Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 – HARAPAN ETIKA

Etika Lingkungan untuk Bisnis: Pertarungan Kredibilitas, Reputasi, dan


Keunggulan Kompetitif

Dukungan untuk sebuah bisnis dan bisnis pada umumnya bergantung pada
kredibilitas yang ditempatkan pemangku kepentingan dalam komitmen
perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan daya saingnya. Semua ini
bergantung pada kepercayaan bahwa tempat pemangku kepentingan dalam
kegiatan perusahaan, kepercayaan, pada gilirannya, bergantung pada nilai-nilai dan
interes mereka

 Faktor yang memengaruhi harapan public untuk perilaku bisnis:


1. Fisik (kualitas udara dan air, keselamatan)
2. Moral (keinginan untuk keadilan dan kesetaraan di rumah dan diluar
negeri)
3. penilaian yang buruk (kesalahan operasi, kompensasi eksekutif)
4. Aktivis Pemangku kepentingan (etike investor,konsumen,ahli
lingkungan hidup)
5. Ekonomi ( kelemahan, tekanan untuk bertahan hidup)
6. Persaigan (tekanan global)
7. Penyimpangan keuangan (banyak skandal,korban,keserakahan)
8. Akuntabilitas ( keinginan untuk transparansi)
9. Sinergi ( publisitas, perubahan sukses)
10.Penguatan hukum kelembagaan ( peraturan baru lingkungan, whistle
blowing)

Masalah Lingkungan

Tidak ada yang membangkitkan opini public sebelumnya mengenai sifat dari
perilaku perusahaan yang baik lebih dari kesadaran bahwa kesejahteraan fisik
public dan kesejahteraan sebagian pekerja sedang terancam oleh aktivitas
perusahaan.
Dua masalah yang terkait dengan polusi udara yang lebih lambat untuk
disadari adalah hujan asam, yang menetralkan danau atau menggugurkan
dedaunan, serta disipasi atau menipisnya lapisan ozon.

Pengakuan bahwa pencemaran air merupakan suatu permasalahan yang


memerlukan tindakan telah disejajarkan dengan kepedulian terhadap menipisnya
ozon, sebagian karena terbatasnya kemampuan kita untuk memahami sifat alami
yang tepat dari risiko logam air dan dioxin.

Sensitivitas Moral

Selama periode tahun 1980-1990 an, terdapat peningkatan yang signifikan


dalam sensitivitas diakibatkan oleh kurangnya kejujuran dan perbedaan dalam
perlakuan yang adil kepada individu dan kelompok dalam masyarakat. Beberapa
kelompok bertanggung jawab untuk kesadaran sosial yang tinggi, termasuk
gerakan feminis dan juru bicara bagi orang dengan mental yang terganggu dan
penyandang cacat, untuk orang-orang pribumi dan minoritas.

Sensitivitas moral juga terlihat pada isu-isu internasional dan domestic.


Kampanye untuk memboikot pembelian dari perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam penggunaan tenaga kerja anak atau mempekerjakan tenaga kerja dengan
upah yang rendah di negara-negara asing memberikan kesaksian yang cukup.

Penilaian yang buruk dan aktivis pemangku kepentingan

Para direktur, eksekutif, dan manajer adalah manusia dan mereka membuat
kesalahan. Kadang masyarakat atau kelompok tertentu tersinggung pada tahap ini
akibat penilaian yang buruk, serta mengambil tindakan untuk membuat direktur
dan manajemen menyadari bahwa mereka tidak menyetujuinya. Sebagai contoh,
keputusan oleh Shell Inggris untuk menenggelamkan penyimpanan minyak
kapal Brent Spar di laut dalam daripada membawanya ke dekat pantai
menyebabkan demontrasi untuk mendukung Greenpeace, yang mencoba
menghentikan pembuangan minyak di lautan dan memboikot SPBU Shell di
Eropa.
Ekonomi dan Tekanan-Tekanan Kompetitif

Ada beberapa hal yang mendasari atau factor sekunder yang juga
memengaruhi. Sebagai contoh, secara umum, laju aktivitas ekonomi melambat
pada akhir periode 1980-an, awal periode 1990-an, serta sebelum dan setelah
zaman millennium.

Perkembangan pasar global telah mendorong prodksi dan sumber produk di


seluruh dunia. Restrukturisasi telah dilihat sebagai pendorong produktivitas dan
memungkinkan biaya yang lebih rendah dengan tariff yang lebih rendah dari
pekerjaan domestic.

Demikian juga, mengingat persaingan yang lebih besar, volume yang lebih
besar tentu akan meningkatkan laba sehingga tekanan pada perusahaan tidak akan
berkurang pada tingkat yang telah di alami di masa lalu.

Skandal Keuangan: Jurang Harapan dan Jurang Kredibilitas

Sebagai akibat dari guncangan yang berulang-ulang ini, masyarakat menjadi


sinis terhadap integritas keuangan perusahaan, yang begitu banyak sehingga istilah
jurang harapan telah diciptakan untuk menggambarkan perbedaan antara apa
dipikirkan oleh masyarakat tentang apa yang mereka dapatkan dalam alporan
keuangan yang telah diaudit dan apa yang sebenarnya masyarakat dapatkan.

Secara lebih luas, penyimpangan keuangan yang berkelanjutan telah


menimbulkan krisis kepercayaan terhadap pelaporan dan tata kelola perusahaan.
Kurangnya kredibilitas telah menyebar dari pelayanan keuangan untuk mencakup
bidang lain dari aktivitas perusahaan dan telah dikenal sebagai jurang kredibilitas.

Kegagalan Tata Kelola dan Penilaian Risiko

Jelas terlihat dari serangkaian krisis yang melibatkan enron Arthur Andersen
dan WorldCom bahwa cara saat ini dalam mengatur perusahaan dan melaporkan
kegiatan mereka tidak memadai untuk melindungi interes investor, serta lebih luas
lagi melindung kepentingan masyarakat dipasar yang tertib dan aktivitas
perusahaan.

Direktur perusahaan diharapkan untuk memastikan bahwa perusahaan


mereka telah bertindak demi interes investor dalam rentang waktu aktivitas yang
dianggap ccook oleh masyarakat, dimana mereka beroperasi. Akan tetapi, dalam
kasus enrorn, worldcom, dan kasus-kasus lainnya pengawasan direktur perusahaan
gagal mengetahui terjadinya keserakahan eksekutif, manajer, dan karyawan
lainnya.

Reformasi tata kelola dianggap perlu untuk melindungi kepentingan umum.


di mana direktur diharapkan untuk menilai dan memastikan bahwa risiko yang
dihadapi oleh perusahaan mereka telah dikelola dengan baik, risiko etika sekarang
terlihat menjadi aspek kunci dari proses. Reformasi tata kelola memastikan bahwa
tidak akan terjadi keterlambatan pada hal tersebut.

Peningkatan Akuntabilitas yang Diinginkan

Kurangnya kepercayaan dalam proses kegiatan juga melahirkan keinginan


untuk meningkatkan akuntabilitas pada pihak investor dan terutama oleh para
pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan diseluruh dunia telah merespons
dengan menerbitkan informasi lebih lanjut dalam situs web mereka dan laporan
bebas tentang kinerja dari corporate social responsibility mereka, termasuk subjek
atau topic, seperti lingkungan,kesehatan, filantropi, serta dampak social lainnya.
Meskipun beberapa informasi dalam laporan ini condong kearah sasaran
manajemen, verifikasi eksternal dan reaksi terhadap informasi yang salah secara
berangsur-angsur memperbaiki isi informasi yang terkandung. Tren ini jelas ke
arah peningkatan laporan nonfinansial, yang sesuai dengan harapan masyarakat
yang terus tumbuh.

 Di Indonesia terdapat beberapa contoh kasus pelanggaran etika terhadap


akuntabilitas,seperti :
a. Manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI
b. Kasus KPMG-Siddharta Sidddharta & Harsono
c. Kasus Mulyana W. Kusuma
d. Kasus 9 KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya
e. Dll.

Sinergi Di antara Faktor-Faktor dan Penguatan Kelembagaan

Hubungan diantara faktor-faktor yang mempengaruhi ekspektasi masyarakat


atas etika kinerja telah diidentifikasi, tetapi tidak diketahui sejauh mana hubungan
tersebut saling memperkuat satu sama lain dan menambah keinginan masyarakat
untuk bertindak. Selain itu terdapat banyak contoh yang bermunculan, dimana
eksekutif bisnis tidak membuat keputusan yang tepa, serta etika konsumen atau
investor bertindak dan berhasil membuat perusahaan mengubah praktik mereka
atau meningkatkan struktur tata kelolanya untuk memastikan bahwa pengambilan
keputusan dimasa depan lebih sehat.

Selanjutnya, kesadaran masyarakat berdampak pada politisi yang bereaksi


dengan menyiapka undang-undang yang baru atau mengetatkan peraturan.
Akibatnya, banyak masalah membawa kesadaran masyarakat dalam penguatan
kelembagaan dan kodifikasi pada hukum yang berlaku. Banyaknya permasalahan
etika yang disoroti memfokuskan pemikiran tentang perlunya tindakan yang lebih
etis.

 Hasil

Secara jelas, harapan masyarakat telah berubah untuk menunjukan


menurunnya toleransi, meningkatkan moral, kesadaran, dan harapan yang lebih
tinggi dari perilaku bisnis.

Dalam merespons meningkatnya harapan-harapan ini, sejumlah pengawas


dan penasihat telah muncul untuk membantu atau mendesak masyarakat umum
dan bisnis. Organisasi-organisasi seperti Greenpeace dan Polluton Probe,
sekarang mengawasi hubungan bisnis dengan lingkungan.Dalam menghadapi
semua interesnya, politisi telah merespons dengan meningkatkan peraturan,
denda, dan hukuman baik individu maupun perusahaan yang melakukan
penyimpangan.
Harapan Baru Untuk Bisnis

Mandat Baru untuk Bisnis

Perubahan-perubahan dalam harapan masyarakat telah memicu


sebuah evolusi dalam mandat untuk bisnis: laissez-faire, laba hanya dari Milton
Friedman telah diganti dengan pandangan bahwa bisnis ada untuk melayani
masyarakat, bukan sebaliknya. Menurut Friedman, ada tiga masalah penting
yang patut disebutkan, antara lain:

1. Deviasi dari laba hanya focus tidak berarti bahwa keuntungan akan jatuh—
pada kenyataannya, laba akan naik.
2. Keuntungan sekaran diakui sebagai sebuah ukuran kunerja perusahaan yang
tidak lengkap dan, oleh karena itu, tidak akurat untuk mengukur alokasi
sumber daya.
3. Friedman mengharapkan secara eksplisit bahwa kinerja akan berada dalam
hukum dan etika kebiasaan.

Pada akhirnya, Milton Friedman sendiri mengungkapkan pandangan bahwa


keuntungan harus diperoleh berdasarkan undang-undang dan etika kebiasaan
masyarakat. Untuk alas an ini, mandat keuntungan, murnu bagi perusahaan
kemudian berkembang pada pengakuan ketergantungan bisnis dan masyarakat.
Keberhasilan masa depan akan bergantung pada sejauh mana bisnis dapat
menyeimbangkan keuntungan dan interes pemangku kepentingan.

Tata Kelola dan Kerangka Kerja Akuntabilitas yang Baru

Berdasarkan analisis ini, perusahaan-perusahaan sukses akan dilayani


dengan sangat baik oleh mekanisme tata kelola dan akuntabilitas yang berfokus
pada sebuah kumpulan hubungan fidusia yang berbeda dan lebih luas
dibandingkan dengan masa lalu. Kesetiaan direktur dan eksekutif harus
mencerminkan interes pemangku kepentingan, terkait dengan sasaran, proses, dan
hasil. Tujuan dan proses tata kelola harus mengarahkan perhatian pada prespektif-
prespektif baru ini. Demikian jugam kerangka akuntabilitas modrn harus
mencakuo laporan-laporan yang fokus pad perspektif-perspektif itu. Jika tidak,
harapan masyarakat tidak akan dipenuhi dan peraturan tersebut dibuat untuk
memastikan perhatian dan fokus tersebut.

Peranan Fidusia yang Diperkuat bagi Akuntan Profesional

Harapan masyarakat untuk laporan kinerja perusahaan yang dapat dipercaya


tidak dapat dipenuhi, kecuali para akuntan profesional yang mempersiapkan atau
mengaudit laporan tersebutmemfokuskan loyalitas utama mereka pada kepentingan
umum atau mengadopsi prinsip-prinsip, seperti kebebasan penelitian, objektivitas,
dan integritas yang melindungi kepentingan umum.Loyalitas pada manajemen
dan/atau direktur dapat menyesatkan karena mereka telah sering terbukti sangat
mementingkan diri sendiri dan tidak dapat dipercaya. Direktur yang seharusnya
mengatur manajemen sering mengandalkan akuntan profesional untuk memenuhi
tanggung jawab fidusia mereka. Konsekuensinya, tanggung jawab fidusia utama
dari akuntan seharusnya kepada masyarakat atau untuk kepentingan umum. Jika
sebaliknyam harapan para pemangku kepentingan dalam masyarakat tidak akan
terpenuhi dan kredibilitas perusahaan akan terkikis, demikian pula kredibilitas dan
reputasi dari profesi akuntansi.

Tanggapan dan Perkembangan

Kemunculan Model-model Tata Kelola dan Akutabilitas Pemangku


Kepentingan

Reaksi oleh bisnis terhadap evolusi dari mandat keuntungan murni menjadi
pengenalan adanya saling ketergantungan antara bisnis dan masyarakat menjadi
lebih mudah diamati sering bergulirnya periode 1990an sebagai tambahan,
beberapa tren paling penting lainnya yang dikembangkan sebagai hasil dari
tekanan ekonomi dan kompetitif yang telah dan terus memiliki efek pada etika
bisnis dan kepada akuntan profesional. Tren ini mencakup:

 Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan


 Pernyataan manajemen keopada pemegang saham atas kecukupan
pengendalian internal dan
 Ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi
Meskipun perubahan yang signifikan juga terjadi dalam cara organisasi beroperasi
mencakup:

 Reorganisasi, pemeberdayaan karyawan, dan penggunaan data elektronik


yang berhubungan, dan
 Meningkatkan ketergantungan manajemen pada indikator kinerja
nonkeuangan yang digunakan secara nyata.

Sebagai akibat dari trend an perubahan ini, perusahaan memiliki minat yang
perusahaan mulai memberikan minat yang lebih besar terhadap berapa etisnya
kegiatan mereka, dan bagaimana memastikan bahwa permasalahan etika tidak
terjadi. Hal ini menjadi sebagai bukti bahwa pendekatan tradisional perintah dan
kendali (atas-bawah) tidaklah cukup, dan bahwa organisasi menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk mendorong etika perilaku, buakn
melaksanakannya.

Kode etik mudah untuk dikembangkan atau diterimasecara umum sehingga


biasanya harus diasah melalui beberapa revisi. Walaupun kode etik menawarkan
kerangka kerja penting untuk pengambilan keputusan dan kendali karyawan, posisi
perusahaan perusahaan sangat rentan karena produk atau proses produktif yang
ditemukan sejalan dengan kepentingan mereka sehubungan dengan
mengembangkan system informasi perinagtan dini untuk memfasilitasi tindakan
perbaikan yang cepat ketika masalah.

GAMBAR 1.1 & 1.2


Manajemen Berdasarkan Nilai, Reputasi, dan Risiko

Para direktur, eksekutif, manager dan karyawan lainnya harus memahami


sifat dari interes pemangku kepentingan dan nilai-nilai yang mendukungnya untuk
menggabungkan interes pemangku kepentingan ke dalam kebijakan, strategi, dan
operasional perusahaan. Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan yang
dikumpulkan dari para pemangku kepentingan akan bergantung pada pemahaman
dan pada kemampuan perusahaan untuk mengelolah resiko yang dihadapi
perusahaan secara langsung, maupun resiko-resiko yang berdampak pada
pemangku kepentingan.

Berbagai pendekatan telah dikembangkan untuk memeriksa interes pemangku


kepentingan, survei, kelompok-kelompok fokus, dan pemetaan menurut stereotip.
Selain itu penyelidikan sedang berlangsung pada nilai-nilai yang ada di balik
interes pemangku kepentingan sehingga kebijakan, strategi, dan prosedur
perusahaan dapat turut dipertimbangkan. Nilai-nilai berbeda bergantung pada
kelompok pemangku kepentingan seperti seperti perbedaan regional.
Bagaimanapun, kemajuan telah dibuat ke arah seperangkat hypernorms – nilai-
nilai yang diihormati oleh sebagian besar kelompok atau budaya di seluruh dunia.

Singkatnya-terutama mengingat kasus Enron, Artur Andersen Worlcom, serta


kasus-kasus lainya-direktur, eksekutif dan akuntan profesional akan menemukan
bahwa memenuhi harapan para pemangku kepentingan adalah faktor yang menjadi
semakin penting. Hal tersebut akan mengakinbatkan penggalian nilia-nilai yang
menentukan reputasi perusahaan, dan mengelolah nilai-nilai ( tersebut ) sehingga
resiko-resiko potensial dapat dihindari dan atau dikurangi secara efektif.
Mengabaikan resiko-resiko etika ini akan membahanyakan nasib perusahaan
seperti kegagalan-kegagalan perusahaan yang ditunjukan sebelumnya.

GAMBAR 1.3
Akuntabilitas

Munculnya interes pemangku kepentingan dan akuntabilitas, serta krisis


keuangan yang menimpa Enron, Artur Andersen, dan WordCom, telah
menngkatkan keinginan untuk membuat laporan ( kinerja perusahaan ) yang lebih
relevan dengan berbagai intres dari pemangku kepentingan. Laporan juga dibuat
lebih transparan dan lebih akurat dibandingkan dengan laporan di masa lalu.
Secara umum, hal tersebut merupakan pangkuan bahwa kekurangan integritas
seringkali ada pada laporan-laporan perusahan karena tidak mencakup beberapa
hal atau permasalahan.

Perbaikan yang diperlukan dalam integritas,transparasi dan akurasi telah


memotivasi diskusi diantara akuntan ( profesional ) untuk mengenai sifat pedoman
yang seharusnya mereka gunakan ungtuk menyusun laporan keuangan-aturan-
aturan atau prinsip-prinsip. Kekurangan integritas, transparasi dan akurasi jelas
terdapt pada laporan keuangan Enron, tetapi laporan itu mungkin telah sesuai
dengan interpretasi berbasis aturan standar akuntansi umum dan defenisi hukum
yang seangat sempit.
Keinginan untuk relevansi telah melahirkan gelombang dalam laporan,
terutama yang bersifat nonfinansial, dan telah disesuaikan dengan kebutuhan
pemangku kepentingan tertentu.

Etika Perilaku dan Perkembangan Dalam Etika Bisnis


Dalam menaggapi perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya, ada sebuah
minat terbaru mengenai bagaimana filsuf mendefenisiskan bagaimana
etiakaperilaku, dan pelajaran-pelajan yang telah dipelajari selama berabad-abad.
Selain itu, pada tingkat aplikasi yang lebih tinggi, beberapa konsep dan istilah telah
dikembangkan yang memfasilitasi pemahaman akan evolusi yang terjadi dalam
akuntabilitas bisnis dan dalam perbuatan keputusan etika.

Pendekatan Filosofi Untuk Etika Perilaku


Umur peniagaan dan eknomis setua zaman prasejarah ketika bisnis
dilakukan berdasarkan perdagangan dan barter. Teori-teori etika terkait perilaku
bisnis yang dapat diterima dan tidak dapat diterima sama tuanyanya walaupun
artikulasi mereka dalam tradisi filsafat Barat-berasal dari era socrates.
Filsuf Yunani berpendapat bahwa tujuan hidup adalah kebahagian, dan
kebahagiaan dicapai dengan menjalani hidup secara saleh/bijak sesuai dengan
alasan. Beberapa dari kebijakan termaksud integritas, kehormatan, kesetiaan,
keberanian, dan kejujuran. Dalam pengertian bisnis, hal tersebut berarti direktur,
eksekutif, dan akuntan harus menunjukan integritas dalam semua urusan bisnis
mreka : mereka harus menghormati syrat-syrat kontrak dan bukanya mencari celah
dapat dimanfaatkan ; mereka harus setia kepada karyawan, pelanggan, dfan
pemasoknya.; mereka harus memiliki keberanian untuk jujur dan transparan ketika
berhubungan dengan para pemangku kepentingan yang relevan. Dan mereka harus
jujur ketika memberikan penjelasan tentang perilaku bisnis yang baik dan buruk.
Filsuf Jerman, Imanuel Kant, berpendapat bahwa orang-orang beretika
ketika mereka tidak memnfaatkan orang lain demi kesejahteraannya, dan ketika
mereka tidak bertindak dengan cara yang munafik dalam menuntut perilaku tingkat
tinggi dari orang lain, sementara membuat pengecualian bagi dirinya sendri.
Filsuf Inggris, John Stuart Mill, menyatakan bahwa tujuan hidup adalah
untuk memeksimalkan kebahagiaan dan/atau ubtuk mengurangi ketidakbahagiaan
atau sakit, dan tujuan masyrakat adalah untuk memaksimalkan manfaat sosial bagi
semua orang. Derajat kebahagiaan dapat dinilai secara fisik dan dan psikologis.
Jadi teori mnunjukan bahwa tujuan bisnis adalah untuk berkontribusi dalam
mningkatkan keuntungan fisik dan dan atau psikologis masyrakat.
Filsuf Amerika, John Rawls, bahwa pendapat masyrakat harus diatur,
sehingga ada distribusi adil atas hak dan manfaat, dan bahwa setiap ketimpangan
harus mnguntungkan semua orang. Hal ini mnunjukan bahwa bisnis bertindak
secara etis ketika mereka tidak memiliki diskriminasi harga dan sistem perekrutan.

Konsep dan Persyaratan Etika Bisnis

Secara khusus,ada dua perkembangan yang sangat berguna dalam


memahami etika bisnis,serta bagaimana bisnis dan profesi bias mendapatkan
keuntungan dari penerapannya. Dua perkembangan itu adalah konsep
pemangku kepentingan dan suatu konsep dari kontrak social perusahaan.
Meskipun sebgaian tidak memiliki klaim hukum pada perusahaan,mereka
memiliki kapasitas yang sangat nyata untuk memengaruhi perusahaan dengan
baik atau tidak baik. Selain itu,seiring waktu berlalu,klaim dari beberapa pihak
yang berkepentingan menjadi terkodifikasi melalui undang-undang atau
peraturan.

Hal tersebut menjadi jelas bahwa kepentingan orang-orang ini dengan


pengaruh dalam bisnis atau dampaknya –harus dipertimbangkan dalam
perencanaan perusahaan dan pengambilan keputusan. Untuk kemudahan
referensi,orang-orang ini kemudian dikenal sebagai pemangku kepentingan dan
kepentingan mereka dikenal sebagai hak-hak pemangku kepentingan.Contoh
kelompok pemangku kepentingan mencakup
karyawan,pelanggan,pemasok,kreditur,peminjam,komunitas tuan
rumah,pemerintah,ahli lingkungan dan tentu saja pemegang saham.

Pendekatan untuk Pengambilan Keputusan Etis

Perkembangan akuntabilitas terhadapa pemangku kepentingan dalam


versi kontrak social perusahaan yang terbaru telah menjadikan eksekutif
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan mereka mencerminkan
nilai-nilai etika yang ditetapkan untuk perusahaan, dan tidak meninggalkan
pertimbangan hak-hak pemangku kepentingan manapun yang signifikan.

Para pembuat keputusan harus memahami tiga pendekatan filosofis


dasar : konsekuensialisme,deontology,dan etika kebajikan. Konsekuensialisme
mensyaratkan bahwa sebuah keputusan yang etis memiliki konsekuensi yang
baik;deontology menyatakan bahwa tindakan yang etis jika menunjukkan
kebajikan yang diharapkan oleh pemangku kepentingan dari peserta.

Semua pendekatan dmulai dengan identifikasi pemangku kepentingan


yang signifikan,suatu investigasi terhadap interes mereka dan peringkat-
peringkat interes tersebut untuk memastikan bahwa hal paling penting adalah
memeberikan perhatian yang memadai selama analisis dilakukan dan
pertimbangan lebih pada tahap pengambilan keputusan. Pendekatan analisis
praktis pertama,dikenal sebagai Modified Five Question Approach (Pendekatan
Lima Pertanyaan Termodifikasi) yang menantang setiap tantangan kebijakan
yang diusulkan atau tindakan dengan lima pertanyaan yang dirancang untuk
menilai proposal pada skala berikut : profitablitas,legalitas,kejujuran,dampak
pada hak masing-masing pemangku kepentingan,dan pada lingkungan secara
khusus serta demonstrasi kebajikan yang diharapkan oleh para pemangku
kepentingan.

Pendekatan lain Modified Moral Standars Approach (Pendekatan Standar


Moral Termodifikasi),awalnya dikembangkan oleh Profesor Manuel Velasquez
(1992),berfokus pada empat dimensi dampak dari tindakan yang diusulkan :

1. apakah memberi manfaat bersih untuk masyarakat


2. apakah adil bagi semua pemangku kepentingan
3. apakah tindakan yang benar;dan
4. apakah hal ini menunjukkan kebajikan yang diharapkan oleh pemangku
kepentingan,.

Meskipun terdapat beberapa hal (dalam pendekatan ini) yang tumpang tindih
dengan pendekatan pertama,focus Velasques kurang terpusat pada perusahaan dan
oleh karena itu lebh sesuai dengan evaluasi terhadap keputusan,dimana dampaknya
pada pemangku kepentingan di luar perusahaan mungkin akan sangat parah.

Etika Lingkungan untuk Akuntan-Akuntan Profesional

Peran dan Perilaku

Akuntan professional berutang loyalitas utama mereka pada


kepentingan umum,tidak hanya untuk kepentingan finansial diri mereka
sendiri,direktur atau manajemen perusahaan, atau para pemegang saham saat ini
dengan mengorbankan para pemegang saham di masa depan. Reformasi,melalui
struktur peraturan dan pengawasan baru,serta harmonisasi standar
pengungkapan secara internasional dan revisi kode etik yang mendedikasikan
kembali profesi akuntansi professional di seluruh dunia.
Terdapat kemungkinan yang nyata bahwa jurang harapan antara apa
yang diharapkan telah didapatkan dan akan diterima oleh pengguna laporan
audit dan keuangan akan memburuk jika akuntan dianggap keluar jalur dengan
kemunculan standar etika perilaku. Apresiasi terhadap berlangsungnya arus
perubahan dalam etika lingkungan untuk bisnis merupakan hal yang penting
untuk memahami suatu informasi tetang bagaimana akuntan professional harus
menafsirkan kode profesi mereka sebagai karyawan perusahaan. Trade-offs
merupakan hal yang sulit. Akuntan profesioanal harus memastikan bahwa nilai-
nilai etika mereka mutakhir dan bahwa mereka disiapkan untuk bertindak pada
nilai-nilai tersebut untuk menguji peran mereka,serta untuk menjada kredibilitas
–dan dukungan untuk –profesi.

Tata Kelola

Globalisasi dan internasionalisasi telah berkembang dalam dunia


usaha,pasar modal, dan akuntabilitas perusahaan. Perusahaan dengan transaksi
diseluruh dunia sadar bahwa mereka semakin bertanggung jawab untuk setiap
operasi mereka dan mencari cara yang efektif untuk
mengelola,memperhtungkan,dan mengungkapkan kegiatan seluruh dunia.

Dalam profesi akuntansi,gerakan menuju harmonisasi secara global


sekumpulan prnsip-prinsip akuntansi dan audit yang berlaku secara umum
(GAAP dan GAAS) untuk memberikan efisiensi analitis bagi penyedia modal
pasar-pasar dunia serta efisiensi komputasi dan aaudit diseluruh dunia.
Akibatnya ada rencana untuk menyelaraskan secara bertahap sekumpulan
GAAP yang dikembangkan oleh IASB di London,Inggris serta yang
dikembangkan oleh Financial Accounting Standars Board (FASB),di AS
menjadi suatu rangkaian umum yang akan berlaku di semua Negara.

Layanan yang Ditawarkan

Kemunculan dan pertumbuhan perusahaan multidisiplin di akhir


periode 1990-an yang melibatkan para professional,seperti pengacara dan
insinyur untuk menyediakan jaminan yang lebih luas dan layanan lain untuk
klien audit mereka,telah dibatasi oleh SEC yang telah direvisi dan standar-
standar lainnya,serta beberapa perusahaan audit utama telah menjual sebagian
dari unit konsultasi mereka. Para akuntan professional harus sangat mewaspadai
terjadinya konflik,dimana nilai-nilai dan kode-kode dari professional lain yang
merekan pekerjakan berbeda dari profesi akuntansi.

Mengelola Risiko Etika dan Kesempatan atau Peluang

Dampak meningkatnya harapan untuk bisnis pada umumnya-dan


untuk direktur,eksekutif,dan akuntan pada khususnya-telah membawa tuntutan
reformasi tata kelola,pengambilan keputusan etis,dan pengelolaan yang akan
mendapat manfaat dari pemikiran terkini tentang bagiamana mengelola risiko
etika dan peluang. Panduan ini disediakan untuk proses identifikasi risiko
etika,disarankan berhati-hati terhadap kepercayaan yang berlebihan pada
auditor eksternal untuk tujuan ini,dan wawasan juga ditawarkan untuk
pengelolaan dan pelaporan risiko etika.

Selanjutnya,strategi dan mekanisme yang efektif untuk memengaruhi


pemangku kepentingan dibahas dengan pandangan mengembangkan dan
mempertahankan dukungan mereka. Huungan dibuat antara manajemen risiko
etika dan pengamatan tradisional lingkungan atau pengelolaan masalah,dan juga
untuk bidang hubungan bisnis-pemerintah. Keduanya bias mendapatkan
keuntungan secara signifikan dari perspektif modern akuntabilitas pemangku
kepentingan yang meluas.memahami harapan etika tempat kerja sangat penting
bagi keberhasilan semua organisasi dan para eksekutifnya. Hak-hk karyawan
berubah, seperti harapan untuk privasi, mrtabat, perlakuan adil, kesehatan dan
keselamatan, serta melatih hati murni seseorang. Pengembangan kepercayaan
yang bergantung pada nilai-nilai etika dan sangat penting untuk komunikasi,
kerja sama, berbagi ide, keunggulan inovasi, dan latihan kepemimpinan
modern, juga merupakan faktor penentu keberhasilan.

Pentingnya dimensi-dimensi etika tempat kerja ini membuat para pengamat


ahli mempercayainya sebagai cara karyawan melihat perlakuan mereka sendiri
terhadap perusahaan yang menentukan apa yang karyawan pikirkan mengenai
program etika mereka.
Bagian dari teka-teki etis untuk perusahaan modern adalah menyelesaikan
pemberian dan penerimaan hadiah, suap dan memfasilitasi pembayaran semua
aspek ini menciptakan konflik kepentingan, tetapi diharapkan dalam banayak
kebudayaan. CSR dan memaparkan kisah perusahaan melalui pelaporan CSR
adalah bagian penting dari perencanaan strategis dan pencapaian tujuan-tujuan
strategis. Pengebangan jenis kewarganegaraan perusahaan perusahaan yang
diinginkan oleh para pemimpin dan pemangku kepentingan perusahaan adalah
perlunya sebuah perluasan nilai-nilai etika yang mendasar untuk buadaya
organisasi.

Anda mungkin juga menyukai