Selain pengungkapan atas nilai wajar, entitas pun wajib mengungkapkan risiko terkait
mengenai instrument keuangan (eksposur risiko). Adapun risiko yang timbul atas instrument
keuangan terbagi menjadi risiko kuantitatif dan risiko kualitatif.
informasi yang disajikan secara internal oleh staff manajemen kunci tersebut di mana dalam
pelaporannya disyaratkan mengenai konsentrasi resiko. Konsentrasi resiko sendiri merupakan
resiko yang timbul akibat perubahan kondisi ekonom. Pengungkapaannya meliputi uraian
mengenai bagaimana manajemen menentukan konsentrasi, karakteristik serupa yang
mengidentifikasi setiap konsentrasi dan jumlah eksposur terkait atas instrumen keuangan.
1. Resiko Kredit
Resiko kredit adalah resiko di mana suatu pihak atas instrumen keuangan akan
menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan kegagalannya dalam
memenuhi suatu kewajiban. Adapun aktivitas yang menimbulkan resiko kredit dan eksposur
maksimum yang terkait resiko kredit meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. Menyalurkan pinjaman dan piutang kepada pelanggan dan penempatan deposit
kepada entitas lain.
b. Menyepakati kontrak derivativ, misalnya kontrak mata uang asing, swap, suku bunga
dan derivative kredit.
c. Memberikan jaminan keuangan.
d. Membuat komitmen pinjaman yang tidak dapat dibatalkan sepanjang umur fasilitas
atau dapat dibatalkan hanya sebagai respon atas perubahan tidak menguntungkan
yang bersifat material.
2. Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam
memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan
penyerahan kas atau asset keuangan lainnya.
3. Resiko Pasar
Resiko pasar merupakan resiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu
instrument keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Jenis resiko pasar
diantaranya:
a. Resiko suku bunga
b. Resiko mata uang asing
c. Resiko harga lainnya
Dalam menyusun risiko pasar, entitas dapat menggunakan analisis sensitivitas seperti
Value at Risk (VaR) dan menggunakannya untuk mengelola risiko keuangan. Dalam
menyusun analisis sensitivitas, entitas mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
keuangan.
Mengatur hal-hal yang perlu diungkapkan jika entitas menetapkan suatu instrument
keuangan berupa:
Pinjaman yang diberikan dan piutang untuk diukur pada nilai wajar melalui
wali amanat
- Pendapatan bunga dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai
- Jumlah kerugian penurunan nilai.
Terdapat penjelasan mengenai pengungkapan kebijakan akuntansi dan dasar
pengukuran sesuai dengan PSAK 1 ( Revisi 2009 ) : Penyajian laporan Keuangan
paragraph 72
Terdapat pembahasan peraturan mengenai Sehubungan dengan nilai wajar, hal-hal
yang perlu diungkapkan adalah sebagai berikut:
- Mengungkapkan tiga level hirarki nilai wajar.
- Jika ada perbedaan nilai wajar saat pengakuan awal dengan jumlah yang
ditentukan
menggunakan
teknik
penilaian
pada
tanggal
itu,
maka
penurunan nilai
jumlah tercatat asset keuangan telah jatuh tempo atau penurunan nilai setelah
negosiasi.
nilai
- analisa dan factor penurunan nilai
- jumlah (1) dan (2), uraian agunan dan peningkatan perikatan kredit.
Ketika memperoleh asset melalui pengambilalihan kepemilikan agunan yang dimiliki
sebagai jaminan, mengungkapkan:
- jenis dan jumlah tercatat aset yang diperoleh
- kebijakan pelepasan asset ketika aset tidak siap dikonversi.
Suatu entitas harus mengungkapkan:
- analisa jatuh tempo untuk non-derivatif liabilitas keuangan
- analisa jatuh tempo untuk derivatif liabilitas keuangan
- uraian pengelolaan risiko likuiditas melekat pada (a) dan (b)
Pengungkapan Kuantitatif Risiko Pasar Analisa Sensitivitas mengungkapkan :
- analisa sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar
- asumsi dan metode yang digunakan dalam analisa sensitivitas
- perubahan asumsi dan metode analisa sensitivitas
paksaan,
likuidasi
paksaan,
atau
penjualan
paksaaan
(distressed
sale).
Pengungkapan atas nilai wajar itu sendiri diatur dalam PSAK 60, dimana dalam PSAK 60
pengukuran atas nilai wajar dibagi menjadi 3 hirarki, yaitu
1) harga kuotasian dalam pasar aktif instrument yang identik,
2) input selain pada poin (1) baik secara langsung maupun tidak langsung,
3) input bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi.
Di satu sisi, penerapan akuntansi nilai wajar bertujuan untuk menyajikan unformasi
yang lebih fair dan relevance, akan tetapi di satu sisi penerapan akuntansi nilai wajar dituding
dapat menyebabkan berkurangnya komparabilitas antar entitas bisnis, hal ini dikarenakan
adanya subjektivitas manajemen dalam melakukan penilaian asset maupun liabilitas, selain
itu penggunaan metode yang berbeda dalam melakukan penilaian secara wajar akan
mengakibatkan nilai wajar yang berbeda pula. Disamping itu, penerapan akuntansi nilai wajar
juga dapat mengakibatkan volatilitas atas laba rugi perusahan serta kurang menggambarkan
kinerja riil suatu entitas.
Secara makro, penerapan akuntansi nilai wajar dituding dpat menyebabkan timbulnya
krisis financial global, hal ini dikarenakan penerapan akuntansi nilai wajar dituding dapat
menyebabkan efek procyclical yang akan memperparah suatu krisis karena akan
mengakibatkan nilai aset keuangan yang diukur dengan nilai wajar akan terus menurun
karena kondisi pasar yang buruk. Pada akhirnya nilai aset keuangan yang terus menurun ini
akan menghilangkan kepercayaan investor akibat kondisi keuangan perusahaan yang
melemah dan memperparah krisis. Satu hal yang perlu diingat disini adalah bahwa nilai pasar
yang terus menurun ini tidak bisa mencerminkan nilai wajar dari aset yang sesungguhnya.
Di Indonesia sendiri, penerapan akuntansi nilai wajar sendiri dianggap dapat
memberikan transparansi dan pelaporan keuangan yang lebih relevan, akan tetapi sebenarnya
penerapan akuntansi nilai wajar sendiri bergantung kepada dua hal, yaitu jenis industri entitas
bisnis dan komponen aset dan liabilitas yang dimiliki dan subjektivitas manajemen (estimasi
dan asumsi yang digunakan) dan penilaian profesional auditor dalam melakukan proses
pelaporan keuangan. Mungkin pada awalnya, implementasi nilai wajar akan mengakibatkan
kinerja suatu entitas terlihat buruk, akan tetapi hal ini tidak menggambarkan kinerja keuangan
yang sebenarnya, dan perlu dicatat bahwa PSAK 60 sendiri mengatur bahwa implementasi
akuntansi nilai wajr sendiri tidak dapat diterapkan di bawah beberapa kondisi tertentu, salah
satunya adalah kondisi dimana kinerja pasar keuangan memburuk
Perlakuan Saling Hapus (Offsetting)
Perlakuan saling hapus antara aset keuangan dan liabilitas keuangan diperbolehkan
ketika entitas: (1) saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut., dan (2) berniat untuk
menyelesaikan secara atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara
simultan. Pada awalnya, perlakuan penyajian secara neto antara aset keuangan dan liabilitas
keuangan menuai kontroversi dari beberapa pihak. Analis berpendapat bahwa penyajian
secara neto akan menurunkan kualitas eksposur risiko kredit entitas serta mengaburkan
investor dalam penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. Namun, DSAK berpendapat
apabila perlakuan saling hapus tersebut dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan
yang dicantumkan, perlakuan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap analisis
likuiditas dan solvabilitas entitas.
Adapun persyaratan utama agar entitas dapat menyajikan aset keuangan dan liabilitas
keuangan secara neto adalah: (1) aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut muncul dari
transaksi-transaksi dengan pihak yang sama, dan (2) aset keuangan dan liabilitas keuangan
tersebut memiliki fitur yang identik.
Pengungkapan Kuantitatif dan Kualitatif
ED PSAK 60 mengatur mengenai pengungkapan risiko baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Adapun pembahasan mengenai pengungkapan risiko kuantitatif dan
kualitatif hdala sebagai berikut.
Pengungkapan Kualitatif
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam mengungkapkan risiko kualitatif
jenis informasi kualitatif yang diuraikan tidak terbatas pada penjelasan atas hal-hal sebagai
berikut
1) eksposur tentang bagaimana risiko tersebut muncul serta dampak atas transfer risiko
tersebut serta bagaimana cara atau metode yang digunakan entitas untuk mentransfer
risiko tersebut.
2) kebijakan entitas untuk menerima, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko
yang mencakup atas hal-hal seperti; struktur dan organisasi fungsi manajemen, ruang
lingkup dan jenis risiko, serta kebijakan dan proses untuk memitigasi risiko.
Dalam pengungkapan risiko kualitatif, entitas menyampaikan informasi mengenai
hubungan antara instruyen keuangan yang dapat memengaruhi jumlah, waktu atau
ketidakpastian statu arus kas masa depan entitas serta perubahan informasi kualitatif dari
periode sebelumnya.
Pengungkapan Kuantitatif
Pengungkapan risiko kuantitatif mensyaratkan adanya konsentrasi risiko terkait,
diantaranya
Risiko kredit, konsentrasi risiko kredit secara umum dapat timbul atas berbagai
macam faktor, diantaranya
1. Analisa sector industri
PEMBAHASAN
Indonesia menetapkan
berdirinya BRI yang merupakan kelanjutan dari Syamin Ginko.Pada masa pendudukan oleh
Nederlan Indie Civil Administration bank ini ditutup, namun setelah perjanjianRoem-Royen,
BRI kembali menjadi milik Negara 1945.
Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi. Demikian juga dengan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Visi dan misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
A. Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. :
Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah menjadi bank komersial
terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.
B. Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk :
Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah :
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan menggunakan Pelayanan Kepada
usaha Mikro,Kecil, dan Menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
masyarakat;
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar
luas dandidukung oleh sumber daya manusia professional dengan melaksanakan
Praktek Good CorporateGovernance;
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan
(PSAK)
60
penyesuaian
2012
liabilitas
keuangan,
risiko
kredit, risiko
likuiditas dan risiko pasar, serta pengelolaan resiko dengan sangat jelas, tetapi BRI belum
menerapkan pengungkapan gagal bayar dan pelanggaran.
mensyaratkan untuk mengungkapakan setiap utang pinjaman (loan payable) yang diakui pada
tanggal pelaporan, setiap rincian tentang segala gagal bayar selama periode syarat jumlah
pokok pinjaman, bunga, dana tebusan atau penebusan (principal, interest, sinking fund, or
redemption terms) dari utang pinjaman tersebut. Nilai tercatat dari utang pinjaman dalam
gagal bayar pada tanggal pelaporan, dan apakah gagal bayar telah dipulihkan, atau syarat
utang pinjaman dinegosiasikan ulang, sebelum laporan keuangan disahkan pihak berwenang
untuk dikeluarkan. Penelitian ini di dukung oleh penelitian sebelumnya pada Larasati dan
Suptami (2013) persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti mengenai pengungkapan informasi aset keuangan berdasarkan PSAK 60
penyesuaian 2012, sedangkan perbedaannya peneliti sebelumnya meneliti pada bank-bank go
public yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) sedangkan peneliti hanya berfokus pada
satu objek saja yaitu bank BRI. Hasil penelitiannya yaitu semakin banyak jumlah perbankan
yang mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan yang sangat spesifik. Selanjutnya,
persamaan pada peneliti Febriati (2013) di mana peneliti sebelumnya meneliti pada objek
yang sama yaitu bank BRI, sedangkan perbedaannya peneliti sebelumnya meneliti mengenai
penerapan PSAK 55 (revisi 2011) sedangkan peneliti meneliti penerapan PSAK 60
penyesuaian 2012 pada bank BRI. Hasil penelitiannya yaitu cadangan penurunan nilai pada
BRI masih mengacu pada PSAK 55 (revisi 2006) namun pada pengakuan dan pengukuran
CKPN BRI telah menerapkan PSAK 55 (revisi 2011) dan sudah sesuai. Dari dua penelitiaan
sebelumnya ditemukan hasil bahwa bank BRI sudah menerapkan standar akuntansi keuangan
pada laporan keuangan perusahaan dan telah sesuai dengan standar yang berlaku, namun
tidak sepenuhnya diterapkan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah: Pengungkapan aset keuangan
yang diterapakan PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk sudah sesuai dengan PSAK
60 penyesuaian 2012, namun dalam penerapan PSAK 60, BRI terlalu berfokus pada
pengungkapan posisi dan kinerja keuangan, sifat dan cakupan risiko serta pengelolaan
risiko, sedangkan dalam poin gagal bayar dan pelanggaran, bank BRI belum
mengungkapkannya.