PENGAUDITAN II
Oleh
Fernando J. Modeong
Anggy B. Buka
Lonika S. Wulur
Feronika I. B. Muntuan
Monica Mapalulo
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna oleh rahmat, kasih
dan anugerah-Nya, kami telah dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka pemenuhan tugas
kelompok Pengauditan II dari dosen bersangkutan.
Pembuatan makalah ini juga tak leoas dari kerjasama anggota kelompok yang dengan giat
bersama-sama menyelesaikan makalah ini, kami ucapkan terima kasih atas segala pengorbanan
waktu, materi serta tenaga yang telah diberikan.
Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung tersusunnya makalah ini,
teman-teman dan orangtua yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan, kami
ucapkan terima kasih.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua sumber yang telah membantu dengan semua
materi yang telah kami dapatkan.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai piutang antara lain :
1. Piutang Usaha
2. Wesel Tagih
3. Piutang Pegawai
4. Piutang Bunga
5. Uang Muka
6. Refundable Deposit (uang jaminan)
7. Piutang lain-lain
8. Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri
(tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang berbeda.
Piutang dinyatakan sejumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih.
Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca didikuti dengan penyisihan untuk piutang
yang tidak dapat ditagih.
Jenis-jenis piutang dalam suatu perusahaan dapat berupa :
Piutang Usaha
Piutang Pegawai
Piutang Direksi
Piutang Pemegang Saham
Piutang Perusahaan Afiliasi
Piutang lain-lain
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena
pendiskontoan wesel tagih.
Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan
sebagai contingent liability pada tanggal neraca.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
Menurut SAK :
- Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
- Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat
ditagih
- Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok
kewajiban
- Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan
- Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian
untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan.
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN PIUTANG
Prosedur audit dilalukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang
cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Prosedur audit
piutang usaha sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent collections-nya.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke
general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang :
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk
periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan
(audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections hanyalah yang
berhubungan dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan
oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih kurang
2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang dijual
melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum cari tahu
alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence
file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia/SAK
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha
normal perusahaan. Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus
dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan dengan perkiraan piutang) karena sifatnya yang
berbeda. Disamping itu, perusahaan tetap harus melakukan pemeriksaan terhadap piutang sesuai
dengan prosedur pemeriksaan piutang yang berlaku. Dimana tujuan dari pemeriksaan piutang
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal control) yang baik atas
piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) daripada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena
pendiskontoan weseil tagih.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis atas partisipasi
para pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang sehat dan bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa penulis adalah manusia
biasa yang pastinya memiliki kesalahan. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran dari
pembaca, penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah ke depan menjadi makalah
yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://yana-anggraini.blogspot.nl/2012/09/pemeriksaan-piutang.html