Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN PELAPORAN KORPORAT & PELAPORAN KEUANGAN

Pelaporan korporat merupakan elemen penting dari akuntabilitas perusahaan. Pelaporan


ini adalah cara manajemen berkomunikasi tentang kondisidan kineja mereka kepada
pemangku kepentingan. Proses komunikasi dan akuntabilitas ini memiliki konsekuensi
untuk berbagai pemangku kepentingan. Konsekuensi utama dari pelaporan ini adalah
adanya pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan tersebut. Pelaporan
korporat merujuk pada aspek penyajian dan pengungkapan yang berbeda dari
akuntansi/pengukuran atas berbagai aspek dalam perusahaan. Berbeda dengan laporan
manajemen, pelaporan korporat ditujukan kepada pemangku kepentingan persahaan.
Lingkup dalam pelaporan korporat ini cukup luas dan sangat tergantung pada penekanan
yang diberikan manajemen dalam pelaporan tersebut.
Beberapa jenis pelaporan korporat yaitu seperti laporan keuangan, laporan tahunan,
laporan tata kelola perusahaan, laporan corporate social responsility, laporan
keberlanjutan dan laporan integrase.
Pelaporan keuangan merupakan salah satu jenis paling umum dari pelaporan korporat.
Pelaporan keuangan menginformasikan kienerja keuangan dan posisi keuangan
perusahaan kepada para pemangku kepentingan khususnya penyedia modal, investor dan
kreditor, untuk mengambil keputusan.
Menurut International Accounting Standard Board (IASB) tujuan pelaporan
keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi berbagai pengguna
dalam membuat keputusan ekonomi.
Tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi keada manajemen suatu organisasi yang digunakan untuk
tujuan perencanaa, analisis, benchmarking, dan pengambilan keputusan.
2. Memberikan informasi kepada investor, penyedia utang dan kreditor yang
digunakan untuk memungkinkan mereka mengambil keputusan rasional dan
bijaksana mengenai investasi, kredit, dll
3. Memberikan informasi kepada pemegang saham dan public pada umumnya jika
perusahaan tersebut terdaftar tentang berbagai aspek organisasi
4. Memberikan infromasi tentang sumber daya ekonomi suatu organisasi, klaim
terhadap sumber daya tersebut (kewajiban dan ekuitas pemilik) dan bagaimana
sumber daya dan klaim ini telah mengalami perubahan selama periode waktu
tertentu.
5. Memberikan informasi tentang bagaimana suatu organisasi mengadakan dan
menggunakan berbagai sumber daya.
6. Memberikan informasi kepada berbagai pemangku kepentingan mengenai
manajemen kinerja organisasi dan tentang bagaimana mereka melakukan tugas
dan tanggung jawab fidusia mereka.
7. Memberikan informasi kepada auditor, atau penegak hokum dalam melakukan
asurans atau investigasi atas suatu kasus
8. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan meliha minat karyawan, serikat
pekerja dan pemerintah.
STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA
a. SAK
Standar akuntansi entitas komersial merupakan standar akuntansi yang digunakan oleh
entitas yang diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan. Entitas komersial
menggunakan informasi akuntansi sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pihak eksternal, perusahaan harus
mengikuti aturan-aturan dari Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diadopsi dari
International Financial Report Standard (IFRS).
SAK digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu entitas yang
telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan pernyataan
pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan menerbitkan efek
di pasar modal, atau entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang
efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK), asumsi dasar yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan adalah
atas dasar akrual, yaitu transaksi dan peristiwa lainnya diakui pada saat kejadian dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan pada periode tersebut, dan atas dasar
asumsi kelangsungan usaha, yaitu perusahaan berkeinginan untuk melanjutkan usahanya
di masa depan dan tidak bermaksud untuk melikuidasi usahanya.
Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan entitas komersial yaitu dapat
dipahami, relevan dalam memenuhi kebutuhan para pemakai laporan keuangan, dapat
dibandingkan, dan andal (reliable). Pengklasifikasian laporan keuangan menurut
karakteristik ekonomi, terdiri dari aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban.
Unsur-unsur dalam laporan keuangan yang berkaitan dengan posisi keuangan adalah
aset, liabilitas, dan ekuitas, sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
adalah penghasilan dan beban. Pengukuran unsur laporan keuangan didasarkan pada
historical cost, current cost, nilai realisasi, dan nilai sekarang.
b. SAK ETAP
Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) merupakan
standar akuntansi yang diterbitkan untuk entitas dengan skala yang relatif kecil karena
penggunaan SAK dianggap cukup kompleks untuk entitas berskala kecil. Entitas yang
dapat menggunakan SAK ETAP antara lain, yaitu entitas yang tidak memiliki akuntan
publik signifikan dan entitas yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
bagi pengguna eksternal.
Kerangka konseptual SAK ETAP memiliki konsep dan prinsip pervasif, yaitu
menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu
entitas yang bermanfaat bagi pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi dan
memenuhi kebutuhan informasi tertentu atau sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban
manajemen. SAK ETAP merupakan hasil penyederhanaan standar akuntansi IFRS yang
meliputi tidak adanya laporan laba/rugi komprehensif, penilaian untuk aset tetap, aset
tidak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan
harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar, serta
tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui
sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK), karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan yaitu dapat
dipahami, relevan, material, andal, substansi mengungguli bentuk, pertimbangan sehat,
lengkap, dapat dibandingkan, tepat waktu, dan seimbang antara biaya dan manfaat.
Konsep pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, dan beban dalam SAK ETAP
didasarkan pada prinsip pervasif atau berpengaruh secara luas. Dalam pengukuran, dasar
yang digunakan adalah historical cost dan fair value. Laporan keuangan disusun dengan
menggunakan dasar akrual kecuali untuk laporan arus kas. Berbeda dengan kerangka
konseptual SAK, di dalam kerangka konseptual SAK ETAP tidak memuat konsep
pemeliharaan modal.
c. SAK Syariah
Standar Akuntansi Syariah (SAS) dibuat berdasarkan acuan dari fatwa yang dikeluarkan
oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang digunakan bagi entitas yang melakukan
transaksi syariah, baik transaksi syariah pada entitas yang melakukan transaksi syariah
seperti bank syariah, tetapi juga digunakan untuk bank entitas syariah maupun entitas
konvensional selama entitas tersebut melakukan transaksi dengan basis syariah. Standar
ini terdiri atas kerangka konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar
penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah,
murabahah, salam, ijarah, dan istishna. SAS ini pertama kali disahkan oleh DSAK IAI,
namun sekarang kewenangannya dialihkan kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah
IAI.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)
merupakan acuan dasar dalam penyusunan standar akuntansi syariah, pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan entitas syariah, acuan bagi auditor dalam mengaudit
laporan keuangan syariah, serta untuk membantu pembaca dalam memahami makna
informasi yang ada di laporan keuangan syariah. KDPPLKS menjabarkan pemakai
laporan keuangan syariah adalah investor; pemilik dana qardh; pemilik dana syirkah
temporer; pemilik dana titipan; pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah, dan
wakaf; pengawas syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan;
pemerintah; dan masyarakat.
KDPPLKS memberikan konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan
karakteristik transaksi syariah. Prinsip-prinsip transaksi syariah antara lain: persaudaraan
(ukhuwah), keadilan (‘adalah), kemaslahatan (maslahah), keseimbangan (tawazun), dan
universal (syumuliah). Karakteristik yang harus dipenuhi yaitu: tidak mengandung unsur
riba, kezaliman, maysir, gharar, dan haram.
Pengklasifikasian yang berkaitan dengan pengukuran posisi keuangan entitas syariah
adalah aset, liabilitas, dana syariah temporer dan ekuitas. Perbedaan dengan entitas
komersial terdapat pada dana syirkah kontemporer, yaitu adalah dana yang diterima
sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya yang
entitas syariah memiliki hak dalam mengelola dan menginvestasikan dana tersebut
dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan. Asumsi yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan adalah dasar akrual dan asumsi keberlangsungan
usaha entitas syariah.
d. SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan peraturan pemerintah yang
diterapkan untuk entitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). SAP dibuat dan
disahkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan digunakan sebagai acuan bagi penyusunan
standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya, penyelesaian masalah
akuntansi yang timbul karena belum adanya peraturan dalam standar dapat
menggunakan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan. Perbedaan kerangka
konseptual akuntansi pemerintah dengan kerangka konseptual untuk entitas komersial
yaitu membahas lingkungan akuntansi pemerintahan; entitas akuntansi dan entitas
pelaporan; dan peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen pelaporan keuangan,
serta dasar hukum.
Laporan keuangan pokok entitas pemerintahan terdiri dari laporan realisasi anggaran
(LRA), laporan perubahan saldo anggaran lebih (Laporan Perubahan SAL), neraca,
laporan operasional (LO), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Perbedaan laporan keuangan pokok entitas pemerintah memiliki perbedaan dengan
entitas komersial, dimana pada entitas komersial tidak terdapat laporan realisasi
anggaran dan dan laporan keuangan pokok entitas pemerintah tidak terdapat laporan
perubahan ekuitas yang terdapat pada entitas komersial. Pengguna laporan keuangan
entitas pemerintahan pun berbeda dengan entitas lainnya, yaitu masyarakat; dewan
legislatif, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa; pihak yang memberi donasi,
investasi, dan pinjaman; dan pemerintah itu sendiri.
Pelaporan keuangan yang dilakukan entitas pemerintahan memiliki dasar hukum yang
mengatur keuangan pemerintah, baik dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, UU, dan Perpu. Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan
pemerintah yaitu asumsi kemandirian entitas, kesinambungan entitas, dan keterukuran
dalam satuan uang (monetary measurement). Kemandirian entitas yaitu setiap unit
dianggap sebagai unit yang mandiri dan wajib untuk menyusun anggaran serta
melaksanakannya dan  membuat laporan keuangan. Monetary measurement
mengasumsikan bahwa laporan keuangan harus menyajikan setiap kegiatan yang dapat
dinilai dengan satuan uang.
Terdapatnya Perbedaan Rerangka Konseptual pada Standar Akuntansi yang
berbeda
Kerangka kerja konseptual yang dikembangkan dengan baik memungkinkan IASB
untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih bermanfaat dan konsisten dari waktu ke
waktu, dan serangkaian standar yang koheren yang harus dihasilkan (Kieso, 2014).
Perbedaan kerangka konseptual pada standar akuntansi dikarenakan adanya kebutuhan
untuk menyesuaikan pengguna laporan keuangan. Kebutuhan informasi yang berbeda
antara pengguna masing-masing laporan keuangan entitas komersial, ETAP, entitas
syariah, dan entitas pemerintahan membuat masing-masing entitas tersebut harus
menyusun laporan keuangan berisi informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh
penggunanya, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan informasi guna
pengambilan keputusan yang tepat. Penggunaan laporan keuangan yang berbeda
menyebabkan berbedanya tujuan dari laporan keuangan, struktur perusahaan, prinsip,
serta karakteristik.
REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia. 2016. Standar Akuntansi Keuangan revisi 2016. Salemba
Empat. Jakarta
Modul Chartered Accountant Pelaporan Korporat, 2015
Kieso, D. E., Weygandt, J.J.Warfield, T. D. 2015. Intermediate Accounting IFRS
Edition. 2nd Ed. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-6-kerangka-dasar-sak-
syariah
http://www.wikiapbn.org/kerangka-konseptual-akuntansi-pemerintahan/

Anda mungkin juga menyukai