Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH

MANAJEMEN STRATEJIK DAN KEPEMIMPINAN

RPS 10

ETIKA, CSR, KELANGGENGAN LINGKUNGAN SEKITAR DAN STRATEGI

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Gayatri, M.Si., Ak., CA

OLEH:

KELOMPOK 3

KADEK SASWATA ABHIMANA NEGARA (2007612009)

GEDE WAHYA DHIYATMIKA (2007612013)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2021
10.1 Pengertian Etika dan Bisnis
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha
yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah Etika
yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis
lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris “business”, dari kata
dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian,
sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Di dalam melakukan
bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang sebagai bisnis yang baik. Bisnis
beretika adalah bisnis yang mengindahkan serangkaian nilai-nilai luhur yang bersumber dari hati
nurani, empati, dan norma. Bisnis bisa disebut etis apabila dalam mengelola bisnisnya pengusaha
selalu menggunakan nuraninya. Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli:

• Allan Afuah (2004)


Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dana menjual
barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
ada di dalam industry

• T. Chwee (1990)
Bisnis merupaka suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat.

• Grifin dan Ebert


Bisnis adalah suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan.
10.2 Bagaimana dan Mengapa Standar Etika Mempengaruhi Tugas Menyusun dan

Melaksanakan Strategi?
Sarbanes-Oxley Act, yang disahkan pada tahun 2002, mengharuskan perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan secara publik memiliki kode etik atau menjelaskan secara tertulis kepada SEC
mengapa mereka tidak melakukannya. Tiga rangkaian pertanyaan setiap kali ada inisiatif strategi baru
yang sedang dikaji sebagai berikut:

• Apa yang kita usulkan mematuhi sepenuhnya kode etik kita?


• Apakah jelas bahwa tindakan yang diusulkan ini selaras dengan kode kita?
• Adakah sesuatu dalam tindakan yang diajukan yang dapat dianggap etis tidak pantas? Apakah
pelanggan, karyawan, pemasok, pemegang saham, pesaing, komunitas, SEC, atau media kita
memandang tindakan ini secara etis tidak pantas?

10.3 Pemicu dari Strategi dan Perilaku Bisnis yang Tidak Etis
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar,
larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilainilai etika pada umumnya perusahaan yang
memiliki peringkat kepuasan bekerja yag tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir
tindakan yang tidak etis. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan
oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan. Berikut ini, ada tiga pemicu utama
dari perilaku bisnis yang tidak etis ditunjukkan sebagai berikut:

• Pengawasan yang salah, memungkinkan pengejaran atas kepentingan dan keuntungan pribadi
yang tidak bermoral.
• Tekanan yang cukup berat terhadap manajer perusahaan untuk memenuhi target kinerja jangka
pendek.
• Budaya perusahaan yang menempatkan profitabilitas dan kinerja bisnis sebagai prioritas dan
mengesampingkan tingkah laku etisnya dalam berbisnis.

10.4 Alasan Strategi Perusahaan Harus Beretika


Ibarat sebuah mobil, laju mobil penting untuk dapat mengantarkan penumpangnya ke tempat
tujuan. Mobil melaju karena injakkan pedal gas pengemudinya dan berhenti kerena injakan pedal rem.
Injakan pedal gas mobil diperlukan agar mobil dapat melaju dan injakan pedal rem diperlukan agar
mobil melaju dengan selamat. Begitu pula sebuah perusahaan bergerak karena beraksinya sumber daya
manusia bersama-sama sumberdaya yang lain. Agar aksi manajemen perusahaan berjalan selamat
perlu memperhatikan etika bisnis dan tanggung jawab sosial. Etika dan tanggung jawab sosial
perupakan rem perusahaan agar berkerja tidak bertabrakan dengan pemegang kepentingan perusahaan,
seperti pelanggan, pemerintah, pemilik, kreditur, pekerja dan komunitas atau masyarakat.

Hubungan yang harmonis dengan pemegang kepentingan akan menghasilkan energi positif buat
kemajuan perusahaan. Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini? Karena
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan
didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekwen.

Harus diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena:

• Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
• Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
• Akan melindungi prinsip kebebasan berniaga.
• Akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Ada pun dua alasan mengapa strategi perusahaan harus etis, yaitu karena strategi yang tidak etis
secara moral salah dan mencerminkan keburukan pada karakter personil perusahaan, dan karena
strategi etika bisa menjadi bisnis yang baik dan melayani kepentingan pribadi bagi para pemangku
kepentingan. Selain itu, dalam hal ini diperlukan 2 pondasi penting yang mendasari agar strategi bisnis
dapat beretika:

a. Perspektif Moralistik (Pondasi Moral)


Hakikatnya, orang menjalankan usaha komersial untuk menghasilkan keuntungan,
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan pemilik dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Keuntungan merupakan kata kunci dalam kegiatan bisnis, seperti yang dikatakan oleh Fry dkk
(2002) bahwa sebagai sebuah organisasi yang berusaha memenuhi permintaan barang dan jasa
yang dibutuhkan pelanggan, bisnis selalu mencari keuntungan. Sejatinya, keuntungan adalah
‘darah’ bagi setiap kegiatan usaha perdagangan barang maupun jasa. Semua orang yang terlibat
dalam kegiatan usaha itu sangat bergantung pada keuntungan untuk kelangsungan hidupnya.
Demikian pula, perkembangan usaha pun sebagian ditentukan oleh besar-kecilnya laba yang
ditahan dan dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan meningkatkan skala (scale-up) sehingga
sebagai ‘organisme’, perusahaan pun perlu tumbuh agar bisa beradaptasi dengan perubahan
lingkungan.

Namun, bisnis juga perlu mengadopsi nilai- nilai moral agar bisnis dijalankan secara etis.
Bisnis yang etis memperhatikan kepentingan holistik semua pemangku kepentingan, dalam
pengertian hubungan bisnis harus bersih, jujur, saling menguntungkan, dan bermanfaat. Mencari
keuntungan tidak boleh menghalalkan segala cara. Pedoman moral menjadi penting karena
menurut Robert Heilbroner, seorang ekonom Amerika, kalau pencarian keuntungan menjadI
motif utama bagi bisnis, dengan sendirinya bisnis mengejar kepentingan diri yang berlanjut
pada tumbuh suburnnya egoisme. Pengusaha yang egois selalu melihat kelangsungan bisnisnya
untuk kepentingannya sendiri dan menutup mata kepentingan orang lain. Kalau perlu dia
mengorbankan kepentingan orang lain untuk kepentingannya sendiri. Bisnis yang berhasil,
masih menurut Fry dkk (2002) adalah bisnis unggul sepanjang waktu, bukan hanya bisnis yang
berjaya sesaat karena muslihat tertentu. Bisnis yang berhasil juga tidak mencari keuntungan
finiansial besar dengan mengorbankan moralitas, komitmen kerja yang rendah, produk-produk
yang buruk, atau perilaku tidak etis lain.

b. Persaingan Bisnis dan Perilaku Etis


Persaingan merupakan salah satu mesin penggerak kemajuan dalam bisnis. Kotler (2003)
menyatakan bahwa seiring dengan semakin kompetitifnya pasar, memfokuskan strategi pada
pelanggan saja tidak cukup. Perusahaan harus mulai memperhatikan pesaing. Dengan
persaingan bisnis dipaksa mencari cara-cara kreatif dan inovatif dalam memelihara
kelangsungan hidupnya. Bila dilakukan secara sehat, persaingan adalah ‘jamu’ bagi
perkembangan usaha. Persaingan usaha menyiratkan perlunya ‘strategi mengalahkan pesaing’.
Persaingan yang sehat tentu menuntut kreatifitas dan inovasi yang menghasilkan keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Diperlukan upaya yang tekun, telaten, dan terus
menerus untuk berkembang secara sehat, dengan cara-cara yang fair. Masih menurut Kotler
(2003) persaingan melibatkan pesaing yang bukan saja pembuat atau penjual barang serupa,
tetapi juga barang substitusi. Selain itu, persaingan juga bisa lebih sengit dengan ancaman
masuknya pemain baru, atau meningkatnya posisi tawar konsumen karena kemampuan mereka
memilih penjual barang atau penyedia jasa, padahal persaingan yang ada sudah melibatkan
banyak pemain dan sudah padat, seperti suatu pertarungan di laut merah, dimana pemainnya
terlalu banyak dan harus bertarung berdarah-darah.
Kondisi terakhir ini, terutama telah menyebabkan persaingan yang tidak sehat, seperti
perang harga, perang iklan, atau peluncuran produk baru. Menjual barang dengan harga murah
sering disertai penurunan kualitas produk maupun layanan. Secara internal, upah karyawan pun
ditekan agar harga bisa bersaing. Lebih buruk lagi, perang harga juga disertai keengganan
mengeluarkan biaya pengelolaan limbah. Bisa dikatakan bahwa malapraktik bisnis bisa
berdampak merugikan pada, diantaranya, konsumen, karyawan, dan lingkungan.

10.5 Strategi, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Serta Keberlanjutan Lingkungan

Sekitar
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi
pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya. Selain definisi diatas masih ada
definisi lain mengenai CSR yakni Komitmen perusahaan dalam pengembangan ekonomi yang
berkesinambungan dalam kaitannya dengan karyawan beserta keluarganya, masyarakat sekitar dan
masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup mereka

(WBCSD, 2002).

Sedangkan menurut Commission of The European Communities, 2001, mendefinisikan CSR


sebagai aktifitas yang berhubungan dengan kebijakankebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan
penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan
stakeholder. Dari sudut pandang strategis, suatu perusahaan bisnis perlu mempertimbangkan tanggung
jawab sosialnya bagi masyarakat dimana bisnis menjadi bagiannya. Ketika bisnis mulai mengabaikan
tanggung jawabnya, masyarakat cenderung menanggapi melalui pemerintah untuk membatasi otonomi
bisnis.

Tanggungjawab sosial menurut Carrol, Carroll menyatakan bahwa manajer organisasi bisnis
memiliki empat tanggung jawab yakni:

• Tanggung jawab ekonomi yakni memproduksi barang dan jasa yang bernilai bagi masyarakat

• Tanggung jawab hukum yakni perusahaan diharapkan mentaati hukum yang ditentukan oleh
pemerintah
• Tanggung jawab etika yakni perusahaan diharapkan dapat mengikuti keyakinan umum
mengenai bagaimana orang harus bertindak dalam suatu masyarakat.
• Tanggung jawab kebebasan memilih yakni tanggung jawab yang diasumsikan bersifat sukarela.
Dari keempat tanggung jawab tersebut, tanggung jawab ekonomi dan hukum dinilai sebagai
tanggung jawab dasar yang harus dimiliki perusahaan. Setelah tanggung jawab dasar terpenuhi maka
perusahaan dapat memenuhi tanggung jawab sosialnya yakni dalam hal etika dan kebebasan memilih.

Ada beberapa alasan mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk menerapkan

CSR sebagai bagian dari aktifitas bisnisnya, yakni:

• Moralitas
Perusahaan harus bertanggung jawab kepada banyak pihak yang berkepentingan terutama
terkait dengan nilai-nilai moral dan keagamaan yang dianggap baik oleh masyarakat. Hal
tersebut bersifat tanpa mengharapkan balas jasa.

• Pemurnian Kepentingan Sendiri


Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkepentingan karena
pertimbangan kompensasi. Perusahaan berharap akan dihargai karena tindakan tanggung jawab
mereka baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

• Teori Investasi
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder karena tindakan yang dilakukan
akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan.

• Mempertahankan otonomi
Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap stakeholder untuk menghindari campur tangan
kelompok-kelompok yang ada didalam lingkungan kerja dalam pengambilan keputusan
manajemen.

a. Manfaat dari tanggung jawab sosial perusahaan


• Manfaat bagi Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan tentunya akan menimbulkan citra positif perusahaan di
mata masyarakat dan pemerintah.

• Manfaat bagi Masyarakat


Selain kepentingan masyarakat terakomodasi, hubungan masyarakat dengan perusahaan akan
lebih erat dalam situasi win-win solution.

• Manfaat bagi Pemerintah


Dalam hal ini pemerintah merasa memiliki partner dalam menjalankan misi sosial dari
pemerintah dalam hal tanggung jawab sosial.

b. Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


• Strategi Reaktif
Kegiatan bisnis yang melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cenderung
menolak atau menghindarkan diri dari tanggung jawab sosial.

• Strategi Defensif
Strategi defensif dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan
penggunaan pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial.

• Strategi Akomodatif
Strategi Akomodatif merupakan tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal tersebut

• Strategi Proaktif
Perusahaan memandang bahwa tanggung jawab sosial adalah bagian dari tanggung jawab
untuk memuaskan stakeholders. Jika stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap
perusahaan akan terbangun.
Kesimpulan
Etika bisnis suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang
dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau berusaha.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga
masyarakat.

Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah
Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh
perusahaan(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi
perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak
(minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku
kepentingannya. Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab sosial
adalah:

1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
stakeholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan memiliki tanggung jawab social akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social terhadap lingkungan akan membantu dalam
pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan
6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan
dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin komplek
7. Perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat menambah
uang dalam bisnis mereka.
Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab perusahaan, yaitu kepada
lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan masyarakat sekitarnya, Sehingga akan terbentuk suatu
hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai