Anda di halaman 1dari 11

LINGKUNGAN ETIKA DAN AKUNTANSI

1. Etika Lingkungan untuk Bisnis


a. Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan Keunggulan Kompetitif
Tiga puluh tahun terakhir telah menjadi masa dimana terjadinya peningkatan
harapan bahwa bisnis ada untuk melayani kebutuhan para pemegang saham dan
masyarakat. Banyak pihak yang memiliki kepentingan dalam bisnis, aktivitasnya, serta
dampaknya. Jika kebutuhan para stakeholders ini tidak dipenuhi bukan tidak mungkin
terjadi hal-hal yang akan merugikan shareholders, dan para pekerja akan terjadi. Karena
tidak dapat dipungkiri, keberhasilan suatu bisnis dalam mencapai tujuannya tidak terlepas
dari dukungan para stakeholders, seperti shareholders, karyawan, pelanggan, kreditur,
pemerintah, masyarakat sekitar, serta aktivis.
Dukungan untuk bisnis-bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas yang
para stakeholders tempatkan pada komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan
kekuatan keunggulan kompetitif. Dengan menempatkan kredibilitas yang tinggi ini,
stakeholders berharap aktivitas perusahaan juga akan menghormati nilai-nilai serta
kepentingan mereka. Atau dengan kata lain, dengan menunjukkan respek terhadap nilai
serta kepentingan stakeholders dapat terlihat bahwa perusahaan memiliki etika yang baik.
Sebagai konsekuensinya, direktur perusahaan diharapkan untuk mengatur perusahaan
mereka secara etis, yang berarti mereka harus memperhatikan apakah para eksekutif,
karyawan, dan agen bertindak secara etis. Selain itu, perusahaan juga diharapkan untuk
bertanggung jawab kepada stakeholders secara transparan atau beretika. Penilaian kinerja
sekarang meluas melampaui apa yang dicapai untuk mencakup etis atau tidak hal tersebut
dicapai. Akibatnya, pemerintahan dan akuntabilitas rezim untuk bisnis menjadi jauh lebih
peduli dengan kepentingan stakeholder dan hal-hal etis. Direktur, eksekutif, dan akuntan
profesional, yang seringkali menghadapii konflik kepentingan para shareholders secara
langsung dan masyarakat secara tidak langsung, harus mulai berhati-hati karna
masyarakat kini telah memiliki ekspektasi yang berubah terhadap perusahaan.
Kepentingan perusahaan kini tidak lagi semata bagi kaum intelektual namun juga harus
memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional yang ikut
dipertimbangkan dalam pengambilan suatu keputusan.
b. Tuntutan Masyarakat Terhadap Bisnis
Masalah etika yang kerap terjadi dapat menjadi salah satu alasan bagaimana
perubahan harapan publik terhadap suatu perusahaan dapat terjadi, berikut ini terdapat
beberapa faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan terkait harapan publik:
1. Urusan Lingkungan
Kekhawatiran terkait pencemaran udara ini berfokus pada cerobong dan pipa asap
pabrik yang dapat menyebabkan iritasi dan gangguan pernafasan tidak hanya bagi para
pekerja namun juga bagi masyarakat sekitar. Bentuk pencemaran lain yang sayangnya
belum mendapat perhatian berbentuk hujan asam, dan penipisan lapisan ozon. Semakin
tingginya kesadaran masyarakat terhadap bahaya yang dapat menimpa mereka ini
berbanding lurus dengan meningkatnya juga ekspektasi masyarakat terhadap kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan.
2. Sensitivitas Moral
Sensitivitas moral berkaitan dengan tekanan publik akan adanya suatu keadilan
dalam ketenagakerjaan. Bentuk ketidakadilan kerap kali terjadi pada tahun 1980 hingga
1990an. Usaha menghapuskan ketidakadilan ini mulai berhasil dengan telah terbentuknya
kini hukum, peraturan, kontrak dan kegiatan-kegiatan perusahaan. Kepekaan moral juga
terjadi di isu-isu internasional maupun domestik. Kampanye untuk memboikot membeli
dari perusahaan yang terlibat dalam masalah mempekerjakan anak dibawah umur atau
buruh murah di negara-negara asing, sebagai contohnya, telah membentuk suatu kode
etik terkait penggunaan tenaga kerja bagi para pemasok.
3. Penilaian Buruk dan Aktivis
Para pemangku keputusan dalam suatu perusahaan adalah manusia yang juga
mungkin membuat kesalahan. Namun pihak-pihak terkadang tersinggung pada tahap ini
lalu mengambil tindakan agar para direktur dan manajemen menyadari bahwa tindakan
mereka tidak benar secara etis. Masyarakat tidak segan menyerang instansi yang dinilai
buruk. Para investor berpandangan bahwa investasi mereka seharusnya tidak hanya untuk
mendapatkan pendapatan namun juga untuk masalah-masalah etis.
4. Ekonomi dan Tekanan Persaingan
Perkembangan pasar global telah berhasil memberi kesempatan bagi perusahaan
untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru dunia. Restrukturisasi telah dilihat
sebagai pendorong produkitivitas dan memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan
tarif yang lebih rendah dari pekerjaan domestik. Oleh karena itu, diperlukan
restrukturisasi yang memungkinkan produktivitas yang lebih tinggi dan biaya yang lebih
rendah mengingat persaingan yang lebih besar, volume yang lebih besar tentu akan
meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan tidak akan lebih rendah dari yang
telah dialami di masa lalu.
5. Skandal Keuangan: Kesenjangan Ekspektasi Dan Kesenjangan Kredibilitas
Krisis keuangan yang sudah berulang ulang terjadi tidak dipungkiri telah
mengecewakan masyararakat. Ketidak percayaan masyarakat terhadap integritas laporan
keuangan perusahaan menjadi salah satu buktinya. Istilah jurang harapan digambarkan
sebagai betapa berbedanya antara apa yang dipikirkan masyarakat akan mereka dapatkan
dalam laporan keuangan dan apa yang pada nyatanya diterima masyarakat.
Lebih luas lagi dapat dikatakan bahwa penyimpangan keuangan menimbulkan
krisis kepercayaan terhadap seluruh elemen perusahaan, baik pelaporan ataupun tata
kelola perusahaan. Masalah ini jelas menjadi salah satu masalah penting untuk
ditanggulangi agar tidak terus terjadi kedepannya.
6. Kegagalan Tata Kelola Dan Penilaian Resiko
Pemerintah menyadari penting untuk melindungi kepentingan publik, dimana
dewan direksi perusahaan telah memperkirakan penilaian dan meyakini bahwa risiko
yang dihadapi perusahaan telah diatur dengan baik, serta risiko etika kini telah menjadi
aspek kunci proses pencapaian tujuan perusahaan. Reformasi tata kelola dianggap perlu
untuk melindungi kepentingan umum.
7. Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan
Kurangnya kepercayaan pada proses kegiatan dalam suatu perusahaan
menimbulkan peningkatan keinginan transparantasi bagi pihak pihak yang menyangkut
kepentingan investor dan stakeholders yang lain. Hal ini direspon langsung oleh banyak
perusahaan di dunia dengan menerbitkan informasi dalam web mereka terkait kinerja
CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Tren ini jelas ke arah peningkatan
laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat yang terus tumbuh.
8. Sinergi Semua Faktor Dan Penguatan Institusional
Hubungan faktor-faktor akhirnya berdampak pada ekspektasi publik terhadap
masalah etika. Masyarakat saat ini semakin sadar betapa pentingnya kontrol pada
perilaku perusahaan yang tidak etis. Kesadaran publik tersebut berimbas pada dunia
politik, yang menyatakan reaksinya dalam hal penyusunan hukum dan peraturan. Hal
tersebut akan mengakomodasi kesadaran publik dalam proses penguatan institusi dan
penegakan hukum.
Keinginan untuk standar global pengungkapan perusahaan, praktik audit, dan
keseragaman etika perilaku, para akuntan profesional telah menghasilkan standar
akuntansi dan audit internasional di bawah naungan Internasional Accounting Standards
Board (IASB) dan International Federation of Accountants (IFAC). Kreasi mereka
International Financial Reporting Standards (IFRS) dan Kode Etik untuk Akuntan
profesional merupakan titik fokus untuk harmonisasi di seluruh dunia.
9. Hasil
Jelaslah bahwa harapan masyarakat telah berubah dengan ekspektasi lebih tinggi
dari para pelaku bisnis. Untuk merespons harapan ini, sejumlah pengawas dan penasehat
telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat umum dan bisnis. Organisasi-
organisasi, seperti Greenpeace, Pollution Probe, dan Coaliation for Environmentally
Responsible Economies (CERES, sebelumnya bernama Sierra Club) sekarang mengawasi
hubungan bisnis dengan lingkungan.

Praktik Bisnis yang Tidak Beretika

Bentuk masalah etika masih kerap kali terjadi dalam dunia bisnis, ada lima
kategori untuk mengklasifikasikan bentuk bentuk masalah etika ini, yaitu :

a. Suap (Bribery) Adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta
sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik.
b. Paksaan (Coercion) Adalah bentuk tekanan, batasan, atau dorongan yang dilakukan
secara paksa dengan menggunakan suatu kekuasaan atau ancaman.
c. Penipuan (Deception) Suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan
mengucapkan atau melakukan kebohongan.
d. Pencurian (Theft) Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau
mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
e. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) Merupakan perlakuan tidak adil atau
penolakan terhadap orang-orang tertentu hanya berdasarkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama.

2. Harapan Baru untuk Bisnis


Bentuk harapan baru dalam dunia bisnis terbagi atas 3, yaitu :
a. Tugas Baru Dunia Bisnis
Perubahan ekspektasi publik telah menyebabkan perubahan dalam tugas-tugas di
dunia bisnis. Pada masa ini, keuntungan tidak semata keuntungan, namun perlunya
kesadaran perusahaan mengenai bagaimana cara memperolehnya, harus berdasarkan
undang-undang dan etika yang berlaku dimasyarakat. Namun, sayangnya masih saja
banyak perusahaan yang hanya berfokus pada prinsip keuntungan murni sehingga
membahayakan kelangsungan perusahaan di jangka panjang.
Karena inilah diharapkan dimasa depan kesuksesan perusahaan akan tergantung
pada seberapa sanggup perusahaan menyeimbangkan profit dan kepentingan stakeholder.
Penilaian keberhasilan masa depan akan memperhitungkan apa yang telah dicapai dan
bagaimana cara mencapainya.8
b. Kepemimpinan Baru dan Kerangka Transparansi
Berdasarkan analisis ini, perusahaan sukses akan dilayani dengan sangat baik oleh
mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus pada sebuah kumpulan hubungan
fidusia yang berbeda dan lebih luas dibandingkan dengan masa lalu.
Kesetiaan direktur dan eksekutif harus mencerminkan kepentingan para
stakeholders dalam hal pencapaian tujuan, proses, dan hasil. Tujuan dan proses tata
kelola juga harus mengarah pada perspektif yang baru, agar harapan masyarat dapat
terpenuhi.
c. Penguatan Aturan Untuk Profesional Akuntan
Ekspektasi publik akan kebenaran laporan kinerja perusahaan tidak lepas dari
profesional akuntan yang menyiapkan atau mengaudit laporan keuangan tersebut.
Profesional akuntan tersebut berfokus pada loyalitas kepada kepentingan publik dan
adoptasi prinsip independensi, penilaian, objektivitas dan integritas.
3. Tanggapan dan Perkembangan
1. Kejelasan Kepemimpinan dan Model Transparansi Stakeholder
Tren penting lain yang dikembangkan sebagai hasil dari tekanan ekonomi dan
kompetitif yang memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan profesional. Tren ini
mencakup:
a. Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan dan CEO
b. Pernyataan manajemen kepada pemegang saham terkait pengendalian internal,
dan
c. Perhatian penuh untuk mengelola resiko dan melindungi reputasi, meskipun
perubahan signifikan juga terjadi dalam pengelolaan organisasi, yang mencakup :
 Reorganisasi, pemberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik.
 Meningkatnya ketergantungan manajemen pada indikator kinerja non
keuangan.

Hasil dari perubahan terjadi adalah perusahaan mulai memberi perhatian lebih pada
bagaimana etisnya aktivitas perusahaan, dan untuk mengurangi terjadinya masalah etika.
Dari hal tersebut semakin terlihat jelas terlihat bahwa komando tradisional dan
pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan perusahaan perlu
membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika.

Gambar 1 : Peta Akuntabilitas Pemegang Saham


2. Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko
Dalam rangka menggabungkan kepentingan stakeholders ke dalam kebijakan,
strategi dan operasi perusahaan, direksi, eksekutif manajer, dan karyawan lainnya harus
memahami sifat kepentingan stakeholder mereka dan nilai-nilai yang mendukung
mereka.
Berbagai bentuk pendekatan telah dikembangkan untuk memeriksa berbagai
keperluan stakeholders seperti survey, fokus kelompok, dan pemetaan berdasarkan
stereotip. Hasil penyidikan terkait nilai-nilai dasar yang dihargai oleh para stakeholders,
nilai-nilai ini berbeda sedikit tergantung pada kelompok stakeholder, serta perbedaan
regional. Namun, kemajuan telah dibuat ke arah satu set hypernorms-nilai yang dihormati
oleh sebagian kelompok atau budaya di seluruh dunia. Menurut Charles Fombrun, dari
Institut Reputasi, dapat dikategorikan dalam 4 hal, yaitu:

3. Akuntabilitas
Masalah yang terjadi dalam kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah
meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan
stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada sebelumnya.
Perbaikan yang diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah
memotivasi diskusi di antara akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang
seharusnya mereka gunakan untuk menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau
prinsip-prinsip.Kekurangan integritas,transparasi,dan akurasi jelas terdapat pada laporan
keuangan.
Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama
yang bersifat nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku
kepentingan tertentu.
4. Etika Lingkungan untuk Akuntan Profesional
a. Peran dan perilaku
Efek dari terjadinya krisis di perusahaan-perusahaan besar membawa perubahan
pada perilaku para akuntan professional.Akuntan profesional harus meletakkan
kesetiaan mereka pada kepentingan umum, tidak semata untuk diri mereka sendiri,
direktur atau manajer perusahaan, ataupun para pemegang saham.Perubahan ini perlu
dilakukan karna kredibilitas dari para akuntan yang hampir hancur.Dibutuhkan
reformasi, melalui peraturan, pengawasan yang terstuktur serta standar internasional
terkait kode etik perilaku akuntan profesional di seluruh dunia.
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk
bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang
bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai
karyawan perusahaan.Akuntan profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka
saat ini dan mereka siap untuk bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga
kredibilitas profesi akuntan.
b. Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar
modal, dan akuntabilitas perusahaan.Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju
harmonisasi secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit
yang berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi
penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi san audit di seluruh
dunia.Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan
GAAP yang dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian
umum yang berlaku di semua negara.
Selain itu, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) juga sedang mengembangkan
kode etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional, yang
diharapkan nantinya kode etik ini akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan para
akuntan dunia di masa depan. KAP juga saat ini sedang mengembangkan standar
audit global untuk melayani para klien, serta standar perilaku untuk memastikan
penilaian mereka independen, objektif, dan akurat.
c. Layanan yang di Tawarkan
Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan
nonaudit kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan Arthur dalam bencana
Enron, akan dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat
dipenuhi. Para akuntan profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana
nilai-nilai dan kode profesional lain yang mereka pekerjakan berbeda dengan profesi
akuntansi.
5. Mengelola Risiko Etika dan Kesempatan/Peluang
Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya, dan khususnya untuk
direktur, eksekutif, dan akuntan, telah membawa tuntutan reformasi tata kelola, pengambilan
keputusan etis, dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari pemikiran terkini tentang
bagaimana mengelola risiko etika dan peluang.
Para pengusaha yang telah berpengalaman menyadari bahwa krisis tidak dapat dihindari,
dan pendekatan manajemen krisis dikembangkan untuk melindungi perusahaan agar tidak
mengalami kehancuran reputasi yang lebih parah dari sebelumnya.Bahkan, jika aspek etika
dalam krisis dapat dikelola dengan baik, reputasi perusahaan bisa meningkat.Memasukkan etika
dalam manajemen krisis jelas dapat mengubah risiko menjadi peluang.
Daftar Pustaka

Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Bussiness & Professional Ethics for Directors,
Executives and Accountants, 6th edition
http://ainiueoo.blogspot.com/2013/06/makalah-etika-etika-lingkungan-untuk.html diakses pada 4
April 2015
http://www.slideshare.net/nastalisti/tugas-2-print-enron diakses pada 4 April 2015
http://memebali.blogspot.com/2013/03/etika-bisnis-dan-profesi-lingkungan.html diakses pada 4
April 2015
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ diakses pada 6
April 2015
http://www.insteps.or.id/kuliah/Book%20Reading/The%20Corporation-1.pdf diakses pada 6
April 2015

Anda mungkin juga menyukai