Anda di halaman 1dari 15

Etika Bisnis perusahaan yang beroperasi secara Internasional, CSR dan keberlanjutan

lingkungan

Gilberte Aima Putra Karo Karo 195020907111010

Indra Aswangga Putra 195020907111002


Etika dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Cara yang tepat untuk mencirikan perilaku etis dalam konteks lintas budaya dan internasional
adalah dalam hal :

1. bagaimana organisasi memperlakukan karyawannya

2. bagaimana karyawan memperlakukan organisasi,

3. bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya

1.Bagaimana Organisasi Memperlakukan Karyawannya

Sebuah organisasi berusaha untuk mempekerjakan orang terbaik, untuk memberikan banyak
kesempatan menuju perkembangan keterampilan dan karier, untuk menawarkan kompensasi
dan tunjangan yang layak, dan untuk menghormati hak dan harga diri pribadi dari setiap
karyawan.

Di sisi yang lain, sebuah perusahaan dapat merekrut dengan menggunakan kriteria yang
merugikan atau pilih kasih, dapat secara sengaja membatasi kesempatan perkembangan,
dapat memberikan kompensasi seminimum mungkin, dan dapat memperlakukan karyawan
secara tidak berperasaan dan dengan tanpa mempertimbangkan harga diri pribadi.

2. Bagaimana Karyawan Memperlakukan Organisasi

Isu etis juga berhubungan dengan bagaimana karyawan memperlakukan organisasi, dalam
hubungan ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran.

Konflik kepentingan terjadi ketika sebuah keputusan berpotensi menguntungkan individu


dengan kemungkinan untuk merugikan organisasi. Persepsi etis dari pentingnya konflik
kepentingan bervariasi dari satu budaya ke budaya yang lain.

Contoh sederhana dari sebuah pemasok yang menawarkan hadiah kepada karyawan
perusahaan. Beberapa perusahaan percaya bahwa hadiah seperti ini dapat menciptakan
konflik kepentingan. Mereka khawatir bahwa karyawan tersebut akan mulai mendahulukan
pemasok yang menawarkan hadiah yang terbaik, dibandingkan dengan pemasok yang
produknya terbaik bagi perusahaan. Untuk mencegah bahaya seperti ini, banyak perusahaan
mempunyai kebijakan yang melarang pembeli mereka untuk menerima hadiah dari pemasok.
3.Bagaimana Karyawan dan organisasi Memperlakukan Agen Ekonomi Lainnya

Perspektif utama ketiga untuk memandang etika melibatkan hubungan antara perusahaan dan
karyawannya dengan agen ekonomi lainnya. Agen utama yang bekepentingan meliputi
pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, dealer, dan serikat pekerja. perilaku antara
organisasi dan agen-agen ini yang dapat dipengaruhi ambiguitas etis meliputi periklanan dan
promosi, pengungkapan keuangan, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan pengadaan,
tawar menawar dan negosiasi, dan hubungan bisnis lainnya.

Sebagai contoh, bisnis dalam industri farmasi global semakin dikritik karena eskalasi yang
cepat dari harga yang mereka tetapkan kepada obat terbaru dan terkuat. Perusahan-
perusahaan ini berargumen bahwa mereka perlu berinvestasi dalam jumlah besar dalam
program riset dan pengembangan untuk mengembangkan obat-obatan baru, dan harga yang
lebih tinggi dibutuhkan untuk menutup biaya ini.

Namun, mengingat besarnya tingkat krisis kesehatan mayarakat yang mewabah beberapa
wilayah di dunia-seperti HIV/AIDS di sub-Sahara Afrika -sejumlah aktivis

berargumen bahwa produsen farmasi harus menurunkan harga mereka atau melonggarkan
perlindungan paten mereka sehingga pasien di negara-negara miskin mampu membeli obat-
obatan yang dibutuhkan untuk mengobati penyakit tersebut.

Mengelola Perilaku Etis Lintas Perbatasan

Etika terdapat dalam individu, tetapi banyak bisnis tetap berusaha keras untuk mengelola
perilaku etis dari manajer dan karyawan mereka dengan secara jelas menetapkan fakta bahwa
mereka mengharapkan untuk terlibat dalam perilaku etis. Mereka juga ingin mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk menghilangkan ambiguitas sebanyak mungkin
mengenai apa yang dipandang perusahaan sebagai perilaku etis versus tidak etis.

Cara yang paling umum untuk melakukannya adalah melalui penggunaan :

1. pedoman atau kode etika

2. pelatihan etika serta

3. praktik organisasi dan budaya perusahaana


Pedoman dan Kode Etik

Banyak perusahaan multinasional, termasuk Toyota, Siemens, General Mills dan Johnson &
Johnson, telah menuliskan pedoman yang memerinci bagaimana karyawan harus
memperlakukan pemasok, pelanggan, pesaing, dan pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan yang lainnya, seperti Philips, Nissan, Duew-oo, Whir$ool, dan Hewlett-Packard,
telah mengembangkan kode etik(code of ethics) formal-pernyataan tertulis berisi nilai-nilai
dan standar etika yang memandu tindakan perusahaan.

Untuk memastikan bahwa Pedoman dan Kode Etik Perusahaan ini berjalan baik, Perusahaan
menetapkan pihak-pihak tertentu untuk bertanggung jawab melakukan pengawasan.

a. Dewan Komisaris bertanggung jawab mengawasi penerapan Pedoman dan Kode Etik
Perusahaan ini serta memberikan nasihat kepada Direksi atas arah penerapan
Pedoman dan Kode Etik Perusahaan. Para anggota Dewan Komisaris juga harus
menjadi panutan bagi Direksi dan karyawan dalam penerapan Pedoman dan Kode
Etik Perusahaan.
b. Direksi bertanggung jawab merumuskan arah penerapan prinsip-prinsip Pedoman dan
Kode Etik Perusahaan dan menjadi pemimpin sekaligus panutan bagi karyawan dalam
menerapkannya. Para anggota Direksi memiliki hak tertinggi untuk mengambil
keputusan dalam setiap tindakan pelanggaran Pedoman Dan Kode Etik Perusahaan
c. Para atasan bertanggung jawab menjalankan dan mengawasi penerapan Pedoman Dan
Kode Etik Perusahaan ini dalam tugas pokok dan fungsinya masing-masing termasuk
penciptaan iklim komunikasi terbuka di antara timnya, terutama yang menyangkut
setiap potensi isu pelanggaran hukum dan norma. Atasan diharapkan mampu
memberikan solusi alternatif kepada timnya. Jika terjadi situasi dimana atasan tidak
mampu memberikan solusi alternatif, maka atasan dapat meneruskan isu tersebut
kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi.

Pelatihan Etika

RESIKO MANAGEMEN DAN DUKUNGAN KARYAWAN PROFESSIONAL

Dalam menghadapi risiko bisnis maka peran seorang manajer dalam mengelola perusahaan
agar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang
telah ditetapkan maka salah satu factor yang

sangat diperhatikan adalah dalam perekrutan karyawan, dengan perekrutan karyawan yang
baik dan selektif maka dapat menghindari pemborosan baik materi maupun tenaga yang
dikeluarkan. Etika bisnis adalah semua tentang mengelola risiko,Linda Ferrell & O.C. Ferrell
(2009:6) “Business ethics is all about managing risks”. Misalnya jika Anda seorang manajer
sumber daya manusia Anda akan peduli dengan praktik

b. Apakah mereka melakukan upaya untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang
mewakili latar belakang beragam komunitas di mana mereka beroperasi?

c. Apakah mereka mempromosikan perlindungan dan pelestarian kesehatan lingkungan


alam?

d. Lakukan secara aktif dan terbukti mengatur kebijakan etika dan perilaku bisnis?

e. Apakah mereka memiliki pelaporan dan manajemen risiko sistem keuangan yang akurat di
tempat?

f. Apakah mereka bekerja secara aktif untuk meminimalkan terjadinya cedera, bahaya,
kesalahan, kecelakaan, kerusakan dan kehilangan?

Tahapan Etika Bisnis

Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan: tahap makro, tahap meso, dan tahap
mikro. Ketiga tahap ini membahas kegiatan ekonomi dan bisnis. Ditahap makro, etika bisnis
mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara total.

Pada tahap meso (menengah), etika bisnis mempelajari persoalan etika dalam organisasi.
Organisasi di sini dapat diasosiasikan sebagai organisasi perusahaan, serikat buruh, lembaga
konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain. Tahap mikro memusatkan perhatiannya pada
persoalan individual sehubungan dengan aktifitas ekonomi atau bisnis. Pada tahap ini
dipelajari tanggung jawab etis karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan
konsumen, pemasok, dan investor. Beberapa MNC menangani isu etis secara proaktif,
dengan menawarkan pelatihan kepada karyawan mengenai cara untuk mengatasi dilema etis.

Di Boeing, sebagai contoh, manajer lini memimpin sesi peiatihan untuk karyawan lainnya,
dan perusahaan tersebut juga mempunyai komite etik yang bertanggung jawab langsung
kepada dewan direksi. Sesi pelatihan tersebut melibatkan diskusi mengenai dilema-dilema
etis yang mungkin dijumpai karyawan dan bagaimana mereka dapat menangani dilema-
dilema tersebut dengan cara terbaik.

Praktik Organisasi dan Budaya perusahaan


Praktik organisasi dan budaya perusahaan juga berkontribusi terhadap manajemen perilaku
etis. Jika pemimpin puncak dalam sebuah perusahaan berperilaku dengan cara etis dan
pelanggaran standar etika ditangani secara langsung dan tepat, maka setiap orang dalam
organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan mereka berperilaku dengan
cara etis-untuk mengambil keputusan etis dan melakukan hai yang benar.

Namun, jika pemimpin puncak tampil untuk membebaskan diri dari standar etika atau
memilih untuk mengabaikan atau merendahkan perilaku tidak etis, maka pesan yang
berlawanan sedang dikirimkan-bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang tidak etis jika
mereka dapat menyembunyikannya.

Lingkungan Budaya

Pada tahun 1870 seorang antropolog Edward Taylor mendefinisikan budaya sebagai sesuatu
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan
kemampuan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selain itu, Hofstede
juga berpendapat bahwa budaya sebagai pemrogaman kolekstif pikiran yang membedakan
anggota satu kelompok manusia dari yang lain.

Sosiolog Zvi Namenwirth dan Robert Weber melihat budaya sebagai sistem gagasan yang
merupakan desain untuk hidup. Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat kita
simpulkan bahwa budaya adalah kumpulan nilai, kepercayaan, perilaku, dan sikap yang
membedakan sebuah masyarakat dengan masyarakat lainnya. Budaya merupakan sesuatu hal
yang tidak berwujud, tersebar luas , sulit untuk dipelajari.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional

Secara spesifik, tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR)


adalah serangkaian tanggung jawab yang dilakukan perusahaan untuk melindungi dan
mengangkat masyarakat di mana mereka berfungsi.

Menurut Gray (1995), sebuah teori yang melandasi pengungkapan CSR adalah teori
legitimasi. Teori legitimasi merupakan suatu sistem yang mengutamakan kepentingan
masyarakat atau lebih memihak kepada masyarakat. Pengungkapan CSR diharapkan dapat
meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar
seperti investor dan kreditor yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan
CSR adalah triple bottom line, yaitu gagasan bahwa perusahaan harus memperhatikan dan
menyeimbangkan tiga tujuan dalam merumuskan dan menerapkan strategi dan keputusan
mereka:

• Memenuhi misi ekonomi mereka, menghasilkan laba bagi pemegang saham mereka
serta menciptakan nilai untuk pemangku kepentingan mereka;

• Melindungi lingkungan;

• Mengangkat kesejahteraan umum masyarakat.

Pelaksanaan PKBL/CSR di Indonesia dipayungi oleh Undang-Undang No. 40 tahun 2007,


Pasal 74 yaitu Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. Dalam UndangUndang ini pada
pasal 74 dinyatakan bahwa semua Perseroan Terbatas wajib hukumnya melak sanakan
PKBL/CSR , sehingga tanggung sosial menjadi bagian dari rencana penganggaran
perusahaan.

Misi Ekonomi

Dalam model pemegang saham (shareholder model) tradisional, tujuan sebuah perusahaan
adalah untuk memaksimalkan nilai laba sekarang setelah dikurangi pajak yang mengalir
seiring waktu kepada pemegang saham. Ini bukan tugas yang mudah dalam ekonomi global
yang sangat kompetitif.

Pendukung atas model pemangku kepentingan (stakeholder model) berargumen bahwa


perusahaan perlu mempertimbangkan kepentingan dari pemangku kepentingan lainnya serta
pemegang saham dalam mencapai keputusan.

Pemangku kepentingan adalah individu, kelompok, dan organisasi yang dapat dipengaruhi
oleh kinerja dan keputusan perusahaan tersebut. Pemangku kepentingan pril,.er-(primary-
stakeholders)-individu dan organisasi yang dipengaruhi secara langsung oleh praktik
organisasi dan yang mempunyai kepentingan ekonomi dalam kinerja organisasi tersebut
termasuk karyawan, pelanggan, dan investor.

Pemangku kepentingan sekunder (secondary stakeholders)adalah individu atau kelompok


yang dapat dipengaruhi oleh keputusan perusahaan, tetapi yang tidak secara langsung terlibat
dalam transaksi ekonomi dengan perusahaan tersebut,seperti media berita, organisasi
nonpemerinlah (nongovernmental organizations-NGO), atau komunitas di mana perusahaan
tersebut beroperasi.
Keberlangsungan dan Lingkungan Alam

Komponen kedua dari triple bottom line adalah melindungi lingkungan alam. Sebagian besar
negara mempunyai hukum yang berusaha melindungi dan meningkatkan kualitas air tanah
dan udara mereka.

Sayangnya, di beberapa negara, penegakan hukum ini lemah atau tidak dilakukan perusahaan
terkadang memandang bahwa dengan mengikuti hukum tidak lebih, tidak kurang telah
memenuhi tanggung jawab mereka terhadap lingkungan alam.

Kesejahteraan Sosial Umum

Beberapa orang percaya bahwa selain memperlakukan para pemangku kepentingan mereka
dan lingkungan secara bertanggung jawab, organisasi bisnis juga harus mempromosikan
kesejahteraan umum masyarakat.

Contohnya meliputi kontribusi terhadap kegiatan amal, organisasi filantropis, sefta yayasan
dan asosiasi nirlaba; dukungan kepada museum, simfoni, serta radio dan televisi publik; dan
mengambil peran dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Mengelola tanggung jawab sosial lintas perbatasan

Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial

Perusahaan umumnya mengadopsi salah satu dari empat pendekatan dasar terhadap tanggung
jawab sosial.

PEMBERIAN FILANTROPIS

Terakhir, pemberian filantropis (Philanthropic giving) adalah pemberian dana atau hadiah
kepada badan amal atau program sosial lainnya. Pemberian lintas perbatasan nasional telah
menjadi semakin lazim sebagai contoh, Alcoa memberikan $112000 kepada sebuah kota
kecil di Brasil untuk membangun pabrik pengolahan kotoran.

Perusahaan Jepang, seperti sony dan Mitsubishi memberikan kontribusi pada sejumlah
program sosial di Amerika serikat. BP telah memilih untuk mendukung banyak program di
Rusia dan republik-republik bekas Republik Sosialis Uni Soviet lainnya.

Mengevaluasi Tanggung Jawab Sosial


Banyak organisasi memilih untuk melakukan evaluasi formal terhadap efektivitas usaha
tanggung jawab sosial,mereka. Beberapa organisasi, misalnya, secara rutin melakukan audit
sosial perusahaan.

Audit sosial perusahaan (corporate social audit) adalah analisis formal dan menyeluruh
terhadap efekivitas kinerja sosial perusahaan. Audit tersebut biasanya dilakukan oleh satuan
tugas yang terdiri dari para manajer tingkat tinggi dari dalam perusahaan.

Kesulitan Mengelola CSR Lintas Perbatasan

Tantangan lain yang dihadapi perusahaan dalam menetapkan kebijakan mereka terhadap CSR
adalah bahwa peran perusahaan dalam masyarakat bervariasi di setiap negara.

MNC, yang berdasarkan definisinya beroperasi dalam banyak yurisdiksi politik dan hukum,
secara terus menerus berusaha untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara peran dan
perilaku yang diharapkan oleh pemerintah negara asal mereka dan yang diharapkan oleh
semua pemerintah tuan rumah di negara di mana mereka beroperasi. Hal ini terutama sangat
kompleks dalam kasus CSR karena perusahaan memainkan peran yang berbeda dalam proses
politik dari suatu negara tertentu

Strategi, Tanggung Jawab, dan Berkelanjutan Lingkungan.

Kelompok eksekutif utama dari 200 perusahaan terbesar di Amerika Serikat, yang
menamai diri mereka sebagai Business Roundtable, hadir dengan dukungan kuat dari
konsep corporate sosial responcibility (CSR) :

“Menyeimbangkan harapan pemegang saham untuk memaksimalkan return terhadap prioritas


lainnya adalah salah satu masalah mendasar yang dihadapi manajemen perusahaan.
Pemegang saham harus menerima pengembalian yang baik namun kekhawatiran yang sah
dari konstituensi lain (pelanggan, Karyawan, masyarakat, pemasok dan masyarakat luas) juga
harus memiliki perhatian yang sesuai. . . . [Manajer puncak] percaya bahwa dengan
memberikan pertimbangan tercerahkan untuk menyeimbangkan Klaim yang sah dari semua
konstituennya, korporasi paling baik melayani kepentingannya dari pemegang sahamnya.”

The Concepts of Corporate Social Responsibility and Good Corporate Citizenship

(Konsep Corporate Social Tanggung Jawab dan Kewarganegaraan Perusahaan yang


Baik) Program tanggung jawab perusahaan biasanya meliputi unsur-unsur berikut :
- Berusaha menerapkan strategi etis dan mengamati prinsip-prinsip etika dalam operasi
bisnis.

- Memberikan kontribusi amal, mendukung usaha pelayanan masyarakat, Terlibat dalam


inisiatif filantropi yang lebih luas, dan menjangkau untuk membuat perbedaan Dalam
kehidupan yang dirugikan.

- Mengambil tindakan untuk melindungi lingkungan dan, khususnya, untuk meminimalkan


atau menghilangkan dampak buruk terhadap lingkungan yang berasal dari perusahaan itu
sendiri (aktivitas bisnis).

Keberlanjutan untuk mendorong tanggung jawab sosial dan memacu upaya inovatif
yang pada akhirnya menghasilkan produk dan peluang baru bagi peningkatan
pendapatan Mobil listrik : Chevy Volt dan Nissan Leaf adalah salah satu contoh.

- Strategi CSR yang matang dan praktik bisnis yang berkelanjutan adalah Kepentingan
pemegang saham jangka panjang.

- Menciptakan lingkungan kerja yang meningkatkan kualitas hidup bagi karyawan. Banyak
perusahaan mengerahkan usaha ekstra untuk meningkatkan kualitas hidup Karyawan di
tempat kerja dan di rumah.

- Membangun beragam tenaga kerja berkenaan dengan jenis kelamin, ras, asal negara, dan
Aspek lain yang dibawa orang yang berbeda ke tempat kerja.

Tanggung jawab Sosial / Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa
organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung
jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam
segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, di mana ada argumentasi


bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya
tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga
harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka
panjang.

Dalam tanggung jawab sosial bisnis ada beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya adalah:

a) Benturan dengan kepentingan Masyarakat


Proses produksi seringkali menyebabkan benturan kepentingan (masyarakat dengan
perusahaan ). Terjadi pada berbagai tingkat perusahaan besar, menengah dengan perusahaan .
Benturan ini terjadi kerap kali karena perusahaan menimbulkan masalah-masalah yang terjadi
saat proses produksi. Klasifikasi aspek pendorong dalam menunaikan tanggung jawab sosial,
perusahaan dituntut untuk mengindahkan etika bisnis. Hal-hal pendorong dilaksanakannya
etika bisnis : Dorongan dari pihak luar serta dorongan dari dalam bisnis itu sendiri

b) Dorongan Tanggung Jawab Sosial

Klasifikasi masalah sosial yang mendorong pelaksanaan tanggung jawab sosial pada sebuah
bisnis sebagai berikut :

- Penerapan manajemen orientasi kemanusian

Kegiatan intern yang muncul bersifat sangat kaku, keras, dan otoriter. Prosedur administrasi
serta jenjang kewenangan yang berbelit-berbelit sering menyebabkan tekanan batin bagi para
pebisnis maupun pihak lain yang berhubungan kurang manusiawi pun kerap terjadi antara
perusahaan dengan pihak luar (pelanggan dan masyarakat umum).Manfaat penerapan
manajemen orientasi kemanusiaan. Penerapan akan menimbulkan hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara pelaku bisnis dan pihak luar secara rinci, manfaat tersebut yakni
Peningkatan moral kerja karyawan yang berakibat membaiknya semangat dan produktivitas
kerja, Adanya partisipasi bawahan dan timbulnya rasa ikut memiliki sehingga tercipta kondisi
manajemen partisipasif.

c) Ekologi dan gerakan pelestarian lingkungan,

Ekologi, yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam lingkunganya
banyak dipengaruhui oleh proses produksi. Sebagai contoh maraknya penebangan hutan
sebagai bahan dasar industri perkayuan. Perburuan kulit ular yang diperuntukan industri
kerajinan kulit. Penangkapan ikan dengan

menggunakan bahan peledak maupun racun yang merusak alam sekitar. Sehingga

akan timbul tanggung jawab perusahaan kepada kelestarian lingkungan.

d) Penghematan energi, Pengurasan secara besar-besaran energi yang berasal dari sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak, batubara dan gas telah banyak
terjadi. Kesadaran bahwa sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui telah mendorong
dilaksanakanya proses efisiensi serta mencari pengganti sumber daya tersebut. Yang dapat
disebut dengan sumber energi alternatif diantaranya adalah pemanfaatan tenaga surya, nuklir,
angin, air serta

laut.

e) Partisipasi pembangunan bangsa, Kesadaran masyarat pebisnis terhadap

suksesnya pembangunan sangat diperlukan. Karena dengan adanya kesadaran tersebut, akan
membantu pemerintah menangani masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan
penggunaan tenaga kerja yang ada, sebagai bentuk tanggung jawab sosial pada lingkungan
sekitar perusahaan yang beroperasi.

f) Gerakan konsumerisme.

Awal perkembangannya tahun 1960an di Negara barat yang berhasil memberlakukan


undang-undang perlindungan konsumen yang meliputi beragam aspek, mulai dari
perlindungan atas praktik penjualan paksa sampai pemberian izin lisensi bagi para petugas
reparasi alat rumah tangga sehingga konsumen merasa terlindungi dan konsumen akan
semakin percaya pada produk – produk yang beredar di sekitarnya Berikut adalah Tujuan dari
gerakan konsumerisme ini adalah :

- Memperoleh perhatian dan tindakan nyata dari kalangan bisnis terhadap keluhan konsumen
atas praktek bisnisnya.

- Pelaksanaan strategi advertensi atau periklanan yang realistis dan mendidik serta tidak
menyesatkan masyarakat.

- Diselenggarakan panel-panel disuksi antara wakil konsumen dengan produsen.

- Pelayanan purna jual yang lebih baik.

-Berjalannya proses public relation (PR) yang lebih menitik beratkan pada

kepuasan konsumen daripada promosi semata.

Daftar Pustaka

https://journal.trunojoyo.ac.id/infestasi/article/viewFile/1797/1485

https://media.neliti.com/media/publications/7559-ID-komunikasi-dalam-csr-perusahaan-
pemberdayaan-masyarakat-dan-membangun-citra-posi.pdf
https://sinta.kemdikbud.go.id/assets/img/book/978_6025082801.pdf

https://www.researchgate.net/profile/Aditya-Wardhana/publication/
327068991_Bisnis_Internasional/links/5b76628e92851ca65064f0dc/Bisnis-Internasional.pdf

https://www.acidatama.co.id/tata-kelola.php
http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/1190211015138487302619November2013.pdf
…….

Anda mungkin juga menyukai