen, tanggung-jawab seorang akuntan tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi
kerja.Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti
standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik.
• KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi
independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik
profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai