PEMBAHASAN
Dalam buku (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 406) Jika obligasi dapat
dikonversi menjadi sekuritas perusahaan lainnya selama periode tertentu sesudah
penerbitannya, maka obligasi tersebut disebut sebagai obligasi konvertibel
(convertible bonds).
Sedangkan menurut Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 135)
berpendapat bahwa Utang konversi merupakan surat utang memberikan fitur opsi
bagi pemegangnya untuk mengonversikannya menjadi saham perusahaan setelah,
selama, atau pada tanggal tertentu setelah surat utang dikeluarkan biasanya pada
rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi
tersebut.
Akuntansi untuk hutang konvertibel mencakup masalah pelaporan pada saat (1)
penerbitan, (2) konversi, dan (3) penarikan.
jika obligasi dikonversi menjadi sekuritas lainnya, maka masalah akuntansi yang
utama adalah menentukan pada jumlah berapa pertukaran sekuritas dengan
obligasi harus dicatat. Asumsikan bahwa hilton Inc. Menerbitkan suatu obligasi
konvertibel senilai $1.000 dengan premi $60 yang dapat dikonversi menjadi 10
lembar saham biasa ( nilai pari $10). Pada saat konversi, premi yang belum
diamortisasi adalah $50, nilai pasar obligasi adalah $1.200, dan harga saham di
pasar adalah $120. Metode nilai buku untuk mencatat konversi obligasi ini
adalah metode yang paling banyak digunakan dalam praktek dan
dianjurkan oleh GAAP. Untuk mengilustrasikan pendekatan spesifik ini, ayat
jurnal untuk konversi obligasi Hilton Inc. adalah:
Hutang Obligasi 1.000
Premi atas Hutang Obligasi 50
Saham Biasa 100
Agio Saham 950
Para pendukung pendekatan nilai buku menyatakan bahwa suatu perjanjian telah
ditetapkan pada tanggal penerbitan untuk membayar sejumlah uang yang
ditetapkan pada saat jatuh tempo atau untuk menerbitkan sejumlah sekuritas
ekuitas yang telah diharapkan. Oleh karena itu, apabila hutang dikonversi menjadi
ekuitas sesuai dengan syarat-syarat kontrak sebelumnya, maka tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui atas konversi. (Keiso, Weygandt, &
Warfield, 2002, hal. 407)
Dalam buku Keiso (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 408) Kadang-
kadang penerbit ingin meransang lebih cepat konversi hutang konvertibelnya
menjadi sekuritas ekuitas, dengan tujuan mengurangi biaya bunga atau
meningkatkan rasio hutang terhadap ekuitas.
Sebagai akibatnya, penerbit dapat menawarkan beberapa bentuk pertimbangan
tambahan (seperti kas atau saham biasa), yang disebut sebagai “pemanis”, untuk
meransang konversi. Pemanis (sweetener) ini harus dilaporkan sebagai beban
periode berjalan dalam jumlah yang sama dengan nilai wajar sekuritas tambahan
atau pertimbangan lain yang diberikan.
Asumsikan bahwa Helloid Inc. mempunyai surat utang konvertibel yang beredar
dan bernilai pari $ 1.000.000 dapat dikonversi menjadi 100.000 lembar saham
biasa dengan nilai pari $1. Helloid ingin mengurangi biaya bunga tahunannya.
Untuk melakukan hal tersebut, Helloid setuju membayar pemegang surat hutang
konvertibel suatu tambahan sebesar $ 80.000 jika mereka akan
mengkonversikannya.
Dengan mengasumsikan bahwa telah terjadi konversi. Ayat jurnal berikut harus
dibuat:
Biaya konversi hutang 80.000
Hutang obligasi 1.000.000
Saham biasa 100.000
Tambahan laba disetor 900.000
Kas 80.000
Tambahan sebesar $ 80.000 ini dicatat sebagai beban periode berjalan dan
bukan sebagai pengurang ekuitas. Beberapa akuntan berpendapat bahwa biaya
perangsangan konversi adalah biaya untuk memperoleh modal ekuiatas. Sebagai
akibarnya, hal ini harus diakui sebagai biaya pengurang dari modal ekuitas yang
diperoleh dan bukan sebagai beban. Akan tetapi, FASB menunjukkan bahwa jika
diperlukan tambahan pembayaran untuk membuat para pemegang obligasi
mengkonversinya, maka pembayaran tersebut adalah untuk jasa (pemegang
obligasi mengkonversikan pada waktu tertentu) dan harus dilaporkan sebagai
beban. Beban ini tidak boleh dilaporkan sebagai pos luar biasa.
2.1.4 Penarikan Hutang Konvertibel
(Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 409) Perbedaan utama akuntansi untuk
obligasi konvertibel dan saham preferen konvertibel (convertible Preferred
Stock) pada tanggal penerbitannya adalah bahwa obligasi konvertibel dianggap
sebagai kewajiban, sedangkan saham preferen konvertibel (kecuali ada penebusan
wajib) dianggap sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham.
Menurut Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 141) berbeda dengan
obligasi konversi yang mana prinsipalnya merupakan sekuritas utang dan opsi
konversinya merupakan sekuritas ekuitas, saham preferen konversi secara
prinsipnya merupakan sekuritas ekuitas dan opsi konversinya pun merupakan
sekuritas ekuitas.
Di samping itu, ketika saham preferen konvertibel digunakan, tidak ada justifikasi
teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Tidak ada keuntungan atau
kerugian yang diakui pada saaat perusahaan bertemu dengan pemegang saham
dalam kapasitasnya sebagai pemilik usaha. Metode nilai buku dapat
diterapkan: saham preferen di debet bersamaan dengan setiap hal yang
berhubungan dengan Tambahan Modal Disetor, sementara Saham Biasa dan
Tambahan Modal Disetor (jika ada kelebihan) dikredit.
Perlakuan yang berbeda dikembangkan apabila nilai pari saham biasa yang
diterbitkan melebihi nilai buku saham preferen. Dalam kasus tersebut, laba
ditahan biasanya didebet sebesar perbedaan tersebut.
Asumsikan bahwa Host Enterprises menerbitkan 1.000 lembar saham biasa (nilai
pari $2) atas konversi 1.000 lembar saham preferen (nilai pari $1), yang pada
awalnya diterbitkan dengan premi sebesar 4.200. Ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Dasar pemikiran untuk mendebet Laba Ditahan adalah bahwa pemegang saham
preferen ditawari tambahan pengembalian untuk memudahkan konversinya
menjadi saham biasa. Dalam contoh ini, tambahan pengembalian dibebankan ke
Laba Ditahan. Akan tetapi, banyak negara bagian yang mengharuskan beban ini
hanya mengurangi tambahan modal disetor dari sumber lain. (Keiso, Weygandt,
& Warfield, 2002, hal. 410)
2.3 Warran Saham
Dalam buku Keiso, (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 410) Warran atau
surat jaminan (warrant) adalah sertifikat yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk memperoleh saham pada harga tertentu selama periode yang
telah ditetapkan.
Dalam konteks yang sama, Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 134)
berpendapat bahwa Waran saham merupakan opsi yang diberikan oleh perusahaan
kepada pemilik waran untuk membeli saham dengan harga tertentu dalam waktu
tertentu. Perbedaan utama waran saham dan opsi saham adalah pihak yang
mengeluarkannya dan sejenisnya. Warran dikeluarkan oleh perusahaan penerbit
saham sedangkan opsi dikeluarkan oleh investor dan warran merupakan jenis
merupakan call option. Warran biasanya dikeluarkan sebagai pemanis sekuritas
lainnya yang sering kali digunakan dalam situasi sebagai berikut:
1. Untuk membuat sekuritas lebih menarik
2. Pemilik saham sebelumnya memiliki preemptive right (hak didahulukan)
untuk membeli saham.
3. Untuk kompensasi manajemen dan karyawan.
Opsi ini serupa dengan privilege atau hak istimewa konversi karena warran, jika
digunakan, akan menjadi saham biasa dan biasanya mempunyai pengaruh dilutif
(mengurangi laba per saham) yang serupa dengan konversi sekuritas konvertibel.
Akan tetapi, perbedaan pokok antara sekuritas konvertibel dan warran saham
terletak pada penggunaan warran, dimana pemilik harus membayar sejumlah uang
tertentu untuk memperoleh saham.
Penerbitan warran atau opsi untuk membeli tambahan saham biasanya timbul
dalam tiga situasi:
1. Pada saat menerbitkan jenis sekuritas yang berbeda, seperti obligasi atau
saham preferen, seringkali warran disertakan agar sekuritas terlihat lebih
menarik, untuk memberikan suatu “pendorong ekuitas (equity kicker)”.
2. Pada penerbitan tambahan saham biasa, pemegang saham yang ada
mempunyai hak istimewa (preemptive right) untuk lebih dahulu
membeli saham biasa. Warran dapat diterbitkan untuk membuktikan hak
tersebut.
3. Warran, yang seringkali disebut sebagai opsi saham, diberikan sebagai
kompensasi kepada para eksekutif dan karyawan. (Keiso, Weygandt,
& Warfield, 2002, hal. 410)
Warran yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya pada dasarnya merupakan opsi
jangka panjang untuk membeli saham biasa dengan harga tetap. Meskipun
beberapa warran perpetual telah diperdagangkan, namun umumnya hanya
bertahan selama 5 tahun, terkadang 10 tahun.
Profesi akuntan telah menyatakan bahwa ada dua instrumen terpisah yang terlibat,
yaitu (1) obligasi dan (2) warran yang memberikan hak kepada pemegang untuk
membeli saham biasa pada harga tertentu. Warran yang dapat dipisah dapat
diperdagangkan secara terpisah dari hutang dan, oleh karenanya, nilai pasar dapat
ditentukan. Ada dua metode alokasi yang tersedia:
1. Metode proporsional
2. Metode inkremental
1. Metode proporsional
Alokasi yang akan dilakukan didasarkan atas estimasi nilai pasar, yang umumnya
ditetapkan oleh bankir investasi, atau berdasarkan nilai pasar relatif obligasi serta
warran, segera sesudah diterbitkan dan diperdagangkan. Harga yang dibayar untuk
10.000 obligasi bernilai $1.000 yang dilampirkan dengan warran adalah nilai
parinya, atau $10.000.000. alokasi antara obligasi dan warran akan dilakukan
sebagai berikut:
Dalam situasi ini, obligasi dijual dengan diskonto dan dicatat sebagai berikut:
Kas 9.705.882
Diskonto atas hutang obligasi 294.118
Hutang obligasi 10.000.000
Disamping itu, perusahaan juga menjual Warran yang dikredit ke modal disetor.
Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas 294.118
Modal disetor−warran saham 294.118
Ayat jurnal ini dapat digabungkan jika diinginkan; ayat jurnal itu diperlihatkan
secara terpisah untuk menunjukkan bahwa pembeli obligasi tidak hanya membeli
obligasi, tetapi juga kemungkinan untuk mengklaim saham biasa di masa depan.
Dengan mengasumsikan bahwa semua dari 10.000 warran digunakan (satu warran
per satu saham), ayat jurnal berikut akan dibuat:
Kas 250.000
Modal disetor—Warran saham 294.118
Saham biasa 50.000
Agio saham 494.118
2. Metode Inkremental
Dalam situasi di mana nilai wajar warran maupun obligasi tidak dapat ditetapkan,
maka metode inkremental yang digunakan dalam pembelian sekuritas secara lump
sum dapat digunakan. Yaitu, sekuritas yang nilai pasarnya dapat ditetapkan
digunakan dan sisa harga beli dialokasikan ke sekuritas yang nilai pasarnya belum
diketahui. Asumsikan bahwa harga pasar warran AT&T diketahui sebesar
$300.000, tetapi harga pasar obligasi tanpa warran tidak dapat ditetapkan. Dalam
kasus ini, jumlah yang dialokasikan ke warran dan saham adalah sebagai berikut:
jika dewan direksi perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham baru, maka
pemegang saham lama secara keseluruhan akan memiliki hak preemptive
privilege (hak istimewa untuk membeli terlebih dahulu) untuk membeli saham
yang baru diterbitkan dengan proporsi yang mereka miliki. Privilege ini, yang
disebut sebagai hak saham (stock right), menyelamatkan pemegang saham yang
ada dari kerugian dilusi hak suara tanpa persetujuan mereka, dan
memperkenankan mereka untuk membeli saham di bawah nilai pasarnya. Warran
yang diterbitkan dalam situasi ini bersifat jangka pendek, tidak seperti warran
yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya.
Sertifikat yang mewakili hak saham, serta harga saham baru yang dapat dibeli.
Setiap saham yang dimiliki biasanya memberikan satu hak saham bagi
pemiliknya. Secara normal harganya lebih rendah daripada harga pasar saat ini,
yang memberikan nilai pada hak itu sendiri. Dari waktu diterbitkan hingga
kadaluarsa, hak itu dapat diperjualbelikan seperti setiap sekuritas lainnya.
Di sini tidak diperlukan ayat jurnal pada saat menerbitkan hak-hak kepada
pemegang saham yang sudah ada. Hanya ayat jurnal memorandum yang
diperlukan untuk menunjukkan jumlah hak yang diterbitkan kepada pemegang
saham yang ada, dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan memiliki tambahan
saham terdaftar yang belum diterbitkan ketika hak-hak tersebut digunakan. Tidak
ayat jurnal formal yang dibuat pada saat itu karena tidak ada saham yang
diterbitkan dan tidak ada kas yang diterima.
Bentuk lain dari warran muncul dalam program kompensasi saham yang
digunakan untuk membayar dan memotivasi karyawan. Warran ini merupakan
opsi saham (stock option), di mana para karyawan terpilih diberi opsi untuk
membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang
diperpanjang. Opsi saham sangat populer karena dapat memenuhi tujuan program
kompensasi yang efektif.
Manfaat dari program kompensasi yang efektif adalah:
1. memotivasi karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi;
2. membantu mempertahankan eksekutif dan mengijinkan perekrutan bakat
baru;
3. memberikan dasar kompensasi bagi karyawan dan kinerja perusahaan;
4. memaksimumkan tunjangan setelah pajak karyawan, dan
5. menggunakan kriteria kinerja terhadap karyawan yang mempunyai
kendali.
Masalah utama yang paling banyak diperdebatkan berkaitan dengan program opsi
saham adalah nilai kompensasi yang akan diterima oleh karyawan.
Beberapa akuntan menganggap bahwa Ani tidak akan menerima apapun, karena
perbedaan antara harga pasar dan harga penggunaan saham adalah nol. Akuntan
lain berpendapat bahwa opsi tersebut mempunyai nilai; jika harga saham berada
di atas Rp. 300.000 setiap saat selama 7 tahun berikutnya dan Ani menggunakan
opsi tersebut, maka kompensasi yang substansial akan dihasilkan.
Misalnya, jika pada akhir tahun ke tiga, harga pasar saham adalah Rp. 400.000
dan Ani telah menggunakan opsi tersebut, maka Ani akan memperoleh Rp.
100.000.000 {opsi 1.000 x (Rp 400.000 – Rp 300.000)}, dengan mengabaikan
pajak penghasilan.
a. penentuan Beban
Dengan menggunakan nilai wajar (fair value method), total beban kompensasi
dihitung berdasarkan nilai wajar opsi yang diharapkan menjadi haknya pada
tanggal opsi itu dihibahkan kepada karyawan (misalnya, tanggal hibah). Nilai
wajar bagi perusahaan publik akan diestimasi dengan menggunakan model
penetapan harga opsi, dengan beberapa penyesuaian atas faktor-faktor unik dari
opsi saham karyawan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan setelah tanggal
hibah (grant date), dalam menanggapi perubahan harga saham selanjutnya—baik
naik maupun turun.
Menurut metode nilai instrinsik (APB Opinion No. 25), total biaya kompensasi
dihitung sebagai kelebihan harga pasar saham atas harga opsi pada tanggal ketika
sejumlah saham yang berhak diterima karyawan diberikan, dan harga opsi atau
harga beli saham itu telah diketahui (tanggal pengukuran). Pada sebagian besar
program kompensasi, tanggal pengukuran ini merupakan tanggal hibah. Akan
tetapi, tanggal pengukuran mungkin lebih lambat daripada tanggal hibah dalam
program dengan persyaratan variabel (jumlah saham dan/atau harga opsi tidak
diketahui) yang tergantung pada kejadian setelah tanggal hibah. Untuk program
variabel seperti ini, beban kompensasi mungkin harus diestimasi berdasarkan
asumsi jumlah saham dan harga opsi terakhir (biasanya tanggal penggunaan).
Pada umumnya, baik menurut metode nilai wajar maupun metode nilai instrinsik,
beban kompensasi diakui dalam periode di mana karyawan melakukan jasa—
periode jasa (service period). Kecuali, dalam hal-hal spesifik, periode jasa adalah
periode hasil (vesting period)—waktu antara tanggal hibah (grant date) dan
tanggal hasil (vesting date). Jadi, total beban kompensasi ditentukan pada tanggal
hibah dan dialokasikan ke periode yang menerima manfaat dari jasa karyawan.
Contoh kasus
Pada tanggal 1 November 2000, pemegang saham Chen Company menyetujui
program yang menghibahkan opsi kepada lima eksekutif perusahaan untuk
membeli 2.000 lembar saham biasa perusahaan dengan nilai pari $1. Opsi ini
dihibahkan pada tanggal 1 januari 2001, dan dapat digunakan setiap saat selama
sepuluh tahun mendatang. Harga opsi per saham adalah $60, dan harga pasar
saham pada tanggal hibah adalah $70 per saham. Dengan menggunakan metode
instrinsik, total beban kompensasi dihitung sebagai berikut:
Nilai pasar 10.000 lembar saham pada tanggal hibah ($70 per saham) $700.000
Harga opsi 10.000 lembar saham pada tanggal hibah($60 per saham) $600.000
Total beban kompensasi (nilai instrinsik) $100.000
c. Jenis-jenis Program
Tiga program atau rencana kompensasi yang umum, yang menggambarkan tujuan
yang berbeda adalah:
1. Program opsi saham (insentif atau tanpa kualifikasi)
2. Program hak apresiasi saham
3. Program jenis kinerja
Program yang tidak memiliki tiga karakteristik yang telah disebutkan di atas
diklasifikasikan sebagai bersifat kompensasi.
Tanpa memerhatikan apakah metode nilai instrinsik atau metode nilai wajar yang
digunakan, pengungkapan penuh tentang status program tersebut harus dibuat
pada akhir periode penyajian, termasuk jumlah saham menurut opsi, penggunaan
dan pembatalan penebusan opsi, rata-rata tertimbang harga opsi untuk kategori
tersebut, rata-rata tertimbang nilai wajar opsi yang dihibahkan selama tahun
berjalan, dan rata-rata umur sisa kontraktual yang beredar. Selain informasi
tentang status program opsi saham, perusahaam juga harus mengungkapkan
metode dan asumsi signifikan yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar
opsi saham.
BAGIAN 2 MENGHITUNG LABA PER SAHAM
Laba per saham (LPS) merupakan informasi mengenai berapa jumlah laba yang
dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa per lembarnya. LPS
menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga
menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Nilai LPS akan sangat tergantung pada
jumlah laba dan jumlah lembar saham yang beredar. Apabila perusahaan memiliki
struktur modal yang sederhana (tidak memiliki sekuritas yang memiki potensi
mengurangi tingkat laba dan menambah jumlah lembar saham), maka perusahaan
akan menyajikan informasi mengenai LPS Dasar. Sedangkan pada perusahaan
yang memiliki struktur modal yang kompleks maka harus menyajikan informasi
mengenai LPS Dilusian. (Martani, 2017, hal. 144)
Laba per saham (earnings per share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh
setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham
biasa. Sebagai contoh, jika Oscar Co. Mempunyai laba bersih sebesar $300.000
dan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama tahun berjalan adalah
100.000 lembar, laba per saham adalah ($300.000/100.000).
EPS merupakan ukuran yang penting bagi berbagai investor. Untuk rata-rata
investor tanpa tenaga kerja yang terikat dengan perusahaan, EPS yang dilaporkan
perusahaan hanya sesuai untuk kondisi tersebut. Nilai EPS mempunyai korelasi
yang tinggi dengan harga pasar saham biasa perusahaan. dengan diberikannya
angka-angka EPS untuk investor, tidaklah mengejutkan bahwa FASB, SEC, dan
agen investasi lainnya sangat menekankan pada bagaimana statistik keuangan
perusahaan ini dihitung.
Tujuan mendasar dari kalkulasi EPS adalah untuk menunjukkan kasus terburuk,
yaitu kemungkinan nilai EPS terendah. Pada kondisi ini, pendekatan tersebut
merefleksikan sifat konservatif. Sayangnya, kalkulasi EPS tergantung pada
berbagai asumsi, yang mengakibatkan sukar untuk memperoleh interpretasi
terbaik.
Perbedaan mendasar antara struktur modal sederhana dengan rumit adalah tidak
adanya sekuritas dilutif yang potensial, yaitu sekuritas yang dapat digunakan
atau dikonversi menjadi saham biasa dan akan menurunkan EPS jika hal ini
dimasukkan dalam perhitungan. (Dyckman, Dukes, & Davis, 2000, hal. 495)
2.7 LABA PER SAHAM – STRUKTUR MODAL SEDERHANA
Struktur modal perusahaan bersifat sederhana jika hanya terdiri dari saham biasa
atau tidak mencakup saham biasa potensial (potential common stock) yang pada
saat konversi atau penggunaan dapat mendilusi laba per saham biasa. Perhitungan
laba per saham untuk struktur modal sederhana melibatkan dua pos (selain laba
bersih)—1) Deviden saham preferen dan 2) rata-rata tertimbang jumlah saham
yang beredar.
Dalam buku (Dyckman, Dukes, & Davis, 2000, hal. 495) untuk struktur modal
sederhana, APB Opinion No. 15 menjelaskan penyajian EPS tunggal (jumlah
diasumsikan):
Jika suatu perusahaan memiliki baik saham biasa maupun saham preferen yang
beredar, maka dividen saham preferen tahun berjalan dikurangi dari laba bersih
untuk memperoleh laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa.
Ilustrasi 16-8 rumus untuk menghitung laba per saham :
Jika saham preferen bersifat kumulatif dan dividen tidak diumumkan pada tahun
berjalan, maka jumlah yang sama dengan dividen yang seharusnya sudah
diumumkan untuk tahun berjalan saja yang harus dikurangkan dari laba bersih
(atau ditambahkan ke rugi bersih).
Dalam semua perhitungan laba per saham, jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar (weiahted average number of shares outstanding) selama periode
bersangkutan merupakan dasar untuk melaporkan jumlah per saham. Saham yang
diterbitkan atau dibeli selama periode itu akan mempengaruhi jumlah saham yang
beredar dan harus ditimbang menurut bagian dari periode peredarannya.
Apabila terjadi dividen saham (divident stock) atau pemecahan saham (stock split)
perhitungan rata-rata tertimbang jumlah sahan membutuhkan penetapan kembali
saham yang beredar sebelum dividen saham atau pemecahan saham terjadi.
Penerbitan dividen saham atau pembelian saham harus ditetapkan kembali tetapi
penerbitan atau pembelian kembali saham secara tunai tidak perlu ditetapkan
kembali, karena pemecahan saham atau dividen saham tidak meningkatkan atau
menurunkan aktiva bersih perusahaan; hanya saham tambahan yang diterbitkan
dan karena itu, rata-rata tertimbang saham harus ditetapkan kembali. Setelah
ditetapkan kembali, perbandingan yang absah atas laba per saham dapat dibuat
antara periode sebelum dan sesudah pemecahan saham atau dividen saham.
Sebaliknya, penerbitan atau pembelian saham secara tunai akan mengubah jumlah
aktiva bersih.
(D)
(A) (B) (C) Saham
Tanggal Saham Penetapan Bagian Tertimbang
Beredar yang beredar Kembali dari tahun (A x B x C)
1 Jan-1 Mar 100.000 1,50 2/12 25.000
1 Mar-1 Jun 120.000 1,50 3/12 45.000
1 Jun-1 Nov 180.000 5/12 75.000
1 Nov-31 Des 210.000 2/12 35.000
Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 180.000
Saham yang beredar sebelum dividen saham harus ditetapkan kembali. Saham
yang beredar dari tanggal 1 Januari sampai 1 Juni harus disesuaikan dengan
dividen saham, sehingga saham-saham tersebut ditetapkan atas dasar yang sama
seperti saham yang diterbitkan kemudian untuk dividen saham.
Saham yang diterbitkan setelah dividen saham tidak perlu ditetapkan kembali
karena hal itu telah ditetapkan atas dasar yang baru. Dividen saham hanya
menetapkan kembali saham yang ada. Perlakuan yang sama juga diterapkan pada
pemecahan saham.
Jika dividen saham atau pemecahan saham terjadi setelah akhir tahun, tetapi
sebelum laporan keuangan diterbitkan, maka jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar selama tahun tersebut (dan setiap tahun lainnya yang disajikan
dalam bentuk komparatif) harus ditetapkan kembali.
Contoh Komprehensif
Contoh ilustrasi, Darin Corporation mempunyai laba sebelum pos luar biasa
sebesar $580.000 dan keuntungan luar biasa, sesudah pajak sebesar $240.000. di
samping itu, perusahaan juga mengumumkan dividen saham preferen sebesar $1
per saham atas 100.000 saham preferen yang beredar. Darin Corporation juga
mengalami perubahan berikut atas saham biasanya yang beredar selama tahun
2006. Berikut penyajian saldo akhir saham yang beredar-Darin Corp. :
Untuk menghitung informasi laba per saham, Darin menentukan jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar ditentukan sebagai berikut :
(D)
(A) (B) (C) Saham
Tanggal Saham Penetapan Bagian Tertimbang
Beredar yang beredar Kembali dari tahun (A x B x C)
1 Jan-1 Mei 180.000 3 4/12 180.000
1 Mei-1 Juli 150.000 3 2/12 75.000
1 Juli-31 Des 450.000 6/12 225.000
Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 480.000
Dalam menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham, saham yang terjual pada
tanggal 31 Desember 2006 diabaikan karena saham itu tidak beredar selama tahun
berjalan. Jumlah rata-rata tertimbang kemudian dipecah menjadi laba sebelum pos
luar biasa dan laba bersih untuk menentukan laba per saham. Dividen saham
preferen sebesar $100.000 dikurangkan dari laba sebelum pos luar biasa
($580.000) untuk memperoleh laba sebelum pos luar biasa yang tersedia bagi
pemegang saham biasa sebesar $480.000 ($580.000 - $100.000).Pengurangan
dividen saham preferen dari laba sebelum pos luar biasa juga mengurangi laba
bersih, tanpa mempengaruhi jumlah pos luar biasa. Jumlah akhirnya disebut
sebagai laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa.
(c)
(a) (b) Laba
Informasi Saham Per Saham
Laba Tertimbang (A+B)
Laba sebelum pos luar biasa
yang tersedia untuk
pemegang saham biasa $480.000* 480.000 $1,00
Keuntungan luar biasa
(setelah pajak) $ 240.000 480.000 0,50
Laba yang tersedia untuk
Pemegang saham biasa $ 720.000 480.000 $1,50
Darin harus mengungkapkan jumlah per saham untuk pos luar biasa (setelah
pajak) pada laporan laba-rugi atau dalam catatan atas laporan keuangan. Laba dan
informasi per saham yang dilaporkan pada laporan laba-rugi ditunjukkan pada
ilustrasi berikut ini:
Laba sebelum pos luar biasa $580.000
Keuntungan luar biasa, setelah pajak 240.000
Laba bersih 820.000
Pembahasa EPS pada titik ini berlaku untuk EPS dasar dengan struktur modal
sederhana. Salah satu masalah dalam perhitungan EPS dasar adalah bahwa
perhitungan ini gagal mengakui dampak potensial sekuritas delutif perusahaan.
Oleh karena itu, apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang kompleks,
baik laba per saham dasar maupun yang didilusi umumnya dilaporkan.
Perhitungan laba per saham yang didilusi (diluted EPS) sama dengan perhitungan
EPS dasar. Perbedaannya adalah bahwa EPS yang didilusi mencakup pengaruh
dari seluruh saham biasa dilutif yang potensial, yang telah beredar selama periode
berjalan.
Rumus dalam ilustrasi di bawah ini menunjukkan hubungan antara EPS dasar dan
EPS yang didilusi.
EPS Dasar
Tujuan dari penyajian ganda ini adalah untuk menginformasikan para pemakai
laporan keuangan situasi yang mungkin akan terjadi dan menyajikan “kasus
terburuk” dalam situasi dilutif (EPS dilutif).
Metode yang digunakan untuk untuk mengatur pengaruh dilutif dari konversi
potensial terhadap EPS disebut sebagai metode jika dikonversi (if converted
method).
Sebagai contoh, Marshy field Corporation mempunyai laba bersih tahun berjalan
sebesar $210.000 dan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar
selama periode berjalan sebanyak 100.000 saham. Karena itu, laba per saham
dasar adalah $2,10 ($210.000 / 100.000). perusahaan juga mempunyai dua
terbitan obligasi surat utang konvertibel yang beredar. Salah satunya adalah
obligasi 6% yang dijual pada 100 (total $1.000.000) pada tahun sebelumnya dan
dapat dikonversi menjadi 20.000 saham biasa. Sementara yang lainnya berupa
obligasi 10% yang dijual apada 100 (total $1.000.000) pada tanggal 1 April tahun
berjalan dan dapat dikonversi menjadi 32.000 saham biasa. Tarif pajak adalah
40%.
Jika obligasi dijual dengan premi atau diskonto, maka beban bunga harus
disesuaikan setiap periode untuk memperhitungkan kejadian ini. Karena itu,
jumlah beban bunga yang ditambahkan kembali, sesudah pajak, ke laba bersih
adalah beban bunga yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi (bukan bunga yang
dibayar secara tunai selama periode berjalan).
Di samping itu, tingkat konversi atas sekuritas dilutif juga dapat berubah selama
periode sekuritas delutif tersebut beredar. Dalam situasi ini, untuk perhitungan
EPS yang didilusi, tingkat konversi paling menguntungkan yang tersedia untuk
pemegang saham akan digunakan.
Opsi saham dan warran beredar (apakah dapat atau tidak dapat digunakan saat ini)
dimasukkan dalam laba per saham yang didilusi kecuali jika bersifat antidilutif.
Opsi saham dan warran serta ekuivalennya dimasukkan dalam perhitungan laba
per saham melalui metode saham treasuri (treasury stock method).
Metode saham treasuri mengasumsikan bahwa opsi atau warran digunakan pada
awal tahun (atau tanggal penerbitan jika sesudahnya), dan hasil dari penggunaan
opsi serta warran tersebut digunakan untuk membeli saham biasa treasuri. Jika
harga pengguanaan lebih rendah daripada harga pasar saham, maka hasil
penggunaan tidak cukup untuk membeli kembali semua saham. Saham
inkremental yang tersisa selalu ditambahkan ke jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar untuk tujuan perhitungan laba per saham yang didilusi.
Sebagai contoh, jika harga penggunaan warran adalah $5 dan nilai pasar wajar
saham adalah $15, maka metode saham treasuri akan mengakibatkan penambahan
satu saham yang beredar, tetapi $5 yang diterima atas penerbitan satu saham itu
tidak akan mencukupi untuk membeli satu saham dipasar seharga $15. Tiga surat
jaminan atau warran harus digunakan (dan diterbitkan tiga tambahan saham)
untuk menghasilkan cukup uang ($15) guna mengakuisisi satu saham di pasar.
Jadi, akan dihasilkan kenaikan bersih dua saham yang beredar.
Jika jumlahnya lebih besar, maka asumsikan 1500 opsi saham beredar pada harga
penggunaan sebesar $30 untuk satu saham biasa dan harga pasar saham biasa per
lembar sebesar $50.
Melalui penerapan metode saham treasuri akan terdapat 600 saham inkremental
yang beredar, yang diperhitungkan sebagai berikut:
Jadi, jika harga penggunaan opsi atau warran lebih rendah daripada harga pasar
saham, maka akan terjadi dilusi. Jika harga penggunaan saham atau warran lebih
tinggi daripada harga pasar saham, maka saham akan berkurang. Dalam kasus ini,
opsi atau warran bersifat antidilutif karena pemanfaatannya diasumsiakn
menyebabkan kenaikan laba per saham.
Untuk opsi maupun warran, penggunaan tidak boleh dilaksanakan kecuali harga
pasar rata-rata saham berada di atas penggunaan selama periode pelaporan. Untuk
praktiknya, rata-rata harga mingguan atau bulanan sudah memadai, sepanjang
harga tidak berfluktuasi secara signifikan.
Dalam menghitung EPS yang didilusi, agregat dari semua sekuritas dilutif harus
dipertimbangkan. Namun pertama-tama kita harus menentukan sekuritas dilutif
mana yang secara potensial dalam kenyataannya, adalah dilutif secar individu dan
mana yang antidilutif. Setiap sekuritas yang bersifat antidilutif harus dikeluarkan
dan tidak dapat digunakan untuk mengoffset sekuritas dilutif.
Dengan opsi atau warran, setiap kali harga pengguanaan lebih besar daripada
harga pasar, sekuritas itu adalah antidilutif. Sekuritas antidilutif harus
diabaikan dalam semua perhitungan dan tidak boleh dipertimbangkan
dalam perhitungan laba per saham yang didilusi.
Pendekatan ini masuk akal karena tujuan profesi akuntan adalah
menginformasikan para investor mengenai kemungkinan dilusi yang mungkin
terjadi pada pelaporan laba per saham, dan bukan mengenai sekuritas yang jika
dikonversi atau digunakan akan menghasilkan kenaikan laba per saham.
Jika struktur modal suatu perusahaan kompleks, maka penyajian laba per saham
akan menjadi sebagai berikut:
Apabila laba per periode mencaup pos-pos tidak biasa, maka jumlah per saham
(bila dapat diterapkan) harus menunjukkan laba dari operasi berlanjut, laba
sebelum pos-pos luar biasa, laba sebelum perubahan akuntansi, dan laba bersih.
Perusahaan yang melaporkan operasi yang dihentikan (discontinued), pos luar
biasa, atau pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi harus menyajikan jumlah
per saham untuk pos-pos lain yang sejenis pada laporan laba-rugi atau atas catatan
atas laporan keuangan.
Laba per saham harus diperlihatkan untuk semua periode yang disajikan dan
semua jumlah laba per saham periode sebelumnya yang telah disajikan harus
ditetapkan kembali untuk dividen saham dan pemecahan saham. Jika data EPS
yang didilusi dilaporkan paling tidak selama satu periode, maka:
EPS Dasar
Laba tersedia untuk pemegang saham
biasa 7.455.000 3.991.666 $1,87
Warran 30.768
Saham preferen konvertibel 45.000 308.333
Obligasi konvertibel 4% (sesudah pajak) 60.000 50.000
Opsi saham untuk membeli 1.000.000 lembar saham biasa seharga $85 per saham
telah beredar selama semester kedua tahun 2002 tetapi tidak dimasukkan dalam
perhitungan EPS yang didilusi karena harga penggunaan opsi lebih daripada rata-
rata harga pasar saham biasa. Opsi tersebut masih beredar pada akhir tahun 2002
dan kadaluarsa pada tanggal 30 Juni 2012.
EPS = Laba yang berlaku untuk saham biasa / rata-rata tertimbang jumlah
saham biasa
Struktur Modal Kompleks
(Penyajian Ganda EPS)
Rumus
Laba yang berlaku untuk saham biasa
yang telah disesuaikan dengan bunga
(sesudah pajak) dan dividen preferen
atas semua sekuritas dilutif / jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa
dengan mengasumsikan dilusi
maksimum dari semua sekuritas
dilutif.
Dikutip dari buku (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 436).