Anda di halaman 1dari 15

Universitas Pamulang S1 Akuntansi

PERTEMUAN 1 :
PEMERIKSAAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu :
1.1 Memahami sifat dan contoh kewajiban jangka pendek
1.2 Mengetahui tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek
1.3 Mengetahui prosedur pemeriksaan liabilitas jangka pendek
1.4 Memahami program audit pengujian substantif terhadap utang usaha

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:

Memahami sifat dan contoh kewajiban jangka pendek

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (IAI,


2009:172), Kewajiban (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (IAI, 2012:1.12),
Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek jika:
(a) entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normal;
(b) entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;
(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua
belas bulan setelah periode pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode
pelaporan.
Menurut Hery (2015:294), Kewajiban lancar adalah kewajiban yang
diperkirakan akan dibayar dengan menggunakan aset lancar atau menciptakan
kewajiban lancar lainnya dan harus segera dilunasi dalam waktu satu tahun.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, liabilitas jangka pendek adalah
liabilitas perusahaan (debitur) kepada pihak ketiga (kreditur), yang jatuh tempo
atau harus dilunasi dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun,
atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan
menggunakan aset lancar perusahaan. penyelesaian liabilitas masa kini
biasanya terkait dengan pembayaran kas, penyerahan aset, pemberian jasa,
penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi liabilitas
menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti
kreditur membebaskan atau membatalkan haknya. Menurut Agoes (2013:16),
beberapa contoh liabilitas jangka pendek
adalah sebagai berikut :
1. Utang usaha
Utang usaha yaitu kewajiban kepada pihak ketiga yang berasal dari
pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu
kurang atau sama dengan satu tahun.
2. Pinjaman dari bank
Auditing II 1
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Pinjaman dari bank yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung
oleh suatu perjanjian kredit, bisa dalam bentuk kredit modal kerja ataupun
kredit rekening koran.
3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun
4. Utang Pajak
5. Biaya yang masih harus dibayar
6. Voucher payable
7. Utang dividen
8. Pendapatan yang diterima dimuka
9. Uang muka penjualan
10. Utang pemegang saham
11. Utang leasing
12. Utang bunga
13. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus)

Tujuan Pembelajaran 1.2:

Mengetahui tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek

Menurut Agoes (2013:46), Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka panjang adalah


untuk menentukan apakah:
1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang
2. Liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat
seluruhnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang
3. Libilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
betul – betul merupakan kewajiban perusahaan
4. Libilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang
dijaminkan sudah diidentifikasi
5. Libilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan
6. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka panjang serta
amortisasi dari premium/discount telah dicatat per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca)
7. Biaya bunga libilitaa jangka panjang yang tercatat pada tanggal laporan posisi
keuangan(neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan
beban perusahaan
8. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan
sehingga tidak terjadi bank “default”
9. Bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yang
akan datang sudah direklasifikasikan sebagai kewajiban lancar
10. Liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan bunga yang timbul
sudah dicatat dengan akurat dan diklasifikasikan serta diungkapkan dalam
laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangn, sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Auditing II 2
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Tujuan Pembelajaran 1.3:

Mengetahui prosedur pemeriksaan liabilitas jangka pendek

Menurut Agoes (2013:49), Audit prosedur yang disarankan adalah


sebagai berikut :
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas libilitas jangka panjang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang
berikut discount, premium, dan bunga selama peiode yang diperiksa.
3. Kirim informasi kepada bank yang antara lain menanyakan mengenai
: plafon kredit, saldo per tanggal laporan posis keuangan, tingkat
bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit.
4. Minta salinan perjanjian kredit untuk permanent file, lalu perhatikan
apakah data yang terdapat dalam perjanjian kredit tersebut sesuai
dengan data yang tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan liabilitas
jangka panjang.
5. Periksa apakah perolehan/penambahan bunga dan amortisasi
discount/premium dari obligasi. Tie-Up jumlah beban bunga dan
amortisasi discount/premium obligasi dengan jumlah yang tercantum
pada laporan laba rugi. Discount/premium yang belum diamortisasi
harus dilaporkan sebagai pengurangan/penambahan dari nilai
nominal obligasi.
6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi
discount/premium dari obligasi.
7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang
diperpanjang (direnewed) setelah tanggal laporan posisi keuangan,
untuk mengetahui apakah utang tersebut harus tetap disajikan
sebagai liabilitas jangka panjang atau sebagai utang lancar.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau
dari perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan periksa apakah
ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya dan
penyajiannya di laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang
Sewa).
10. Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun akan datang, sehingga harus
direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek.
11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali
dalam mata uang asing, periksa apakah per tanggal laporan posisi
keuangan sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan
pada laba rugi tahun berjalan.
12. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap
liabilitas jangka panjang dan biaya bunganya, untuk melihat
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pencatatan biaya bunga.

Auditing II 3
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

13. Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka panjang di laporan


posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS

Tujuan Pembelajaran 1.4:

Memahami program audit pengujian substantif terhadap utang usaha

1. DESKRIPSI UTANG USAHA


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi
semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun
atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan)
dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau
dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan
menjadi 6 kelompok yaitu:
a. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies)
Utang usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan :
(1) utang yang tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis
tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan
utang usaha atau account payable)
(2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel
atau notes payable).
b. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
c. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
d. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal
25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.
e. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
(1) Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
(2) Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk
produk perusahaan yang dijual dengan garansi.
(3) Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang
misalnya utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang
yang jumlahnya dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.

Auditing II 4
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

f. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek


seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang
yang segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.

2. PERBEDAAN KARAKTERISTIK UTANG LANCAR DENGAN AKTIVA


LANCAR

Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar.


Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian
substantifnya. Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar
adalah sebagai berikut :

a. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan


umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari
jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini sering kali
didorong oleh motif untuk memberikan gambaran modal
kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan
memiliki likuiditas yang baik.Gambaran modal kerja yang
baik ini juga dapat ditempuh dengan menurunkan nilai utang
lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat utang
lancar sehingga terdapat utang yang tidak tercatat tanggal
neraca.
b. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah
penilaian unsur- unsur aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus
disajikan pada nilai kursnya pada tanggal neraca, jika kas tersebut
berupa valuta asing: piutang harus disajikan dalam nilai bersih
yang dapat ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung
kuantitas, ditentukan kualitas, dan kondisinya untuk dapat
disajikan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal
neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak
menghadapi masalah penentuan nilai utang lancar tersebut pada
tanggal neraca. Apa yang menjadi kewajiban perusaah pada
tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien menghadapi
fakta di dalam menyajikan utang lancar.

3. PERBEDAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG


LANCAR DENGAN PENGUJIAN SUNSTANTIF TERHADAP AKTIVA
LANCAR.

Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan


karakteristik aktiva lancar tersebut berpengaruh terhadap pengujian
substantif kedua objek audit tersebut. Perbedaannya adalah sebagai
berikut :

Auditing II 5
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

a. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan


adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang
seharusnya, sedangkan pengujian substantive terhadap aktiva lancar
ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya.
b. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi
masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca

4. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM DALAM PENYAJIAN


UTANG LANCAR DI NERACA
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha,
perlu diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia dalam penyajian utang lancar di neraca berikut ini :

a. Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika
jumlahnya material.
b. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan
perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang
independen.
c. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus
diungkapkan dalam laporan keuangan.
d. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah
neto.
e. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

Auditing II 6
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

5. TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi
yang bersangkutan dengan utang usaha.
Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo
utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh
keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi
yang mendukung informasi utang usaha yang disajikan dalam
neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo utang
usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun utang usaha
dalam buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan
register cek.
b. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di
neraca.
Dalam pengujian substantif terhadap utang pada umumnya,
pengujian ditujukan untuk menemukan kemungkinan adanya
unrecorded liabilities. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva
dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang lancar,
auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1) Pengujian analitik
2) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha
3) Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha
4) Konfrimasi piutang usaha
5) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
yang diterima oleh klien dari krediturnya.
c. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di
neraca.
Dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus
disajikan di neraca pada pada fakta pada tanggal neraca atau
dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien
kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak seperti hal nya dengan
piutang usaha yang disajikan dineraca dalam jumlah bruto dikurangi
dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang usaha, utang
usaha disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal
neraca. Dengan demikian tujuan pembuktian asersi peniliaian tidak
berlaku terhadap saldo utang usaha pada tanggal nerac. Pembuktian
asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan untuk mencari
adanya unrecorded liabilities pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan dineraca
mencakup semua kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal
neraca dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini:

Auditing II 7
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

1) Pengujian analitik
2) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha
3) Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha
4) Konfirmasi utang usaha
5) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
yang diterima oleh klien dari krediturnya.

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan berkurangnya


utang usaha mempunyai mempunyai pengaruh yang langsung
terhadap perhitungan saldo utang usaha pada tanggal neraca,
sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas transaksi
yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak
langsung terhadap perhitungan akun utang usaha dan pembelian.
Oleh karena itu salah satu pengujian substantif untuk
membuktikan asersi kelengkapan utang usaha adalah
pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang
bersangkutan dengan utang usaha.

d. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.


Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan
kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan kewajiban klien yang tercermin dalam utang usaha
yang dicantumkan dineraca, auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini:
1) Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan
utang usaha
2) Konfirmasi piutang usaha
3) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
yang diterima oleh klien dari krediturnya.

e. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang


usaha di neraca.
Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan
harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian
substantif terhadap utang usaha diarahkan untuk mencapai salah
satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang telah disajikan
dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian substantif untuk membuktikan
asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha dineraca adalah:
1) Konfirmasi utang usaha
2) Rekonsiliasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang
yang diterima oleh klien dari krediturnya

Auditing II 8
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

3) Pembandingan penyajian utang usaha dineraca dengan prinsip


akuntansi berterima umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

6. PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP UTANG USAHA

Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur


audit yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah
diuraiakan di atas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan
yang bersifat luas dan umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima tahap berikut ini:

a. Prosedur audit awal


Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang
dicantumkan oleh klien di dalam neracanya sesuai dengan utang
usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca
dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu
dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informasi utang
usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan
akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi
utang usaha dineraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:
1) Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo
akun Utang Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha
yang tercantum di neraca didukung dengan catatan akuntansi
yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya,
maka saldo utang usaha yang dicantumkan dineraca diusut ke
dalam buku besar berikut ini: (1) Utang usaha dan (2) wesel.
2) Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian
penghitungan saldo akun utang usaha, auditor menghitung
kembali saldo akun utang usaha dan utang wesel dengan cara
menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan
menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.
3) Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu.
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi
rinci yang menyangkut akun utang usaha, ia perlu memperoleh
keyakinan atas kebenaran saldo awal akun tersebut. Untuk
mencapai tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal
akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Kertas kerja tahun
lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang
diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga
auditor dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh
klien dalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.

Auditing II 9
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

4) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan


sumber posting dalam akun aktiva tetap dan akumulasi
depresiasinya.
Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan
utang usaha dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar
biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun
utang usaha.
5) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha
ke jurnal yang bersangkutan.
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan
dan pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang
bersangkutan, pengkreditan di dalam akun utang usaha diusut ke
jurnal pembelian atau register bukti kas keluar dan pendebitan kea
kun tersebut diusut ke jurnal pengeluaran kas atau check register
dan jurnal umum (untuk transaksi retur pembelian).
6) Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan
akun kontrol utang usaha di buku besar.
Saldo akun control utang usaha di buku besar tersebut
kemudian dicocokan dengan jumlah saldo akun pembantu utang
usaha atau ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum dibayar
untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akutansi klien yang
bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

b. Prosedur analitik
Pada tahap awal pengujian substantif terhadap utang usaha,
pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam
memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif.
1) Auditor melakukan perhitunga ratio, yaitu tingkat perputaran utang
usaha dan perhitungan ratio utang usaha dengan utang lancar.
2) Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang
didasarkan pada data masa lalu, data industry, jumlah yang
dianggarkan, atau data lain.
3) Bandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sala tahun lalu
atau biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement utang lancar.

c. Pengujian terhadap transaksi rinci


1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha
ke dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha.
a) Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen
pendukung bukti kas keluar (voucher), laporan penerimaan
barang, dan surat order pembelian atau dokumen
pendukung lainnya.

Auditing II 10
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

b) Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen


pendukung: bukti kas masuk, memo debit untuk retur
pembelian
2) Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian
Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembelian dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah
tanggal neraca.
3) Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.
Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang
usaha dalam minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu
pertama setelah tanggal neraca.
4) Lakukan pencatatan utang yang belum di catat.
a) Periksa bukti –bukti yang mendukung transaksi
pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal neraca.
b) Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal
neraca
c) Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk
d) Pelajari peraturan perpajakan yang menyangkut bisnis
klien
e) Lakukan review terhadap anggaran modal, perintah kerja
dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti
adanya utang yang belum dicatat.

Contoh berikut ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana
auditor memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca:
Contoh :
Suata perusahaan memiliki total aktiva sebesar 10 Milyar, dan laba menurut
perhitungan perusahaan sebesar 500 juta.

Kasus 1
Auditor menemukan sebuah faktir sebesar Rp 7.000.000, bertanggal 30
Desember 20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point. Barang telah
dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember 20X2, tetapi baru diterima oleh
klien tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat oleh klien sebagai pembelian pada
tanggal 4 Januari 203X.

Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti
kasus 1 tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjustment
untuk mencatat utang tersebut, karena jika utang tersebut diusulkan untuk di
adjust, maka jurnal adjustment nya adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 7.000.0000
Utang usaha Rp 7.000.000
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal kerja bersih dan tidak mempengaruhi
laba bersih tahun 20X2.

Auditing II 11
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp 20.000.000,
bertanggal 30 Desember 20X2, dengan syarat pembelian FOB Shipping point.
Barang telah diterima pada tanggal 31 Desember 20X2 dan telah diikutsertakan
dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca tersebut. Faktur baru
diterima oleh klien tanggal 8 Januari 20X3 dan dicatat sebagai transaksi
pembelian tahun 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 2 tersebu, ia akan mengusulkan adanya jurnal adjustment untuk
mencatat utang tersebut karena:
1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan cost barang yang
di jual (cost of good sold) disajikan oleh klien terlalu rendah dan laba bersih
tahun 20X2 dihitung terlalu tinggi.
2. Sediaan telah dicatat dari hasil perhitungan fisik sediaan, tetapi utang usaha
belum dicatat, sehingga hal ini mengakibatkan modal kerja bersih pada
tanggal neraca terlalu tinggi.

Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp 70.000.000, bertanggal 31
Desember 20X2 diterima oleh klien pada tanggal 15 Januari 20X3. Aktiva tetap
telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember 20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal
neraca, akibatnya adalah modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak
mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya dalam menghadapi utang ini,
auditor tidak menyarankan jurnal adjustment.

Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp 15.000.000, bertanggal 31
Desember 20X2 untuk biaya iklan bulan oktober, November dan Desember
20X2. Oleh klien, faktur ini baru dicatat pada tanggal 15 Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca,
sehingga biaya iklan tidak disajikan terlalu rendah didalam laporan rugi laba
tahun 20X2. Jika utang ini tidak dicatat akibatnya adalah penentuan laba terlalu
tinggi dan modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan mengusulkan jurnal
adjustment untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal neraca.

d. Pengujian terhadap saldo akun rinci


1) Lakukan konfirmasi utang usaha.
a) Lakukan identifikasi penjual besar dengan mereview
register bukti kas keluar atau buku pembantu utang,
arsip induk utang, dan kirimkan konfirmasi kepada
kreditur yang akun utang klien kepadanya melalui
karakteristik berikut ini: (1) bersaldo besar, (2)

Auditing II 12
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa, (3)


bersaldo kecil atau nol, dan (4) bersaldo debit.

Surat konfirmasi utang usaha biasanya berisi informasi


dibawah ini:
Kami minta dengan hormat Saudara mengirimkan kepada
akuntan public kami, pernyataan rinci mengenai jumlah
utang kami kepada saudara per 31 Desember 20X2 berikut
ini:
Jumlah utang kami yang belum jatuh tempo
Jumlah utang kami yang sudah jatuh tempo
Jumlah komitmen pembelian
Jumlah surat berharga yang saudara pegang sebagai
jaminan utang kami.

2) Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika terjadi perbedaan


3) Periksa dokumen yang mendukung pembayaran utang
usaha setelah tanggal neraca.
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat
memberikan petunjuk mengenai keberadaan kewajiban klien
tersebut. Oleh karena itu untuk membuktikan keberadaan
utang usaha pada tanggal neraca, auditor melakukan

Auditing II 13
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi


pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal
neraca, yang dicatat dalam register cek. Dengan
pemeriksaan dokumen pendukung transaksi pembayaran
utang usaha yang dicatat dalam register cek tersebut,
auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha
yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya
utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.
4) Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke
pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
debitur. Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi
dapat diverifikasi keberadaannya melalui rekonsiliasi akun
utang kepada kreditur dengan surat pernyataamn piutang
yang diterima secara bulanan dari kreditur. Dari rekonsiliasi
ini, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha
yang tercantum di neraca benar-benar ada dan adanya
utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

e. Verifikasi Penyajian dan pengungkapan


Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
1) Periksa klasifikasi utang usaha di neraca.Unsur utang lancar harus
disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya
material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga
golongan: (a) Utang usaha kepada kreditur usaha (b) Utang usaha
kepada perusahaan afiliasi (c) Utang usaha kepada direksi,
pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.
2) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non
usaha.Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi
dengan aktiva tidak lancar, maka jumlah utang ini tetap disajikan di
neraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar
untuk menghindari pengaruh signifikan terhadap perhitungan
perubahan posisi keuangan (modal kerja).
3) Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha.
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan
secara memadai di neraca atau dalam penjelasan laporan
keuangan.
4) Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang
belum diungkap dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang
bersangkutan dengan utang usaha tersebut.
Informasi yang diperlukan dari pengacara klien meliputi: gambaran
perkara pengadilan, penilaian keputusan pengadilan yang tidak
menguntungkan klien, taksiran kerugian akibat perkara dan jumlah
honorarium pengacara yang belum ditagih.

Auditing II 14
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya


penjelasan terhadap utang tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan
berikut ini:

1) Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan


pekerjaan lapangan. Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi
akan berpotensi menimbulkan utang bersyarat.
2) Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3) Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan
yang melibatkan klien.
4) Kirimkan konfirmasi ke bank. Auditor meminta informasi dari bank
mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien
pada tanggal neraca.
5) Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

RANGKUMAN
Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan dineraca, membuktikan
kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan
saldo utang usaha yang disajikan dineraca, membuktikan kewajiban klien yang
dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan
utang usaha di neraca.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di
neraca, auditor membandingkan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan
cara memeriksa klasifikasi utang usaha di neraca, memeriksa pengungkapan
yang bersangkutan dengan utang usaha dan non utang usaha, meminta
informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum di ungkapkan dan
utang bersyarat serta memeriksa pengungkapan yang bersangkutan dengan
utang tersebut.

C. LATIHAN/TUGAS
1. Buatlah contoh surat konfirmasi utang usaha !
2. Berikan 3 contoh kasus terkait pemeriksaan utang usaha !
3. Tujuan pokok pengujian substantive terhadap utang lancar adalah untuk
menemukan utang yang belum dicatat (unrecorded liabilities). Sebut dan
jelaskan prosedur audit untuk menemukan adanya utang yang tidak
dicatat pada tanggal neraca.

D. DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2014. Auditing Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empa

Auditing II 15

Anda mungkin juga menyukai