Anda di halaman 1dari 4

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL

1.1 pendahuluan
terdapat banyak factor yang mempengaruhi sebuah bisnis, salah satu nya adalah etika

Kami menemukan bahwa karakteristik perusahaan seperti ukuran perusahaan, sektor industri,
profitabilitas, dan mekanisme tata kelola perusahaan sebagian besar muncul untuk
mendorong agenda pelaporan CSR. Selanjutnya, faktor politik, sosial, dan budaya
mempengaruhi agenda pengungkapan CSR

2.1 Komitmen etika bisnis oleh perusahaan yang beroperasi secara internasional

2.1.1 Bisnis Internasional

Bisnis Internasional adalah kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh dua


Negara atau lebih, atau dapat juga diartikan sebagai kegiatan jual beli yang melibatkan
dua Negara atau lebih. Bisnis Internasional terjadi akibat keterbatasan komoditas suatu
negara sehingga terjadilah bisnis antar negara. Negara akan mengimpor suatu komoditas
atau produk apabila Negara tersebut tidak mampu memproduksi produk tersebut di
Negara nya karena factor alamiah. Terkadang Negara mengimpor suatu produk dari
Negara lain karena harga relative lebih murah dibandingkan produksi sendiri.
Menurut Jongkers Tampubolon (2020) ada tiga factor pendorong terjadinya
perdagangan internasional, yaitu:
1) Ketersediaan produk
2) Perbedaan harga
3) Diferensiasi produk
Dalam berbisnis pasti membutuhkan sebuah etika agar bisnis berjalan dengan
lancar. Etika adalah berkaitan dengan norma, aturan, tingkah laku, tindakan baik dan
buruk. Sedangkan etika bisnis adalah tindakan, tingkah laku yang dilakukan manajer
atau pemilik suatu perusahaan atau organisasi dalam bisnis. Menurut Ernawan (2011)
Dalam mempersiapkan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
pengendaliaan diri, tanggung jawab social, mempertahankan jati diri, menciptakan
persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan,
menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi).
Menurut Kamus Besar Indonesia istilah etika dapat diartikan sebagai:
1) Ilmu tentang apa yang baik dann apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.
Untuk melaksanakan bisnis yang bermoral tentu saja membutuhkan sikap
tanggung jawab moral, dibutuhkan panduan yang mengandung prinsip-prinsip, norma-
norma, dan standard an sikap dan berperilakunya. Maka dari itu seorang pembisnis
wajib mempunyai etika dalam berbisnis agar perusahaan yang dijalankan dapat berjalan
lancar sesuai tujuan. Perusahaan perlu menerapkan nilai-nilai etika dalam berusaha,
karena dengan adanya etika dalam praktik kerja dapat menciptakan asset dan
meningkatkan nilai perusahaan.
Etika bisnis juga menyangkut hubungan dengan beberapa hal, seperti:
a) Hubungan antar bisnis dengan pelanggan
b) Hubungan dengan karyawan
c) Hubungan dengan investor
d) Hubungan dengan lembaga pemerintah dan hukum
Etika dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Cara yang tepat untuk mencirikan perilaku etis dalam konteks lintas budaya dan
internasional adalah dalam hal :
1) bagaimana organisasi memperlakukan karyawannya
perusahaan berupaya memperkerjakan orang yang terbaik di bidangnya, berlaku adil
kepada semua lapisan karyawan adar tidak terbentuk sikap saling iri satu dengan
lainnya, serta memberi fasilitas pada karyawan agar dapat berkembangnya keterampilan
dan karier karyawan.
2) bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
karyawan perusahaan hendaknya menghindari kecurangan terhadap perusahaan, seperti
keputusan yang berpotensi menguntukan karyawan tetap merugikan sebuah perusahaan.
3) bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya
Indicator etika bisnis menurut Ernawan (2011) adalah :
a) Indicator Ekonomi, apabila perusahaan melakukan pengelolaan sumber daya bisnis
dan sumber daya alam secara efisien tidak merugikan masyarakat.
b) Indikator peraturan khusus yang berlaku, berdasarkan indicator ini pelaku bisnis
dapat dikatakan beretika apabila sudah memenuhi aturan yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
c) Indikator Hukum, seseorang sudah dikatakan perusahaan atau seseorang telah
melaksanaakan etika bisnis apabila perusahaan atau seseorang mematuhi semua
norma hukum yang berlaku dalam bisnisnya.
d) Indikator ajaran Agama, pembisnis dapat dikatakan beretika apabila pelaksanaan
bisnisnya merujuk kepada nilai-nilai agama yang dianut.
e) Indikator etika berdasarkan nilai budaya, setiap perusahaan atau pelaku bisnis
dianggap beretika apabila bisnisnya mengakomodasi nilai budaya dan adat istiadat
yang ada di sekitar perusahaan atau suatu Negara.
f) Indikator etika bisnis menurut mesing-msing individu, apabila masing-masing
pembisnis bertindak jujur dan tidak melanggar integritas sebagai manusia.
2.1.2. Hubungan Etika dan Budaya
Dalam bisnis internasional tentunya perusahaan akan melibatkan budaya dan adat
istiadat dari negara yang akan bekerja sama dengannya. Budaya merupakan petunjuk
pada mereka apa saja yang dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan. Dalam
perusahaan atau organisasi menekankan perilaku maanajerial dalam pelaksanaan
tugasnya, perilaku ini sebagian besar dipengaruhi oleh budaya organisasi. Etika dalam
implementasinya selalu dipengaruhi oleh factor agama dan budaya, menurut Ernawan
(2011) factor budaya dan agama mempengaruhi proses etika bisnis dalam dua hal, yaitu:
1) Agama dan budaya dianggap sebagai sumber utama hukum, peraturan, dan kode etik.
2) Agama dan budaya lebih independen dalam etika bisnis disbanding jenis etika bisnis
lainnya.
Ketika merencanakan untuk melakukan bisnis dengan negara lain, tentunya perusahaan
negara lain tersebut memiliki budaya yang berbeda, alangkah baiknya apabila akan
melaksanakan bisnis dengan negara lain kita mempelajari budaya apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dinegara tersebut. Contoh komunikasi lintas budaya ketika
melakukan perjalanan bisnis ke suatu negara:
a) Tidak memberi minuman beralkohol pada negara Arab atau negara muslim.
b) Di jepang orang meminta maaf dengan membukukkan badan 90 derajat.
c) Di negara mayoritas muslim, biasanya mereka pada saat waktu menunaikan ibadah
mereka akan meminta izin untuk melaksanakan ibadah terlebih dahulu setlah itu
melanjutkan diskusi.
d) Tekankan usia perusahaan apabila akan bekerja sama dengan pengusaha diJerman,
Belanda, Swiss.
e) Di Cina dan Jepang lebih menyukai suasana hubungan social, jika berbisnis dengan
negara ini lebih baik bersikap sabar dan menguasai bagaimana hubungan personal di
Cina agar menumbuhkan dasar kepercayaan pada saat berbisnis

2.2 Strategi, CSR, & Keberlanjutan Lingkungan


CSR adalah kepanjangan dari Corporate Social Responsility atau Tanggung jawab
social dari perusahaan merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara perusahaan
dengan stake holder, termasuk didalamnya adalah customers, supplier, pegawai,
komunitas, pemilik, pemerintah dan competitor. Pemikiran yang mendasari CSR sering
dianggap inti dari Etika Bisnis adalah perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban
pada shareholder saja tetapi juga dengan para stakeholders. Melakukan program CSR
memberikan dampak positif untuk perusahaan dan memberikan lebih banyak manfaat.
Tujuan dari CSR adalah menjaga nama baik perusahaan, contohnya saat perusahaan
mendapatkan cap negative maka dengan mengerjakan tanggung jawab social secara
benar maka perusahaan akan meredam isu negative tersebut.
Menurut Bank Dunia, tanggung jawab social perusahaan terdiri dari beberapa
komponen utama, yaitu:
1) Perlindungan lingkungan
2) Jaminan kerja
3) Hak asasi manusia
4) Interaksi dan keterlibatan perusahaan dengan masyarakat
5) Standar usaha
6) Pasar
7) Pengembang ekonomi dan badan usaha
8) Perlindungan kesehatan
9) Kepemimpinan dan pendidikan
10) Bantuan bencana kemanusiaan
Menurut Ernawan (2011) ada 4 kekuatan yang mempengaruhi tanggung jawab social
yaitu :
1) Pelanggan
2) Iklim investasi
3) Masyarakat sipil
4) Lingkungan kerja
Keempat hal ini dapat menjadi tekanan untuck perusahaan melakukan tanggung
jawab social kepada lingkungan. Menurut Kotler dan Lee (Ernawan 2011)
mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif
dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah social sekaligus sebagai wujud
komitmen dari tanggung jawab social perusahaan sebagai berikut:
a) Cause promotions, sebuah bentuk bantuan berupa materi untuk meningkatkan
kesadaran terhadap problematika social yang ada disekitar.
b) Cause-related marketing, bentuk bantuan dari perusahaan dengan memberi
sebagian persen dari pemasukan sebagai donasi bagi masalah tertentu untuk
jangka waktu tertentu.
c) Corporate social marketing, perusahaan memberikan bantuan pengembangan
dan implementasi kegiatan yang dapat merubah tingkah laku masyarakat
yang negative.
d) Corporate philanthropy, sebuah usaha yang dilakukan perusahaan dengan
memberikan kontribusi pada acara amal, atau kegiatan kampanye.
e) Community volunteering, bentuk bantuan dari perusahaan berupa dukungan
social, tetapi bukan ditujukan untuk masyrakat melainkan untuk karyawan
dan mitra bisnis agar membantu masyarakat sekitar.
f) Socially responsible business practies, program ini dibentuk untuk
meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan.
2.3 Perumusan tanggungjawab sosial dan strategi keberlanjutan

Anda mungkin juga menyukai