Anda di halaman 1dari 10

ED PSAK 60 secara umum mengatur mengenai pengelompokkan instrumen keuangan

menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan sifat informasi yang diungkapkan dan


mempertimbangkan karakteristik dari instrumen keuangan tersebut. Adapun pengungkapan
atas instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan
sesuai dengan ED PSAK 60 adalah sebagai berikut:
1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, menunjukkan
secara terpisah asset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi pada saat pengakuan awal dan asset keuangan yang dikatagorikan
sebagai dimiliki untuk diperdagangkan
2. Investasi dimiliki hingga jatuh tempo.
3. Pinjaman yang diberikan dan piutang.
4. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi menunjukkan
secara terpisah liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, liabilitas keuangan yang
dikategorikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan serta liabilitas yang diukur dengan
menggunakan biaya amortisasi.
Instrumen keuangan pada umumnya harus dicatat berdasarkan nilai wajar menurut ED
PSAK 50 & 60. Tetapi aset dan liabilitas keuangan yang dicatat berdasarkan nilai wajar
tersebut tetap harus diungkapkan teknik penilaian serta asumsi yang melandasinya pada
Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Pengungkapan pada CALK harus mencakup
hierarki nilai wajar instrument yang terdiri atas tiga tingkat, yaitu: (1) harga kuotasian dalam
pasar aktif instrument yang identik, (2) input selain pada poin (1) baik secara langsung
maupun tidak langsung, (3) input bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi.
Akan tetapi pengungkapan nilai wajar tidak disyaratkan apabila terdapat kondisi
sebagai berikut:
1. Ketika jumlah tercatat adalah suatu perkiraan yang wajar atas nilai wajar, misalnya
untuk instrumen keuangan seperti instrument keuangan piutang dagang dan utang
dagang jangka pendek.
2. Investasi dalam instrument ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga pasar dalam
pasar aktif atau derivative yang terkait.
3. Kontrak yang mengandung fitur partisipasi tidak mengikat.

Selain pengungkapan atas nilai wajar, entitas pun wajib mengungkapkan risiko terkait
mengenai instrument keuangan (eksposur risiko). Adapun risiko yang timbul atas instrument
keuangan terbagi menjadi risiko kuantitatif dan risiko kualitatif.

Pengungkapan resiko kualitatif:


Eksposur atas resiko kualitatif merupakan eksposur entitas terhadap resiko bedasarkan

informasi yang disajikan secara internal oleh staff manajemen kunci tersebut di mana dalam
pelaporannya disyaratkan mengenai konsentrasi resiko. Konsentrasi resiko sendiri merupakan
resiko yang timbul akibat perubahan kondisi ekonom. Pengungkapaannya meliputi uraian
mengenai bagaimana manajemen menentukan konsentrasi, karakteristik serupa yang
mengidentifikasi setiap konsentrasi dan jumlah eksposur terkait atas instrumen keuangan.

Pengungkapan resiko kuantitatif


Eksposur atas resiko kuantitatif dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Resiko Kredit
Resiko kredit adalah resiko di mana suatu pihak atas instrumen keuangan akan
menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan kegagalannya dalam
memenuhi suatu kewajiban. Adapun aktivitas yang menimbulkan resiko kredit dan eksposur
maksimum yang terkait resiko kredit meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. Menyalurkan pinjaman dan piutang kepada pelanggan dan penempatan deposit
kepada entitas lain.
b. Menyepakati kontrak derivativ, misalnya kontrak mata uang asing, swap, suku bunga
dan derivative kredit.
c. Memberikan jaminan keuangan.
d. Membuat komitmen pinjaman yang tidak dapat dibatalkan sepanjang umur fasilitas
atau dapat dibatalkan hanya sebagai respon atas perubahan tidak menguntungkan
yang bersifat material.
2. Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko dimana suatu entitas menghadapi kesulitan dalam
memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang diselesaikan dengan
penyerahan kas atau asset keuangan lainnya.

3. Resiko Pasar
Resiko pasar merupakan resiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu
instrument keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Jenis resiko pasar
diantaranya:
a. Resiko suku bunga
b. Resiko mata uang asing
c. Resiko harga lainnya
Dalam menyusun risiko pasar, entitas dapat menggunakan analisis sensitivitas seperti
Value at Risk (VaR) dan menggunakannya untuk mengelola risiko keuangan. Dalam
menyusun analisis sensitivitas, entitas mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

Jenis risiko pasar di mana entitas terekspos


Metode dan asumsi yang digunakan; dan,
Perubahan metode dan asumsi

PSAK 60 memiliki tujuan sebagai berikut :

Mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan dalam laporan keuangan yang


memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi:
a) signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan entitas; dan
b) jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas
terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas

mengelola risiko-risiko tersebut.


Melengkapi prinsip-prinsip untuk pengakuan, pengukuran dan penyajian aset keuangan
dan liabilitas keuangan dalam PSAK 50 dan PSAK 55.

Ruang lingkup instrumen keuangan pada psak 60

Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan


pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrument keuangan

terhadap posisi dan kinerja keuangan.


Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan nilai tercatat untuk setiap kategori
instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan

keuangan.
Mengatur hal-hal yang perlu diungkapkan jika entitas menetapkan suatu instrument
keuangan berupa:

Pinjaman yang diberikan dan piutang untuk diukur pada nilai wajar melalui

laporan laba rugi.


Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laporan keuangan

Mensyaratkan entitas mengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap

kategori dan alasan reklasifikasi


Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan rekonsiliasi perubahan pos penurunan

nilai selama periode berjalan untuk setiap kelompok aset keuangan.


Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan pos pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan
keuangan, yaitu:
- Laba atau rugi neto asset keuangan atau liabilitas keuangan
- Total pendapatan bunga dan total beban bunga.
- Pendapatan dan beban imbalan dari aset atau liabilitas keuangan dan aktivitas

wali amanat
- Pendapatan bunga dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai
- Jumlah kerugian penurunan nilai.
Terdapat penjelasan mengenai pengungkapan kebijakan akuntansi dan dasar
pengukuran sesuai dengan PSAK 1 ( Revisi 2009 ) : Penyajian laporan Keuangan

paragraph 72
Terdapat pembahasan peraturan mengenai Sehubungan dengan nilai wajar, hal-hal
yang perlu diungkapkan adalah sebagai berikut:
- Mengungkapkan tiga level hirarki nilai wajar.
- Jika ada perbedaan nilai wajar saat pengakuan awal dengan jumlah yang
ditentukan

menggunakan

teknik

penilaian

pada

tanggal

itu,

maka

mengungkapkan: Kebijakan akuntansi untuk pengakuan perbedaan dan agregat

perbedaan yang diakui dan rekonsiliasi perubahan saldo perbedaan.


Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi untuk mengevaluasi jenis dan

tingkat risiko yang timbul dari instrument keuangan.


Hal yang diungkapkan dalam pengungkapan kualifikatif adalah:
- eksposur risiko dan bagaimana risiko timbul
- tujuan, kebijakan, proses pengelolaan risiko dan metode untuk mengukur risiko
- setiap perubahan (1) dan (2) dari periode sebelumnya
Untuk setiap kelompok instrumen keuangan harus mengungkapkan:
- jumlah paling mewakili nilai maksimal eksposur risiko kredit
- uraian agunan yang dimiliki sebagai jaminan dan peningkatan perikatan kredit
- informasi kualitas kredit aset keuangan yang lewat jatuh tempo atau mengalami
-

penurunan nilai
jumlah tercatat asset keuangan telah jatuh tempo atau penurunan nilai setelah
negosiasi.

Untuk setiap kelompok instrumen keuangan harus mengungkapkan:


- analisa umur asset keuangan yang jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan

nilai
- analisa dan factor penurunan nilai
- jumlah (1) dan (2), uraian agunan dan peningkatan perikatan kredit.
Ketika memperoleh asset melalui pengambilalihan kepemilikan agunan yang dimiliki
sebagai jaminan, mengungkapkan:
- jenis dan jumlah tercatat aset yang diperoleh
- kebijakan pelepasan asset ketika aset tidak siap dikonversi.
Suatu entitas harus mengungkapkan:
- analisa jatuh tempo untuk non-derivatif liabilitas keuangan
- analisa jatuh tempo untuk derivatif liabilitas keuangan
- uraian pengelolaan risiko likuiditas melekat pada (a) dan (b)
Pengungkapan Kuantitatif Risiko Pasar Analisa Sensitivitas mengungkapkan :
- analisa sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar
- asumsi dan metode yang digunakan dalam analisa sensitivitas
- perubahan asumsi dan metode analisa sensitivitas

Dampak Penerapan Akuntansi Nilai Wajar


Dalam PSAK 50, nilai wajar didefinisikan sebagai nilai suatu aset untuk dapat
dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi secara wajar (arms length transaction), bukan atas
transaksi

paksaan,

likuidasi

paksaan,

atau

penjualan

paksaaan

(distressed

sale).

Pengungkapan atas nilai wajar itu sendiri diatur dalam PSAK 60, dimana dalam PSAK 60
pengukuran atas nilai wajar dibagi menjadi 3 hirarki, yaitu
1) harga kuotasian dalam pasar aktif instrument yang identik,
2) input selain pada poin (1) baik secara langsung maupun tidak langsung,
3) input bukan berdasarkan harga pasar yang dapat diobservasi.
Di satu sisi, penerapan akuntansi nilai wajar bertujuan untuk menyajikan unformasi
yang lebih fair dan relevance, akan tetapi di satu sisi penerapan akuntansi nilai wajar dituding
dapat menyebabkan berkurangnya komparabilitas antar entitas bisnis, hal ini dikarenakan
adanya subjektivitas manajemen dalam melakukan penilaian asset maupun liabilitas, selain
itu penggunaan metode yang berbeda dalam melakukan penilaian secara wajar akan
mengakibatkan nilai wajar yang berbeda pula. Disamping itu, penerapan akuntansi nilai wajar

juga dapat mengakibatkan volatilitas atas laba rugi perusahan serta kurang menggambarkan
kinerja riil suatu entitas.
Secara makro, penerapan akuntansi nilai wajar dituding dpat menyebabkan timbulnya
krisis financial global, hal ini dikarenakan penerapan akuntansi nilai wajar dituding dapat
menyebabkan efek procyclical yang akan memperparah suatu krisis karena akan
mengakibatkan nilai aset keuangan yang diukur dengan nilai wajar akan terus menurun
karena kondisi pasar yang buruk. Pada akhirnya nilai aset keuangan yang terus menurun ini
akan menghilangkan kepercayaan investor akibat kondisi keuangan perusahaan yang
melemah dan memperparah krisis. Satu hal yang perlu diingat disini adalah bahwa nilai pasar
yang terus menurun ini tidak bisa mencerminkan nilai wajar dari aset yang sesungguhnya.
Di Indonesia sendiri, penerapan akuntansi nilai wajar sendiri dianggap dapat
memberikan transparansi dan pelaporan keuangan yang lebih relevan, akan tetapi sebenarnya
penerapan akuntansi nilai wajar sendiri bergantung kepada dua hal, yaitu jenis industri entitas
bisnis dan komponen aset dan liabilitas yang dimiliki dan subjektivitas manajemen (estimasi
dan asumsi yang digunakan) dan penilaian profesional auditor dalam melakukan proses
pelaporan keuangan. Mungkin pada awalnya, implementasi nilai wajar akan mengakibatkan
kinerja suatu entitas terlihat buruk, akan tetapi hal ini tidak menggambarkan kinerja keuangan
yang sebenarnya, dan perlu dicatat bahwa PSAK 60 sendiri mengatur bahwa implementasi
akuntansi nilai wajr sendiri tidak dapat diterapkan di bawah beberapa kondisi tertentu, salah
satunya adalah kondisi dimana kinerja pasar keuangan memburuk
Perlakuan Saling Hapus (Offsetting)
Perlakuan saling hapus antara aset keuangan dan liabilitas keuangan diperbolehkan
ketika entitas: (1) saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut., dan (2) berniat untuk
menyelesaikan secara atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara
simultan. Pada awalnya, perlakuan penyajian secara neto antara aset keuangan dan liabilitas
keuangan menuai kontroversi dari beberapa pihak. Analis berpendapat bahwa penyajian
secara neto akan menurunkan kualitas eksposur risiko kredit entitas serta mengaburkan
investor dalam penilaian likuiditas dan solvabilitas entitas. Namun, DSAK berpendapat
apabila perlakuan saling hapus tersebut dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan
yang dicantumkan, perlakuan tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap analisis
likuiditas dan solvabilitas entitas.

Adapun persyaratan utama agar entitas dapat menyajikan aset keuangan dan liabilitas
keuangan secara neto adalah: (1) aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut muncul dari
transaksi-transaksi dengan pihak yang sama, dan (2) aset keuangan dan liabilitas keuangan
tersebut memiliki fitur yang identik.
Pengungkapan Kuantitatif dan Kualitatif
ED PSAK 60 mengatur mengenai pengungkapan risiko baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Adapun pembahasan mengenai pengungkapan risiko kuantitatif dan
kualitatif hdala sebagai berikut.

Pengungkapan Kualitatif
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam mengungkapkan risiko kualitatif

jenis informasi kualitatif yang diuraikan tidak terbatas pada penjelasan atas hal-hal sebagai
berikut
1) eksposur tentang bagaimana risiko tersebut muncul serta dampak atas transfer risiko
tersebut serta bagaimana cara atau metode yang digunakan entitas untuk mentransfer
risiko tersebut.
2) kebijakan entitas untuk menerima, mengukur, memonitor, dan mengendalikan risiko
yang mencakup atas hal-hal seperti; struktur dan organisasi fungsi manajemen, ruang
lingkup dan jenis risiko, serta kebijakan dan proses untuk memitigasi risiko.
Dalam pengungkapan risiko kualitatif, entitas menyampaikan informasi mengenai
hubungan antara instruyen keuangan yang dapat memengaruhi jumlah, waktu atau
ketidakpastian statu arus kas masa depan entitas serta perubahan informasi kualitatif dari
periode sebelumnya.

Pengungkapan Kuantitatif
Pengungkapan risiko kuantitatif mensyaratkan adanya konsentrasi risiko terkait,

diantaranya
Risiko kredit, konsentrasi risiko kredit secara umum dapat timbul atas berbagai
macam faktor, diantaranya
1. Analisa sector industri

2. Kualitas kredit, dimana dalam pengungkapannya entitas mengungkapkan hal-hal


seperti analisa eksposur kredit, competitor, informasi historis, serta informasi lain
yang relevan
3. distribusi geografis
4. identifikasi risiko lain yang relevan, seperti risiko likuiditas atau risiko pasar
Risiko pasar, dalam mengungkapkan risiko pasar disyaratkan untuk melakukan
analisa sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar seperti risiko tingkat bunga, risiko mata
uang asing, dan risiko harga lain.
1. Risiko tingkat bunga, dalam mengungkapkan risiko tingkat bunga, analisa sensitivitas
menunjukkan dampak secara terpisah perubahan suku bunga pasar pada beban dan
penghasilan bunga, keuntungan dan kerugian perdagangan, dan ekuitas. (hal yang serupa
juga berlaku untuk implementasi risiko terhadap mata uang asing)
2. Risiko pasar lain, dalam mengungkapkan risiko pasar lain pengungkapan informasi
tambahan apabila analisa sensitivitas yang dilakukan dianggap tidak mewakili risiko
yang melekat dalam instrumen keuangan, adapun pengungkapan tambahan mewakili halhal sebagai berikut
persyaratan dan ketentuan instrumen keuangan
dampak pada laporan laba rugi

penjelasan bagaimana risiko lindung nilai

PEMBAHASAN

Sejarah PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSRO) Tbk.


Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di
Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah
oleh Raden Bei AriaWirjaatmadja dan kawan-kawan pada Desember 1895 dengan nama De
Poerwokerto Hulp-en Spaarbank derIndlansche Hoofden (Bank Priyayi Poerwokerto). Pada
tahun 1898 dengan bantuan pemerintah Hindia Belandadidirikan Volksbanken atau Bank
Rakyat, dikota wilayah nusantara atau Hindia Belanda pada waktu itu.Kemudian pada tahun
1934, didirikan Algemene

Volkscrediet Bank (AVB) yang berstatus badan hukum

Eropa.Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan UU No. 39 tanggal 3 Oktober 1942


AVB di Pulau Jawa digantinamanya Syamin Ginko (Bank Rakyat). Peraturan pemerintah No.
1-1946 tanggal 22 Februari 1946 tentangaturan Bank Rakyat

Indonesia menetapkan

berdirinya BRI yang merupakan kelanjutan dari Syamin Ginko.Pada masa pendudukan oleh

Nederlan Indie Civil Administration bank ini ditutup, namun setelah perjanjianRoem-Royen,
BRI kembali menjadi milik Negara 1945.
Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi. Demikian juga dengan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Visi dan misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
A. Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. :
Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah menjadi bank komersial
terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.
B. Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk :
Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah :
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan menggunakan Pelayanan Kepada
usaha Mikro,Kecil, dan Menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
masyarakat;
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar
luas dandidukung oleh sumber daya manusia professional dengan melaksanakan
Praktek Good CorporateGovernance;
3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Pernyataan

Standar

Akuntansi

Keuangan

(PSAK)

60

penyesuaian

2012

merupakan standar yang mengatur tentang pengungkapan instrumen keuangan. Dengan


tujuan mengatur entitas untuk memberikan pengungkapan dalam laporan keuangannya
yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan bagi
posisi dan kinerja keuangan entitas, sifat dan cakupan risiko yang timbul dari
instrumen keuangan yang mana entitas terekspos selama periode dan pada akhir
periode pelaporan, dan bagaimana entitas mengelola resiko tersebut.Pada pengakuan awal
PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk telah memisahan kategori aset keuangan dan
liabiitas keuangan, dimana aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar
melalui laporan laba-rugi. BRI juga mengungkapkan pendapatan dalam laporan laba- rugi
komprehensif dan beban, keuntungan, atau kerugian dalam laporan perubahan ekuitas,
BRI juga mengungkapkan pengukuran nilai wajar dari setiap kelas aset keuangan dan

liabilitas

keuangan,

dan BRI mengungkapkan dan menjelaskan

risiko

kredit, risiko

likuiditas dan risiko pasar, serta pengelolaan resiko dengan sangat jelas, tetapi BRI belum
menerapkan pengungkapan gagal bayar dan pelanggaran.

PSAK 60 penyesuaian 2012

mensyaratkan untuk mengungkapakan setiap utang pinjaman (loan payable) yang diakui pada
tanggal pelaporan, setiap rincian tentang segala gagal bayar selama periode syarat jumlah
pokok pinjaman, bunga, dana tebusan atau penebusan (principal, interest, sinking fund, or
redemption terms) dari utang pinjaman tersebut. Nilai tercatat dari utang pinjaman dalam
gagal bayar pada tanggal pelaporan, dan apakah gagal bayar telah dipulihkan, atau syarat
utang pinjaman dinegosiasikan ulang, sebelum laporan keuangan disahkan pihak berwenang
untuk dikeluarkan. Penelitian ini di dukung oleh penelitian sebelumnya pada Larasati dan
Suptami (2013) persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sama-sama
meneliti mengenai pengungkapan informasi aset keuangan berdasarkan PSAK 60
penyesuaian 2012, sedangkan perbedaannya peneliti sebelumnya meneliti pada bank-bank go
public yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) sedangkan peneliti hanya berfokus pada
satu objek saja yaitu bank BRI. Hasil penelitiannya yaitu semakin banyak jumlah perbankan
yang mengungkapkan kebijakan instrumen keuangan yang sangat spesifik. Selanjutnya,
persamaan pada peneliti Febriati (2013) di mana peneliti sebelumnya meneliti pada objek
yang sama yaitu bank BRI, sedangkan perbedaannya peneliti sebelumnya meneliti mengenai
penerapan PSAK 55 (revisi 2011) sedangkan peneliti meneliti penerapan PSAK 60
penyesuaian 2012 pada bank BRI. Hasil penelitiannya yaitu cadangan penurunan nilai pada
BRI masih mengacu pada PSAK 55 (revisi 2006) namun pada pengakuan dan pengukuran
CKPN BRI telah menerapkan PSAK 55 (revisi 2011) dan sudah sesuai. Dari dua penelitiaan
sebelumnya ditemukan hasil bahwa bank BRI sudah menerapkan standar akuntansi keuangan
pada laporan keuangan perusahaan dan telah sesuai dengan standar yang berlaku, namun
tidak sepenuhnya diterapkan.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah: Pengungkapan aset keuangan
yang diterapakan PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk sudah sesuai dengan PSAK
60 penyesuaian 2012, namun dalam penerapan PSAK 60, BRI terlalu berfokus pada
pengungkapan posisi dan kinerja keuangan, sifat dan cakupan risiko serta pengelolaan
risiko, sedangkan dalam poin gagal bayar dan pelanggaran, bank BRI belum
mengungkapkannya.

Anda mungkin juga menyukai