Anda di halaman 1dari 39

BAB II

PEMBAHASAN

BAGIAN 1 SEKURITAS DILUTIF DAN PROGRAM KOMPENSASI

Sekuritas dilutif merupakan surat berharga yang dapat dikonversikan menjadi


saham biasa sehingga pada saat dikonversikan akan memengaruhi jumlah saham
yang beredar dan berdampak pada penurunan nilai laba per saham atau terdilusi.
Termasuk dalam sekuritas dilutif adalah opsi, waran, utang konversi, saham
preferen, konversi, dan lain-lain. (Martani, 2017, hal. 133)

2.1 Hutang Konvertibel

Dalam buku (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 406) Jika obligasi dapat
dikonversi menjadi sekuritas perusahaan lainnya selama periode tertentu sesudah
penerbitannya, maka obligasi tersebut disebut sebagai obligasi konvertibel
(convertible bonds).

Sedangkan menurut Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 135)
berpendapat bahwa Utang konversi merupakan surat utang memberikan fitur opsi
bagi pemegangnya untuk mengonversikannya menjadi saham perusahaan setelah,
selama, atau pada tanggal tertentu setelah surat utang dikeluarkan biasanya pada
rasio pertukaran yang sudah ditentukan terlebih dahulu pada penerbitan obligasi
tersebut.

Obligasi konvertibel menggabungkan manfaat dari sebuah obligasi dengan


hak istimewa (privilege) untuk menukarkannya dengan saham pada opsi
pemegang saham. Obligasi itu dibeli oleh investor yang menginginkan keamanan
atas obligasi yang dipegangnya. Jaminan bunga ditambah opsi tambahan berupa
konversi jika nilai saham tersebut meningkat secara signifikan. (Keiso, Weygandt,
& Warfield, 2002, hal. 406)
Menurut Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 135) Sekuritas ini
merupakan sekuritas hibrida yaitu suatu sekuritas yang terdiri dari dua unsur yaitu
utang dan ekuitas. Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan untuk mengeluarkan
utang konversi. Pertama, meningkatkan permodalan perusahaan dengan
kemungkinan mengeluarkan saham dalam jumlah yang lebih kecil.

Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa perusahaan ingin mendapatkan $


1.000.000 pada saat saham biasanya dijual seharga $ 45 per saham. Penerbitan
seperti ini akan membutuhkan penjualan sebanyak 22.222 saham (dengan
mengabaikan biaya penerbitan). Dengan menjual 1.000 obligasi pada nilai pari $
1.000, yang masing-masing dapat dikonversi menjadi 20 lembar saham biasa,
perusahaan dapat memperoleh $1.000.000 dengan hanya menerbitkan 20.000
lembar saham biasa. (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 406)

Sedangkan menurut Donald, dalam bukunya (Keiso, Weygandt, & Warfield,


2002, hal. 407) menyebukan bahwa Alasan kedua adalah untuk memperoleh
pembiayaan dengan saham biasa pada suku bunga yang rendah. Banyak
perusahaan hanya dapat menerbitkan hutang pada suku bunga yang tinggi, kecuali
jika perjanjian konvertibel dicantumkan. Hak istimewa atau privilege konversi
dapat menarik para investor untuk menerima suku bunga yang lebih rendah
dibandingkan penerbitan hutang secar normal.

Sebagai contoh, Amazon.com baru-baru ini menerbitkan obligasi konvertibel


yang membayar bunga pada hasil efektif 4,75%, yang lebih rendah daripada yang
harus dibayar amazon.com jika menerbitkan hutang langsung. Pada suku bunga
yang lebih rendah ini, investor menerima hak untuk membeli saham biasa
amazon.com pada harga yang tetap sampai jatuh tempo.
Bentuk utang konversi yang paling umum dikeluarkan oleh perusahaan adalah
obligasi konversi. Oblogasi konversi mengombinasikan antara keuntungan
obligasi dari segi pendapatan tetap dan fasilitas pilihan bagi pemegangnya untuk
menukarkannya menjadi saham, sehingga memiliki opsi konversi yang akan
ditukarkan apabila harga saham mengikat secara signifikan.
Berikut ini merupakan beberapa bentuk dari utang konversi :

1. Utang konversi dengan fitur konversi sebagian


Merupakan jenis umum dari surat utang konversi yang mana hanya
sebagian dari seluruh jumlah utang dapat dikonversikan menjadi saham.
Jadi hanya jumlah tertentukan dari keseluruhan utang yang dapat
dikonversikan menjadi saham setelah jangka waktu tertentu dan sisanya
akan dilunasi oleh perusahaan.

2. Utang konversi dengan fitur konversi seluruhnya


Merupakan surat utang konversikan seluruhnya menjadi saham sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang disebutkan pada saat penerbitan surat
utang tersebut. Jadi sekali dikonversi, pemegang utang akan menjadi salah
satu pemegang saham perusahaan.

3. Utang konversi dengan fitur konversi wajib seluruhnya


Merupakan jenis ketiga yang sedikit berbeda dari utang konversi dengan
fitur konversi seluruhnya. Kontrak ini memiliki karakteristik bahwa
seluruhnya nilai surat utang tersebut akan (bukan merupakan opsi bagi
pemegang sekuritas utang) dikoversi menjadi saham ekuitas dengan waktu
ditentukan. Seperti disebutkan di atas waktu tersebut sudah disebutkan
dalam dokumen penawaran utang. Setelah konversi dilakukan pemegang
sekuritas utang menjadi pemegang saham. Dikutip dari buku (Martani,
2017, hal. 135)
Perlakuan akuntansi untuk utang konversi yaitu utang konversi merupakan
instrumen campuran hybrid yang memiliki komponen utang dan juga komponen
ekuitas. PSAK 56 (revisi 2010) Laba Per Saham menyatakan bahwa entitas harus
memisahkan kedua komponen tersebut dalam pengakuan dan penyajian. Dalam
mengakui dan mengukur utang konversi perusahaan harus memisahkan nilai
antara fitur utang dan mengukur utang konversi perusahaan harus memisahkan
nilai antara fitur utang dan fitur opsi konversi yang melekat pada obligasi tersebut.
Pemisahan ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai utang sejenis
(dengan resiko yang sama) yang tidak memberikan fitur opsi konversi (nilai tanpa
konversi)
Tahapan yang harus dilakukan oleh entitas adalah:
1. Tentukan total nilai pasar utang konversi dengan dua komponen liabilitas
dan ekuitas
2. Tentukan komponen liabilitas dengan menghitung nilai kini neto dari
semua aliran kontraktual kas dimasa mendatang yang didiskonto dengan
tingkat bunga pasar. Tingkat bunga pasar yang digunakan adalah tingkat
bunga yang dibayarkan perusahaan pada utang yang sama namun tanpa
fitur konversi.
3. Kurangi komponen liabilitas yang dihitung dilangkah ke-2 dari nilai pasar
obligasi konversi akan diperoleh nilai ekuitas. (Martani, 2017, hal. 136)

Akuntansi untuk hutang konvertibel mencakup masalah pelaporan pada saat (1)
penerbitan, (2) konversi, dan (3) penarikan.

2.1.1 Pada saat penerbitannya

Metode pencatatan obligasi konvertibel pada tanggal penerbitan hutang langsung


(tanpa mencatat hasilnya sebagai ekuitas). Setiap diskonto atau premi yang
dihasilkan dari penerbitan obligasi konvertibel diamortisasi hingga tanggal jatuh
temponya, karena sulit untuk memprediksikan kapan, secara keseluruhan,
konversi akan terjadi. (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 407)
Dwi Martani mengatakan dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 136) Ketika
perusahaan menerbitkan utang konversi maka perusahaan harus
memisahkan antara komponen utang dan komponen ekuitas.

2.1.2 Pada saat konversi

jika obligasi dikonversi menjadi sekuritas lainnya, maka masalah akuntansi yang
utama adalah menentukan pada jumlah berapa pertukaran sekuritas dengan
obligasi harus dicatat. Asumsikan bahwa hilton Inc. Menerbitkan suatu obligasi
konvertibel senilai $1.000 dengan premi $60 yang dapat dikonversi menjadi 10
lembar saham biasa ( nilai pari $10). Pada saat konversi, premi yang belum
diamortisasi adalah $50, nilai pasar obligasi adalah $1.200, dan harga saham di
pasar adalah $120. Metode nilai buku untuk mencatat konversi obligasi ini
adalah metode yang paling banyak digunakan dalam praktek dan
dianjurkan oleh GAAP. Untuk mengilustrasikan pendekatan spesifik ini, ayat
jurnal untuk konversi obligasi Hilton Inc. adalah:
Hutang Obligasi 1.000
Premi atas Hutang Obligasi 50
Saham Biasa 100
Agio Saham 950

Para pendukung pendekatan nilai buku menyatakan bahwa suatu perjanjian telah
ditetapkan pada tanggal penerbitan untuk membayar sejumlah uang yang
ditetapkan pada saat jatuh tempo atau untuk menerbitkan sejumlah sekuritas
ekuitas yang telah diharapkan. Oleh karena itu, apabila hutang dikonversi menjadi
ekuitas sesuai dengan syarat-syarat kontrak sebelumnya, maka tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui atas konversi. (Keiso, Weygandt, &
Warfield, 2002, hal. 407)

2.1.3 Konversi yang Dirangsang (Induced Conversion)

Dalam buku Keiso (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 408) Kadang-
kadang penerbit ingin meransang lebih cepat konversi hutang konvertibelnya
menjadi sekuritas ekuitas, dengan tujuan mengurangi biaya bunga atau
meningkatkan rasio hutang terhadap ekuitas.
Sebagai akibatnya, penerbit dapat menawarkan beberapa bentuk pertimbangan
tambahan (seperti kas atau saham biasa), yang disebut sebagai “pemanis”, untuk
meransang konversi. Pemanis (sweetener) ini harus dilaporkan sebagai beban
periode berjalan dalam jumlah yang sama dengan nilai wajar sekuritas tambahan
atau pertimbangan lain yang diberikan.

Asumsikan bahwa Helloid Inc. mempunyai surat utang konvertibel yang beredar
dan bernilai pari $ 1.000.000 dapat dikonversi menjadi 100.000 lembar saham
biasa dengan nilai pari $1. Helloid ingin mengurangi biaya bunga tahunannya.
Untuk melakukan hal tersebut, Helloid setuju membayar pemegang surat hutang
konvertibel suatu tambahan sebesar $ 80.000 jika mereka akan
mengkonversikannya.

Dengan mengasumsikan bahwa telah terjadi konversi. Ayat jurnal berikut harus
dibuat:
Biaya konversi hutang 80.000
Hutang obligasi 1.000.000
Saham biasa 100.000
Tambahan laba disetor 900.000
Kas 80.000

Tambahan sebesar $ 80.000 ini dicatat sebagai beban periode berjalan dan
bukan sebagai pengurang ekuitas. Beberapa akuntan berpendapat bahwa biaya
perangsangan konversi adalah biaya untuk memperoleh modal ekuiatas. Sebagai
akibarnya, hal ini harus diakui sebagai biaya pengurang dari modal ekuitas yang
diperoleh dan bukan sebagai beban. Akan tetapi, FASB menunjukkan bahwa jika
diperlukan tambahan pembayaran untuk membuat para pemegang obligasi
mengkonversinya, maka pembayaran tersebut adalah untuk jasa (pemegang
obligasi mengkonversikan pada waktu tertentu) dan harus dilaporkan sebagai
beban. Beban ini tidak boleh dilaporkan sebagai pos luar biasa.
2.1.4 Penarikan Hutang Konvertibel

Jika hutang konvertibel diperlakukan sebagai transaksi hutang, maka perbedaan


antara jumlah tercatat hutang konvertibel yang ditarik dan pembayaran kas harus
menghasilkan beban atau kredit ke laba. Jika hutang konvertibel merupakan
transaksi ekuitas, maka perbedaannya harus dimasukkan ke dalam tambahan
modal disetor.

Perlu diketahui bahwa metode pencatatan penerbitan obligasi konvertibel


mengikuti metode yang digunakan dalam mencatat penerbitan hutang langsung.
Secara khusus hal ini berarti bahwa tidak ada bagian dari hasil yang harus berasal
dari karakteristik konversi dan dikredit ke Tambahan Modal Disetor. Meskipun
tujuan teoritis dari pendekatan ini dapat ditingkatkan, namun agar konsisten,
keutungan atau kerugian atas penarikan hutang konvertibel perlu diakui
dengan cara yang sama seperti pada keuntungan atau kerugian atas
penarikan hutang nonkonvertibel.
Karena alasan tersebut, perbedaaan antara harga akuisisi hutang dan jumlah
tercatatnya harus dilaporkan dalam laba berjalan sebagai keuntungan atau
kerugian. (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 409)

2.2 Saham Preferen Konvertibel

Saham preferen merupakan saham yang dimiliki keutamaan dalam pendistribusian


laba. Seringkali saham utama yang mana pemilik saham preferen dapat
mengonversikan menjadi saham biasa dalam jumlah yang telah ditentukan
sebelumnya. (Martani, 2017, hal. 140)

(Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 409) Perbedaan utama akuntansi untuk
obligasi konvertibel dan saham preferen konvertibel (convertible Preferred
Stock) pada tanggal penerbitannya adalah bahwa obligasi konvertibel dianggap
sebagai kewajiban, sedangkan saham preferen konvertibel (kecuali ada penebusan
wajib) dianggap sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham.
Menurut Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 141) berbeda dengan
obligasi konversi yang mana prinsipalnya merupakan sekuritas utang dan opsi
konversinya merupakan sekuritas ekuitas, saham preferen konversi secara
prinsipnya merupakan sekuritas ekuitas dan opsi konversinya pun merupakan
sekuritas ekuitas.

Di samping itu, ketika saham preferen konvertibel digunakan, tidak ada justifikasi
teoritis untuk mengakui keuntungan atau kerugian. Tidak ada keuntungan atau
kerugian yang diakui pada saaat perusahaan bertemu dengan pemegang saham
dalam kapasitasnya sebagai pemilik usaha. Metode nilai buku dapat
diterapkan: saham preferen di debet bersamaan dengan setiap hal yang
berhubungan dengan Tambahan Modal Disetor, sementara Saham Biasa dan
Tambahan Modal Disetor (jika ada kelebihan) dikredit.

Perlakuan yang berbeda dikembangkan apabila nilai pari saham biasa yang
diterbitkan melebihi nilai buku saham preferen. Dalam kasus tersebut, laba
ditahan biasanya didebet sebesar perbedaan tersebut.

Asumsikan bahwa Host Enterprises menerbitkan 1.000 lembar saham biasa (nilai
pari $2) atas konversi 1.000 lembar saham preferen (nilai pari $1), yang pada
awalnya diterbitkan dengan premi sebesar 4.200. Ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:

Saham preferen konvertibel 1.000


Agio saham (premi atas saham preferen) 200
Laba ditahan 800
Saham biasa 2.000

Dasar pemikiran untuk mendebet Laba Ditahan adalah bahwa pemegang saham
preferen ditawari tambahan pengembalian untuk memudahkan konversinya
menjadi saham biasa. Dalam contoh ini, tambahan pengembalian dibebankan ke
Laba Ditahan. Akan tetapi, banyak negara bagian yang mengharuskan beban ini
hanya mengurangi tambahan modal disetor dari sumber lain. (Keiso, Weygandt,
& Warfield, 2002, hal. 410)
2.3 Warran Saham

Dalam buku Keiso, (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 410) Warran atau
surat jaminan (warrant) adalah sertifikat yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk memperoleh saham pada harga tertentu selama periode yang
telah ditetapkan.

Dalam konteks yang sama, Dwi Martani dalam bukunya (Martani, 2017, hal. 134)
berpendapat bahwa Waran saham merupakan opsi yang diberikan oleh perusahaan
kepada pemilik waran untuk membeli saham dengan harga tertentu dalam waktu
tertentu. Perbedaan utama waran saham dan opsi saham adalah pihak yang
mengeluarkannya dan sejenisnya. Warran dikeluarkan oleh perusahaan penerbit
saham sedangkan opsi dikeluarkan oleh investor dan warran merupakan jenis
merupakan call option. Warran biasanya dikeluarkan sebagai pemanis sekuritas
lainnya yang sering kali digunakan dalam situasi sebagai berikut:
1. Untuk membuat sekuritas lebih menarik
2. Pemilik saham sebelumnya memiliki preemptive right (hak didahulukan)
untuk membeli saham.
3. Untuk kompensasi manajemen dan karyawan.

Opsi ini serupa dengan privilege atau hak istimewa konversi karena warran, jika
digunakan, akan menjadi saham biasa dan biasanya mempunyai pengaruh dilutif
(mengurangi laba per saham) yang serupa dengan konversi sekuritas konvertibel.
Akan tetapi, perbedaan pokok antara sekuritas konvertibel dan warran saham
terletak pada penggunaan warran, dimana pemilik harus membayar sejumlah uang
tertentu untuk memperoleh saham.

Penerbitan warran atau opsi untuk membeli tambahan saham biasanya timbul
dalam tiga situasi:
1. Pada saat menerbitkan jenis sekuritas yang berbeda, seperti obligasi atau
saham preferen, seringkali warran disertakan agar sekuritas terlihat lebih
menarik, untuk memberikan suatu “pendorong ekuitas (equity kicker)”.
2. Pada penerbitan tambahan saham biasa, pemegang saham yang ada
mempunyai hak istimewa (preemptive right) untuk lebih dahulu
membeli saham biasa. Warran dapat diterbitkan untuk membuktikan hak
tersebut.
3. Warran, yang seringkali disebut sebagai opsi saham, diberikan sebagai
kompensasi kepada para eksekutif dan karyawan. (Keiso, Weygandt,
& Warfield, 2002, hal. 410)

2.3.1 Warran Saham yang Diterbitkan dengan Sekuritas Lainnya

Warran yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya pada dasarnya merupakan opsi
jangka panjang untuk membeli saham biasa dengan harga tetap. Meskipun
beberapa warran perpetual telah diperdagangkan, namun umumnya hanya
bertahan selama 5 tahun, terkadang 10 tahun.

Profesi akuntan telah menyatakan bahwa ada dua instrumen terpisah yang terlibat,
yaitu (1) obligasi dan (2) warran yang memberikan hak kepada pemegang untuk
membeli saham biasa pada harga tertentu. Warran yang dapat dipisah dapat
diperdagangkan secara terpisah dari hutang dan, oleh karenanya, nilai pasar dapat
ditentukan. Ada dua metode alokasi yang tersedia:
1. Metode proporsional
2. Metode inkremental

1. Metode proporsional

AT & T Menawarkan warran yang dapat dipisah berjangka 5 tahun untuk


membeli satu lembar saham biasa (nilai pari $5) seharga $25 (pada saat selembar
saham dijual kira-kira $50), yang memungkinkannya untuk menawarkan obligasi
pada nilai pari dengan hasil 83/4%. Untuk menentukan nilai kedua sekuritas itu
harus ditetapkan (1) nilai obligasi tanpa warran dan (2) nilai warran.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa obligasi AT&T (nilai pari $1.000) dijual
seharga 99 tanpa warran, segera sesudah diterbitkan. Nilai pasar warran pada saat
itu adalah $30. Sebelum dijual warran itu tidak akan mempunyai nilai pasar.

Alokasi yang akan dilakukan didasarkan atas estimasi nilai pasar, yang umumnya
ditetapkan oleh bankir investasi, atau berdasarkan nilai pasar relatif obligasi serta
warran, segera sesudah diterbitkan dan diperdagangkan. Harga yang dibayar untuk
10.000 obligasi bernilai $1.000 yang dilampirkan dengan warran adalah nilai
parinya, atau $10.000.000. alokasi antara obligasi dan warran akan dilakukan
sebagai berikut:

Nilai pasar wajar obligasi (tanpa warran) ($10.000.000 x


=
0,99) $ 9.900.000
Nilai pasar wajar Warran (10.000 x $30) = 300.000
Nilai pasar wajar agregat $10.200.000
$9.900.000
Dialokasikan ke obligasi $10.200.000
𝑥 $10.000.000 =
$9.705.882
$300.000
Dialokasikan ke Warran 𝑥 $10.000.000 =
$10.200.000
294.118
Total alokasi $10.000.000

Dalam situasi ini, obligasi dijual dengan diskonto dan dicatat sebagai berikut:
Kas 9.705.882
Diskonto atas hutang obligasi 294.118
Hutang obligasi 10.000.000

Disamping itu, perusahaan juga menjual Warran yang dikredit ke modal disetor.
Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas 294.118
Modal disetor−warran saham 294.118

Ayat jurnal ini dapat digabungkan jika diinginkan; ayat jurnal itu diperlihatkan
secara terpisah untuk menunjukkan bahwa pembeli obligasi tidak hanya membeli
obligasi, tetapi juga kemungkinan untuk mengklaim saham biasa di masa depan.
Dengan mengasumsikan bahwa semua dari 10.000 warran digunakan (satu warran
per satu saham), ayat jurnal berikut akan dibuat:
Kas 250.000
Modal disetor—Warran saham 294.118
Saham biasa 50.000
Agio saham 494.118

2. Metode Inkremental

Dalam situasi di mana nilai wajar warran maupun obligasi tidak dapat ditetapkan,
maka metode inkremental yang digunakan dalam pembelian sekuritas secara lump
sum dapat digunakan. Yaitu, sekuritas yang nilai pasarnya dapat ditetapkan
digunakan dan sisa harga beli dialokasikan ke sekuritas yang nilai pasarnya belum
diketahui. Asumsikan bahwa harga pasar warran AT&T diketahui sebesar
$300.000, tetapi harga pasar obligasi tanpa warran tidak dapat ditetapkan. Dalam
kasus ini, jumlah yang dialokasikan ke warran dan saham adalah sebagai berikut:

Penerimaan lump sum $10.000.000


Dialokasikan ke warran 300.000
Saldo yang dialokasikan ke obligasi 9.700.000

2.3.2 Hak Untuk Memesan Saham Tambahan

jika dewan direksi perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham baru, maka
pemegang saham lama secara keseluruhan akan memiliki hak preemptive
privilege (hak istimewa untuk membeli terlebih dahulu) untuk membeli saham
yang baru diterbitkan dengan proporsi yang mereka miliki. Privilege ini, yang
disebut sebagai hak saham (stock right), menyelamatkan pemegang saham yang
ada dari kerugian dilusi hak suara tanpa persetujuan mereka, dan
memperkenankan mereka untuk membeli saham di bawah nilai pasarnya. Warran
yang diterbitkan dalam situasi ini bersifat jangka pendek, tidak seperti warran
yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya.
Sertifikat yang mewakili hak saham, serta harga saham baru yang dapat dibeli.
Setiap saham yang dimiliki biasanya memberikan satu hak saham bagi
pemiliknya. Secara normal harganya lebih rendah daripada harga pasar saat ini,
yang memberikan nilai pada hak itu sendiri. Dari waktu diterbitkan hingga
kadaluarsa, hak itu dapat diperjualbelikan seperti setiap sekuritas lainnya.

Di sini tidak diperlukan ayat jurnal pada saat menerbitkan hak-hak kepada
pemegang saham yang sudah ada. Hanya ayat jurnal memorandum yang
diperlukan untuk menunjukkan jumlah hak yang diterbitkan kepada pemegang
saham yang ada, dan untuk meyakinkan bahwa perusahaan memiliki tambahan
saham terdaftar yang belum diterbitkan ketika hak-hak tersebut digunakan. Tidak
ayat jurnal formal yang dibuat pada saat itu karena tidak ada saham yang
diterbitkan dan tidak ada kas yang diterima.

Jika hak tersebut digunakan, maka biasanya melibatkan beberapa jenis


pembayaran kas. Jika kas yang diterima setara dengan nilai pari, maka dibuat ayat
jurnal dengan mengkredit Saham Biasa pada nilai pari. Jika melebihi nilai pari,
maka dilakukan kredit ke Agio Saham; jika kurang dari nilai pari, maka
pembebanan yang tepat adalah ke Modal Disetor. (Keiso, Weygandt, & Warfield,
2002, hal. 414)

2.4 Program Kompensasi Saham

Bentuk lain dari warran muncul dalam program kompensasi saham yang
digunakan untuk membayar dan memotivasi karyawan. Warran ini merupakan
opsi saham (stock option), di mana para karyawan terpilih diberi opsi untuk
membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang
diperpanjang. Opsi saham sangat populer karena dapat memenuhi tujuan program
kompensasi yang efektif.
Manfaat dari program kompensasi yang efektif adalah:
1. memotivasi karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi;
2. membantu mempertahankan eksekutif dan mengijinkan perekrutan bakat
baru;
3. memberikan dasar kompensasi bagi karyawan dan kinerja perusahaan;
4. memaksimumkan tunjangan setelah pajak karyawan, dan
5. menggunakan kriteria kinerja terhadap karyawan yang mempunyai
kendali.

Pada dasarnya program opsi saham (stock option plans) memberikan


kesempatan kepada eksekutif untuk menerima saham atau kas di masa depan jika
kinerja perusahaan dianggap memuaskan.

2.4.1 Masalah Akuntansi yang Utama

Masalah utama yang paling banyak diperdebatkan berkaitan dengan program opsi
saham adalah nilai kompensasi yang akan diterima oleh karyawan.

Untuk memahami masalah mengenai penerimaan nilai kompensasi di atas,


asumsikan bahwa Ani adalah seorang karyawan di PT. Unilever. Ani diberi opsi
untuk membeli 1.000 lembar saham biasa perusahaan sebagai bagian dari
kompensasi Ani. Pada tanggal ketika Ani menerima opsi disebut tanggal hibah
(grant date). Opsi tersebut berlaku selama 7 tahun; sementara harga pasar dan
harga penggunaan saham tersebut keduanya adalah Rp. 300.000 pada tangal
hibah. Berapa nilai kompensasi yang akan diterima Ani?

Beberapa akuntan menganggap bahwa Ani tidak akan menerima apapun, karena
perbedaan antara harga pasar dan harga penggunaan saham adalah nol. Akuntan
lain berpendapat bahwa opsi tersebut mempunyai nilai; jika harga saham berada
di atas Rp. 300.000 setiap saat selama 7 tahun berikutnya dan Ani menggunakan
opsi tersebut, maka kompensasi yang substansial akan dihasilkan.
Misalnya, jika pada akhir tahun ke tiga, harga pasar saham adalah Rp. 400.000
dan Ani telah menggunakan opsi tersebut, maka Ani akan memperoleh Rp.
100.000.000 {opsi 1.000 x (Rp 400.000 – Rp 300.000)}, dengan mengabaikan
pajak penghasilan.

Metode yang digunakan untuk mengukur biaya kompensasi adalah:


1. metode nilai instrinsik (instrinsic value method), dimana biaya kompensasi
dihitung berdasarkan perbedaan antara harga pasar saham dan harga
penggunaan opsi pada tanggal hibah.
2. Metode nilai wajar (fair value method), dimana pengakuan biaya
kompensasi sebesar nilai wajar kompensasi berdasarkan saham yang
dibayarkan kepada para karyawan atas jasa-jasanya.

Menurut FASB, perusahaan dapat memilih untuk menggunakan metode nilai


instrinsik atau metode nilai wajar ketika memperhitungkan biaya kompensasi
dalam laporan laba rugi.

2.4.2 Akuntansi untuk Kompensasi Saham

a. penentuan Beban

Dengan menggunakan nilai wajar (fair value method), total beban kompensasi
dihitung berdasarkan nilai wajar opsi yang diharapkan menjadi haknya pada
tanggal opsi itu dihibahkan kepada karyawan (misalnya, tanggal hibah). Nilai
wajar bagi perusahaan publik akan diestimasi dengan menggunakan model
penetapan harga opsi, dengan beberapa penyesuaian atas faktor-faktor unik dari
opsi saham karyawan. Tidak ada penyesuaian yang dilakukan setelah tanggal
hibah (grant date), dalam menanggapi perubahan harga saham selanjutnya—baik
naik maupun turun.
Menurut metode nilai instrinsik (APB Opinion No. 25), total biaya kompensasi
dihitung sebagai kelebihan harga pasar saham atas harga opsi pada tanggal ketika
sejumlah saham yang berhak diterima karyawan diberikan, dan harga opsi atau
harga beli saham itu telah diketahui (tanggal pengukuran). Pada sebagian besar
program kompensasi, tanggal pengukuran ini merupakan tanggal hibah. Akan
tetapi, tanggal pengukuran mungkin lebih lambat daripada tanggal hibah dalam
program dengan persyaratan variabel (jumlah saham dan/atau harga opsi tidak
diketahui) yang tergantung pada kejadian setelah tanggal hibah. Untuk program
variabel seperti ini, beban kompensasi mungkin harus diestimasi berdasarkan
asumsi jumlah saham dan harga opsi terakhir (biasanya tanggal penggunaan).

b. Alokasi Beban Kompensasi

Pada umumnya, baik menurut metode nilai wajar maupun metode nilai instrinsik,
beban kompensasi diakui dalam periode di mana karyawan melakukan jasa—
periode jasa (service period). Kecuali, dalam hal-hal spesifik, periode jasa adalah
periode hasil (vesting period)—waktu antara tanggal hibah (grant date) dan
tanggal hasil (vesting date). Jadi, total beban kompensasi ditentukan pada tanggal
hibah dan dialokasikan ke periode yang menerima manfaat dari jasa karyawan.

Contoh kasus
Pada tanggal 1 November 2000, pemegang saham Chen Company menyetujui
program yang menghibahkan opsi kepada lima eksekutif perusahaan untuk
membeli 2.000 lembar saham biasa perusahaan dengan nilai pari $1. Opsi ini
dihibahkan pada tanggal 1 januari 2001, dan dapat digunakan setiap saat selama
sepuluh tahun mendatang. Harga opsi per saham adalah $60, dan harga pasar
saham pada tanggal hibah adalah $70 per saham. Dengan menggunakan metode
instrinsik, total beban kompensasi dihitung sebagai berikut:

Nilai pasar 10.000 lembar saham pada tanggal hibah ($70 per saham) $700.000
Harga opsi 10.000 lembar saham pada tanggal hibah($60 per saham) $600.000
Total beban kompensasi (nilai instrinsik) $100.000
c. Jenis-jenis Program

Banyak jenis program atau wacana yang berbeda digunakan untuk


mengkompensasi eksekutif yang penting. Dalam semua program atau rencana ini
jumlah kompensasi tergantung pada kejadian di masa depan. Akibatnya,
kelanjutan pekerjaan merupakan unsur yang diperlukan dalam hampir semua jenis
program. Popularitas dari suatu program tertentu biasanya tergantung pada
prospek pasar saham dan pertimbangan pajak. Sebagai contoh, jika terjadi
apresiasi atas saham perusahaan, maka program atau rencana yang menawarkan
opsi untuk membeli saham akan menarik bagi eksekutif. Sebaliknya, jika apresiasi
tidak terjadi, maka kompensasi mungkin dikaitkan dengan beberapa ukuran
kinerja seperti kenaikan nilai buku atau laba per saham.

Tiga program atau rencana kompensasi yang umum, yang menggambarkan tujuan
yang berbeda adalah:
1. Program opsi saham (insentif atau tanpa kualifikasi)
2. Program hak apresiasi saham
3. Program jenis kinerja

Kebanyakan program tersebut mengikuti pedoman umum tentang pelaporan yang


ditetapkan pada bagian sebelumnya.

d. Program Tanpa Kompensasi

Pada beberapa perusahaan, program atau rencana pembelian saham membolehkan


semua karyawan untuk membeli saham dengan harga yang didiskontokan selama
periode waktu yang pendek. Program atau rencana tersebut biasanya
diklasifikasikan sebagai tanpa kompensasi, yang berarti bahwa tujuan utamanya
adalah tidak untuk mengkompensasi karyawan, tetapi memungkinkan majikan
atau perusahaan mengamankan modal ekuitas atau meransang penyebarluasan
kepemilikan saham biasa perusahaan di antara para karyawan.
Jadi, beban kompensasi tidak dilaporkan untuk program jenis tersebut. Program
tanpa kompensasi (noncompensatory plans) mempunyai tiga karakteristik:
1. Semua karyawan tetap secara substansial berpartisipasi atas dasar yang
wajar.
2. Diskonto dari harga pasar adalah kecil; yaitu tidak lebih besar daripada
kewajaran diskonto per saham yang ditawarkan kepada pemegang saham
atau jumlah biaya per saham yang dihindari dengan tidak menaikkan kas
dalam penawaran publik.
3. Program tersebut tidak menawarkan karakteristik opsi yang substansif.

Program yang tidak memiliki tiga karakteristik yang telah disebutkan di atas
diklasifikasikan sebagai bersifat kompensasi.

2.5 Pengungkapan Program Kompensasi

Perusahaan yang menawarkan program kompensasi berdasarkan saham harus


menentukan nilai wajar opsi. Perusahaan kemudian harus memutuskan apakah
akan menggunakan metode nilai wajar dan mengakui beban dalam laporan laba
rugi, atau menggunakan pendekatan nilai instrinsik serta mengungkapkan dalam
catatan proforma dampaknya terhadap laba bersih dan laba per saham (jika
disajikan), seperti dalam menggunakan metode nilai wajar.

Tanpa memerhatikan apakah metode nilai instrinsik atau metode nilai wajar yang
digunakan, pengungkapan penuh tentang status program tersebut harus dibuat
pada akhir periode penyajian, termasuk jumlah saham menurut opsi, penggunaan
dan pembatalan penebusan opsi, rata-rata tertimbang harga opsi untuk kategori
tersebut, rata-rata tertimbang nilai wajar opsi yang dihibahkan selama tahun
berjalan, dan rata-rata umur sisa kontraktual yang beredar. Selain informasi
tentang status program opsi saham, perusahaam juga harus mengungkapkan
metode dan asumsi signifikan yang digunakan untuk mengestimasi nilai wajar
opsi saham.
BAGIAN 2 MENGHITUNG LABA PER SAHAM

2.6 Definisi Laba Per Saham (LPS/ Earning Per Share)

Laba per saham (LPS) merupakan informasi mengenai berapa jumlah laba yang
dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa per lembarnya. LPS
menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam mengelola modalnya sehingga
menghasilkan profitabilitas yang tinggi. Nilai LPS akan sangat tergantung pada
jumlah laba dan jumlah lembar saham yang beredar. Apabila perusahaan memiliki
struktur modal yang sederhana (tidak memiliki sekuritas yang memiki potensi
mengurangi tingkat laba dan menambah jumlah lembar saham), maka perusahaan
akan menyajikan informasi mengenai LPS Dasar. Sedangkan pada perusahaan
yang memiliki struktur modal yang kompleks maka harus menyajikan informasi
mengenai LPS Dilusian. (Martani, 2017, hal. 144)

Laba per saham (earnings per share) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh
setiap lembar saham biasa. Jadi, laba per saham hanya dilaporkan untuk saham
biasa. Sebagai contoh, jika Oscar Co. Mempunyai laba bersih sebesar $300.000
dan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar selama tahun berjalan adalah
100.000 lembar, laba per saham adalah ($300.000/100.000).

Karena pentingnya informasi laba per saham, sebagian perusahaan diwajibkan


melaporkan informasi ke dalam laporan laba-rugi. Pengecualiannya adalah
perusahaan non-publik, yang karena pertimbangan biaya manfaat tidak harus
melaporkan informasi ini. Umumnya informasi tentang laba per saham di
laporkan di bawah laba bersih dalam laporan laba-rugi. Ilustrasi 16-6
menunjukkan penyajian laba per saham dalam laporan laba-rugi.

Penyajian EPS dalam laporan laba-rugi.


Laba bersih $300.000
Laba per saham $3,00
Apabila laporan laba-rugi berisikan komponen lanjutan dari laba, laba per saham
harus diungkapkan untuk setiap komponen. Berikut ini adalah contohnya :

Penyajian komponen EPS dalam laporan laba-rugi

Laba per saham


Laba dari operasi berlanjut $4,00
Rugi dan operasi yang dihentikan, setelah pajak 0,60
Laba sebelum pos luar biasa 3,40
Keuntungan luar biasa, sesudah pajak 1,00
Laba bersih $4,40

Pengungkapan ini memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk


mengetahui pengaruh laba dari operasi berlanjut terhadap EPS, yang dibedakan
dari laba atau rugi dari pos-pos tidak biasa. (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002,
hal. 424)

EPS merupakan ukuran yang penting bagi berbagai investor. Untuk rata-rata
investor tanpa tenaga kerja yang terikat dengan perusahaan, EPS yang dilaporkan
perusahaan hanya sesuai untuk kondisi tersebut. Nilai EPS mempunyai korelasi
yang tinggi dengan harga pasar saham biasa perusahaan. dengan diberikannya
angka-angka EPS untuk investor, tidaklah mengejutkan bahwa FASB, SEC, dan
agen investasi lainnya sangat menekankan pada bagaimana statistik keuangan
perusahaan ini dihitung.

Tujuan mendasar dari kalkulasi EPS adalah untuk menunjukkan kasus terburuk,
yaitu kemungkinan nilai EPS terendah. Pada kondisi ini, pendekatan tersebut
merefleksikan sifat konservatif. Sayangnya, kalkulasi EPS tergantung pada
berbagai asumsi, yang mengakibatkan sukar untuk memperoleh interpretasi
terbaik.

Perbedaan mendasar antara struktur modal sederhana dengan rumit adalah tidak
adanya sekuritas dilutif yang potensial, yaitu sekuritas yang dapat digunakan
atau dikonversi menjadi saham biasa dan akan menurunkan EPS jika hal ini
dimasukkan dalam perhitungan. (Dyckman, Dukes, & Davis, 2000, hal. 495)
2.7 LABA PER SAHAM – STRUKTUR MODAL SEDERHANA

Struktur modal perusahaan bersifat sederhana jika hanya terdiri dari saham biasa
atau tidak mencakup saham biasa potensial (potential common stock) yang pada
saat konversi atau penggunaan dapat mendilusi laba per saham biasa. Perhitungan
laba per saham untuk struktur modal sederhana melibatkan dua pos (selain laba
bersih)—1) Deviden saham preferen dan 2) rata-rata tertimbang jumlah saham
yang beredar.

Dalam buku (Dyckman, Dukes, & Davis, 2000, hal. 495) untuk struktur modal
sederhana, APB Opinion No. 15 menjelaskan penyajian EPS tunggal (jumlah
diasumsikan):

Laba per saham biasa:


Laba sebelum pengaruh kumulatif perubahan akuntansi ..... $1,50
Pengaruh kumulatif perubahan akuntansi ............................ (0,11)
Laba bersih ........................................................................... $1,39

2.7.1 Dividen Saham Preferen

Jika suatu perusahaan memiliki baik saham biasa maupun saham preferen yang
beredar, maka dividen saham preferen tahun berjalan dikurangi dari laba bersih
untuk memperoleh laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa.
Ilustrasi 16-8 rumus untuk menghitung laba per saham :

Laba per saham = laba bersih – dividen saham preferen


Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar

Dalam melaporkan informasi tentang laba per saham, perusahaan harus


menghitung laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Untuk melakukannya,
dividen saham preferen harus dikurangi dari setiap komponen laba antara (laba
dari operasi berlanjut dan laba sebelum pos-pos luar biasa) dan akhirnya dari laba
bersih.
Jika dividen saham preferen telah diumumkan dan terjadi rugi bersih, maka
dividen saham preferen itu akan ditambahkan ke rugi untuk menghitung kerugian
per saham.

Jika saham preferen bersifat kumulatif dan dividen tidak diumumkan pada tahun
berjalan, maka jumlah yang sama dengan dividen yang seharusnya sudah
diumumkan untuk tahun berjalan saja yang harus dikurangkan dari laba bersih
(atau ditambahkan ke rugi bersih).

2.7.1 Jumlah Rata-rata Tertimbang Saham yang Beredar

Dalam semua perhitungan laba per saham, jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar (weiahted average number of shares outstanding) selama periode
bersangkutan merupakan dasar untuk melaporkan jumlah per saham. Saham yang
diterbitkan atau dibeli selama periode itu akan mempengaruhi jumlah saham yang
beredar dan harus ditimbang menurut bagian dari periode peredarannya.

Untuk menggambarkannya, asumsikan bahwa Franks Inc., mengalami perubahan


jumlah saham biasa yang beredar selama satu periode seperti yang disajikan pada
ilustrasi berikut ini:

Tanggal perubahan saham saham beredar


1 Januari Saldo awal 90.000
1 April Diterbitkan 30.000 saham secara tunai 30.000
120.000
1 Juli Dibeli 39.000 saham 39.000
81.000
1 November Diterbitkan 60.000 saham secara tunai 60.000
31 Desember Saldo akhir 141.000

Franks menghitung rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar disajikan


dalam ilustrasi sebagai berikut :
(C)
(A) (B) Saham
Tanggal Saham Bagian Tertimbang
Beredar yang beredar dari tahun (A x B)
1 Jan – 1 Apr 90.000 3/12 22.500
1 Apr – 1 Jul 120.000 3/12 30.000
1 Jul – 1 Nov 81.000 4/12 27.000
1 Nov – 31 Des 141.000 2/12 23.500
Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 103.000

Sebagaimana digambarkan pada ilustrasi di atas, sebanyak 90.000 saham telah


beredar selama 3 bulan, yang dijabarkan menjadi 22.500 lembar saham selama
tahun berjalan. Karena saham tambahan diterbitkan oleh Franks pada tanggal 1
April, maka saham yang beredar harus ditimbang selama waktu beredarnya.
Ketika 39.000 saham dibeli pada tanggal 1 Juli, saham yang beredar akan
berkurang. Karena itu, dari 1 Juli hingga 1 November, hanya ada 81.000 saham
yang beredar, yang ekuivalen dengan 27.000 saham. Penerbitan 60.000 saham
akan meningkatkan saham yang beredar selama dua bulan terakhir. Franks
kemudian melakukan perhitungan baru untuk menentukan rata-rata tertimbang
saham yang beredar yang tepat.

2.7.3 Dividen Saham dan Pemecahan Saham

Apabila terjadi dividen saham (divident stock) atau pemecahan saham (stock split)
perhitungan rata-rata tertimbang jumlah sahan membutuhkan penetapan kembali
saham yang beredar sebelum dividen saham atau pemecahan saham terjadi.

Penerbitan dividen saham atau pembelian saham harus ditetapkan kembali tetapi
penerbitan atau pembelian kembali saham secara tunai tidak perlu ditetapkan
kembali, karena pemecahan saham atau dividen saham tidak meningkatkan atau
menurunkan aktiva bersih perusahaan; hanya saham tambahan yang diterbitkan
dan karena itu, rata-rata tertimbang saham harus ditetapkan kembali. Setelah
ditetapkan kembali, perbandingan yang absah atas laba per saham dapat dibuat
antara periode sebelum dan sesudah pemecahan saham atau dividen saham.
Sebaliknya, penerbitan atau pembelian saham secara tunai akan mengubah jumlah
aktiva bersih.

Untuk menggambarkan bagaimana dividen saham mempengaruhi perhitungan


rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar, asumsikan bahwa Sabrina
Company mengalami perubahan saham biasa selama tahun berjalan sebagai
berikut :

Tanggal Perubahan Saham Saham Beredar


1 Januari Saldo awal 100.000
1 Maret Diterbitkan 20.000 saham secara tunai 20.000
120.000
1 Juni 60.000 saham tambahan(dividen saham 50% 60.000
180.000
1 November Diterbitkan 30.000 saham secara tunai 30.000
31 Desember Saldo akhir 210.000

Sabrina menghitung rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar sebagai


berikut :

(D)
(A) (B) (C) Saham
Tanggal Saham Penetapan Bagian Tertimbang
Beredar yang beredar Kembali dari tahun (A x B x C)
1 Jan-1 Mar 100.000 1,50 2/12 25.000
1 Mar-1 Jun 120.000 1,50 3/12 45.000
1 Jun-1 Nov 180.000 5/12 75.000
1 Nov-31 Des 210.000 2/12 35.000
Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 180.000

Saham yang beredar sebelum dividen saham harus ditetapkan kembali. Saham
yang beredar dari tanggal 1 Januari sampai 1 Juni harus disesuaikan dengan
dividen saham, sehingga saham-saham tersebut ditetapkan atas dasar yang sama
seperti saham yang diterbitkan kemudian untuk dividen saham.
Saham yang diterbitkan setelah dividen saham tidak perlu ditetapkan kembali
karena hal itu telah ditetapkan atas dasar yang baru. Dividen saham hanya
menetapkan kembali saham yang ada. Perlakuan yang sama juga diterapkan pada
pemecahan saham.

Jika dividen saham atau pemecahan saham terjadi setelah akhir tahun, tetapi
sebelum laporan keuangan diterbitkan, maka jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar selama tahun tersebut (dan setiap tahun lainnya yang disajikan
dalam bentuk komparatif) harus ditetapkan kembali.

Contoh Komprehensif
Contoh ilustrasi, Darin Corporation mempunyai laba sebelum pos luar biasa
sebesar $580.000 dan keuntungan luar biasa, sesudah pajak sebesar $240.000. di
samping itu, perusahaan juga mengumumkan dividen saham preferen sebesar $1
per saham atas 100.000 saham preferen yang beredar. Darin Corporation juga
mengalami perubahan berikut atas saham biasanya yang beredar selama tahun
2006. Berikut penyajian saldo akhir saham yang beredar-Darin Corp. :

Tanggal Perubahan Saham Saham yang Beredar


1 Januari Saldo awal 180.000
1 Mei Dibeli 30.000 saham treasuri 30.000
150.000
1 Juli 300.000 saham tambahan
(pemecahan saham 3 untuk 1) 300.000
450.000
31 Desember Diterbitkan 50.000 saham secara tunai 50.000
31 Desember Saldo Akhir 500.000

Untuk menghitung informasi laba per saham, Darin menentukan jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar ditentukan sebagai berikut :
(D)
(A) (B) (C) Saham
Tanggal Saham Penetapan Bagian Tertimbang
Beredar yang beredar Kembali dari tahun (A x B x C)
1 Jan-1 Mei 180.000 3 4/12 180.000
1 Mei-1 Juli 150.000 3 2/12 75.000
1 Juli-31 Des 450.000 6/12 225.000
Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 480.000

Dalam menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham, saham yang terjual pada
tanggal 31 Desember 2006 diabaikan karena saham itu tidak beredar selama tahun
berjalan. Jumlah rata-rata tertimbang kemudian dipecah menjadi laba sebelum pos
luar biasa dan laba bersih untuk menentukan laba per saham. Dividen saham
preferen sebesar $100.000 dikurangkan dari laba sebelum pos luar biasa
($580.000) untuk memperoleh laba sebelum pos luar biasa yang tersedia bagi
pemegang saham biasa sebesar $480.000 ($580.000 - $100.000).Pengurangan
dividen saham preferen dari laba sebelum pos luar biasa juga mengurangi laba
bersih, tanpa mempengaruhi jumlah pos luar biasa. Jumlah akhirnya disebut
sebagai laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa.

(c)
(a) (b) Laba
Informasi Saham Per Saham
Laba Tertimbang (A+B)
Laba sebelum pos luar biasa
yang tersedia untuk
pemegang saham biasa $480.000* 480.000 $1,00
Keuntungan luar biasa
(setelah pajak) $ 240.000 480.000 0,50
Laba yang tersedia untuk
Pemegang saham biasa $ 720.000 480.000 $1,50

Darin harus mengungkapkan jumlah per saham untuk pos luar biasa (setelah
pajak) pada laporan laba-rugi atau dalam catatan atas laporan keuangan. Laba dan
informasi per saham yang dilaporkan pada laporan laba-rugi ditunjukkan pada
ilustrasi berikut ini:
Laba sebelum pos luar biasa $580.000
Keuntungan luar biasa, setelah pajak 240.000
Laba bersih 820.000

Laba per saham:


Laba sebelum pajak pos luar biasa $1,00
Pos luar biasa, setelah pajak 0,50
Laba bersih $1,50

2.8 LABA PER SAHAM—STRUKTUR MODAL KOMPLEKS

Pembahasa EPS pada titik ini berlaku untuk EPS dasar dengan struktur modal
sederhana. Salah satu masalah dalam perhitungan EPS dasar adalah bahwa
perhitungan ini gagal mengakui dampak potensial sekuritas delutif perusahaan.

Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, terdapat struktur modal yang kompleks


(complex capital structure) apabila perusahaan mempunyai sekuritas konvertibel,
opsi, warran (warrant) atau hak-hak lainnya atas konversi atau penggunaan yang
dapat mendilusi laba per saham.

Oleh karena itu, apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang kompleks,
baik laba per saham dasar maupun yang didilusi umumnya dilaporkan.

Perhitungan laba per saham yang didilusi (diluted EPS) sama dengan perhitungan
EPS dasar. Perbedaannya adalah bahwa EPS yang didilusi mencakup pengaruh
dari seluruh saham biasa dilutif yang potensial, yang telah beredar selama periode
berjalan.
Rumus dalam ilustrasi di bawah ini menunjukkan hubungan antara EPS dasar dan
EPS yang didilusi.

Laba bersih-Dividen Dampak Dampak


EPS
= Preferen - Saham - opsi,warran,
Rata-rata tertimbang konvertibel dan sekuritas
Jumlah saham yang dilutif
beredar lainnya

EPS Dasar

Beberapa sekuritas adalah antidilutif. Sekuritas antidilutif (antidilutive securities)


adalah sekuritas yang konversi atau penggunaannya akan meningkatkan laba per
EPS yang didilusi
saham (atau mengurangi rugi per saham) perusahaan dengan struktur modal
kompleks tidak akan melaporkan laba per saham yang didilusi jika sekuritas pada
struktur modalnya adalah antidilutif.

Tujuan dari penyajian ganda ini adalah untuk menginformasikan para pemakai
laporan keuangan situasi yang mungkin akan terjadi dan menyajikan “kasus
terburuk” dalam situasi dilutif (EPS dilutif).

Jika sekuritas bersifat antidilutif, maka kemungkinan konversi atau penggunaan


dianggap kecil. Jadi, perusahaan yang hanya mempunyai sekuritas antidilutif
diwajibkan untuk hanya melaporkan jumlah EPS dasar.
2.8.1 EPS yang Didilusi-Sekuritas Konvertibel

Metode yang digunakan untuk untuk mengatur pengaruh dilutif dari konversi
potensial terhadap EPS disebut sebagai metode jika dikonversi (if converted
method).

Metode jika dikonversi untuk obligasi konvertibel mengasumsikan (1) konversi


sekuritas konvertibel pada awal periode (atau pada saat penerbitan sekuritas, jika
diterbitkan selama periode berjalan) dan (2) penghapusan bunga yang
berhubungan, sesudah pajak. Jadi, pembagi (denominator)-jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar-ditingkatkan dengan tambahan saham yang
diasumsikan dapat diterbitkan.

Sementara pembilang (numerator)—laba bersih—ditingkatkan dengan jumlah


beban bunga, sesudah pajak yang berkaitan dengan saham biasa potensial
tersebut.

2.8.2 Contoh Komprehensif—Metode Jika Dikonversi

Sebagai contoh, Marshy field Corporation mempunyai laba bersih tahun berjalan
sebesar $210.000 dan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar
selama periode berjalan sebanyak 100.000 saham. Karena itu, laba per saham
dasar adalah $2,10 ($210.000 / 100.000). perusahaan juga mempunyai dua
terbitan obligasi surat utang konvertibel yang beredar. Salah satunya adalah
obligasi 6% yang dijual pada 100 (total $1.000.000) pada tahun sebelumnya dan
dapat dikonversi menjadi 20.000 saham biasa. Sementara yang lainnya berupa
obligasi 10% yang dijual apada 100 (total $1.000.000) pada tanggal 1 April tahun
berjalan dan dapat dikonversi menjadi 32.000 saham biasa. Tarif pajak adalah
40%.

Sebagaimana ditunjukkan pada ilustrasi 16-18, untuk menentukan pembilang laba


per saham yang didilusi, Mayfield menambahkan kembali bunga atas sekuritas
jika dikonversikan dikurang pengaruh pajak yang berhubungan. Karena metode
jika dikonversi mengasumsikan konversi dilakukan pada awal tahun, maka tidak
ada bunga atas obligasi konvertibel yang akan dibayar selama tahun berjalan.
Bunga atas obligasi konvertibel 6% adalah $60.000 untuk tahun berjalan
($1.000.000 x 6%). Peningkatana beban pajak adalah $24.000 ($60.000 x 0,40),
dan bunga yang ditambahkan kembali sesudah pajak adalah $36.000 [$60.000 -
$24.000 atau secara sederhana $60.000 x )1-0,40)].

Ilustrasi di bawah ini merupakan perhitungan laba bersih yang disesuaikan.

Laba bersih tahun berjalan $210.000


Ditambah: penyesuaian bunga (sesudah pajak)
Surat hutang 6% ($60.000 x [1-0,40]) 36.000
Surat hutang10% ($100.000 x 9/12 x [1-0,4] 45.000
Penyesuaian laba bersih $291.000

Melanjutkan informasi dari ilustrasi di atas, karena obligasi konvertibel 10%


diterbitkan berikutnya pada awal tahun saham tersebut maka saham dihitung
denga rata-rata tertimbang. Denga kata lain, dianggap telah beredar dari tanggal 1
April hingga akhir tahun. Akibatnya, penyesuaian bunga untuk pembilang
obligasi hanya akan mencerminkan bunga selama sembilan bulan. Jadi, bunga
yang ditambahkan kembali ke obligasi konvertibel 10% akan menjadi $45.000
[$1.000.000 x 10% x 9/12 tahun x (1-0,40)]. Pos terakhir pada ilustrasi 16-18
menunjukkan penyesuaian laba bersih. Jumlah ini menjadi pembilang pada
perhitungan laba per saham yang didilusi Mayfield.

Marshy field kemudian menghitung, jumlah rata-rata tertimbang, saham yang


beredar, seperti yang dilanjutkan pada ilustrasi 16-19. Jumlah saham pembilang
pada perhitungan laba per saham yang didilusi Marshy field.

Rata-rata tertimbang jumlah saham yang beredar 100.000


Ditambah:saham yang diasumsikan diterbitkan:
Surat hutang 6% (pada awal tahun) 20.000
Surat hutang 10% (tanggal penerbitan, 1 April; 9/12 x 32.000) 24.000
Jumlah rata-rata tertimbang saham yang disesuaikan untuk
Sekuritas dilutif 144.000
Marshy field kemudian melaporkan EPS dasar dan yang didilusi pada laporan
laba rugi. Penyajiannya ditunjukkan pada ilustrasi di bawah ini.

Laba bersih tahun berjalan $210.000


Laba per saham (catatan X)
EPS dasar ($210.000 + 100.000) $2,10
EPS yang didilusi ($291.000 + 144.000) $2,02

2.8.3 Faktor-faktor lainnya

Jika obligasi dijual dengan premi atau diskonto, maka beban bunga harus
disesuaikan setiap periode untuk memperhitungkan kejadian ini. Karena itu,
jumlah beban bunga yang ditambahkan kembali, sesudah pajak, ke laba bersih
adalah beban bunga yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi (bukan bunga yang
dibayar secara tunai selama periode berjalan).

Di samping itu, tingkat konversi atas sekuritas dilutif juga dapat berubah selama
periode sekuritas delutif tersebut beredar. Dalam situasi ini, untuk perhitungan
EPS yang didilusi, tingkat konversi paling menguntungkan yang tersedia untuk
pemegang saham akan digunakan.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa obligasi konvertibel ditererbitkan pada 1


Januari 2000, dengan tingkat konversi sebesar 10 saham biasa untuk setiap
obligasi yang dimulai tanggal 1 Januari 2002; mulai 1 Januari 2005, tingkat
konversinya adalah 12 saham biasa untuk setiap obligasi, dan mulai 1 Januari
2009, tingakt konversinya adalah 15 saham biasa untuk setiap obligasi. Dalam
menghitung EPS yang didilusi pada tahun 2000, digunakan tingkat konversi 15
saham untuk satu obligasi.

Akhirnya, jika surat hutang konvertibel 6% digantikan dengan saham preferen


konvertibel 6%, maka saham preferen konvertibel itu akan dianggap sebagai
saham biasa yang potensial dan dianggap sebagai saham yang beredar dalam
perhitungan EPS yang didilusi.
Dividen saham preferen tidak dikurangi dari laba bersih ketika menghitung
pembilang karena diasumsikan bahwa saham preferen konvertibel dikonversi dan
beredar sebagai saham biasa, untu tujuan perhitungan EPS. Laba bersih digunakan
sebagai pembilang─tidak ada pengaruh pajak yang dihitung karena dividen
saham preferen pada umumnya tidak dapat dikurangi untuk tujuan pajak.

2.8.4 EPS yang Didilusi ─ Opsi dan Warran

Opsi saham dan warran beredar (apakah dapat atau tidak dapat digunakan saat ini)
dimasukkan dalam laba per saham yang didilusi kecuali jika bersifat antidilutif.
Opsi saham dan warran serta ekuivalennya dimasukkan dalam perhitungan laba
per saham melalui metode saham treasuri (treasury stock method).

Metode saham treasuri mengasumsikan bahwa opsi atau warran digunakan pada
awal tahun (atau tanggal penerbitan jika sesudahnya), dan hasil dari penggunaan
opsi serta warran tersebut digunakan untuk membeli saham biasa treasuri. Jika
harga pengguanaan lebih rendah daripada harga pasar saham, maka hasil
penggunaan tidak cukup untuk membeli kembali semua saham. Saham
inkremental yang tersisa selalu ditambahkan ke jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar untuk tujuan perhitungan laba per saham yang didilusi.

Sebagai contoh, jika harga penggunaan warran adalah $5 dan nilai pasar wajar
saham adalah $15, maka metode saham treasuri akan mengakibatkan penambahan
satu saham yang beredar, tetapi $5 yang diterima atas penerbitan satu saham itu
tidak akan mencukupi untuk membeli satu saham dipasar seharga $15. Tiga surat
jaminan atau warran harus digunakan (dan diterbitkan tiga tambahan saham)
untuk menghasilkan cukup uang ($15) guna mengakuisisi satu saham di pasar.
Jadi, akan dihasilkan kenaikan bersih dua saham yang beredar.

Jika jumlahnya lebih besar, maka asumsikan 1500 opsi saham beredar pada harga
penggunaan sebesar $30 untuk satu saham biasa dan harga pasar saham biasa per
lembar sebesar $50.
Melalui penerapan metode saham treasuri akan terdapat 600 saham inkremental
yang beredar, yang diperhitungkan sebagai berikut:

Hasil dari penggunaan 1500 opsi (1500 x $30) $45.000


Saham yang diterbitkan dengan menggunakan opsi 1.500
Saham treasuri yang dapatdibeli dengan hasil ($45.000+$50) 900
Saham inkremental yang beredar (saham biasa potensial) 600

Jadi, jika harga penggunaan opsi atau warran lebih rendah daripada harga pasar
saham, maka akan terjadi dilusi. Jika harga penggunaan saham atau warran lebih
tinggi daripada harga pasar saham, maka saham akan berkurang. Dalam kasus ini,
opsi atau warran bersifat antidilutif karena pemanfaatannya diasumsiakn
menyebabkan kenaikan laba per saham.

Untuk opsi maupun warran, penggunaan tidak boleh dilaksanakan kecuali harga
pasar rata-rata saham berada di atas penggunaan selama periode pelaporan. Untuk
praktiknya, rata-rata harga mingguan atau bulanan sudah memadai, sepanjang
harga tidak berfluktuasi secara signifikan.

2.8.5 Ilustrasi Komprehensif— Metode Harga Treasuri

Untuk mengilustrasikan aplikasi metode saham treasuri, anggaplah bahwa kubitz


industries, Inc. mempunyai laba bersih selama periode barjalan sebesar $220.000.
jumlah rata-rata saham yang beredar pada periode tersebut adalah 100.000 saham.
Karena itu, EPS— dengan mengabaikan semua sekuritas dilutif—adalah $2,20.
Jumlah rata-rata opsi saham yang sedang beredar (meskipun tidak dapat
digunakan pada saat itu), pada harga opsi $20 per saham, adalah $5.000 saham.
Rata-rata harga pasar saham biasa tahun berjalan adalah $28.
Perhitungannya disajikan berikut ini.
EPS
EPS Dasar Yang Didilusi
Jumlah rata-rata opsi saham yang beredar: 5.000
Harga opsi per saham x $20
Hasil penggunaan opsi $100.000
Harga pasar rata-rata saham biasa $28
Saham treasuri yang dapat dibeli kembali dengan
hasil ($100.000 / $28) 3.571
Kelebihan saham menurut opsi atas saham treasuri
Yang dapat dibeli kembali (5.000 – 3.571) —
saham biasa inkremental potensial
1.429
Jumlah rata-rata saham biasa beredar 100.000 100.000
Total rata-rata saham biasa yang beredar dan
saham biasa potensial
Laba bersih tahun berjalan 100.000 (A) 101.429 (C)
$220.000 (B) $220.000

Laba per saham $2,20 (B / A) $2,17 (D / C)

2.8.6 Perjanjian Penerbitan Kontinjen

Dalam penggabungan usaha, pihak yang mengakuisisi dapat menjanjikan untuk


menerbitkan saham tambahan—disebut sebagai saham kontinjen—jika beberapa
syarat tertentu terpenuhi. Jika saham-saham tersebut dapat diterbitkan hanya
setelah berlalunya waktu atau pada pencapaian laba atau tingkat harga
pasar tertentu, dan tingkat ini dicapai pada akhir tahun, maka saham-saham
itu harus dianggap beredar untuk perhitungan laba per saham yang didilusi.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa Walz Corporation membeli Cardella Company


dan setuju untuk memberi pemegang saham Cardella Company 20.000 saham
tambahan pada tahun 2004, jika laba bersih Cardella Company pada tahun 2003
adalah $90.000; pada tahun 2002 laba bersih cardella company adalah $100.000.
karena laba tahun 2003 yang dijanjikan sebesar $90.000 telah tercapai, maka laba
per saham yang didilusi Walz untuk tahun 2002 akan memasukkan 20.000 saham
kontinjen dalam perhitungan saham yang beredar.
2.8.7 Penelaahan Kembali Sekuritas Antidilutif

Dalam menghitung EPS yang didilusi, agregat dari semua sekuritas dilutif harus
dipertimbangkan. Namun pertama-tama kita harus menentukan sekuritas dilutif
mana yang secara potensial dalam kenyataannya, adalah dilutif secar individu dan
mana yang antidilutif. Setiap sekuritas yang bersifat antidilutif harus dikeluarkan
dan tidak dapat digunakan untuk mengoffset sekuritas dilutif.

Contoh: asumsikan bahwa Kohl Corporation mempunyai terbitan hutang 6%


senilai $100.000 yang dapat dikonversi menjadi 10.000 saham biasa. Laba bersih
tahun berjalan adalah $210.000, jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang
beredar adalah 100.000 saham., dan tarif pajak adalah 40%. Dalam kasus ini
diasumsikan bahwa konversi hutang menjadi saham biasa pada awal tahun
membutuhkan penyesuaian laba bersih dan jumlah rata-rata tertimbang saham
yang beredar berikut:

Laba bersih tahun berjalan Jumlah rata-rata saham


$210.000 beredar 100.000
Ditambah: penyesuaian Ditambah: saham
untuk bunga (sesuadah pajak) diterbitkan atas asumsi
atas surat hutang 6%, $60.000 konversi hutang
X (1-0,40) $36.000 10.000
jumlah rata-rata saham
Laba bersih yang disesuaikan $246.000 biasa potensial 110.000

EPS Dasar = $210.000 / 100.000 = $2,10


EPS yang didilusi = $246.000 / 110.000 = $2,24 = Antidilutif

Sebagai jalan pintas, hutang konvertibel juga dapat diidentifikasi sebagai


antidilutif dengan membandingkan EPS yang dihasilkan dari konversi, $3,60 (laba
tambahan $36.000 / tambahan saham 10.000), dengan EPS sebelum pencantuman
hutag konvertibel ($2,10).

Dengan opsi atau warran, setiap kali harga pengguanaan lebih besar daripada
harga pasar, sekuritas itu adalah antidilutif. Sekuritas antidilutif harus
diabaikan dalam semua perhitungan dan tidak boleh dipertimbangkan
dalam perhitungan laba per saham yang didilusi.
Pendekatan ini masuk akal karena tujuan profesi akuntan adalah
menginformasikan para investor mengenai kemungkinan dilusi yang mungkin
terjadi pada pelaporan laba per saham, dan bukan mengenai sekuritas yang jika
dikonversi atau digunakan akan menghasilkan kenaikan laba per saham.

2.8.8 Penyajian dan Pengungkapan EPS

Jika struktur modal suatu perusahaan kompleks, maka penyajian laba per saham
akan menjadi sebagai berikut:

Laba per saham biasa


Laba per saham dasar $3,30

Laba per saham yang didilusi $2,70

Apabila laba per periode mencaup pos-pos tidak biasa, maka jumlah per saham
(bila dapat diterapkan) harus menunjukkan laba dari operasi berlanjut, laba
sebelum pos-pos luar biasa, laba sebelum perubahan akuntansi, dan laba bersih.
Perusahaan yang melaporkan operasi yang dihentikan (discontinued), pos luar
biasa, atau pengaruh kumulatif dari perubahan akuntansi harus menyajikan jumlah
per saham untuk pos-pos lain yang sejenis pada laporan laba-rugi atau atas catatan
atas laporan keuangan.

Laba per saham harus diperlihatkan untuk semua periode yang disajikan dan
semua jumlah laba per saham periode sebelumnya yang telah disajikan harus
ditetapkan kembali untuk dividen saham dan pemecahan saham. Jika data EPS
yang didilusi dilaporkan paling tidak selama satu periode, maka:

Laba per saham dasar


Laba sebelum pos luar biasa $3,80
Pos luar biasa 0,80
Laba bersih $3,00

Laba per saham yang didilusi


Laba sebelum pos luar biasa $3,35
Pos luar biasa 0,65
Laba bersih $2,70
Hal tersebut harus dilaporkan untuk semua periode penyajian, meskipun hal ini
sema dengan EPS Dasar. Apabila hasil operasi sebelumnya telah ditetapkan
kembali sebagai hasil penyesuaian periode sebelumnya, maka data laba per saham
yang diperlihatkan untuk periode sebelumnya juga harus ditetapkan kembali.
Pengaruh dari penetapan kembali ini harus diungkapkan dalam tahun penetapan
kembali tersebut dilakukan.

Struktur modal kompleks dan penyajian ganda laba memerlukan pengungkapan


tambahan berikut dalam bentuk catatan:
1. Uraian tentang hak dan keistimewaan atau privilege dari berbagai
sekuritas yang beredar.
2. Rekonsiliasi pembilang dan pembagi dalam perhitungan laba per saham
dasar dan didilusi, termasuk pengaruh laba individual dan jumlah saham
dari semua sekuritas yang mempengaruhi EPS.
3. Pengaruh dividen saham preferen tertentu dalam menentukan laba yang
tersedia untuk pemegang saham biasa ketika menghitung EPS Dasar.
4. Sekuritas yang secara potensial dapat mendilusi EPS dasar di masa depan
yang tidak dimasukkan dalam perhitungannya karena dapat menjadi
antidilutif.
5. Pengaruh konversi sesudah akhir tahun, tetapi sebelum laporan diterbitkan.
Rekonsiliasi untuk EPS Dasar dan yang Didilusi
Untuk tahun yang berakhir 2002
Laba Saham Jumlah
(pembilang) (pembagi) per saham
Laba sebelum pos luar biasa dan
perubahan akuntansi $7.500.000
Dikurangi: dividen saham preferen (45.000)

EPS Dasar
Laba tersedia untuk pemegang saham
biasa 7.455.000 3.991.666 $1,87
Warran 30.768
Saham preferen konvertibel 45.000 308.333
Obligasi konvertibel 4% (sesudah pajak) 60.000 50.000

EPS yang Didilusi


laba yang tersedia untuk pemegang
Saham biasa + pelaksanaan konversi $7.560.000 4.380.787 $1,73

Opsi saham untuk membeli 1.000.000 lembar saham biasa seharga $85 per saham
telah beredar selama semester kedua tahun 2002 tetapi tidak dimasukkan dalam
perhitungan EPS yang didilusi karena harga penggunaan opsi lebih daripada rata-
rata harga pasar saham biasa. Opsi tersebut masih beredar pada akhir tahun 2002
dan kadaluarsa pada tanggal 30 Juni 2012.

Adapun ringkasan perhitungan EPS Struktur Modal Sederhana dan perhitungan


EPS Struktur Modal Kompleks disajikan dalam bentuk grafik di bawah ini:

Struktur modal sederhana


(penyajian tunggal EPS)

Menghitung laba yang berlaku untuk saham biasa


( laba bersih dikurangi Dividen Preferen)

menghitung jumlah Rata-rata Tertimbang


saham biasa yang beredar

EPS = Laba yang berlaku untuk saham biasa / rata-rata tertimbang jumlah
saham biasa
Struktur Modal Kompleks
(Penyajian Ganda EPS)

LABA PER SAHAM LABA PER SAHAM YANG DIDILUSI

Rumus Sekuritas Konvertibel


Laba yang berlaku untuk (selalu dimasukkan jika dilutif)
saham biasa / jumlah rata-
rata tertimbang saham biasa

Opsi dan Warran


(selalu dimasukkan jika dilutif)

Perjanjian Penerbitan Kontinjen


(selalu dimasukkan jika dilutif)

Rumus
Laba yang berlaku untuk saham biasa
yang telah disesuaikan dengan bunga
(sesudah pajak) dan dividen preferen
atas semua sekuritas dilutif / jumlah
rata-rata tertimbang saham biasa
dengan mengasumsikan dilusi
maksimum dari semua sekuritas
dilutif.

Dikutip dari buku (Keiso, Weygandt, & Warfield, 2002, hal. 436).

Anda mungkin juga menyukai