Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Audit Hutang Jangka
Panjang : Pengujian Substantif terhadap Hutang Jangka Panjang.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian substantif adalah prosedur audit dimana auditor harus mengumpulkan bukti
audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan audit.
Pengujian substantif atas saldo utang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar
terbesar dalam neraca dan merupakan faktor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensa
jangka pendek penalan. Hutang usaha juga biasanya dipengaruhi oleh volume transaksi yang
tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan
audit atas saldo aktiva, audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada
asersi eksistensi atau kejadian. Masanya adalah bahwa manajemen termotivasi untuk
memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat
melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.
Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan
dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur
pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar
pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap
kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang
diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam implementasinya,
sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.
Sesuai tugas yang telah diberikan kepada kami, dengan demikian kami disini akan
membahas salah satu aspek yaitu, Audit Hutang Jangka Panjang : Pengujian Substantif
terhadap Hutang Jangka Panjang.
2.4 Asersi dalam akun hutang jangka panjang dan akun penilainnya
Pengujian Analitik
Pada tahap awal pengujian substantive terhadap utang jangka panjang, pengujian analisis
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dam dalam menentukan
bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor melakukan perhitungan
berbagai ratio berikut ini:
o Hitung Ratio
1. Ratio Hutang dengan Total Aktiva
Total Hutang
Rumus =
Total Aktiva
2. Ratio Hutang dengan Ekuitas
Total Hutang
Rumus =
Total Ekuitas
3. Ratio Times Interest Earned
Laba Bersih Usaha
Rumus =
Biaya BungaObligas
4. Ratio Biaya Bunga dengan Hutang
Biaya Bunga
Rumus :
Rerata Bunga
Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio, atau ratio yang dianggarkan. Pembanding ini
membantu auditor untuk mengungkapkan:
a. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
b. Perubahan akuntansi
c. Perubahan entitas
d. Fluktuasi acak
e. Salah saji
Pengujian Terhadap Transaksi Rinci
1. Usut penerimaan kas dari penarikan utang jangka panjang.
Penarikan kredit dari bank umumnya diterima oleh klien dengan cara membuka akun di
bank yang bersangkutan. Untuk mengetahui berapa jumlah utang yang telah dicairkan,
auditor meminta dari klien rekening koran bank untuk akun yang digunakan untuk
menampung pencairan kredit bank tersebut dalam periode sejak saat kredit tersebut disetujui
sampai dengan tanggal neraca. Untuk mengetahui apakah penggunaan dana yang diperoleh
dari kredit tersebut sesuai dengan yang disetujui oleh klien dan bank di dalam perjanjian
penarikan kredit, auditor melakukan analisis terhadap pengeluaran uang dari akun yang
digunakan untuk menampung dana dari kredit tersebut. Dengan memeriksa bukti yang
mendukung pengeluaran kas dari akun tersebut auditor akan dapat mengetahui apakah klien
menggunakan dana dari kredit tersebut sesuai dengan pasal yang bersangkutan di dalam
perjanjian penarikan kredit.
Pengeluaran obligasi mungkin dilakukan oleh klien secara tunai, ditukar dengan aktiva
tetap atau ditukar dengan utang jenis lain. Jika obligasi dijual dengan tunai, auditor harus
mengusut penerimaan uang tersebut ke dalam buku jurnal penerimaan kas. Auditor juga
harus menverifikasi pencatatan premi dan diskonto obligasi yang timbul dalam pengeluaran
obligasi. Jika obligasi dikeluarkan dengan ditukar aktiva tetap, auditor harus memeriksa nilai
aktiva yang diterima dalam pertukaran tersebut serta otorisasi mengenai penerimaan aktiva
tersebut serta pencatatannya. Pengeluaran obligasi dengan cara mengubah utang jenis lain
umumnya terjadi dalam peristiwa reorganisasi perusahaan. Dalam hal ini auditor haru
mereview perjanjian reorganisasi dan pencatatannya.
2. Mintalah konfirmasi dari trust company
Jika pengurusan obligasi diserahkan kepada trust company, auditor harus mengirimkan
konfirmasi kepada perusahaan tersebut mengenai jumlah obligasi yang beredar pada tanggal
neraca, jumlah obligasi yang dikeluarkan dan dilunasi dalam tahun yang diperiksa dan
berbagai informasi yang lain seperti jumlah sinking fund.
3. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran bunga.
Auditor berkepentingan untuk mengetahui apakah klien malkukan pembayaran bunga
sesuai dengan yang disanggupinya pada saat penandatanganan perjanjian penarikan kredit.
Untuk itu auditor melakukan pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang mendukung transaksi
pembayaran bunga yang terjadi dalam tahun yang diperiksa. Informasi yang dikumpulkan
dari pemeriksaan bukti ini adalah mengenai: apakah otorisasi yang tercantum di dalam bukti
kas keluar untuk pembayaran bunga sesuai dengan system otorisasi yang berlaku; apakah
tanggal pembayaran bunga sesuai dengan yang tercantum dalam surat perjanjian penarikan
kredit; apakah perhitungan bunga yang menjadi kewajiban klien telah dilakukan dengn teliti.
Bunga obligasi dilakukan sendiri oleh klien secara periodic, atau dapat diserahkan
pengurusan pembayarannya kepada bank. Untuk mengetahui beban bunga obligasi periode
akuntansi tertentu, disamping tariff bunga obligasi dan tanggal pembayaran bunganya, juga
harus ditentukan amortisasi premi dan diskonto obligasi.
Jika pembayaran bunga obligasi dilakukan sendiri oleh klien, jumlah bukti kas keluar
untuk pembayaran bunga ini harus dicocokkan dengan daftar nama pemegang saham obligasi
pada tanggal pembayaran bung. Jika pembayaran bunga obligasi dilakukan oleh disbursing
agent, klien mengirimkan uang kepada agent tersebut untuk sejumlah bunga yang harus
dibayar. Auditor harus meminta surat pernyataan dari agent tersebut mengenai berapa jumlah
uang klien yang masih berada di tangan agen tersebut pada tanggal neraca.
4. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran pokok pinjaman.
Auditor berkepentingan untuk mengetahui apakah klien memenuhi kewajiban pelunasan
utang jangka panjangnya sesuai yang tercantum didalam perjanjian kredit. Untuk itu auditor
memeriksa dokumen-dokumen yang mendukung transaksi pelunasan atau angsuran kredit
jangka panjang yang terjadi dalam tahun yang diperiksa. Dalam pemeriksaan terhadap
dokumen pendukung transaksi pembayaran pokok pinjaman ini auditor mengumpulkan
informasi mengenai; otorisasi yang tercantum di dalam bukti kas keluar; tanggal pembayaran
dan jumlah pokok pinjaman yang dibayar dalam tahun yang diperiksa.
Obligasi yang telah dilunasi harus dibedakan dari obligasi yang belum dikeluarkan dan
dari obligasi yang dimiliki sebagai treasury bond. Oleh karena itu pengendalian yang baik
mewajibkan klien untuk memberikan tanda khusus (dengan profesi atau tanda yang lain) atas
obligasi yang telah dilunasi. Jika obligasi dilunasi sebelum saat jatuh temponya, akan terjadi
laba atau rugi pelunasan tersebut. Auditor harus memverifikasi apakah klien telah
menghitung laba atau rugi pelunasan obligasi tersebut. Semua akun yang bersangkutan
dengan obligasi yang dilunasi tersebut harus di adjust dengan adanya transaksi pelunasan
tersebut.
5. Periksa polis asuransi aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka
panjang.
Dalam pemeriksaan terhadap aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka
panjang, auditor berkepentingan untuk mengetahui informasi berikut ini:
- Jenis aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang
- Nilai aktiva yang dijaminkan tersebut
- Cukup atau tidaknya penjelasan di dalam laporan keuangan mengenai jenis dan nilai
aktiva yang telah dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang.
- Ccukup atau tidaknya jumlah pertanggungan asuransi yang ditutup oleh klien dalam
rangka memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh kredit di dalam surat perjanjian
penarikan kredit.
6. Periksa polis asuransi aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka
panjang.
Auditor harus mereview besarnya jumlah pertanggungan asuransi aktiva yang
dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang. biasanya yang dipakai sebagai pedoman
auditor dalam penilaian cukup tidaknya jumlah pertanggungan adalah jumlah pertanggungan
yang tercantum didalam surat perjanjian kredit atau trust indenture. Disamping itu, auditor
juga harus melihat cukup tidaknya jumlah pertanggungan tersebut dari sudut taksiran nilai
pasar aktiva yang dijamiinkan tersebut pada saat pemeriksaan auditor dilakukan.
7. Periksa kepautahn klien terhadap batasan yang dikenakan oleh kreditur.
Para kreditur dan calon kreditur berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai
dipatuhinya batasan-batasan yang telah disanggupi oleh klien didalam surat perjanjian
penarikan kredit atau trust indenture. Oleh karena itu didalam pengujian substantive terhadap
utang jangka panjang, auditor berkewajiban untuk mengumpulkan informasi mengenai
apakah klien mematuhi batasan-batasan yang dikenakan terhadpa klien selama jangka waktu
kredit. Jika batasan tersebutu mengenai larangan bagi klien untuk membagikan dividen
selama jangka waktu kredit, maka auditor melakukan pemeriksaan terhadap notulen rapat
pemegang saham untuk memperoleh keyakinan bahwa dalam jangka waktu kredit tersebut
tidak terjadi keputusan pemegang saham untuk mebagikan dividen. Jika batasan tersebut
menyangkut kewajiban klien untuk mempertahankan modal kerja dalam jumlah tertentu,
maka auditor harus memeriksa rata-rata jumlah modal kerja klien dalam tahun yang
diperiksa, apakah memenuhi jumlah tertentu yang diminta tersebut.
8. Periksa dokumen yang mendukung transaksi treasury bond.
Seringkali klien membeli kembali obligasi yang telah dikeluarkannya. Obligasi ini
disebut dengan istilah treasury bond; tidak boleh diperlakukan sebagai kativa perusahaan,
tetapi disajikan didalam neraca sebagai pengurang utang obligasi sebesar nilai nominalnya.
Meskipun bukan merupakan aktiva perusahaan namun demikian treasury bond ini dapat
dipakai oleh perusahaan jaminan penarikan utang.
Transaksi yang berhubungan dengan treasury bond harus memperoleh otorisasi dari
dewan komisaris. Oleh karena itu, dalam melakukan pemeriksaan terhadap transaksi treasury
bond auditor harus mereview notulen rapat dewan komisaris yang bersangkutan dengan
pembelian dan penjualan treasury bond. Auditor harus membuat daftar obligasi yang ada di
tangan klien sebagai treasury bond. Jika treasury bond berada di tangan pihak luar, auditor
harus mengirimkan konfirmasi kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Bunga treasury bond
tidak boleh diperlakukan sebagai biaya bunga, karena perusahaan tidak mungkin membayar
bunga atas obligasi yang dikeluarkannya sendiri dan yang berada di tangannya sendiri.
9. Verifikasi perhitungan bunga, amortisasi premi dan diskonto dan utang bunga
obligasi.
Jika daftar obligasi diperoleh auditor dari klien, auditor harus melakukan verifikasi
perhitungan bunga obligasi yang tercantum didalam daftar tersebut. Jika bunga obligasi
dibayarkan setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober, maka beban bunga obligasi untuk tahun
tertentu hanya meliputi periode 12 bulan. Bunga yang dibayarkan tanggal 1 Oktober adalah
untuk periode peminjaman 6 bulan sebelumnya. Dengan demikian pada tanggal neraca harus
dicantumkan adanya utang bunga obligasi untuk periode 1 Oktober sampai dengan 31
Desember (3 bulan). Auditor harus mengadakan verifikasi terhadap perhitungan utang bunga
obligasi yang dicantumkan oleh klien di dalam daftar tersebut.
Dalam pengeluaran obligasi, klien tidak selalu dapat memperoleh harga obligasi sebesar
nilai nominalnya. Jika obligasi dikeluarkan di bawah nilai nominalnya, timbul diskonto
obligasi. Jika dikeluarkan di atas nilai nominalnya, timbul premi obligasi. Diskonto obligasi
ini pada dasarnya merupakan persekot pembayaran biaya bunga obligasi, sedangkan premi
obligasi merupakan pengurang beban bunga obligasi yang diterima di muka oleh perusahaan
yang mengeluarkan obligasi tersebut. Dengan demikian diskonto dan premi obligasi harus
diamortisasi selama umur obligasi dan diperlakukan sebagai adjustment terhadap beban
bunga.
Disamping premi dan diskonto obligasi, adjustment terhadao beban bunga obligasi dapat
juga berasal dari biaya pengeluaran obligasi. Dalam pengeluaran obligasi, perusahaan harus
membayar trustee, biaya pencetakan sertifikat obligasi, biaya promosi, biaya auditor, biaya
penasehat hokum. Biaya-biaya tersebut dapat dibebankan sekaligus dalam periode terjadinya,
tetapi dapat pula diamortisasi selama umur obligasi. Jika obligasi dijual dengan menghasilkan
premi, biaya pengeluaran obligasi ini dapat dikurangkan dari jumlah premi tersebut, dan
jumlah premi bersih ini kemudian diamortisasi sebagai adjustment terhadap beban bunga
obligasi. Auditor harus melakukan verifikasi perhitungan amortisasi premi, diskonto dan
baiya pengeluaran obligasi menjadi beban tahun yang diperiksa.