Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menghadapi persaingan bisnis, suatu badan usaha haruslah
benar-benar memperhatikan hal yang sangat fundamental yaitu berkenaan
dengan permodalan. Suatu perusahaan diharapkan dapat proaktif dalam
menghadapi persaingan yang ada. Pihak perusahaan harus memberikan perhatian
penuh dalam masalah penggunaan dan penyediaan dana. P e n ye d i a a n d a n a
d a p a t b e r a s a l d a r i s u m b e r i n t e r n a l ya n g m e l i p u t i l a b a d i t a h a n
d a n sumber eksternal yang meliputi hutang jangka panjang, hutang jangka
pendek, dan modal saham. Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan dananya dengan mengutamakan sumber dana yang
berasal dari dalam. Namun karena adanya pertumbuhan perusahaan, maka
mengakibatkan kebutuhan dana makin besar, sehingga dalam memenuhi
sumber dana tersebut, perusahaan dapat menggunakan sumber dana
dari luar perusahaan yaitu hutang. Dengan demikian, perlu adanya
pengendalian dan pemeriksaan terhadap akun utang baik jangka pendek maupun
jangka panjang untuk menghindari adanya fraud yang merugikan bagi banyak
pihak.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah Pemeriksaan Utang Jangka Pendek dan Jangka
Panjang adalah:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengauditan.
2. Memberikan pembahaman kepada pembaca tujuan, prosedur, fraud, hingga
pengendelian internal dalam akun utang jangka pendek dan jangka panjang.
3. Memberikan gambaran kepada pembaca pentingnya pengendalian yang baik
terhadap akun utang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Pemeriksaan Utang Jangka Pendek dan Jangka Panjang.


Tujuan dari diadakannya pemeriksaan utang jangka pendek dan utang jangka panjang
adalah sebagai berikut.
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang berkaitan
dengan utang jangka pendek dan jangka Panjang
2. Membuktikan keberadaan dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang
jangka pendek dan jangka panjang yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkpaan saldo utang yang disajikan di neraca
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang dan
jangka pendek sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

B. Prosedur Pengujian Subtantif Terhadap Utang Jangka Pendek dan Jangka


Panjang.
Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum
sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan
dalam lima tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal
Auditor perlu melakukan rekonsiliasi antara informasi utang yang dicantumkan
di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya perlu agar auditor
diperoleh keyakinan bahwa informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca
didukung dengan catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu,
auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi
informasi utang jangka pendek dan jangka panjang di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan:
a. Usut saldo utang jangka panjang dan jangka pendek yang tercantum di
neraca ke saldo akun utang yang bersangkutan di dalam buku besar.
b. Hitung kembali saldo akun di buku besar.

2
c. Usut saldo awal akun utang ke kertas kerja tahun lalu.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa.
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang jangka pendek dan
jangka panjang ke jurnal yang bersangkutan.
f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang dengan akun control utang di
buku besar.
2. Prosedur Analitik
Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
intensif. Untuk itu auditor melakukan perhitugan berbagai ratio berikut:
a. Rasio perputaran utang usaha = Pembelian/Rata-rata Utang Usaha
b. Rasio utang usaha dengan utang lancar = Saldo utang usaha/Utang lancer
c. Rasio Utang dengan total aktiva = Total Utang/Total Aktiva
d. Rasio Utang dengan modal = Total Utang/Total Equitas
e. Rasio Times interest earned = Laba Bersih Usaha/Biaya Bunga Obligasi
f. Rasio Biaya bunga dengan utang = Biaya Bunga/Rata Utang

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan


auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio, atau ratio yang dianggarkan.
Pembanding ini membantu auditor untuk mengungkapkan peristiwa
atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan entitas,
fluktuasi acak, dan salah saji.
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
a. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang jangka Panjang dan
jangka pendek ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
b. Periksa pengkreditan akun utang ke dokumen pendukung bukti kas keluar
(voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.
c. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas
keluar, memo debit untuk retur pembelian
d. Periksa aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang dan
jangka pendek
e. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pembelian dan retur
pembelian

3
f. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
g. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang jangka Panjang dan
jangka pendek dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.
h. Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi pengeluaran kas.
i. Periksa adanya utang-utang yang tidak dicatat.
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk memverifikasi
keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, kewajiban, penyajian dan
pengungkapan utang jangka Panjang dan jangka pendek di neraca. Prosedur
yang dilakukan antara lain:
a. Lakukan konfirmasi utang jangka Panjang dan jangka pendek.
b. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang setelah
tangal neraca.
c. Lakukan rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
bulanan yang diterima oleh klien dari debitur.
d. Minta dan pelajari surat perjanjian penarikan kredit jangka panjang maupun
jangka pendek
5. Verifikasi Penyajian dan pengungkapan
a. Periksa klasifikasi utang di neraca.
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh
temponya. Jika jumlahnya material, utang usaha harus disajikan di neraca
menjadi tiga golongan: (a) Utang usaha kepada kreditur usaha (b) Utang
usaha kepada perusahaan afiliasi (c) Utang usaha kepada direksi, pemegang
saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha.
Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva
tidak lancar, maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam
kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari
pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan
(modal kerja).

4
c. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang.
Utang jangka Panjang atau jangka pendek yang dijamin dengan aktiva harus
diungkapkan secara memadai di neraca atau dalam penjelasan laporan
keuangan.
d. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum
diungkap dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan
dengan utang usaha tersebut.
e. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan
pekerjaan lapangan. Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan
berpotensi menimbulkan utang bersyarat.
f. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
g. Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang
melibatkan klien.
h. Kirimkan konfirmasi ke bank.
Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang
menjadi tanggung jawab klien pada tanggal neraca.
i. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

C. Profile Akun Utang Jangka Pendek dan Utang Jangka Panjang


1. Kewajiban Jangka Pendek
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 172), Liabilitas (obligation) kini entitas yang
timbul dari peristiwa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas,
penyerahan aset lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan
liabilitas lain, atau konversi liabilitas menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat
dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur membebaskan atau membatalkan
haknya.
Menurut PSAK (IAI, 2009 : 1.8 ), Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai
liabilitas jangka pendek, jika :
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan , atau

5
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
Contoh perkiraan yang digolongkan sebagai liabilitas jangka pendek:
a. Utang usaha (account payable).
Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara
kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.
b. Pinjaman dari bank jangka pendek (short term loan).
Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian
kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working
capital loan) ataupun kredit rekening koran (overdraft facility).
c. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang
atau sama dengan satu tahun (current portion of long term loan).
Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang
yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari
liabilitas jangka panjang ke liabilitas jangka pendek.
d. Utang pajak (tax payable).
Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya.
e. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses).
Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi
baru akan dilunasi dalam periode berikutnya.
f. Voucher payable – dalam hal digunakan voucher system.
g. Utang dividen (dividend payable).
h. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue).
i. Utang muka penjualan.
j. Utang pemengang saham.
k. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan
datang.
l. Utang bunga.
m. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus).
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang pelunasannya atau jatuh
temponya lebih dari satu tahun atau satu periode akuntansi mana yang lebih

6
lama. Contoh dari utang jangka panjang adala hutang hipotik, utang obligasi,
wesel bayar jangka panjang, kewajiban pensiun, kewajiban lease dll.

Kewajiban Jangka Panjang meliputi hutang-hutang yang dapat dilunasi dalam


jangka waktu lebih dari 1tahun. Yang termasuk Hutang Jangka Panjang adalah
sebagai berikut:
a. Hutang Obligasi (Bond Payable)
Yaitu: pinjaman jangka panjang dengan menjual obligasi, baik didalam
maupun di luar negeri. Contoh : Registered Bonds, Coupon Bonds atau
Bearer Bonds, Term Bonds, Serial Bonds, Convertible Bonds, Callable
Bonds, Secured Bonds, Unsecured Bonds
b. Kredit Investasi (Long Term Loan)
Yaitu : pinjaman dari bank/non bank untuk pembelian Aktiva Tetap, kecuali
tanah
 Jika pinjaman berasal dari luar negeri off-shore loan
 Tingkat bunga off-shore loan lebih rendah dari tingkat bunga pinjaman
dalam negeri
 Tingkat bunga kreditinvestasi lebih rendah dari tingkat bunga kredit
modal kerja (working capital loan) penyebab antara lain:
- Jumlah kredit investasi lebih besar dari jumlah kredit modal kerja
- Kredit investasi digunakan untuk pembelian aktiva tetap
- Jangka waktu pengembalian kreditinvestasi lebih dari satu tahun
c. Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes)
Wesel yang jatuh tempo lebih dari satu tahun
Yaitu: pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar
jumlah, tanggal dan tingkat bunga tertentu.
d. Hutang kepada Pemegang Saham atau kepada Perusahaan Induk (Holding
Company) atau kepada Perusahaan Afiliasi (Affiliated Company)
Yaitu : pinjaman untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi
yang baru mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman.

7
e. Hutang Subordinasi (Subordinated Loan)
Yaitu : hutang kepada pemegang saham atau perusahaan induk, yang tanpa
bunga, dibayar kembali pada saat perusahaan telah mempunyai kemampuan
untuk membayar kembali hutangnya
f. Bridging Loan
Yaitu : pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika kredit investasi
yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh
•Tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat bunga pasar
• Dapat berupa short term loan atau long term loan
g. Hutang Leasing (hutang dalam rangka sewa guna)
Yaitu : hutang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian
aktiva tetap (dalam bentuk capital lease atau sales and lease back). Dicicil
dalam jangka panjang. Hutang leasing yang jatuh tempo dalam waktu
kurang dari 1 tahun dikelompokkan sebagai kewajiban jangka pendek, dan
sebaliknya.

D. Identifikasi Fraud Yang Terjadi Pada Akun Hutang

Sejumlah akun tertentu sangat rentan terhadap manipulasi dan pencurian.


Kepedulian auditor terhadap tanda – tanda peringatan akan adanya kecurangan,
termasuk teknik pendeteksian kecurangan akan meningkatkan kemungkinan
auditor untuk dapat mengidentifikasi salah saji material yang diakibatkan oleh
kecurangan. Dari berbagai akun yang memiliki risiko manipulasi atau pencurian
yang tinggi, salah satunya termasuk akun hutang.

Kasus kecurangan yang melibatkan utang usaha cukup biasa terjadi, meskipun
tidak sesering kecurangan yang melibatkan pendapatan atau persediaan.
Pelaporan kurang saji utang usaha akan mengakibatkan saldo pembelian dan harga
pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan akibatnya akan membuat angka laba
menjadi lebih tinggi.

Perusahaan dapat secara sengaja melaporkan utang usaha menjadi lebih rendah
dan laba lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak mencatat utang usaha
pada akhir tahun hingga periode berikutnya, atau mencatat pengurangan fiktif atas

8
utang usaha. Sesuai dengan prinsip akuntansi, semua pembelian barang dagang
yang dilakukan secara kredit harus dicatat dengan mendebet akun pembelian atau
persediaan barang dagang dan mengkredit akun utang usaha.

Seluruh transaksi pembelian barang dagang dapat diperiksa kelengkapannya


dengan cara menelusuri laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak.
Apabila laporan penerimaan barang tidak bernomor urut tercetak, atau perusahaan
dengan sengaja menghilangkan laporan penerimaan barang, maka akan menjadi
sulit bagi auditor untuk memeriksa apakah semua utang usaha telah dicatat.

Untuk menghadapi situasi seperti diatas, bukti analitis (misal perubahan rasio
yang tidak biasa) dapat menjadi petunjuk bahwa utang usaha telah dilaporkan
lebih rendah. Dalam hal ini, tujuan auditor melakukan prosedur analitis adalah
untuk menaksir saldo utang usaha, dan juga sekaligus menetapkan hubungan
antara akun utang usaha dengan akun kunci lainnya (yaitu akun pembelian atau
persediaan barang dagang). Prosedur analitis yang lazim dilakukan auditor untuk
memastikan kelengkapan utang usaha adalah dengan membandingkan antara
besarnya harga pokok penjualan atau pembelian dengan saldo utang usaha
(menganalisis tingkat perputaran utang usaha). Suatu penurunan yang tidak
normal pada tingkat perputaran utang usaha bisa menjadi indikator adnya kurang
saji utang usaha.

Kecurangan signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam


bentuk pembayaran uang kas perusahaan kepada pemasok fiktif, atau bisa juga
melalui penyelewengan atas potongan pembelian yang seharusnya diperoleh
perusahaan. Pembayaran uang kas perusahaan kepada pemasok fiktif dapat
dicegah apabila penbayaran dilakukan hanya kepada pemasok yang telah disetujui
perusahaan dan setelah seluruh dokumen pendukung transaksi pembelian
transaksi pembelian diperiksa oleh pejabat yang berwenang. Sedangkan
penyelewengan atas potongan pembelian dapat dicegah dengan adanya pemisahan
tugas yang jelas antara bagian pembelian, pembayaran, dan pencatatan. Jenis
kecurangan lainnya yang menyangkut pembayaran atas utang usaha adalah
dengan mengajukan kembali faktur tagihan yang sudah lunas untuk mendapatkan
pembayaran ganda. Kecurangan semacam ini dapat dicegah dengan cara memberi

9
stempel lunas pada setiap faktur tagihan yang telah dibayarkan sehingga tidak
dapat digunakan kembali untuk dimintakan pembayaran ulang.

E. Penyajian yang Benar Sesuai PSAK/IFRS Akun Utang Jangka Pendek dan
Jangka Panjang.
1. Klasifikasi Liabilitas
Suatu liabilitas menurut PSAK No. 1 Paragraf 67, masuk klasifikasi “Jangka
Pendek” (atau Lancar) apabila:
a. Diharapkan bisa diselesaikan dalam kurun waktu operasional normal
perusahaan; atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal
laporan posisi keuangan; atau
c. Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
laibilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu
liabilitas diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”, antara lain:
a. Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal
perusahaan berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang,
promes, kewajiban sewa jangka panjang.
b. Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan,
misalnya: kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang
penyelesaiannya belum diketahui secara pasti.
2. Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas
Mengacu pada IFRS, metode pengukuran liabilitas yang umum digunakan
adalah historical cost (modified cost historis). Pengukuran dengan metode
fair value digunakan pada awal pengukuran yang melibatkan liabilitas yanb
berhubungan dengan leases (IAS 17) dan IFRS 3 mengenai kombinasi bisnis
(business combination). Nilai wajar adalah (IAS 17 par 4) adalah sejumlah
asset yang bias ditukar atau kewajiban diselesaikan antara pihak terkait, pihak
yang bersedia dalam transaksi. Sehingga kewajiban yang timbul dari financial
lease diakui awalnya dengan metode fair value atau dengan nilai sekarang

10
dari pembayaran lease minimum (IAS 17 par. 20) pada
tahun berikutnya, liabilitas diukur dengan metode kos yang diamortisasi
(amortized cost).
3. Penyajian dan Pengungkapan Liabilitas
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 mengatur bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut
urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih
dahulu dari kewajiban jangka panjang . Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No.
1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kriteria tersebut adalah
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan, atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.

Penyajian akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi


pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca.
Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut
jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut likuiditasnya.

Penyajian akun kewajiban jangka panjang pada perusahaan yang mempunyai


banyak hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya
melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan catatan atas
laporan keuangan. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban,
tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang
dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai
jaminan.

F. Teknik Audit Pemeriksaan Akun Utang Berbasis Digital/CAAT

Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka


auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited

11
audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang
telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam
prosedur analitis.
2. Memilih sampel utang jangka panjang dan jangka pendek untuk konfirmasi.
3. Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua
dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.
4. Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan
(seperti salinan perjanjian kredit, platon kredit, perhitungan bunga dan bukti
pembayaran bunga)
5. Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek
computer
6. Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar
pada akun liabilitas jangka panjang dan jangka pendek.

G. Jurnal Adjustment Atas Pemeriksaan


1. Contoh Soal Utang Pajak :
Selama bulan januari 2009 PT D menjual barang dagangan kena PPN sebesar
10%.
 Jurnal penjualan selama bulan januari :
Piutang usaha Rp. 110.000.000,-
Penjualan Rp. 100.000.000,-
PPN Keluaran Rp. 10.000.000,-
(Perhitungan : Rp. 100.000.000,- X 10% = Rp. 10.000.000,-)

 Jurnal penyesuaian pada akhir bulan januari :


PPN keluaran Rp. 10.000.000,-
Utang pajak Rp. 10.000.000,-

12
2. Contoh Soal Utang Wesel :
Bank A pada tanggal 1 oktober 2008 setuju memberikan pinjaman kepada PT
B sebesar 5000000 untuk itu PT B harus menandatangi promes dengan bunga
10% yang berjangka waktu 5 bulan.
 Jurnal penerimaan kas oleh PT B :
Kas Rp. 6.000.000,-
Utang wesel Rp. 6.000.000,-
Saat tutup tahun, 31 desember 2008, PT B membuat jurnal penyesuaian untuk
biaya bunga selama tiga bulan (okt-des).
Biaya bunga Rp. 150.000,-
Utang bunga Rp. 150.000,-
(Perhitungan : Rp. 6000.000,- X 10% X 3/12 = Rp. 150.000,-)

 Jurnal saat pembayaran utang wesel, 1 maret 2009 :


Utang wesel Rp. 6000.000,-
Utang bunga Rp. 150.000,-
Biaya bunga Rp. 100.000,-
Kas Rp. 6.750.000,-
Keterangan :
- Utang biaya Rp. 150.000,- telah dibebankan pada tahun 2008.
- Biaya bunga Rp. 100.000,-, biaya bunga untuk bunga bulan januari.
- Biaya bunga 100000, biaya bunga untuk bunga bulan januari dan
februari 2009.

H. Penguatan atas Pengendalian Internal Akun Utang.


1. Prosedur Pengendalian Dan Pengujian Transaksi Utang Jangka Panjang
Terdapat beberapa pengendalian umum yang harus ada untuk kepentingan asersi
atas utang jangka panjang, yaitu:

a. Keterjadian Dan Otorisasi


Entitas harus memiliki pengendalian untuk memastikan bahwa adanya
pinjaman jangka panjang secara layak dimulai oleh orang yang memiliki
otorisasi. Kecukupan dokumentasi harus memverifikasikan bahwa wesel

13
atau obligasi diotorisasi dengan layak. Adanya kecukupan dokumentasi,
memungkinkan auditor untuk menilai bahwa transaksi tersebut telah
dilaksanakan dengan tepat atau tidak. Adanya perjanjian utang yang
dignifikan harus disetujui oleh dewan komisaris atau oleh eksekutif yang
telah didelegasikan wewenang ini. Entitas yang sering melakukan aktivitas
peminjaman harus memiliki pengendalain umum atau khusus. Jika direktur
keuangan atau eksekutif yang sama bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan maupun akuntansi transaksi utang jangka panjang, badan
eksekutif lainnya harus memberikan review dan persetujuan menyeluruh
dalam risalah. Jka klien memiliki pengendalian yang layak atas penerbitan
transaksi utang akan lebih mudah bagi auditor menguji transaksi tersebut
untuk asersi kelengkapan dan otorisasi pada akhir periode.
b. Kelengkapan
Klien harus memlihara catatan rinci ynag memadai atas transaksi utang
jangka panjang untuk memastikan bahwa seluruh pinjaman dan pembayaran
kembali pokok utang serta bunganya dicatat dengan memadai. Satu
pendekatan untu menangani transaksi utang terinci adalahmemelihara buku
besar pembantu yang berisi informasi mengenai seluruh utang jangka
panjangyang dipinjam oleh klien. Jumlah utang yang dicatat dibuu besar
pembantu harus direkonsiliasikan ke akun pengendali buku besar umum
secara teratur.
c. Penilaian
Transaksi wesel dan obligasi dicatat dalam catatan akuntansi pada nilai
nominalnya ditambah atu dikurangi adanya premi atau diskonto. Premi atau
diskonto harus diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif untuk
menghitung beban bunga. Kadang kala entitas menanggung biaya
penerbitan seperti biaya penjamin emisi, biaya hukum dan biay akuntansi.
Biaya seperti itu harus dicatat sebagai beban yang ditangguhan dan
diamortisasi selama umur utang. Isu penilaian untuk investasi pendanaan
yang rumit adalah jauh lebih kompleks. Meskipun klien memiliki prosedur
pengendalian untuk memastikan bahwa utang jangka panjangdinilai dengan

14
tepat, klien bisa meminta auditor untuk membantu dalam pencatatan utang
secara memadai.
d. Pengungkapan-Klasifikasi
Pengendalian harus memastikan bahwa wesel dan obligasi diklasifikasikan
dengan tepat dalam laporan keuangan. Isu utamanya adalah untuk
mengklasifikasikan dengan tepat bagian utang jangka panjang yang akan
jatuh tempo tahun depan sebagai kewajiban jangka pendek.
2. Internal control yang baik untuk hutang jangka pendek adalah :
a. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian. Bagian penerimaan
barang, bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak
(prenumbered), untuk permintaan pembelian , order pembelian, dan laporan
penerimaan barang.
c. Adanya system otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan hutang.
d. Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yangbesar,
dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis
dalam amplop tertutup ke panitia tender.
e. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk hutang dagang, dan
setiap akhir bulan jumlah saldo hutang dagang menurut buku tambahan
harus dibandingkan dengan saldo hutang dagang menurut general ledger
yang merupakan perkiraan pengendali.
f. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (fakturin voice)
harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report
dan purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli
melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang diterima.
g. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses
pembayaran kedua kalinya.

15
I. Studi Kasus
Diduga ada fraud dalam kasus gagal bayar Duniatex, Bareskrim lakukan investigasi
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri telah memulai investigasi terhadap enam
entitas Duniatex Group yaitu PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT), PT Delta Dunia
Textile (DDT), PT Delta Merlin Sandang Textile (DMST), Delta Dunia Sandang Textile
(DMST), PT Delta Setia Sandang Asli Tekstil (DSSAT) and Perusahaan Dagang dan
Perindustrian Damai alias Damaitex. Investigasi dilakukan lantaran Duniatex diduga
melakukan fraud, penggelapan, pengabaian, dan pencucian uang.

Investigasi dilakukan akibat utang menggunung yang kini ditanggung Duniatex. Tercatat
enam entitas tersebut memiliki total utang senilai Rp 18,79 triliun atau setara US$ 1,33
miliar yang berasal 24 pinjaman bilateral, tiga utang sindikasi, dan utang obligasi.
Sejumlah kreditur bank Dunaitex juga disebut telah dipanggil Bareskrim untuk dimintai
keterangannya. Ada kecurigaan terhadap Duniatex, auditornya, penilai, pemasok,
pengawas dan bankir, menurut surat dari Bareskrim

Meski demikian, Debtwire memprediksi utang Duniatex bisa mencapai US$ 2 miliar
yang berasal dari lebih 40 kreditur jika melibatkan lini bisnis propertinya.

Sebagai informasi, enam entitas Duniatex tersebut saat ini juga tengah menghadapi
perkara hukum. Mereka diajukan untuk menjalani Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Semarang. Permohonan diajukan oleh salah satu
pemasoknya yaitu PT Shine Golden Bridge. Perkara terdaftar dengan nomor 22/Pdt.Sus-
PKPU/2019/PN Niaga Smg pada 11 September 2019 lalu.

Masih dari lansiran Debtwire, dalam permohonannya Shine Golden diketahui menagih
utang senilai Rp 1,69 miliar atau setara US$ 121.000. Shine Golden juga disebut hendak
menyeret entitas properti Duniatex yaitu PT Delta Merlin Dunia Properti (DMDP) ke
dalam proses PKPU, meskipun DMDP tak jadi termohon dalam perkara.

Perkara kredit macet Duniatex bermula dari kegagalan DDST membayar bunga senilai
US$ 13,4 juta pada 10 Juli 2019 atas pinjaman sindikasi senilai US$ 260 juta. Kegagalan
tersebut kemudian merembet, DMDT yang menerbitkan obligasi global senilai US$ 300
juta pada 12 Maret lalu gagal membayar bunga pertamanya senilai US$ 12,9 juta pada 12

16
September 2019. Padahal dalam prospektusnya, DMDT punya kewajiban untuk
menysihkan pembayaran bunga pertama dari hasil penjualan bersih obligasinya tersebut.

Sebelumnya saat ditemui Kontan.co.id di Mall Kota Kasablanka, Jakarta Selatan pada 9
Agustus 2019 lalu Humas Duniatex Group Donalia S Erlina, dan Direktur AJ Capital
Advisory yang bertindak sebagai konsultan keuangan Duniatex juga mengaku telah
menyimpan dana yang dibutuhkan untuk membayar bunga obligasi DMDT pertamanya.
Donalia memastikan bahwa dana untuk pembayaran kupon obligasi DMDT senilai US$
12,9 juta sudah tersedia di rekening penampungan bunga dan akan dibayarkan sesuai
dengan tanggal yang ditetapkan.

Namun hal ini tak terwujud, Head of Finance Delta Merlin Teguh Handoko dalam
keterbukaan informasi di Bursa Singapura, Kamis (12/9) menyatakan, perusahaan tak
memiliki kemampuan untuk membayar bunga pertamanya tersebut.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Liabilitas (obligation) merupakan entitas yang timbul dari peristiwa lalu,
penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka
pendek dan jangka panjang. Akun liabilitas atau utang perlu diadakan pemeriksaan
dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan dan membuktikan keberadaan,
keterjadian, kewajaran, dan pengungkapan utang sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan antara lain
prosedur audit awal, prosedur analitik, pengujian terhadap transaksi rinci, pengujian
terhadap saldo akun rinci, serta verifikasi penyajian dan pengungkapan. Prosedur
tersebut tentu saja untuk mendeteksi fraud yang berpotensi menimbulkan keuntungan
sepihak atau merugikan pihak lain. Fraud yang dapat terjadi dalam akun utang adalah
adanya salah saji material, transaksi fiktif, atau penyelewengan atas potongan
pembelian yang seharusnya diperoleh perusahaan. Pengendalian internal dapat
dilakukan dengan adanya pemisahan tugas maupun otorisasi yang baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2017. Pernyataan Standar Akuntansi Keungan Penyajian


Laporan Keuangan PSAK No. 1 (revisi 2015), Jakarta.

Mulyadi. 2014. Auditing Buku 2 : BAB 16 AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN


: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat

Mulyadi. 2014, Auditing Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat

https://itjen.dephub.go.id/2019/04/08/teknik-audit-berbantuan-komputer/

19
20

Anda mungkin juga menyukai