Anda di halaman 1dari 11

FORENSIC INVESTIGATION AND AUDIT FINANCIAL COMPARE

AND CONTRAST

OLEH :

1. Gema 01044821820005
2. Meta Agustariani 01044821820003
3. Yenny Susanti C 01044821820002

Dosen :

Dr. Luk Luk Fuadah.,S.E.,MBA.,Ak.,CA

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara keseluruhan audit umum sama dengan audit forensic atau pemeriksaan fraud. Bahkan di
beberapa perusahaan pemeriksaan fraud dilakukan oleh auditor regular yang tidak memiliki basic atau tidak
di bekali dengan teknik-teknik pemeriksaan fraud audit. Padahal kedua hal ini memiliki perbedaan yang
cukup signifikan jika di teliti lebih jauh. Perbedaan yang paling mencolok diantara keduanya adalah
perbedaan teknik. Audit forensic dan audit tradisional yang membedakannya adalah pada masalah
metodologi. Jika pada audit tradisional dikenal beberapa teknik yang digunakan seperti prosedur analitis,
analisa dokumen, pemeriksaan fisik, konfirmasi, review, dan sebagainya maka dalam audit forensic teknik
yang digunakan sangatlah banyak dan memiliki kerumitan yang tinggi.

Teknik yang digunakan dalam audit forensic lebih menggunakan pendekatan menemukan fraud atau
kecurangan. Teknik-teknik yang digunakan lebih bersifat untuk menelusuri lebih dalam tindakan fraud dan
bahkan mencari hingga ke level siapa pelaku fraud tersebut. Teknik yang digunakan hampir mirip seperti
detektif yang mencari pelaku kejahatan. Teknik yang biasa digunakan antara lain metode kekayaan bersih,
penelusuran jejak uang/aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera tersembunyi,
wawancara mendalam, digital forensic, dan sebagainya.

Dalam audit forensic lebih merujuk kepada pandangan komprehensif dari penyelidikan fraud. Ini
termasuk mencegah penipuan dan menganalisa control fraud. Sedangkan audit financial lebih merujuk
kepada kepatuhan suatu entitas pada standar akuntansi keuangan dan pelaporan. Apakah sesuai dengan
petunjuk akuntansi yang berlaku umum.

Secara garis besar kedua hal ini memiliki persamaan yaitu auditor/yang melakukan audit adalah
seseorang yang berlatar pendidikan akuntansi, keuangan, perpajakan, manajemen, dan komputer. Lalu
membuat audit plan dan program audit secara tertulis. Selain itu memiliki audit manual, kode etik, dan
sistem pengendalian mutu.
Jika ditelusuri lebih dalam lagi, maka akan sangat terlihat perbedaan antara audit forensic dan audit
finanlsial/audit keuangan. Maka dari itu makalah ini akan membahas “Persamaan dan Perbedaan Audit
forensic dan Audit Keuangan”.
2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud audit forensic?

2. Apa yang dimaksud audit keuangan/audit financial?

3. Apa persamaan audit forensik dan audit keuangan/audit finansial?

4. Apa perbedaan audit forensik dan audit keuangan/ audit finansial?

3. Tujuan Pembuatan Makalah

1. Mengetahui pengertian audit forensic dan audit financial

2. Mengetahui persamaan audit forensik dan audit keuangan/audit financial

3. Mengetahui perbedaan audit forensik dan audit keuangan/audit financial


BAB II
PEMBAHASAN

a. Audit Forensik

Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk
membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal yang bisa
diperdebatkan di muka hukum / pengadilan. Audit forensik menurut D Larry Crumbley editor in chief dari
Journal of Forensic Accounting adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial
atau administrative. Jika disimpulakan audit forensic adalah membandingkan kondisi di lapangan dan
criteria untuk menghasilkan informasi dan bukti yang bias digunakan dalam pengadilan. Fungsi utama dari
audit forensic adalah untuk menginvestigasi tindakan criminal dan untuk memberikan saksi ahli di
pengadilan.

Audit forensic memiliki dua sifat yaitu proaktif dan reaktif. Proaktif berarti audit forensic digunakan
untuk mendeteksi kemungkinan adanya kecurangan. Sementara itu reaktif artinya audit akan dilakukan jika
ada indikasi terlihatnya kecurangan (Fraud). Audit tersebut akan mengidentifikasikan adanya kecurangan
atau red flag. Selanjutnya audit investigative akan di lakukan secara mendalam. Fraud dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai “kecurangan”. Fraud dalah salah satu masalah besar dalam dunia bisnis dan
terjadi dalam banyak bentuk dan terkadang di temui dalam perusahaan audit atau anti-fraud sekalipun.
Menurut Wikipedia, kecurangan adalah penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
untuk merugikan orang lain. Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran yang
dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk merugikan orang lain, biasanya untuk memiliki
sesuatu/harta benda dengan cara tidak adil/curang. Kecurangan dapat mahir melalui pemalsuan terhadap
barang atau denda. Dalam hukum pidana secara umum disebut sengan pencurian dengan penipuan,
pencurian dengan ttipu daya muslihat, penipuan dengan penggelapan atau hal serupa lainnya.
Selanjuntya, investigasi adalah upaya penelitian, penyelidikan,pengusutan, pencarian, pemeriksaan ,
dan pengumpulan data informasi atau temuan lainnya untuk mengetahui, memberikan kebenaran atau
kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan
kejadian. (Sukrisno Agoes, 1996:1).
Teknik yang digunakan dalam audit forensic sudah menjurus pada spesifikasi untuk menemukan
kecurangan. Tujuan dari audit forensic adalah mendeteksi atau mencegah terjadinya kecurangan. Sebagai
pendukung proses identifikasi, alat bukti harus di temukandengan waktu yang cepat. Ini berpengaruh pada
potensi dampak yang akan ditimbulkan akibat kecurangan dan mengungkapkan alasan dan motiv tindakan
tersebut sambil mencari pihak terkait yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung .
b. Audit Finansial / Audit Keuangan
Audit Keuangan atau yang biasa disebut Audit Laporan Keuangan merupakan penilaian atas suatu
perusahaan atau badan hukum lainnya (termasuk Pemerintah) sehingga dapat dihasilkan pendapat yang
independen tentang laporan keuangan yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan secara wajar. Audit
keuangan biasanya dilakukan oleh firma-firma akuntan karena pengetahuannya akan laporan keuangan.
Audit keuangan berfungsi untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap perundang-undangan. Audit laporan keuangan
memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Audit laporan keuangan dilakukan oleh auditor
eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan
tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada
pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

c. Persamaan Audit Forensik dan Audit Keuangan

1. Latar Belakang Pendidikan


Auditor pada audit forensic dan audit laporan keuangan harus memiliki latar pendidikan akuntansi
atau perpajakan atau keuangan atau manajemen atau pengendalian intern dan memiliki pengalaman kerja
dibidang tersebut. Selain itu, auditor harus mengerti dan paham tentang apa yang akan diaudit, proses bisnis
yang beraitan dengan hal-hal yang akan diaudit serta paham mengenai peraturan yang berlaku. Ada
beberapa syarat yang harus dimiliki oleh auditor investigative dan auditor financial yaitu:

a. Pengetahuan Dasar
b. Memiliki latar pendidikan akuntansi
c. Menguasai sistem pengendalian intern
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
e. Memiliki pengetahuan tentang investigative, prinsip-prinsip audit auditinvestigatif, dan cara
memperoleh bukti.
f. Menjaga kerahasiaan sumber informasi
g. Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti harus relevan dan kompeten
h. Mengetahui masalah informasi dan teknologi serta memahami tentang cybercrime
i. Memiliki jiwa skeptic professional, sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan mengevaluasi secara kritis
j. Berwawasan luas untuk menambha pengalaman dalam meninjak lanjuti kasus yang akan
datang
k. Kemampuan Teknis
l. Auditor menggunakan ahli Information teknologi, untuk pengetahuan yang cukup luas
m. Auditor harus mengetahui konstruksi hokum
n. Mempunyai pengetahuan tentang tindak pidana korupsi
o. Mampu bertindak secara objektif dan independen, netral, dan menjunjung tinggi azas
praduga tak bersalah
p. Memiliki kemampuan untuk membuat hipotesis
q. Mampu mengumpulkan dan untuk membuktikan hipotesis
r. Sikap Netral
s. Mengikuti standar
t. Bersikap independen
u. Bersikap bebas
v. Bersifat kritis

2. Membuat audit plan dan program audit secara tertulis.


Tahap-tahap audit investigative meliputi perencanaan dan pelaksanaan program.
3. Prosedur audit dan hasil audit di dokumentasikan dalam kertas kerja hasil audit. Jika ada nya tindak
pidana korupsi yang mengakibatkan kerugian negara, tim audit yang ditunjuk pemerintah dalam hal ini
BPK, harus mendokumentasikan langkah-langkah pemeriksaan yang telah dilaksanakan dalam kertas
kerja pemeriksaan.
4.Staf audit melaksanakan pendidikan profesi yang berkelanjutan
5. Integritas, independensi, dan profesionalisme adalah sifat yang harus dimiliki oleh kedua jenis auditor
tersebut.
6. Mempunyai audit manual, sistem pengendalian mutu, dan kode etik profesi.

d. Perbedaan Audit forensic dan Audit Keuangan

Audit Tradisional Audit Forensik


Waktu Berulang Tidak Berulang
Lingkup Laporan Keuangan Secara Umum Spesifik
Hasil Opini Membuktikan Froud
(kecurangan)
Hubungan Non- Adversial Adversial (Perseteruan Hukum)
Metodologi Teknik Audit Eksaminasi
Standar Standar Audit Standar Audit dan Hukum Positif
Praduga Professional Scepticism Bukti Awal

Perbedaan yang paling teknis antara Audit Forensik dan Audit Tradisional adalah pada masalah
metodologi. Dalam Audit Tradisional, mungkin dikenal ada beberapa teknik audit yang digunakan. Teknik-
teknik tersebut antara lain adalah prosedur analitis, analisa dokumen, observasi fisik, konfirmasi, review,
dan sebagainya. Namun, dalam Audit Forensik, teknik yang digunakan sangatlah kompleks.

Teknik-teknik yang digunakan dalam audit forensik sudah menjurus secara spesifik untuk
menemukan adanya fraud. Teknik-teknik tersebut banyak yang bersifat mendeteksi fraud secara lebih
mendalam dan bahkan hingga ke level mencari tahu siapa pelaku fraud. Oleh karena itu jangan heran bila
teknik audit forensik mirip teknik yang digunakan detektif untuk menemukan pelaku tindak kriminal.

Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah metode kekayaan bersih, penelusuran jejak uang /
aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera tersembunyi (surveillance), wawancara
mendalam, digital forensic, dan sebagainya.

Praktik Ilmu Audit Forensik

1. Penilaian risiko fraud

Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensik yang paling
luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-perusahaan swasta untuk menyusun
sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan
untuk selanjutnya bisa menyusun sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya
fraud tersebut.

2. Deteksi dan investigasi fraud

Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya fraud dan
mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum yang berlaku. Jenis-jenis
fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang, penghindaran pajak, illegal logging, dan
sebagainya.

3. Deteksi kerugian keuangan

Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian keuangan negara yang
disebabkan tindakan fraud.

4. Kesaksian ahli (Litigation Support)

Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang berperan sebagai
saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini
dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan
penjelasan di muka pengadilan.

5. Uji Tuntas (Due diligence)

Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna penilaian kinerja
perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna memenuhi standar baku yang
ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Gambaran Proses Audit Forensik

1. Identifikasi masalah

Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap kasus yang hendak diungkap.
Pemahaman awal ini berguna untuk mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit
bisa dilakukan secara tepat sasaran.

2. Pembicaraan dengan klien

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien terkait lingkup, kriteria, metodologi
audit, limitasi, jangka waktu, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman antara
auditor dan klien terhadap penugasan audit.

3. Pemeriksaan pendahuluan

Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan menganalisanya. Hasil pemeriksaan
pendahulusan bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and
how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H (who, what, where, when,
and how much). Intinya, dalam proses ini auditor akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut
diperlukan atau tidak.

4. Pengembangan rencana pemeriksaan

Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi, tujuan audit, prosedur
pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam tim. Setelah diadministrasikan, maka akan
dihasilkan konsep temuan. Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta
klien.

5. Pemeriksaan lanjutan

Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa atasnya. Dalam
tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan teknik-teknik auditnya guna
mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku fraud tersebut.

6. Penyusunan Laporan

Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam laporan ini
setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain adalah:

1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.


2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, jika
kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup sebab fraud,
kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

Audit forensik dan audit keuangan merupakan kegiatan yang di lakukan oleh auditor tetapi dalam
pelaksanaannya audit forensik dan audit keuangan ini memiliki persamaan dan perbedaan yang cukup
signifikan. Dimana pada audit forensik Teknik yang digunakan hampir mirip seperti detektif yang mencari
pelaku kejahatan. Teknik yang biasa digunakan dengan metode kekayaan bersih, penelusuran jejak
uang/aset, deteksi pencucian uang, analisa tanda tangan, analisa kamera tersembunyi, wawancara
mendalam, digital forensic, dan sebagainya.

Sedangkan dalam audit keuangan auditor menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan apakah
sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, sehingga nantinya dapat dihasilkan pendapat
yang independen tentang laporan keuang an yang relevan, akurat, lengkap dan disajikan secara wajar.
DAFTAR PUSTAKA

https://panjikeris.wordpress.com/2012/04/24/audit-forensik/ 20 Agustus 2018 .(20.00).

https://panjikeris.wordpress.com/2012/04/24/audit-forensik/ 20 Agustus 2018 .(20.53).

Agoes, Sukrisno. Auditing Buku 1, Edisi 4. Salemba Empat: 2012.

Theodorus M. Tuanakotta. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Seri


Departemen Akuntansi FEUI. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai