Anda di halaman 1dari 39

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekonomi Internasional adalah salah satu bagian dari ilmu ekonomi yang sangat
menarik untuk dipelajari dan dianalisis. Karena ekonomi internasional
mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi
internasional (ekspor dan impor) dimana salah satu permasalahan yang dihadapi
dalam ekonomi internasional yaitu mengenai nilai tukar neraca pembayaran
internasional. Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar antar dua negara yang
disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan.
Sedangkan neraca pembayaran merupakan suatu catatan sistematis mengenai
transaksi ekonomi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lainnya
dalam suatu periode tertentu.

Seiring dengan perkembangan bisnis internasional yang maju ini, serta semakin
ketatnya persaingan di dalam dunia bisnis di era globalisasi ini. Kondisi tersebut
mengakibatkan persaingan antara penduduk satu negara dengan negara lain untuk
menciptakan kelancaran aliran dana masuk dari negara lain agar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aliran dana keluar dari negaranya.

Uang merupakan alat yang sangat penting bagi setiap perekonomian modern yang
menggantungkan diri pada spesialisasi dan pertukaran.Meskipun demikian uang
menjadi permasalahan nasional yang harus dikendalikan secara ketat oleh
pemerintah.Mata uang suatu negara diterima secara umum dalam batas negara
itu,tetapi tidak akan selalu diterima oleh rumah tangga dan perusahaan di negara
lain.
Pada umumnya,perdagangan antar negara hanya dapat berlangsung jika
dimungkinkan menukar mata uang satu negara menjadi mata uang negara lain.
Neraca pembayaran di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengelolaan ekonomi makro Indonesia, yang selain dapat dijadikan sebagai tolok
ukur dalam mengukur kemampuan suatu perekonomian nasional dalam menopang
transaksi-transaksi internasional, terutama yang berhubungan dengan kewajiban

3
pembayaran utang dan transaksi ekspor-impor, neraca pembayaran juga
merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi tindakan para pelaku pasar,
beserta sejumlah besaran yang ada di dalamnya, seperti transaksi ekspor dan
impor barang dan jasa itu sendiri, yang memiliki peranan penting dalam
pembentukan produk domestik bruto. Oleh karena itu, sektor ini merupakan sektor
yang memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mendorong perbaikan
ekonomi di dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan yang telah disampaikan pada bagian latar belakang, rumusan
masalah dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Apa definisi dari nilai tukar atau kurs ?
2. Bagaimana menentukan kurs pertukaran di antara suatu mata uang ?
3. Apa definisi dari neraca pembayaran?
4. Bagaimana perkembangan neraca pembayaran di Indonesia ?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam perekonomian nasional?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatannya adalah sebagai berikut:


1. Dapat mengetahui mengenai nilai tukar atau kurs
2. Dapat mengetahui penentuan kurs pertukaran diantara suatu mata uang.
3. Dapat mengetahui mengenai neraca perdagangan.
4. Dapat mengetahui perkembangan nilai tukar dan neraca pembayaran yang
ada di Indonesia.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan ini antara lain:


1. Bahan tambahan pengetahuan mengenai bentuk dasar neraca pembayaran,
nilai tukar di suatu negara, dan kebijakan pemerintah dalam perekonomian
nasional.
2. Pengetahuan mengenai masalah-masalah yang dihadapi dalam
perekonomian terbuka dan solusinya

4
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Nilai Tukar atau Kurs

Nilai tukar atau exchange rate diartikan sebagai harga mata uang luar negeri
dalam satuan mata uang domestic (Salvatore,1997). Nilai tukar adalah
perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Dalam perdagangan global transaksi yang melibatkan nilai tukar menjadi suatu
keharusan karena setiap negara menggunakan mata uang yang berbeda. Nilai
tukar adalah harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk
memperoleh mata uang dari negara lain.
Harga yang harus dibayar inilah yang disebut dengan kurs. Kurs adalah harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan
mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-
keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk untuk
menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang
sama.

Pembayaran internasional memerlukan pertukaran mata uang antara satu orang


yang memunyai satu mata uang tertentu dan membutuhkan mata uang lain.
Pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain merupakan bagian dari proses
valuta asing. Istilah valuta asing mengacu pada mata uang asing aktual atau
berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank atau surat sanggup bayar, yang
diperdagangkan.
Nilai tukar (exchange rate) adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang
asing ; ini adalah jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan
untuk mendapatkan satu unit mata uang domestik.

Menurut (Waluyo dan Siswanto, 1998) dalam (Arintoko dan Wijaya, 2005) nilai
tukar masih digunakan sebagai alat oleh otoritas moneter untuk mendorong ekspor
Indonesia. Devaluasi di Indonesia pada saat menganut system nilai tukar tetap
(fixed exchange rate) semula dilakukan untuk meningkatkan daya saing ekspor

5
yang selanjutnya dapat menanggulangi deficit neraca pembayaran. Kebijakan
tersebut diambil, sejalan dengan konsep teori ekonomi internasional bahwa
devaluasi pada nilai tukar tetap atau mata uang domestic ditujukan untuk
memperbaiki neraca transaksi berjalan suatu negara.

Kurs valuta asing adalah harga yang dibayar untuk satu unit mata uang asing.
Misalnya, seorang importir akan melakukan pembayaran ke Amerika sebanyak
US$ 500,00, maka uang yang harus disediakan oleh importir tersebut sangat
tergantung pada kurs (nilai tukarnya). Misal kurs US$ 1 = Rp9.250,00, maka uang
yang harus dibayar oleh importer tersebut sebesar 500 × Rp 9.250,00 = Rp
4.625.000,00.
Tabel macam-macam nilai tukar atau kurs.

Tanggal Kurs Jual Kurs Beli Kurs Tengah

11 Apr 2017, Tue 13,434.00 13,134.00 13,284.00

10 Apr 2017, Mon 13,435.00 13,135.00 13,285.00

7 Apr 2017, Fri 13,467.00 13,167.00 13,317.00

6 Apr 2017, Thu 13,480.00 13,180.00 13,330.00

5 Apr 2017, Wed 13,468.00 13,168.00 13,318.00

4 Apr 2017, Tue 13,476.00 13,176.00 13,326.00

3 Apr 2017, Mon 13,470.00 13,170.00 13,320.00

31 Mar 2017, Fri 13,471.00 13,171.00 13,321.00

30 Mar 2017, Thu 13,466.00 13,166.00 13,316.00

29 Mar 2017, Wed 13,459.00 13,159.00 13,309.00

28 Mar 2017, Tue 13,456.00 13,156.00 13,306.00

27 Mar 2017, Mon 13,456.00 13,156.00 13,306.00

24 Mar 2017, Fri 13,472.00 13,172.00 13,322.00

23 Mar 2017, Thu 13,471.00 13,171.00 13,321.00


sumber: BCA

6
Macam-macam kurs dibagi menjadi 3 , yaitu ;
1. Kurs beli, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money
changer membeli valuta asing atau apabila kita akan menukarkan valuta
asing yang kita miliki dengan rupiah. Atau dapat diartikan sebagai kurs
yang diberlakukan bank jika melakukan pembelian mata uang valuta
asing.
2. Kurs jual, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money
changer menjual valuta asing atau apabila kita akan menukarkan
rupiah dengan valuta asing yang kita butuhkan. Atau dapat disingkat kurs
jual adalah harga jual mata uang valuta asing oleh bank atau money
changer.
3. Kurs tengah, yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs
beli dan kurs jual yang dibagi dua).

Dari Indonesian Rupiah (IDR) Ke Berbagai Mata Uang Negara Lain

Update: 11 Apr 2017

DARI KE MATA UANG RATE 1 IDR

Indonesian Rupiah ARS - Argentine Peso 873.07 0.001145

Indonesian Rupiah AUD - Australian Dollar 9,960.77 0.000100

Indonesian Rupiah BHD - Bahraini Dinar 35,224.53 0.000028

Indonesian Rupiah BWP - Botswana Pula 1,244.50 0.000804

Indonesian Rupiah BRL - Brazilian Real 4,239.05 0.000236

Indonesian Rupiah GBP - British Pound 16,482.20 0.000061

Indonesian Rupiah BND - Bruneian Dollar 9,447.17 0.000106

7
Indonesian Rupiah BGN - Bulgarian Lev 7,191.19 0.000139

Indonesian Rupiah CAD - Canadian Dollar 9,971.25 0.000100

Indonesian Rupiah CLP - Chilean Peso 20.36 0.049116

Indonesian Rupiah CNY - Chinese Yuan Renminbi 1,924.00 0.000520

Indonesian Rupiah COP - Colombian Peso 4.64 0.215679

Indonesian Rupiah HRK - Croatian Kuna 1,891.64 0.000529

Indonesian Rupiah CZK - Czech Koruna 527.69 0.001895

Indonesian Rupiah DKK - Danish Krone 1,890.47 0.000529

Indonesian Rupiah AED - Emirati Dirham 3,615.38 0.000277

Indonesian Rupiah EUR - Euro 14,054.87 0.000071

Indonesian Rupiah HKD - Hong Kong Dollar 1,708.86 0.000585

Indonesian Rupiah HUF - Hungarian Forint 45.15 0.022149

Indonesian Rupiah ISK - Icelandic Krona 117.88 0.008483

Indonesian Rupiah INR - Indian Rupee 205.74 0.004860

Indonesian Rupiah USD - US Dollar 13,279.65 0.000075

Indonesian Rupiah IRR - Iranian Rial 0.41 2.442016

8
Indonesian Rupiah ILS - Israeli Shekel 3,629.19 0.000276

Indonesian Rupiah JPY - Japanese Yen 120.14 0.008323

Indonesian Rupiah KWD - Kuwaiti Dinar 43,497.47 0.000023

Indonesian Rupiah LYD - Libyan Dinar 9,396.86 0.000106

Indonesian Rupiah LTL - Lithuanian Litas 4,070.57 0.000246

Indonesian Rupiah MYR - Malaysian Ringgit 2,994.96 0.000334

Indonesian Rupiah MUR - Mauritian Rupee 376.18 0.002658

Indonesian Rupiah MXN - Mexican Peso 708.98 0.001410

Indonesian Rupiah NPR - Nepalese Rupee 128.60 0.007776

Indonesian Rupiah NZD - New Zealand Dollar 9,227.23 0.000108

Indonesian Rupiah NOK - Norwegian Krone 1,537.12 0.000651

Indonesian Rupiah OMR - Omani Rial 34,488.11 0.000029

Indonesian Rupiah PKR - Pakistani Rupee 126.67 0.007894

Indonesian Rupiah PHP - Philippine Peso 267.61 0.003737

Indonesian Rupiah PLN - Polish Zloty 3,314.13 0.000302

Indonesian Rupiah QAR - Qatari Riyal 3,647.75 0.000274

9
Indonesian Rupiah RON - Romanian New Leu 3,115.04 0.000321

Indonesian Rupiah RUB - Russian Ruble 233.06 0.004291

Indonesian Rupiah SAR - Saudi Arabian Riyal 3,540.77 0.000282

Indonesian Rupiah SGD - Singapore Dollar 9,447.17 0.000106

Indonesian Rupiah ZAR - South African Rand 952.71 0.001050

Indonesian Rupiah KRW - South Korean Won 11.59 0.086285

Indonesian Rupiah LKR - Sri Lankan Rupee 87.26 0.011460

Indonesian Rupiah SEK - Swedish Krona 1,460.18 0.000685

Indonesian Rupiah CHF - Swiss Franc 13,163.92 0.000076

Indonesian Rupiah TWD - Taiwan New Dollar 433.30 0.002308

Indonesian Rupiah THB - Thai Baht 383.90 0.002605

Indonesian Rupiah TTD - Trinidadian Dollar 1,961.02 0.000510

Indonesian Rupiah TRY - Turkish Lira 3,560.85 0.000281

Indonesian Rupiah VEF - Venezuelan Bolivar 1,329.29 0.000752

10
Kurs atau nilai tukar biasa sering dipakai untuk berbagai negara melakukan
transaksi antara negara satu dengan negara yang lain, misalkan jual beli /
perdagangan dan lain sebagainya . Jadi harus diadakannya penentuan kurs di tiap
negara. Sistem penentuan kurs di tiap negara sebagai berikut :
1. Kurs tetap (Fixed Exchange rate System)
Kurs tetap adalah kurs yang di tetapkan oleh pemerintah. Jadi kurs itu akan
berlaku untuk seluruh jenis transaksi yang melibatkan dua atau lebih mata uang
yang berbeda.
Keunggulan :
a. Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.
b. Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap
stabil.
c. Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.
d. Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan
hasilnya.

Kelemahan :
a. Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan
di pasar valas.
b. Kurang fleksibel terhadap perubahan global.
c. Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi
pasar ekspor impor.

2. Sistem kurs bebas (Free-Floating Exchange Rate System)


Sistem kurs bebas adalah kurs yang bergerak naik turun sesuai mekanisme pasar
tanpa campur tangan pemerintah, maka sistem yang di gunakan adalah sistem kurs
bebas.

11
Keunggulan :
a. Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca
pembayaran suatu negara.
b. Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi
akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan
kondisi ekonomi yang terjadi.
c. Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
d. Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.

Kelemahan :
a. Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
b. Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam
memprediksi dan menetapkan kurs.
c. Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
d. Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa
karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

3. Sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating Exchange


Rate System)
Sistem kurs mengambang terkendali adalah kurs yang di tentukan oleh
mekanisme permintaan dan penawaran. Namun pemerintah dapat juga
mempengaruhi nilai tukar melalui intervensi pasar apabila kurs naik atau turun
melebihi batas yang di tentukan.
Keunggulan :
a. Cadangan devisa lebih aman.
b. Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.
c. Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap
kondisi ekonomi dalam negeri.
d. Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.
e. Tidak ada batasan valas.
f. Equilibrium pasar uang.

12
Kelemahan :
a. Praktik spekulasi semakin bebas.
b. Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya
mapan, masih kurang tepat untuk negara berkembang.
c. Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

Perubahan Nilai Tukar


Menurut Lipsey : 1997, ada beberapa sebab berubahnya nilai tukar yang terjadi di
dalam sebuah negara, yaitu :
a. Kenaikan harga domestik produk ekpor
b. Kenaikan harga luar negeri produk impor
c. Perubahan tingkat harga keseluruhan
d. Arus modal
e. Perubahan-perubahan struktural

Berikut adalah 6 faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang
antara dua negara:
1. Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar
mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli
(purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada
akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang,
Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian.
Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami
depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.

2. Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara


Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah
tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai
tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan
mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan
tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi,

13
investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi.
Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung
memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.

3. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli
barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara
tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan
dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini
negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang,
yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara
partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata
uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.

4. Hutang publik (Public debt)


Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-
proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka
public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya
inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau
mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan
negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public
debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara
tersebut.

5. Ratio harga ekspor dan harga impor


Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata
uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari
negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat.
Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.

6. Kestabilan politik dan ekonomi

14
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan
kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan
cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan
berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.

2.1.2 Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran internasional adalah ikhtisar yang tersusun secara sistematis,


yang mencatat semua transaksi ekonomi yang dilakukan penduduk satu negara
dengan penduduk negara lain pada periode waktu tertentu, biasanya satu tahun
(Indah, 2006 ).
Dalam upaya mengetahui apa yang sedang berlangsung pada perdagangan
internasional, pemerintah mengawasi transaksi antarnegara. Catatan yang berisi
transaksi-transaksi semacam ini disusun dalam rekening neraca pembayaran.
Setiap transaksi, seperti pengiriman barang ekspor atau penerimaan barang impor,
diklasifikasikan menurut pembayaran dan penerimaan yang timbul dari jenis
transaksinya.

Terdapat tiga macam posisi neraca pembayaran dari suatu negara, yaitu :
a. Neraca Pembayaran Defisit
Neraca pembayaran defisit adalah neraca pembayaran yang menunjukkan jumlah
transaksi pembayaran luar negeri (transaksi debet) lebih besar dibandingkan
transaksi penerimaan dari luar negeri (transaksi kredit).

b. Neraca Pembayaran Surplus


Neraca pembayaran surplus adalah neraca pembayaran yang menunjukkan
transaksi debet lebih kecil dibandingkan transaksi kredit.

c. Neraca Pembayaran Seimbang


Neraca pembayaran seimbang adalah neraca pembayaran yang menunjukkan
transaksi debet sama dengan transaksi kredit.

15
Rekening Neraca Pembayaran
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada perdagangan internasional, pemerintah
mencatat transaksi antar negara. Pencatatan transaksi sedemikian dilakukan dalam
rekening neraca pembayaran. Setiap transaksi, seperti pengiriman barang ekspor
atau tibanya barang impor, dikelompokkan menurut pembayaran atau penerimaan
yang terjadi karenanya.

Transaksi yang menghasilkan penerimaan valuta (devisa) asing, seperti ekspor


komoditas atau penjualan suatu kekayaan di luar negeri, dicatat dalam rekening
neraca pembayaran sebagai mata kredit (credit item).
Transaksi yang mengakibatkan pembayaran valauta asing, seperti impor
komoditas atau pembelian aset asing, dicatat dalam pos debet (debit item).
Transaksi ini mencerminkan permintaan akan valuta asing dan penawaran dolar di
bursa valuta asing.

Transaksi Berjalan
Transaksi berjalan (current account) mencatat pembayaran yang timbul dari
perdagangan barang dan jasa dan dari pendapatan dalam bentuk bunga, laba, dan
deviden yang dihasilkan dari modal yang dimiliki di satu negara dan
diinvestasikan di negara lain.
Rekening ini dibagi menjadi dua bagian utama.
1. Neraca perdagangan (visible account / trade account / merchandize
account)
Mencatat pembayaran dan penerimaan yang datang dari impor dan ekspor barang-
barang berwujud (tangible goods) seperti komputer, mobil, gandum, dan sepatu.
Impor Amerika mengharuskan penggunaan valuta asing dan karenannya
dimasukkan sebegai rekening debet pada neraca perdagangan. Ekspor Amerika
menghasilkan valuta asing dan karenanya dicatat sebagi rekening kredit.

2. Transaksi jasa ( invisible account / service account)


Mencatat pembayaran yang datang dari perdagangan jasa dan pembayaran untk
penggunaan modal. Perdagangan di bidang-bidang seperti asuransi, perkapalan,
dan pariwisata di masukkan ke dalam transaksi jasa, seperti juga pembayaran

16
bunga deviden, dan laba yang dihasilkan dari penanaman modal di satu negara
tetapi dimiliki penduduk (warga) negara lain.

Neraca Modal
Bagian utama dalam neraca pembayaran adalah neraca modal, yang mencatat
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan lalu lintas modal keuangan
internasional. Investasi Amerika Serikat, dalam bentuk aset mancanegara,
dinamakan arus keluar modal atau ekspor modal, menggunakan valuta asing
sehingga dicatat sebagai debet dalam neraca pembayaran Amerika Serikat.
Investasi asing dalam aset AmerikaSerikat, dinamakan arus masuk modal atau
impor modal, menghasilkan valuta asing sehingga dimasukkan sebagai rekening
kredit dalam statistik pembayaran.

Arus modal jangka pendek dan jangka panjang.


Neraca modal seringkali dibagi dalam dua kategori yang membedakan antara
perpindahan modal jangka pendek dengan perpindahan modal jangka panjang.
Modal jangka pendek adalah uang yang dipegang dalam bentuk aset (aktiva) yang
sangat mudah dicairkan, seperti rekening bank dan surat berharga jangka pendek.
Sedangkan, modal jangka panjang adalah semua dana yang diinvestasikan dalam
bentuk aset (aktiva) yang kurang likuid, seperti surat obligasi jangka panjang, atau
dalam bentuk modal fisik, seperti pabrik perakitan mobil baru.

Investasi portofolio dan investasi langsung.


Dua kelompok utama dalam neraca modal yang bersifat jangka panjang adalah
investasi langsung dan investasi portofolio.
Investasi langsung berkaitan dengan perubahan-perubahan pada kepemilikan
bukan warganegara atas perusahaan domestik, dan kepemilikan warganegara atas
perusahaan asing.
Salah satu bentuk investasi langsung di Amerika Serikat ataupun di Indonesia
adalah investasi modal dalam bentuk cabang pabrik atau anak perusahaan di

17
Amerika Serikat ataupun di Indonesia di mana si investor mempunyai hak
mengendalikan.
Sedangkan, investasi portofolio adalah investasi dalam bentuk obligasi atau saham
minoritas yang tidak melibatkan pengendalian secara langsung.

Transaksi Pemerintah
Bagian terakhir dalam rekening neraca pembayaran adalah semua transaksi pada
cadangan pemerintah yang dipegang oleh bank sentral di suatu negara. Di
Indonesia, bank sentral adalah Bank Indonesia.
Transaksi ini mencerminkan pembelanjaan sisa rekening yang ada. Bank-bank
sentral di sebagian besar negara menyimpan dana yang mereka gunakan untuk
membeli dan menjual di pasar valuta asing. Sebagian dari cadangan ini berupa
emas, sebagian lagi berupa valuta asing, dan sebagian lagi lainnya dalam bentuk
mata uang internasional, yang dinamakan special drawing right, atau SDR.

2.2 Nilai Tukar atau Kurs yang Pernah terjadi Di Indonesia

Pada tanggal 18 Desember hingga 31 Desember 2013 rata-rata nilai tukar rupiah
terhadap mata uang US dolar Amerika berkisar Rp. 12,372.22 dan indeks harga
konsumen (IHK)—tolak ukur utama inflasi—naik sebesar 0,55% pada bulan
desember dibandingkan bulan sebelumnya. Pada November, kenaikannya hanya
0,12%.Sedangkan inflasi tahunan (on year) dibandingkan dengan setahun
sebelumnya, tercatat 8,38% atau nyaris tidak berubah dibanding November yang
8,37%. Pada Desember 2012, inflasi waktu itu 4,30%.
Salah satu penyebab utama pelemahan nilai mata uang rupiah terhadap mata uang
asing ini adalah impor bahan bakar minyak (BBM) yang terlalu besar sehingga
Indonesia mengalami defisit neraca pembayaran yang tak kunjung menunjukkan
angka surplus. Besarnya impor BBM yang akhir-akhir ini terjadi disebabkan
karena konsumsi BBM yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011
konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia mencapai 41,7 juta kiloliter (kl), tahun
2012 mencapai 45 juta kl, dan tahun 2013 diperkirakan mencapai 47 juta kl.

18
Tidak hanya impor BBM yang masih besar nilainya sebagai penyumbang jatuhnya
nilai rupiah, akan tetapi juga karena masih tingginya impor bahan
pangan.Meskipun Indonesia merupakan negara agraris tetapi masih saja banyak
bahan pangan yang harus diimpor guna memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat, Badan Pusat statistic (BPS) mencatat 28 bahan pangan seperti (beras,
jagung, kedelai, tepung terigu, dll) masih diimpor dan bahan pangan yang paling
banyak di impor adalah gula tebu dan jagung dengan volume impor masing-
masing sebesar 1,85 miliar dan 1,29 miliar kg..

Penelitian pusat penelitian (P2) Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


(LIPI) menginformasikan, tingginya aktivitas impor bahan pangan tidak lepas dari
keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pertanian dimana pelaku
sektor pertanian rata-rata umumnya berumur di atas 45 tahun. Usia demikian
kemampuan beradaptasinya adalah dengan teknologi rendah yang mengakibatkan
sektor pertanian Indonesia tersingkir. Rendahnya kemampuan SDM di sektor ini
akhirnya dimanfaatkan oleh investor yang mampu menggarap lahan pertanian
dengan mesin yang lebih modern. Para investor terlebih dahulu membeli lahan
pertanian, pemilik modal yang membeli lahan pertanian membuat petani makin
tersingkir. Hal ini memberikan peluang bagi defisit neraca transaksi perdagangan
Indonesia yang kembali membengkak.
Impor Indonesia yang tinggi menghasilkan defisit neraca transaksi perdagangan
yang bermakna Indonesia harus mengeluarkan banyak rupiah untuk ditukarkan ke
mata uang negara asing demi mengimpor barang yang berasal dari negara asing
tersebut sehingga nilai mata uang rupiah menjadi kurang berharga (devaluasi)
yang berdampak pada kenaikan inflasi. Kenaikan inflasi yang disebabkan oleh
pelemahan Rupiah ini jelas berdampak pada nilai mata uang dibandingkan dengan
mata uang asing semakin rendah.

Untuk itu, mengatasi penurunan kurs yang berdampak pada penurunan daya beli
masyarakat maka pemerintah dalam kebijakan fiskalnya dapat dilakukan beberpa
cara berikut:

19
 Pemerintah harus melakukan intervensi agar nilai mata uang dalam negeri
tetap stabil, sehingga daya beli masyrakat tetap stabil.
 Perlunya perbaikan neraca perdagangan, karena impor minyak yang masih
besar, dan perbaikan terhadap neraca pangan, infrastruktur, tingkat
kemandirian ekonomi nasional.
 Harus ada program yang mampu mengganti penggunaan BBM untuk
transportasi
 Bangkitkan kesempurnaan sistem pembiayaan ekonomi nasional.
 Pemerintah harus lebih selektif dalam mengeluarkan kebijakan terkait
impor.

Meskipun pelemahan kurs pada suatu negara memiliki dampak makin terdorong
nya nilai ekspor barang dometik pada negara tersebut akan tetapi bagi Indonesia
negara yang terlalu banyak mengimpor barang akan berdampak lebih banyak
ruginya dari pada untung.
Fluktuasi nilai mata uang rupiah yang menurun terhadap nilai mata uang asing
akhir-akhir ini dihasilkan dari masih tingginya impor BBM bahkan bahan pangan
yang Indonesia merupakan negara agraris, akhirnya membuat neraca pembayaran
maupun perdagangan Indonesia menjadi deficit karena impor lebih besar dai
ekspornya. Hal ini menyebabkan IHK yang merupakan alat ukur inflasi naik
sehingga masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk
mempertahankan standar hidupnya daya beli masyarakat pun ikut turun.

2.3 PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA


TRIWULAN IV 2016

Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 yang menurun sejalan dengan


perbaikan perekonomian dunia dan perekonomian Indonesia. Defisit transaksi
berjalan triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,8 miliar (0,8% dari PDB), lebih
rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD4,7
miliar (1,9% dari PDB). Penurunan defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016

20
ditopang oleh perbaikan kinerja neraca perdagangan barang dan neraca
pendapatan primer.

Kinerja transaksi berjalan triwulan IV 2016 juga lebih baik dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2015 yang mencatat defisit sebesar USD4,7miliar (2,2%
dari PDB). Perkembangan tahunan yang positif tersebut terutama ditopang
kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring kenaikan harga komoditas
global, serta didukung pula oleh perbaikan neraca jasa dan neraca pendapatan
primer.Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016
mencapai USD6,8 miliar yang terutama bersumber dari surplus investasi lainnya
sejalan dengan belanjutnya repatriasi dan tax amnesty. Namun demikian, surplus
transaksi modal dan finansial tersebut lebih rendah dibandingkan dengan surplus
pada triwulan III 2016, terutama karena investasi portofolio berbalik menjadi
defisit sebagai dampak keluarnya dana asing dari instrumen portofolio rupiah
pasca-terpilihnya presiden AS yang baru.

Selain itu, surplus investasi langsung juga mengalami penurunan, terutama


dipengaruhi arus keluar investasi langsung di sektor pertambangan. Surplus
transaksi modal dan finansial pada triwulan IV 2016 tersebut juga lebih rendah
dibandingkan dengan surplus yang tercatat pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Sejalan dengan itu, posisi cadangan devisa meningkat dari USD115,7
miliar pada akhir triwulan III 2016 menjadi USD116,4 miliar pada akhir triwulan
IV 2016. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan
pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 8,4 bulan. NPI 2016
mencatat surplus sebesar USD12,1 miliar setelah pada tahun sebelumnya
mengalami defisit USD1,1miliar pada 2014. Defisit transaksi berjalan 2016
menurun menjadi USD16,3 miliar (1,8% dari PDB) dari USD17,5 miliar (2,0%
dari PDB) pada 2015. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi meningkatnya
surplus neraca perdagangan akibat penurunan impor barang yang masih lebih
besar dibandingkan dengan penurunan ekspor barang, serta didukung perbaikan
kinerja neraca jasa.

21
Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2016 meningkat
signifikan menjadi USD29,2miliar dari sebelumnya USD16,8 miliar pada 2015.
Sejalan dengan surplus NPI yang signifikan pada 2016, maka cadangan devisa
meningkat dari USD105,9 miliar pada akhir 2015 menjadi USD116,4 miliar pada
akhir 2016.

TRANSAKSI BERJALAN
Defisit transaksi berjalan pada triwulan IV 2016 turun menjadi USD1,8 miliar
(0,8% dari PDB) dari defisit USD4,7 miliar (1,9% dari PDB) pada triwulan
sebelumnya. Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut didorong oleh kenaikan
surplus neraca perdagangan nonmigas karena ekspor nonmigas tumbuh 16,0% ,
seiring membaiknya permintaan global dan meningkatnya harga komoditas, lebih
besar dibandingkan dengan pertumbuhan impor nonmigas (15,5% ) seiring
meningkatnya permintaan domestik. Selain itu, defisit neraca perdagangan
migasmenurun terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca gas, dan defisit
neraca pendapatan primer juga menurun mengikuti jadwal pembayaran bunga
surat utang pemerintah yang lebih rendah di triwulan laporan.

Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2016 juga lebih rendah dibandingkan


dengan defisit pada periode yang sama tahun sebelumnya, terutama karena
perbaikan pada neraca perdagangan nonmigas. Surplus neraca perdagangan
nonmigas meningkat signifikan ditopang kenaikan ekspor nonmigas (18,1% )
yang melampaui kenaikan impor nonmigas (8,3% ). Secara keseluruhan, defisit
transaksi berjalan 2016 menjadi 1,8% dari PDB, lebih rendah dibandingkan
dengan defisit tahun sebelumnya (2,0% dari PDB).

Neraca Perdagangan Barang


Neraca perdagangan barang triwulan IV 2016 mencatat surplus sebesar USD5,1
miliar, naik 29,2% dibandingkan dengan surplus triwulan III 2016 sebesar
USD3,9 miliar. Perbaikan kinerja neraca perdagangan barang tersebut dipengaruhi
oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit
neraca perdagangan migas. Secara tahunan, surplus neraca perdagangan barang

22
pada triwulan IV 2016 lebih tinggi sebesar 127,1% dibandingkan dengan surplus
triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Neraca Perdagangan Nonmigas


Surplus neraca perdagangan nonmigas pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar
USD6,7 miliar, lebih tinggi 18,1% dibandingkan dengan surplus triwulan
sebelumnya. Meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut
disebabkan oleh ekspor nonmigas yang naik lebih tinggi jika dibandingkan
dengan peningkatan impor nonmigas.

Neraca Perdagangan Nonmigas


Surplus neraca perdagangan nonmigas triwulan laporan lebih tinggi USD2,8
miliar dibandingkan dengan surplus pada triwulan IV 2015 . Perbaikan kinerja
tersebut disebabkan oleh peningkatan ekspor nonmigas (18,1%) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peningkatan impor nonmigas (8,3% ).

Ekspor Nonmigas
Ekspor nonmigas triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD36,7 miliar, naik 16,0%
dari triwulan sebelumnya sebesar USD31,6 miliar. Bila dibandingkan dengan
periode yang sama di tahun 2015, ekspor nonmigas meningkat sebesar 18,1% .

Pertumbuhan Ekspor Nonmigas


Peningkatan ekspor nonmigas secara tahunan didukung oleh peningkatan ekspor
riil maupun harga ekspor. Untuk keseluruhan 2016, ekspor nonmigas masih
menunjukkan penurunan sebesar 0,3% namun dengan laju penurunan yang tidak
sedalam tahun sebelumnya (-10,0% ). Melambatnya laju penurunan ekspor
tersebut didukung oleh faktor harga ekspor yang telah tumbuh positif sementara
ekspor riil tercatat menurun.

Ekspor Nonmigas menurut Negara Tujuan Utama


Ekspor nonmigas ke sepuluh negara tujuan utama pada triwulan IV 2016 naik
21,1% , lebih tinggidibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan III 2016

23
sebesar 1,3% , ditopang oleh pertumbuhan positif ekspor ke semua Negara tujuan
ekspor kecuali Australia dan Oseania. Ekspor ke Filipina dan Tiongkok mencatat
pertumbuhan yang sangat signifikan, sementara ekspor ke Amerika Serikat,
Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, dan Thailand menunjukkan
pertumbuhan yang positif setelah mencatat pertumbuhan negatif pada triwulan
sebelumnya. Sementara itu, ekspor menuju Australia dan Oseania membaik dari
triwulan sebelumnya meskipun masih tumbuh negatif.

Peningkatan ekspor ke Amerika Serikat antara lain ditopang oleh ekspor makanan
olahan, karet alam olahan, minyak nabati, dan udang segar/beku dengan total
pangsa 28,8% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Sementara itu, ekspor
tekstil, terutama berupa pakaian jadi (pangsa 93,1% dari total ekspor tekstil ke
Amerika Serikat), yang merupakan ekspor
terbesar ke Amerika Serikat menunjukkan penurunan 3,8%.

Peningkatan ekspor ke Tiongkok pada triwulan laporan didorong oleh naiknya


ekspor batubara, minyak nabati, barang dari logam tidak mulia, dan kayu olahan
dengan total pangsa 53,8%.
Naiknya ekspor batubara, bijih tembaga, tekstil, dan alat listrik sebagai komoditas
ekspor utama (pangsa 33,7%) menjadi penopang utama membaiknya ekspor ke
Jepang.
Peningkatan ekspor ke India disebabkan oleh ekspor minyak nabati, bijih
tembaga, dan barang dari logam tidak mulia dengan pangsa sebesar 44,5%.
Sepanjang 2016, ekspor ke India menunjukkan penurunan sebesar 14,3% ,
terutama disebabkan oleh penurunan ekspor batubara dan bijih tembaga dengan
pangsa 38,8%.

Ekspor ke Singapura pada triwulan laporan juga mencatat peningkatan didukung


oleh membaiknya sebagian besar komoditas ekspor. Peningkatan lebih lanjut
tertahan oleh penurunan ekspor alat listrik, mesin & peralatan mekanik, serta
barang dari logam tidak mulia (pangsa 40,4%).

24
Sementara itu, ekspor ke Malaysia pada triwulan IV 2016 berbalik mencatat
pertumbuhan postif setelah mengalami kontraksi pada tiga triwulan sebelumnya.
Perbaikan ini disebabkan oleh naiknya ekspor batubara, makanan olahan, minyak
nabati, dan barang dari logam tidak mulia dengan total pangsa 46,1% dari
keseluruhan ekspor ke Malaysia.

Perbaikan ekspor ke Korea Selatan di triwulan laporan utamanya disebabkan oleh


naiknya ekspor batubara, tekstil, dan barang dari logam tidak mulia dengan total
pangsa sebesar 42,0% terhadap keseluruhan ekspor ke Korea Selatan.
Ekspor ke Filipina masih menunjukkan peningkatan, utamanya disebabkan oleh
ekspor kendaraan dan bagiannya, batubara, bijih tembaga, dan makanan olahan
dengan total pangsa 66,2% dari keseluruhan ekspor ke negara tersebut. Ekspor
kendaraan terutama didorong oleh ekspor kendaraan beroda 2 dan beroda 4.
Adapun peningkatan kinerja ekspor ke Thailand ditopang oleh naiknya ekspor
kendaraan & bagiannya, batubara, dan barang dari logam tidak mulia. Ekspor ke
Thailand di 2016 mencatat peningkatan sebesar 0,4% setelah pada tahun
sebelumnya mengalami kontraksi. Perbaikan ekspor ke Australia dan Oseania
didukung oleh kenaikan ekspor tekstil dan mesin & peralatan mekanik.Secara
tahunan, ekspor ke Australia & Oseania sepanjang 2016 mengalami penurunan
sebesar 10,2%dibandingkan dengan 2015.

Ekspor Nonmigas menurut Komoditas Utama


Peningkatan ekspor nonmigas triwulan IV 2016 juga tercermin dari nilai ekspor
sepuluh komoditas utama yang tumbuh positif 17,6% , membaik setelah sejak
triwulan IV 2014 secara persisten mencatat pertumbuhan negatif.
Ekspor minyak nabati, yang sebagian besar (83,7%) berupa minyak kelapa sawit,
naik 33,1% di triwulan IV 2016. Peningkatan tersebut disebabkan oleh naiknya
ekspor riil dan harga ekspor. Naiknya harga ekspor kelapa sawit pada triwulan IV
2016 disebabkan oleh turunnya produksi kelapa sawit akibat fenomena El Nino
dan La Nina

25
Dari sisi eksternal, perbaikan ekonomi India dan Tiongkok juga menyebabkan
meningkatnya permintaan minyak nabati Indonesia. Ekspor riil minyak nabati di
triwulan IV 2016 naik 6,7%, berbalik arah setelah pada empat
triwulansebelumnya secara berturut-turut mengalamipenurunan. Kenaikan ekspor
riil utamanya terjadi untuk ekspor tujuan India (41,4% ), Tiongkok (23,8%,),
Pakistan (43,0%), dan Belanda (67,7%). Namun demikian, secara tahunan ekspor
riil di 2016 masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2015. Untuk
keseluruhan 2016, harga ekspor komoditas ini tumbuh 12,5% , setelah pada tahun
sebelumnya mengalami konstraksi. Ekspor batubara pada triwulan IV 2016
tercatat naik 26,8% .

Peningkatan ekspor alat listrik terutama terjadi pada ekspor tujuan Jepang (14,4%)
dan Malaysia (27,9% ). Ekspor barang dari logam tidak mulia pada triwulan IV
2016 mencatat pertumbuhan positif didukung oleh pertumbuhan positif ekspor riil
dan harga ekspor. Peningkatan ekspor makanan olahan sebesar 8,7% di triwulan
IV 2016 utamanya disebabkan oleh naiknya ekspor ke sebagian besar negara
tujuan utama, yaitu Amerika Serikat (12,8% ), Malaysia (16,8% yoy), Filipina
(19,6% ), dan Tiongkok (17,3% ), dengan total pangsa 41,1% dari totalekspor
makanan olahan.

Ekspor karet olahan di triwulan IV 2016 tercatat naik 16,1% yang didorong oleh
peningkatan baik harga ekspor maupun ekspor riil. Peningkatan ekspor karet
terutama terlihat untuk negara tujuan Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan
India dengan total pangsa sebesar 57,0% dari keseluruhan ekspor karet olahan.
Ekspor mesin dan peralatan mekanik pada triwulan laporan menunjukkan
pertumbuhan positif sebesar 9,4% yang didukung oleh peningkatan eksporriil dan
harga.
Peningkatan ekspor kayu olahan tersebut didorong oleh peningkatan ekspor riil di
saat harga masih tumbuh negatif.Peningkatan ekspor kayu olahan terjadi pada
ekspor tujuan Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.Perbaikan kinerja ekspor
komoditas utama nonmigas tersebut terutama dipengaruhi faktor penurunan harga
komoditas yang lebih terbatas.

26
Impor Nonmigas
Impor nonmigas triwulan IV 2016 menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Impor nonmigas naik 8,2% , meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 0,3%. Pertumbuhan impor nonmigas tersebut didorong oleh
meningkatnya permintaan domestik (riil) dan meningkatnya harga.
Impor Nonmigas menurut Kelompok Barang Impor barang konsumsi pada
triwulan IV 2016 naik 16,7% dipengaruhi oleh naiknya permintaan maupun harga.
Peningkatan barang konsumsi utamanya disebabkan oleh naiknya impor buah-
buahan serta senjata dan amunisi.

Peningkatan impor bahan baku disebabkan oleh naiknya impor pesawat


telekomunikasi dan bagiannya (11,7%), bagian & perlengkapan kendaraan
bermotor (27,4% ), serta biji gandum dan meslin (1,6%). Sementara itu, impor
barang modal turun 1,5%, meskipun tidak sedalam penurunan di triwulan
sebelumnya, karena masih turunnya permintaan di saat harga tercatat meningkat.
Penurunan impor nonmigas sepanjang 2016 disebabkan baik oleh penurunan
permintaan domestik (riil) maupun faktor harga yang masih negatif.

Impor Komoditas Nonmigas Utama Impor Nonmigas menurut Negara Asal


Berdasarkan negara asal, peningkatan impor pada triwulan IV 2016 terjadi untuk
seluruh negara asal,kecuali Singapura dan Amerika Serikat. Pertumbuhan impor
dari Tiongkok sebagai negara asal impor utama tercatat sebesar 12,1% , lebih
tinggi dibandingkan denga triwulan sebelumnya 3,1%. Impor dari Jepang yang
tercatat sebagai negara asal impor terbesar kedua juga tercatat tumbuh positif
sebesar 14,8% . Sementara itu, impor dari Singapura dan Amerika Serikat masing-
masing mengalami penurunan sebesar 4,9% dan 3,6% .
Neraca Perdagangan Migas
Neraca perdagangan migas pada triwulan IV 2016 mencatat defisit sebesar
USD1,1 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit triwulan III 2016
sebesar USD1,3 miliar, namun lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan IV 2015

27
sebesar USD0,7 miliar. Penurunan defisit neraca migas secara triwulanan
didorong oleh peningkatan ekspor yang melampaui peningkatan impor.

Neraca Perdagangan Migas


Ekspor Minyak
Pada triwulan IV 2016, ekspor minyak sedikitmenurun dibanding triwulan
sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak mentah (hampir
80% dari total ekspor) sebesar -5,7% ,sementara ekspor produk kilang naik
sebesar 12,6%..Akan tetapi, sesuai dengan arahan kebijakan pemenuhan
kebutuhan energi Indonesia, sebagian besar hasil lifting digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan kilang dalam negeri, sehingga tidak berdampak signifikan
terhadap kinerja ekspor.

Perkembangan Ekspor Minyak


Sementara itu, harga ekspor minyak Indonesia pada triwulan laporan mengalami
peningkatan, seiring dengan naiknya harga minyak dunia..
Impor minyak triwulan IV 2016 mengalami penurunan 1,5% menjadi USD4,2
miliar dari triwulan sebelumnya sebesar USD4,3 miliar. Penurunan impor minyak
disebabkan oleh penurunan volume impor minyak mentah dan produk kilang.

Ekspor Gas
Ekspor gas pada triwulan IV 2016 naik 19,5% menjadi USD2,0 miliar, terutama
disebabkan oleh naiknya ekspor LNG 19,0% yang didorong oleh meningkatnya
harga dan volume ekspor. Namun demikian secara keseluruhan 2016, ekspor gas
mengalami penurunan sebesar 29,2% jika dibandingkan tahun sebelumnya,
terutama disebabkan oleh faktor harga gas dunia yang menurun.

Neraca Perdagangan Jasa


Defisit neraca perdagangan jasa pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,6
miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Perkembangan tersebut
disebabkan oleh kenaikan pembayaran jasa freight dan penurunan neto

28
penerimaan jasa perjalanan (travel) yang mampu diimbangi oleh turunnya defisit
jasa lainnya.

Perkembangan Neraca Perdagangan Jasa


Neto pembayaran jasa freight pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,3
miliar, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,0
miliar sejalan dengan kenaikan impor.

Pembayaran Jasa Freight


Sementara itu, surplus neraca jasa perjalanan pada triwulan IV-2016 sedikit
menurun menjadi
USD1,2 miliar dari USD1,3 miliar pada triwulan sebelumnya. Penurunan surplus
neraca jasa perjalanan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pembayaran jasa
perjalanan (12,7% ) yang melampaui kenaikan penerimaan jasa perjalanan
(7,2% ). Penerimaan jasa perjalanan tercatat sebesar USD3,5 miliar, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (USD3,3 miliar), didorong oleh pengeluaran
wisatawan mancanegara (wisman) yang lebih tinggi. Selain itu, jumlah wisman
yang berkunjung ke Indonesia pada periode laporan juga mengalami peningkatan
menjadi 3,03 juta orang, dari sebanyak 2,92 juta orang pada triwulan sebelumnya.
Adapun tujuan favorit wisman ke Indonesia masih terkonsentrasi pada tiga daerah
utama, yaitu Bali, Jakarta, dan Batam.

Di sisi lain, pembayaran jasa perjalanan pada triwulan IV 2016 juga tercatat lebih
tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh pola
musiman pengeluaran wisatawan nasional (wisnas) yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, defisit neraca perdagangan jasa pada tahun 2016 turun 25,4%
menjadi USD6,5 miliar dari USD8,7 miliar pada 2015 . Turunnya defisit neraca
jasa tersebut terutama disumbang oleh penurunan pembayaran jasa freight, seiring
dengan penurunan impor barang. Selain itu, perbaikan neraca jasa juga didukung
oleh kenaikan penerimaan jasa perjalanan seiring dengan meningkatnya jumlah
wisman yang berkunjung ke Indonesia dari 9,79 juta

29
pada 2015 menjadi 10,93 juta pada 2016.

Neraca Pendapatan Primer


Pada triwulan IV 2016, defisit neraca pendapatan primer tercatat sebesar USD6,3
miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit USD8,0 miliar pada triwulan
sebelumnya. Penurunan defisit neraca pendapatan tersebut dipengaruhi oleh
pembayaran pendapatan investasi langsung yang lebih rendah dan menurunnya
pembayaran kupon/bunga surat utang sektor publik.

Perkembangan Neraca Pendapatan Primer


Untuk keseluruhan tahun, defisit neraca pendapatan primer meningkat dari
USD28,4 miliar
pada 2015 menjadi USD29,7 miliar pada 2016. Peningkatan defisit tersebut
terutama disebabkan oleh meningkatnya neto pembayaran pendapatan investasi
portofolio.

Neraca Pendapatan Sekunder


Neraca pendapatan sekunder pada triwulan IV2016 mencatat surplus sebesar
USD0,9 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan
sebelumnya sebesar USD1,0 miliar. Penurunan surplus tersebut terutama
disebabkan oleh penurunan neto penerimaan transfer personal dari USD1,3 miliar
menjadi USD1,2 miliar, seiring turunnya remitansi
Tenaga Kerja Indonesia/TKI.

Perkembangan Transfer Personal


Ditinjau dari negara asal transfer, sebagian besar transfer personal berasal dari
remitansi TKI yang bekerja di kawasan Asia Pasifik, yaitu mencapai USD1,1
miliar, diikuti kawasan Timur Tengah dan Afrika sebesar USD0,9 miliar, dan
kawasan lain yang mencapai USD0,2 miliar.
Sampai akhir triwulan IV 2016 tercatat 3,5 juta penduduk Indonesia bekerja
menjadi TKI di luar negeri. Data BNP2TKI mengindikasikan bahwa 67,6% dari
jumlah TKI tersebut bekerja di wilayah Asia Pasifik dengan porsi terbesar

30
Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan Singapura. Sementara itu, 31,8% dari seluruh
TKI bekerja di regional Timur Tengah dan Afrika, terbesar
berada di negara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania.

Posisi Tenaga Kerja Indonesia Tw. IV-2016


Untuk keseluruhan tahun 2016, surplus neraca pendapatan sekunder menurun dari
USD5,5 miliar pada 2015 menjadi USD4,4 miliar, terutama disebabkan oleh
menurunnya penerimaan remitansi TKI. Jumlah TKI yang bekerja di luar negeri
tercatat menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, diantaranya sebagai
dampak perpanjangan moratorium TKI informal ke negara-negara Timur Tengah.

TRANSAKSI MODAL DAN FINANSIAL


Dinamika yang berkembang di pasar keuangan global dan kondisi makroekonomi
Indonesia yang dinilai cukup baik memengaruhi kinerja transaksi modal dan
finansial pada triwulan laporan. Transaksi modal dan finansial triwulan IV 2016
mencatat surplus yang cukup besar senilai USD6,8 miliar, terutama didukung oleh
surplus investasi lainnya sejalan dengan berlanjutnya repatriasi dana tax amnesty.

Transaksi Modal dan Finansial


Persepsi positif investor terhadap perekonomian domestik mendorong aliran dana
masuk ke dalam negeri. Surplus transaksi modal dan finansial meningkat
signifikan dari USD16,8miliar pada 2015 menjadi sebesar USD29,2 miliar
pada2016. Peningkatan surplus tersebut didorong oleh kenaikan surplus investasi
langsung dan investasi portofolio serta penurunan defisit investasi lainnya.
Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial pada 2016 juga dipengaruhi
oleh implementasi program pengampunan pajak yang berjalan dengan baik.

Perkembangan Investasi Langsung


Untuk keseluruhan 2016, kinerja investasi langsung mencatat surplus neto sebesar
USD15,1
miliar, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencatatkan surplus sebesar
USD10,7 miliar. Masih tingginya kepercayaan investor terhadap kondisi

31
fundamental ekonomi Indonesia, serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan
mampu mendorong investor asing untuk tetap melakukan investasi jangka
panjang di Indonesia. Perbaikan kinerja investasi langsung tersebut sejalan dengan
meningkatnya pertumbuhan perekonomian domestik dari 4,88% pada 2015
menjadi 5,02% pada 2016.
Meningkatnya arus masuk investasi langsung selama 2016 terutama dipengaruhi
adanya neto aliran masuk investasi asing langsung di sisi aset sebesar USD11,4
miliar, berkebalikan dengan kondisi tahun sebelumnya yang mengalami neto
aliran keluar sebesar USD9,1 miliar.

Secara sektoral, aliran masuk modal PMA selama triwulan IV 2016 di dominasi
oleh sektor manufaktur; pertanian, perikanan dan kehutanan; dan sektor
perdagangan. Ketiga sektor tersebut mencatat nilai investasi sebesar USD3,05
miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya yang mencapai USD3,03 miliar.
Dibandingkan kinerja triwulan yang sama tahun sebelumnya, nilai PMA di ketiga
sektor tersebut mengalami peningkatan dari nilai yang tercatat pada triwulan IV
2015 sebesar USD1,0 miliar. Sementara itu, sektor keuangan yang pada periode
sebelumnya selalu memberikan kontribusi positif terhadap arus masuk investasi,
pada triwulan IV 2016 justru mencatat adanya arus keluar sebagai dampak
divestasi yang terjadi di sektor perbankan tersebut di atas.

Perkembangan PMA menurut Sektor Ekonomi


Sejalan dengan kondisi triwulan IV 2016, sektor-sektor utama yang menarik aliran
masuk modal PMA selama tahun 2016 antara lain adalah sektor manufaktur,
perdagangan, serta sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan
negara asal investasi, arus masuk investasi langsung masih didominasi oleh
investor yang berasal dari kawasan ASEAN, disusul oleh investor dari negara
berkembang Asia lainnya (termasuk Tiongkok) dan Jepang (Grafik 17). Nilai
investasi dari ketiga kawasan tersebut selama periode laporan masingmasing
sebesar USD2,8 miliar, USD1,1 miliar, dan USD0,4 miliar, atau total sebesar
USD4,4 miliar. Sementara itu, investasi langsung dari Amerika Serikat pada
periode laporan mencatat net outflow atau defisit sebesar USD1,2 miliar. Kondisi

32
serupa juga terjadi padakeseluruhan tahun yang mencatat arus masuk investasi
langsung terbesar berasal dari negara di kawasan ASEAN, kemudian disusul oleh
negara berkembang Asia lainnya (termasuk Tiongkok) dan Jepang, dengan total
investasi sebesar USD15,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar USD15,1 miliar.

Perkembangan PMA menurut Negara Asal


Tanpa memperhitungkan dampak transaksi round-tripping di sektor perbankan
tersebut di atas,perkembangan PMA secara keseluruhan masih positif,yang
mengindikasikan masih tingginya kepercayaan investor terhadap kondisi
fundamental ekonomi Indonesia serta prospek pertumbuhan ekonomi ke depan.
Hal tersebut sejalan dengan data17 perkembangan realisasi PMA yang
dipublikasikan olehBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)1 yang
juga menunjukkan adanya peningkatan. Selama triwulan laporan, BPKM
mencatat realisasi PMA sebesar Rp101,3 triliun (ekuivalen dengan USD7,5
miliar), meningkat sekitar 1,6% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar Rp99,7 triliun (ekuivalen dengan USD7,4 miliar).Secara sektoral,
BPKM mencatat bahwa realisasi PMA terkonsentrasi pada sektor industri logam
dasar, barang logam, mesin dan elektronik; serta sektor pertambangan (masing-
masing dengan pangsa 14,3% dari total PMA), disusul sektor listrik, gas dan air
(pangsa 11,5%) dan industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi (pangsa 9,9%).
Berdasarkan negara asal investasi, Singapura mencatat nilai realisasi investasi
terbesar dengan nilai USD2,1 miliar, diikuti oleh Tiongkok (USD 1,1 miliar);
Jepang (USD 0,9 miliar); Amerika Serikat (USD 0,7 miliar); dan Hong Kong
(USD0,7 miliar).
Investasi Portofolio
Meningkatnya ketidakpastian perekonomian global pasca-Pemilu Presiden AS dan
ekspektasi
kenaikan Fed Fund Rate menyebabkan keluarnya dana asing dari Indonesia di
triwulan IV 2016. Hal ini tercermin dari investasi portofolio di sisi kewajiban
yang berbalik menjadi defisit sebesar USD0,4 miliar pada triwulan IV 2016,
setelah pada triwulan sebelumnya mengalami surplus sebesar USD4,6 miliar.

33
Data realisasi PMA BKPM mencatat keseluruhan nilai proyek yang direalisasikan
pada suatu periode dan tidak mencakup investasi di sektor migas, perbankan dan
lembaga keuangan lainnya, serta industri rumah tangga.

Perkembangan Investasi Portofolio


Pada triwulan IV 2016, aliran keluar dana asing dari instrumen Surat Utang
Negara (SUN)
berdenominasi rupiah mencapai USD0,6 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya
tercatat net inflow sebesar USD3,0 miliar. Sejalan dengan itu, posisi kepemilikan
asing pada SUN berdenominasi rupiah turun menjadi sekitar USD48,6 miliar
(43,8% dari total posisi SUN rupiah) di akhir triwulan laporan dari posisi akhir
triwulan sebelumnya sebesar USD50,8 miliar (44,9% dari total posisi SUN
rupiah).

Perkembangan Posisi Kepemilikan SBI & SUN oleh Asing


Arus keluar dana asing neto dari instrumen utang sektor publik selama triwulan
IV 2016 juga terjadi pada instrumen surat utang berjangka pendek berupa Surat
Perbendaharaan Negara, baik konvensional maupun syariah (SPN dan SPNS),
dengan total nilai USD0,6 miliar. Di sisi lain, pada triwulan laporan tercatat aliran
masuk dana asing dari penerbitan obligasi global pemerintah sekitar USD3,2
miliar. Secara keseluruhan, aliran masuk modal asing neto pada instrumen surat
utang sektor publik sepanjang triwulan IV 2016 tercatat sebesar USD1,5 miliar,
mengalami penurunan dibandingkan dengan aliran masuk pada triwulan
sebelumnya sebesar USD3,2 miliar.

Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG


Pada triwulan IV 2016, IHSG bergerak searah dengan pergerakan indeks harga
saham di bursa regional yaitu Malaysia dan Filipina yang berada dalam tren
penurunan. Adapun indeks harga saham di Singapura dan Thailand ditutup
menguat dibandingkan dengan harga penutupan akhir triwulan III 2016 .

34
Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN
Aktivitas pasar saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada triwulan IV 2016
diwarnai pula oleh tambahan dua emiten baru yang melakukan penawaran saham
perdana (IPO), yaitu PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) dan PT Bintang Oto
Global Tbk. (BOGA), dengan total emisi senilai Rp1,4 triliun atau setara dengan
USD104,5 juta. Nilai emisi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan total nilai
emisi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar Rp7,1triliun atau setara
USD547,0 juta dari enam emiten baru.

Investasi Portofolio menurut Sektor Institusi


Untuk keseluruhan 2016, surplus investasi portofolio neto meningkat menjadi
sebesar USD18,9miliar dari USD16,2 miliar pada tahun sebelumnya. Peningkatan
tersebut terutama dipengaruhi netinflows dari penjualan surat utang asing oleh
penduduk, sebagian besar terjadi pada triwulan III 2016, yang ditengarai terkait
dengan implementasi tax amnesty.

Investasi Lainnya
Pada triwulan IV 2016, investasi lainnya berbalik mencatat surplus sebesar
USD4,8 miliar, setelah sepanjang triwulan I sampai dengan triwulan III 2016
selalu mengalami defisit. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh
peningkatan surplus aset investasi lainnya dan didukung pula oleh penurunan
defisit kewajiban investasi lainnya.

Perkembangan Investasi Lainnya


Surplus aset investasi lainnya sektor swasta tercatat sebesar USD7,5 miliar pada
triwulan IV 2016,meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus pada
triwulan III 2016 maupun triwulan IV 2015. Besarnya surplus tersebut terutama
bersumber dari penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di luar
negeri yang diantaranya diindikasikan sebagai masuknya dana repatriasi dalam
rangka program amnesti pajak, dan penerimaan terkait pembayaran kembali
pinjaman yang pernah diberikan kepada nonresiden .

35
Transaksi Aset Investasi Lainnya Sektor Swasta
Di sisi kewajiban, transaksi investasi lainnya sektor swasta pada triwulan IV 2016
mencatat defisit sebesar USD2,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit
pada triwulan III 2016 sebesar USD2,6 miliar. Penurunan defisit tersebut terutama
dipengaruhi oleh net pembayaran pinjaman luar negeri swasta yanglebih rendah

Transaksi Kewajiban Investasi Lainnya Sektor Swasta


Sejalan dengan perkembangan di sektor swasta, kewajiban investasi lainnya
sektor publik pada triwulan IV 2016 juga mencatat defisit sebesar USD0,3 miliar,
lebih kecil dari defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD1,2 miliar.
Penurunan defisit tersebut terutama dipengaruhi neto pembayaran kewajiban
lainnya sektor publik yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.Sementara itu, sektor publik tercatat melakukan
net pembayaran pinjaman luar negeri sebesar USD0,2 miliar pada triwulan IV
2016, setelah pada triwulan sebelumnya melakukan net penarikan pinjaman luar
negeri sebesar USD0,3 miliar. Kondisi ini juga berbeda dengan triwulan IV 2015
yang mencatat net penarikan
pinjaman luar negeri. Penarikan pinjaman luar negeri pemerintah pada triwulan
laporan tercatat sebesar USD1,5 miliar, terdiri dari pinjaman program sebanyak
USD1,1 miliar dan sisanya sebesar USD0,4 miliar dalam bentuk pinjaman proyek.
Sebagian besar pinjaman
program tersebut berasal dari lembaga internasional ADB serta Pemerintah
Jerman dan Prancis, sementara pinjaman proyek terutama berasal dari IBRD dan
Pemerintah Tiongkok.

Perkembangan Pinjaman LN Sektor Publik


Untuk keseluruhan tahun 2016, investasi lainnya secara neto mencatat defisit
sebesar USD4,8 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada tahun
2015 sebesar USD10,1 miliar. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi
surplus di sisi aset investasi lainnya, terutama pada paruh kedua 2016,terkait
dengan masuknya dana repatriasi dalam rangka program amnesti pajak. Di sisi
lain, kewajiban investasi lainnya pada 2016 berbalik menjadi defisit, terutama

36
karena net pembayaran pinjaman luar negeri yang terjadi baik pada sektor publik
maupun swasta.

2.4 Bentuk Masalah Ekonomi Dalam Perekonomian Terbuka


Dalam perekonomian terbuka, masalah yang dihadapi suatu negara menjadi lebih
rumit, dan kebijakan yang perlu dirumuskan dan diiaksanakan pemerintah perlu
difikirkan dengan lebih baik. Dalam perekonomian tertutup hanya dua masalah
yang perlu difikirkan pemerintah dalam merumuskan kebijakan ekonomi, yakni
masalah pengangguran dan masalah inflasi. Dalam perekonomian terbuka, di
samping memperhatikan masalah tersebut harus pula diperhatikan efek dari
kebijakan pemerintah yang dirumuskan terhadap neraca pembayaran dan
kestabilan kurs pertukaran. Defisit dalarn neraca pembayaran akan menimbulkan
efek buruk terhadap kestabilan kurs pertukan. Pada akhirnya kedua masalah itu
akan menimbulkan efek buruk kepada masalah pengangguran dan kestabilan
harga-harga. pada dasarnya masalah yang dihadapi oleh sesuatu perekonomian
terbuka akan berbentuk salah satu dari empat masalah berikut :
1. Perekonomian menghadapi masalah pengangguran, tetapi terdapat surplus
dalam neraca pembayaran
2. Perekonomian menghadapi masalah inflasi tetapi terdapat surplus dalam
neraca Pembayaran.
3. Perekonomian menghadapi masalah pengangguran dan di samping itu
menghadapi masalah defisit dalam neraca pernbayaran.
4. Perekonomian menghadapi masalah inflasi dan di samping itu menghadapi
masaiah defisit dalam neraca pembayaran.

Dalam kasus (i) dan (ii) neraca pembayaran adalah dalam keadaan
menguntungkan (mempunyai surplus), maka yang perlu difikirkan hanyalah
mengatasi masalah pengangguran (kasus i) atau inflasi (kasus ii). Masalah yang
harus dihadapi meniadi lebih rumit apabila bentuk masalah yang dihadapi adalah
seperti dalam (iii) dan (iv). Pengangguran atau inflasi yang diikuti pula oleh
masalah defisit dalam neraca pembayaran memerlukan langkah langkah yang
secara serentak akan:

37
 mengatasi masalah pengangguran dan defisit dalam neraca pembayaran,
apabila perekonomian itu menghadapi masalah seperti yang dinyatakan
dalam (iii). Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah seperti ini
biasanya berbentuk kebiiakan memindahkan perbelanjaan.
 mengatasi inflasi dan defisit dalam neraca pembayaran apabila ekonomi
itu menghadapi masalah seperti yang dinyatakan dalam (iv). kebijiakan
pemerintah yang dijalankan akan meliputi langkah-
langkahyangdigolongkan kepada kebijakan mengurangkan perbelanjaan.

2.5 Kebijakan Pemerintah Dalam Perekonomian Terbuka


Kebijakan memindahkan perbelanjaan
Yang dimaksudkan dengan kebijakan memindahkan adalah langkah-langkah
pemerintah untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran yang akan
mengakibatkan pemambahan ekspor dan pengurargan impor. Kebijakan
memindahkan perbelanjaan dijalankan apabila defisit neraca pembayran wujud
kelika perekonomian juga nengbadapi masalah pengangguran. Langkah-langkah
yang akan rnengurangi impor dan mendorong konsumsi barang dalam negeri yaitu
:
1. Melakukan pembatasan impor Ini dapat dilakukan dengan menaikkan
pajak impor (tarif). Di samping itu dapat pula dijalankan denga
menggunakan kuota dan melakukan kampanye untuk membeli barang
dalam negri.
2. Menekan (mengurangi penggunaan valuta asing) Pemerintah (melalui
bank sentral mengatur penggunaan mata uang asing. Masyarakat dan para
pengusaha haruslah menerangkan tujuan mereka membeli valuta asing.
Pemerintah lebih mengutamakan pengguna valuta asing untuk mengimpor
barang keperluan pokok dan bahan mentah sektor industri dan tidak
mendorong usaha mengirnpor barang-barang mewah.
3. Menurunkan nilai mata uang (devaluasi). Langkah ini menyebabkan
barang impor menladi lebih mahal, dan akan mengurangi impor.
Sebaliknya barang ekspor menjadii rnurah di pasaran luar negeri den akan
menambah ekspor.

38
Kebijakan pengurangan pembelanjaan
Yang dimaksudkan dengan "kebijakan pengurangan perbelanjaan" adalah
langkah-langkah pemerintah untuk mengatasi masalah kurangan dalam neraca
pernbayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat dan tingkat kegiatan
ekonomi negara. Keadaan ini akan mewujudkan neraca pembayaran yang
menguntungkan atau seimbang. Kebijakan perbelanjaan dapat dilaksanakan
dengan mengambil langkah-langkah berikut:
1. Menaikkan pajak pendapatan. pajak ini akan mengurangi pendapatan
disposebel dan pengurangan itu akan mengurangi konsumsi rumah tangga.
2. Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang. Tuiuan ini dapat
dicapai dengan menjalankan kebijakan moneter, misalnya dengan
menaikkan tingkat cadangan minimum dan menaikkan suku bank (suku
diskonto). Pengurangan penawaran uang dan suku bunga yang tinggi akan
mempengaruhi investasi. Keadaan ini selanjutnva akan mengurangi
pengeluaran agregat.
3. Mengurangi pengeluaran pemerintah. Oleh karena pengeluaran pemerintah
adalah sebagian dari pengeluaran agregat, maka pengurangan pengeluaran
pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat. Langkah ini dan
langkah yang dinyatakan dalam (a) digolongkan sebagai kebijakan fiskal.

39
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar atau susunan sistematis yang


meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lainnya selama jangka waktu tertentu, biasanya selama satu tahun.
Mencakup pembelian dan penjualan barang – jasa dan transfer keuangan dari
individu dan pemerintah asing, begitu juga dengan transaksi financial. Dan
pencatatan transaksi tersebut menggunakan sistem akuntansi sehingga setiap
transaksi yang terjadi akan dicatat dua kali (double entry bookeping) dengan
menggunakan sistem debet-kredit.

Kurs dengan valuta asing (valas) merupakan suatu nilai pertukaran uang dengan
yang lain hanya saja yang membedakan dalam segi perdagangannya , dimana
valas merupakan alat pembayaran yang sah di negara lain . sedangkan kurs
merupakan perbedaan nilai mata uang antara negara satu dengan negara lain .
meskipun demikian valas dan kurs merupakan suatu kesatuan untuk menambah
pendapatan negara di dalam perekonomian internasional.

Dari uraian diatas juga dapat disimpulkan bahwa perekonomian terbuka atau
empat sektor adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan
impor degan negara lain. Perekonomian tebuka membuka peluang terjadinya
kegiatan perdagangan luar negeri masuknya arus modal masuk dan keluarnya arus
modal dari suatu negara.

40
3.2 Saran
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Negara-negara berkembang
umumnya memiliki defisit neraca perdagangan yang tinggi. Cara yang paling
mudah dan efektif untuk dapat menutup defisit perdagangan yang terjadi adalah
dengan pinjaman hutang. Apalagi jika tak ada lagi sumber pendanaan di dalam
negeri yang dapat diandalkan untuk menutup defisit tersebut. Hutang tersebut
dapat berupa pinjaman, bantuan, hibah, maupun bantuan teknis. Indonesia dewasa
ini jarang sekali mengalami surplus transaksi berjalan. Penyebab utama defisit
dalam anggaran pemerintah adalah pengeluran yang lebih besar dari pemasukan.
Maka dari itu Indonesia membutuhkan hutang luar negeri untuk membiayai defisit
tersebut.

Dengan demikian, hendaknya pemerintah bisa memanfaatkan pinjaman tersebut


dengan sebaik-baiknya yaitu digunakan untuk pembangunan negara dan
pemerintah harus bisa mengelola anggaran pemerintah dengan baik sehingga bisa
menekan pengeluaran negara agar tidak terjadi defisit anggaran. Selain itu juga
negara harus bisa meningkatkan ekspornya dibandingkan dengan impornya.

Bagi kita sebagai warga negara Indonesia hendaknya bisa membantu dalam
rangka menambah pemasukan anggaran negara, salah satunya yaitu dengan cara
membayar pajak tepat pada waktunya. Karena pajak merupakan salah satu
komponen dalam pemasukan anggaran negara.

41

Anda mungkin juga menyukai