Bentuk masalah etika masih kerap kali terjadi dalam dunia bisnis, ada lima
kategori untuk mengklasifikasikan bentuk bentuk masalah etika ini, yaitu :
a. Suap (Bribery) Adalah tindakan berupa menawarkan, membeli, menerima, atau meminta
sesuatu yang berharga dengan tujuan mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam
melaksanakan kewajiban publik.
b. Paksaan (Coercion) Adalah bentuk tekanan, batasan, atau dorongan yang dilakukan
secara paksa dengan menggunakan suatu kekuasaan atau ancaman.
c. Penipuan (Deception) Suatu tindakan memperdaya, menyesatkan yang disengaja dengan
mengucapkan atau melakukan kebohongan.
d. Pencurian (Theft) Adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita atau
mengambil properti milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya.
e. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) Merupakan perlakuan tidak adil atau
penolakan terhadap orang-orang tertentu hanya berdasarkan oleh ras, jenis kelamin,
kewarganegaraan, atau agama.
Hasil dari perubahan terjadi adalah perusahaan mulai memberi perhatian lebih pada
bagaimana etisnya aktivitas perusahaan, dan untuk mengurangi terjadinya masalah etika.
Dari hal tersebut semakin terlihat jelas terlihat bahwa komando tradisional dan
pendekatan pengendalian dari atas ke bawah tidak lagi cukup dan perusahaan perlu
membuat lingkungan yang cocok untuk memelihara perilaku etika.
3. Akuntabilitas
Masalah yang terjadi dalam kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom, telah
meningkatkan keinginan untuk laporan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan
stakeholder, lebih transparan, dan lebih akurat daripada sebelumnya.
Perbaikan yang diperlukan dalam integritas ,transparansi,dan akurasi telah
memotivasi diskusi di antara akuntan (professional) untuk mengenali sifat pedoman yang
seharusnya mereka gunakan untuk menyusun laporan keuangan,aturan-aturan atau
prinsip-prinsip.Kekurangan integritas,transparasi,dan akurasi jelas terdapat pada laporan
keuangan.
Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,terutama
yang bersifat nonfinansial,dan telah disesuaikan dengan kebutuhan pemangku
kepentingan tertentu.
4. Etika Lingkungan untuk Akuntan Profesional
a. Peran dan perilaku
Efek dari terjadinya krisis di perusahaan-perusahaan besar membawa perubahan
pada perilaku para akuntan professional.Akuntan profesional harus meletakkan
kesetiaan mereka pada kepentingan umum, tidak semata untuk diri mereka sendiri,
direktur atau manajer perusahaan, ataupun para pemegang saham.Perubahan ini perlu
dilakukan karna kredibilitas dari para akuntan yang hampir hancur.Dibutuhkan
reformasi, melalui peraturan, pengawasan yang terstuktur serta standar internasional
terkait kode etik perilaku akuntan profesional di seluruh dunia.
Apresiasi terhadap berlangsungnya arus perubahan dalam lingkungan etika untuk
bisnis merupakan hal yang penting untuk memahami suatu informasi tentang
bagaimana akuntan profesional harus menafsirkan kode profesi mereka sebagai
karyawan perusahaan.Akuntan profesional harus memastikan nilai-nilai etika mereka
saat ini dan mereka siap untuk bertindak mematuhi nilai etika tersebut serta menjaga
kredibilitas profesi akuntan.
b. Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia usaha, pasar
modal, dan akuntabilitas perusahaan.Dalam profesi akuntansi, gerakan menuju
harmonisasi secara global dalam sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi dan audit
yang berlaku umum (GAAP) dan (GAAS) untuk memberikan efisiensi analisis bagi
penyedia pasar modal dunia serta efisiensi komputasi san audit di seluruh
dunia.Akibatnya, ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan
GAAP yang dikembangkan oleh berbagai negara yang menjadi suatu rangkaian
umum yang berlaku di semua negara.
Selain itu, Federasi Akuntan Internasional (IFAC) juga sedang mengembangkan
kode etik yang bersifat internasional untuk para akuntan profesional, yang
diharapkan nantinya kode etik ini akan menjadi dasar perilaku dan pendidikan para
akuntan dunia di masa depan. KAP juga saat ini sedang mengembangkan standar
audit global untuk melayani para klien, serta standar perilaku untuk memastikan
penilaian mereka independen, objektif, dan akurat.
c. Layanan yang di Tawarkan
Dalam lingkungan global baru-baru didefinisikan ulang, penawaran layanan
nonaudit kepada klien audit, yang merupakan isu perdebatan Arthur dalam bencana
Enron, akan dibatasi sehingga ekspektasi konflik kepentingan yang lebih ketat dapat
dipenuhi. Para akuntan profesional harus mewaspadai terjadinya konflik, di mana
nilai-nilai dan kode profesional lain yang mereka pekerjakan berbeda dengan profesi
akuntansi.
5. Mengelola Risiko Etika dan Kesempatan/Peluang
Dampak meningkatkan harapan untuk bisnis pada umumnya, dan khususnya untuk
direktur, eksekutif, dan akuntan, telah membawa tuntutan reformasi tata kelola, pengambilan
keputusan etis, dan pengelolaan yang akan mendapat manfaat dari pemikiran terkini tentang
bagaimana mengelola risiko etika dan peluang.
Para pengusaha yang telah berpengalaman menyadari bahwa krisis tidak dapat dihindari,
dan pendekatan manajemen krisis dikembangkan untuk melindungi perusahaan agar tidak
mengalami kehancuran reputasi yang lebih parah dari sebelumnya.Bahkan, jika aspek etika
dalam krisis dapat dikelola dengan baik, reputasi perusahaan bisa meningkat.Memasukkan etika
dalam manajemen krisis jelas dapat mengubah risiko menjadi peluang.
Daftar Pustaka
Leonard J. Brooks and Paul Dunn (2012). Bussiness & Professional Ethics for Directors,
Executives and Accountants, 6th edition
http://ainiueoo.blogspot.com/2013/06/makalah-etika-etika-lingkungan-untuk.html diakses pada 4
April 2015
http://www.slideshare.net/nastalisti/tugas-2-print-enron diakses pada 4 April 2015
http://memebali.blogspot.com/2013/03/etika-bisnis-dan-profesi-lingkungan.html diakses pada 4
April 2015
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/ diakses pada 6
April 2015
http://www.insteps.or.id/kuliah/Book%20Reading/The%20Corporation-1.pdf diakses pada 6
April 2015