Anda di halaman 1dari 20

TUGAS RESUME

“MATERI SETELAH UTS”

Dosen Pengampu : Yamasitha, SE, MM

Disusun Oleh :

Astrid Dea Sekarwati : 19101155110004

Azzahrah Jihan Fadila : 19101155110005

Dara Oktovia Puspita : 19101155110007

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG
2021/2022
15. Audit Atas rekening Liabilitas jangka pendek

A. Pengertian Liabilitas Jangka Pendek

Perusahaan pada dasarnya lebih mendahulukan pendanaan investasi barunya dengan


menggunakan saldo laba, namun apabila perusahaan memerlukan pendanaan eksternal maka
perusahaan lebih memilih menggunakan hutang dibandingkan saham.

Hutang yang diambil perusahaan dapat berupa liabilitas jangka pendek maupun liabilitas
jangka panjang. Liabilitas jangka pendek adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka
waktu pendek, paling lama satu tahun atau harus dilunasi dalam jangka waktu satu siklus
operasi normal perusahaan yang bersangkutan.

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban perusahaan kepada pihak ke tiga, yang jatuh
tempo atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu
siklus operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan harta lancar (current asset)
perusahaan.

Menurut PSAK (IAI, 2009 : 1.8 ), Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai libiliatas jangka
pendek, jika :

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan ,
atau

b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).

Contoh perkiraan yang digolongkan sebagai liabilitas jangka pendek:

1. Utang usaha (account payable).

Kewajiban kepada pihak ketiga dari pembelian barang atau jasa secara kredit yang harus
dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.

2. Pinjaman dari bank jangka pendek (short term loan).

Pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu perjanjian kredit (loan
agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital loan) ataupun kredit
rekening koran (overdraft facility).

3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama
dengan satu tahun (current portion of long term loan).

Per tanggal laporan posisi keungan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang ke liabilitas
jangka pendek.

4. Utang pajak (tax payable).


Kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya.

5. Biaya yang masih harus dibayar (accrued expenses).

Biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi
dalam periode berikutnya.

6. Voucher payable – dalam hal digunakan voucher system.


7. Utang dividen (dividend payable).
8. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue).
9. Utang muka penjualan.
10. Utang pemengang saham.
11. Utang leasing (kewajiban sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang.
12. Utang bunga.
13. Utang perusahaan afiliasi (utang dalam rangka hubungan khusus).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan audit adalah:

1) Kecenderungan perusahaan untuk mencatat kewajiban lebih rendah dari yang


sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih
besar dari jumlah yang sebenarnya. Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang
disebut searching of unrecorded liabilities, dengan cara memeriksa pembayaran
sesudah tanggal laporan posisi keuangan.
2) Perbedaan accounts payable dan accrued expenses. Accounts payablememiliki angka
lebih pasti, karena perusahaan mencatat berdasarkan invoice yang diterimanya dari
supplier. Sedangkan, accrued expensesdicatat berdasarkan estimasi, sehingga
jumlahnya kurang pasti dibandingkan accounts payable.

B. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Hutang/ Kewajiban

Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah untuk memeriksa apakah:

1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.

Beberapa ciri internal control yang cukup baik atas liabilitas jangka pendek:

a. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian
gudang, bagian akuntansi dan bagian keuangan.
b. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered) untuk
permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order) dan
laporan penerimaan barang (receive report).
c. Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang.
d. Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, dimana
beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop
tertutup ke panitia tender.
e. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk utang usaha, dan setiap akhir
bulan jumlah saldo utang usaha menurut subsidiary ledger harus dibandingkan
dengan saldo utang usaha menurut general ledger yang merupakan perkiraan
pengendali (controlling account).
f. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice) harus
dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan purchase
order.
g. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas (stamp paid).

2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum di neraca didukung oleh bukti-bukti yang
lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-betul terjadi.
3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal neraca.
4. Accrued Expenses jumlahnya reasonable (masuk akal/wajar atau tidak), dalam arti
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
5. Kewajiban leasing (sewa) jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi
sewa guna usaha (PSAK 30).
6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal neraca,
sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal neraca dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Biaya bunga dan bunga yang terhutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat
pertanggal neraca.
8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal neraca betul telah
terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga
tidak terjadi "Bank Default”.
10. Penyajian liabilitas jangka pendek didalam neraca dan catatan atas laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).

C. Prosedur Pemeriksaan Kewajiban Jangka Pendek


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas kewajiban jangka pendek.
2. Minta rincian dari kewajiban jangka pendek, baik hutang dagang maupun kewajiban
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan
saldo hutang di buku besar (controlling account)
3. Untuk hutang dagang cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger hutang dagang (jika jumlah supplierya banyak, tidak usah 100 %).
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo hutang kepada
beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, receiving report dan supplier invoice.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo hutang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger hutang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal neraca (subsequent payment) untuk mengetahui
apakah ada kewajiban yang belum dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal neraca
dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo hutang pertanggai neraca.
8. Seandainya ada hutang kepada bank baik dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa Surat
perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa
otorisasi dari direksi, dewan komisaris dan RUPS untuk perolehan kredit bank
tersebut.
9. Seandainya ada hutang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga
etas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada hutang leasing, periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No.30) dan apakah bagian yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi)
sebagai kewajiban jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat
dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan
laba rugi, perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari hutang dagang maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang
dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar (material) harus
direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan pertanggal neraca, periksa bukti pendukungnya
dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya
(subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh
pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban jangka
pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per
tanggal neraca telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal neraca, dan selisih kurs yang terjadi
dibebankan/dikreditkan pada rugi laba tahun berjalan.
16. Untuk hutang PPh 21 dan PPN periksa apakah hutang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikutnya.
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu
harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal neraca.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang
tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal neraca.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian kewajiban jangka pendek di neraca dan catatan atas laporan
keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(SAK).
16. Audit Atas rekening Liabilitas Jangka Panjang

A. Pengertian Liabilitas Jangka Panjang

Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan


secarakeseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuaidengan krietria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah prinsip
akuntansi yang berlakuumum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keungan yang
disusun berdasarkan basis kasatau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan kebutuhan
akuntansi organisasi yangbersangkutan.

Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban yang dapat dibayar lebihdari 1 tahun
atau 12 bulan. Kewajiban jangka panjang juga sering disebutsebagai debt-financing,
artinya kegiatan pendanaan yang dilakukan dengancara meminjam atau berhutang.

Dan akan dilunasi dari sumber-sumber yang bukan dari kelompok aktiva lancar, seperti
peralatan, gedung, tanah, investasisaham atau investasi obligasi jangka panjang, dan
sebagainya.hutang jangka panjang ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu hutang hipotik dan
obligasi. Dari jenis-jenis tersebut memiliki pengertian,pemahan dan cara mengerjakan
yang berbeda satu sama lain.

Menurut Mulyadi, utang jangka panjang adalah kewajiban sekarang yang timbul dari
kegiatan atau transaksi masa lalu, yang jatuh temponya lebih dari satu tahun ditinjau dari
tanggal neraca. Contoh kewajiban yang termasuk dalam kelompok utang jangka panjang
adalah utang bank berupa kredit investasi.

Jenis umum utang jangka panjang meliputi wesel, obligasi, dan hipotek. Jenis pendanaan
utang yang lebih rumit meliputi pinjaman hipotek berjaminan, perjanjian beli kembali,
dan perjanjian pembelian kembali, swap tingkat bunga, transaksi berjangka keuangan,
derivatif, dan instrumen keuangan lainnya.Utang sewa guna usaha yang dikapitalisasi
juga menunjukkan suatu bentuk utang jangka panjang. Utang jangka panjang memiliki
beberapa fitur yang dapat mempengaruhi prosedur audit yang digunakan.

B. Pengendalian Internal Control Utang Jangka Panjang

a) Prosedur Pengujian Kewajiban Jangka Panjang antara lain pelajari dan evaluasi
internal control atas hutang jangka panjang. Dalam hal ini biasa digunakan internal
control questionnaires atau penjelasan narative.

b) Periksa ringkasan perubahan hutang jangka panjang berikut discount, premium dan
bunga selama periode yang diperiksa. Ringkasan tersebut harus menunjukkan perubahan
selama setahun (periode yang diperiksa), baik untuk hutang maupun bunganya.

c) Kirimkan konfirmasi kepada bank untuk menanyakan saldo per tanggal neraca,
tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit.
d) Mintalah copy perjanjian kredit untuk permanent file dan perhatikan apakah data
yang tersebut sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan hutang
jangka panjang.

e) Periksa apakah hutang jangka panjang yang diperoleh sudah disetujui direksi.

f) Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan discount. Tiap jumlah beban
bunga dan discount disamakan dari bukti dengan jumlah yang tercantum pada rugilaba.

g) saham atau dari direksi atau dari perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan
diperiksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.

h) Periksa apakah ada bagian dari hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai hutang jangka
pendek.

i) Jika ada hutang jangka panjang yang harus dibayar kembali dengan mata uang
asing, periksa apakah sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs.

j) Buatlah kesimpulan, apakah penyajian hutang jangka panjang di neraca dilakukan


sesuai dengan SAK.

C. Pengujian Substansif Terhadap Utang Jangka Panjang

Tujuan pengujian substansif utang jangka panjang adalah :


a) Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi terhadap saldo utang
jangka panjang di neraca.
b) Membuktikan penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

Program pengujian substansif terhadap utang jangka panjang  dijelaskan sebagai berikut :      
a) Prosedur Audit awal
Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang usaha yang akan diuji lebih lanjut.
 Usut saldo utang jangka panjang & jangka pendek  yang tercantum didalam neraca ke
saldo akun utang yang bersangkutan dibuku besar.
 Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang & jangka pendek  didalam buku
besar
 Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang jangka panjang & jangka
pendek  ke dalam jurnal yang bersangkutan

b) Pengujian Analitik
Lakukan prosedur analitik
 Hitung ratio berikut.
 Utang dengan total aktiva.
Rumus : Total Utang : Total Aktiva
 Utang dengan modal
Rumus : Total Utang : Total Equitas
 Times interest earned
Rumus :  Laba Bersih Usaha : Biaya Bunga Obligasi
 Biaya bunga dengan utang
Rumus : Biaya Bunga :  Rata Utang

c) Pengujian Terhadap Transaksi Rinci


 Usut penerimaan uang dari penarikan utang jangka panjang maupun jangka pendek.
 Periksa aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang jangka panjang dan jangka
pendek.

d) Pengujian Terhadap Akun Rinci


 Minta atau buatlah daftar utang jangka panjang & jangka pendek.
 Minta dan pelajari surat perjanjian penarikan kredit jangka panjang maupun jangka
pendek.

e) Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


 Periksa klasifikasi utang jangka panjang & jangka pendek  yang segera jatuh tempo
didalam nercaca
 Periksa penjelasan yang bersangkutan tentang utang jangka panjang & jangka pendek.

D. Prosedur Pengendalian Dan Pengujian Transaksi Utang Jangka Panjang


Terdapat beberapa pengendalian umum yang harus ada untuk kepentingan asersi atas
utang jangka panjang, yaitu:
a. Keterjadian Dan Otorisasi
Entitas harus memiliki pengendalian untuk memastikan bahwa adanya pinjaman
jangka panjang secara layak dimulai oleh orang yang memiliki otorisasi. Kecukupan
dokumentasi harus memverifikasikan bahwa wesel atau obligasi diotorisasi dengan
layak.
b. Kelengkapan
Klien harus memlihara catatan rinci ynag memadai atas transaksi utang jangka
panjang untuk memastikan bahwa seluruh pinjaman dan pembayaran kembali pokok
utang serta bunganya dicatat dengan memadai.
c. Penilaian
Transaksi wesel dan obligasi dicatat dalam catatan akuntansi pada nilai nominalnya
ditambah  atu dikurangi adanya premi atau diskonto. Premi atau diskonto harus
diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif untuk menghitung beban
bunga. Kadang kala entitas menanggung biaya penerbitan seperti biaya penjamin
emisi, biaya hukum dan biay akuntansi.
d. Pengungkapan-Klasifikasi
Pengendalian harus memastikan bahwa wesel dan obligasi diklasifikasikan dengan
tepat dalam laporan keuangan. Isu utamanya adalah untuk mengklasifikasikan dengan
tepat bagian utang jangka panjang yang akan jatuh tempo tahun depan sebagai
kewajiban jangka pendek.
Prosedur Analisis Substantif Atas Utang Jangka Panjang
Strategi substantif untuk mengaudit utang jangka panjang mencakup pemeriksaan adanya
perjanjian utang yang baru, penentuan status perjanjian utang yang lama, dan
pengonfirmasian saldo serta informasi relevan lainnya kepada pihak-pihak luar. Prosedur
analitis substantif sangat bermanfaat dalam mengaudit beban bunga dikarenakan hubungan
langsung antara tingkat bunga yang disajikan dengan jumlah utang jangka panjang. Auditor
dapat mengestimasi beban bunga melalui perkalian saldo 12 bulanan utang jangka panajang
dengan rata-rata tingkat bunga. Kewajaran beban bunga dapat ditentukan dengan
membandingkan estimasi ini terhadap jumlah beban bunga yang tercatat dalam buku besar.
Jika jumlah keduanya tidak berbeda secara material, auditor dapat menyimpulkan bahwa
beban bunga disajikan secara wajar.
Umumnya auditor memulai audit utang jangka panjang dengan memperoleh skedul
analisis wesel bayar, utang obligasi, dan utang bunga. Skedul tersebut meliputi informasi
pihak penerima pemabayaran, tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, jumlah dasar, jaminan, dan
beban bunga yang dibayar, dan yang masih terutang.
Asersi yang paling penting diuji, yaitu setiap instrumen utang dikonfirmasikan ke
kreditor dan mencakup permintaan untuk memverifikasi jumlah yang dipinjam dan tanggal
terakhir bunga dibayarkan. Konfirmasi utang dan bunga yang masih harus dibayar
memberikan bukti atas asersi keberadaan, kelengkapan, dan penilaian. Jika utang klien
dijamin oleh pihak lain, konfirmasi harus dikirim ke penjamin untuk mengkonfirmasikan
jaminan tersebut. Auditor juga memeriksa tanggal jatuh tempo utang untuk memastikan
klasifikasi yang tepat antara kewajiban lancar dan jangka panjang. Auditor juga memeriksa
perjanjian utang untuk adanya perjanjian yang bersifat membatasi yang memerlukan
pengungkapan dalam catatan kaki.
17. Audit Atas Rekening Ekuitas

Deskripsi Ekuitas

Secara umum, Ekuitas/modal merupakan hak pemilik atas aktiva perusahaan yang

merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas pada berbagai

jenis usaha dapat berupa berbagai jenis dan bentuk. Hal ini tergantung dari jenis usaha yang

dijalankan serta bentuk dari entitas itu sendiri.

Berikut ini beberapa ekuitas yang diklasifikasikan berdasarkan bentuk entitasnya:

1. Perusahaan terbuka (go public)

Ekuitas dari perusahaan terbuka (go public) terdiri dari modal yang disetor oleh

pemegang saham dan sisa laba yang ditahan (retained earning). Dari segi

perusahaan, Ekuitas merupakan kewajiban perusahaan kepada para pemegang

saham. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan (pemegang saham), ekuitas adalah

bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).

2. Perusahaan perseorangan

Di dalam suatu perusahaan perorangan, ekuitas terdiri atas ekuitas pemilik tunggal;

laba yang diperoleh dalam suatu periode; dan tambahan setoran ekuitas yang

menambah saldo ekuitas, kerugian yang diderita dalam suatu periode dan

pengambilan prive akan mengurangi saldo ekuitas.

3. Firma

Di dalam suatu firma (partnership) ekuitas terdiri atas ekuitas lebih dari satu partner.

Ekuitas masing-masing partner akan bertambah dengan adanya pembagian laba atau
tambahan setoran ekuitas dan akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian

atau pengambilan prive.

4. Koperasi

Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, ekuitas utamanya adalah simpanan

pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada

saat seorang anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah simpanan

pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil usaha termasuk

cadangan.

Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas

Tujuan pengujian subtantif terhadap ekuitas pemegang saham adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang berkaitan dengan

2. Membuktikan bahwa saldo ekuitas saham mencerminkan kepentingan

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat selama tahun yang dicatat selama tahun

yang diaudit dan kelengkapan saldo pemegang saham yang disajikan di neraca.

4. Membuktikan bahwa saldo ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di neraca

merupakan klaim pemilik terhadap aktiva entitas.

5. Membuktikan kewajaran penilaian ekuitas pemegang saham yang dicantumkan di neraca.

6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan ekuitas pemegang sahamdi neraca.

Pengujian Pengendalian Terhadap Ekuitas

Pengendalian internal adalah rencana, metode, prosedur, dan kebijakan yang didesain

oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas tercapainya efisiensi dan
efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan terhadap aset,

ketaatan/kepatuhan terhadap undang- undang, kebijakan dan peraturan lain.

Beberapa pengendalian intern yang penting akan diutamakan oleh auditor, yaitu:

(1) otorisasi yang memadai atas transaksi

(2) pencatatan yang memadai dan pemisahan tugas antara pencatatan ekuitas pemilik

dan penanganan kas serta sertifikat saham

(3) penggunaan petugas serta agen penjualan saham yang bebas.

Pengujian Substantif Terhadap Ekuitas

Program pengujian subtantif terhadap ekuitas pemegang saham berisi prosedur audit

yang dirancang untuk mencapai tujuan audit. Adapun program yang dimaksud dapat

diklasifikasikan menjadi lima golongan, yait:

(1) prosedur audit awal

(2) prosedur analitik

(3) pengujian terhadap transaksi rinci

(4) pengujian terhadap akun rinci

(5) verifikasi penyajian dan pengungkapan


18. Audit Atas Rekening Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang

dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan

beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.

Nilai-nilai yang Tercatat pada Laporan Laba Rugi:

 Akun Pendapatan. Penjualan Umum - 4101: Nilai yang akan otomatis terhitung ketika

ada penjualan masuk atau ada Invoice Penjualan yang dibuat.

 Akun Beban Pokok.

 Akun Beban Operasional & Beban Penyusutan.

 Akun Pendapatan Lain.

 Akun Beban Lain & Pajak

Manfaat Audit Laporan Laba Rugi Perusahaan:

1) Memastikan internal control perusahaan atas pendapatan dan beban.

2) Apabila internal control atas pendapatan cukup kuat, maka menunjukkan bahwa

seluruh pendapatan periode tersebut bisa diterima dan dicatat perusahaan.

Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:

1. Penerimaan Perikatan Audit. Perikatan merupakan suatu kesepakatan kedua belah

pihak.
2. Perencanaan Proses Audit. Merencanakan proses audit adalah tahapan selanjutnya

yang harus diketahui auditor.

3. Pelaksanaan Pengujian Audit.

4. Pelaporan Audit.

19 Penyelesaian Audit

Standar audit telah menyebutkan bahwa tujuan dari dilakukannya pengauditan atas
laporan keuangan adalah untuk meningkatkan keyakinan bagi para pengguna laporan
keuangan. Hal ini dicapai melalui sebuah pernyataan atau opini auditor tentang apakah
laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku. Audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar audit dan
persyaratan etika yang relevan, memungkinkan bagi auditor untuk memberikan opini audit
secara tepat. Opini tersebut menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Dalam rangka memperoleh kesimpulan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar, auditor mengumpulkan bukti yang cukupdan tepat untuk menyediakan dasar
bagi opini audit yang akan diberikannya. Apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, atau tidak mungkin untuk menyatakan pendapat karena bukti
audit yang tidak mencukupi, maka auditor betanggung jawab untuk menyatakan hal tersebut
kepada pengguna laporan keuangan dalam laporan auditnya. Dalam mengembangkan tujuan
audit atas laporan keuangan, berikut adalah tahapan- tahapan yang akan ditempuh auditor.
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab dari suatu pengauditan.
2. Membagi laporan keuangan ke dalam siklus-siklus.
3. Memahami asersi manajemen terkait laporan keuangan yang akan diaudit.
4. Memahami tujuan umum audit untuk golongan transaksi,akun,dan
pengungkapannya.
5. Memahami tujuan khusus audit untuk golongan transaksi,akun dan
pengungkapannya.

PENYELESAIAN AUDIT
Melakukan Review atas Peristiwa Kemudian Tanggung jawab auditor untuk menilai
kewajaran laporan keuangan klien tidak terbatas pada pemeriksaan atas peristiwa dan
transaksi yang terjadi hingga tanggal neraca. AU 560, Subsequent Events, menyatakan bahwa
auditor juga mempunyai tanggung jawab spesifik atas peristiwa dan transaksi yang :
 mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan
 terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum penerbitan laporan keuangan serta
laporan auditor Auditor harus mengidentifikasi dan mengevaluasi peristiwa kemudian sampai
tanggal laporan auditor, yang biasanya merupakan akhir dari pekerjaan lapangan.

Tanggung jawab ini dapat dilaksanakan dalam dua cara berikut :


 Mewaspadai peristiwa kemudian dalam melaksanakan pengujian substantif
akhir tahun seperti pengujian pisah batas dan mencari kewajiban yang belum
tercatat
 Melaksanakan prosedur audit yang ditetapkan dalam AU 560.12

Membaca Notulen Rapat


Notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan subkomitenya, seperti komite
keuangan dan komite audit, dapat memuat hal-hal yang mempunyai signifikansi audit.
Pembacaan notulen rapat biasanya dilakukan segera setelah hal itu tersedia, guna
memberikan auditor kesempatan maksimum untuk menilai signifikansi auditnya.
Pembacaan notulen rapat oleh auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja.
Mendapatkan Bukti Mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian
Pertimbangan audit
SAS 12 (AU 337.04) menyatakan bahwa auditor harus mendapatkan bukti-bukti
tentang :
 Eksistensi kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang menunjukan
ketidakpastian mengenai kemungkinan terjadinya kerugian pada suatu entitas
dari litigasi, klaim, penilaian (LCA)
 Periode dimana penyebab yang mendasari tindakan hukum terjadi
 Tingkat probabilitas hasil yang tidak menguntungkan
 Jumlah atau rentang kerugian yang potensial Surat pertanyaan audit AU 337.08
menunjukkan bahwa surat pertanyaan audit kepada ahli hukum klien merupakan sarana
utama bagi auditor untuk mendapatkan informasi pendukung tentang LCA yang diserahkan
oleh manajemen.

Pengaruh jawaban terhadap laporan auditor


Jawaban ahli hukum mungkin tidak mempunyai pengaruh terhadap laporan auditor.
Yaitu, auditor dapat mengeluarkan suatu laporan standar dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian.

Mendapatkan Surat Representasi Klien


Auditor diwajibkan untuk mendapatkan representasi tertulis tertentu dari manajemen
dalam memenuhi sandar ketiga pekerjaan lapangan. Hal ini dapat dicapai melalui surat
representasi manajemen, yang umumnya dikenal sebagai surat rep. AU 333
menjelaskan bahwa representasi merupakan bagian dari barang bukti tetapi bukan
pengganti penerapan prosedur audit yang diperlukan untuk mendapatkan dasar yang
layak atas suatu pendapat. Surat representasi itu harus mencakup representasi mengenai
:
 Laporan keuangan
 Kelengkapan informasi
 Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
 Peristiwa kemudian

Melaksanakan Prosedur Analitis


Prosedur analitis disyaratkan dalam penyelesaian audit sebagai review keseluruhan
atas laporan keuangan. SAS 56 (AU 329.22) menyatakan bahwa tujuan dari review
keseluruhan adalah untuk membantu auditor menilai kesimpulan yang dicapai dalam audit
dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Berbagai prosedur analitis dapat digunakan. Prosedur itu harus :
 Diterapkan pada bidang-bidang audit yang kritis yang diidentifikasi selama
audit
 Didasarkan atas laporan keuangan sesudah semua penyesuaian dan reklasifikasi
audit telah diakui

MENGEVALUASI TEMUAN
Membuat Penilaian Akhir tentang Materialitas dan Risiko Audit
Prasyarat yang esensial dalam memutuskan suatu pendapat yang akan dikeluarkan
adalah penilaian akhir atas materialitas dan risiko audit. Titik tolak untuk melakukan
proses ini adalah menjumlahkan salah saji-salah saji yang ditemukan ketika memeriksa
semua akun yang belum dikoreksi oleh klien. Penentuan auditor atas salah saji dalam
suatu akun dapat mencakup komponen berikut :
 Salah saji yang belum dikoreksi yang secara spesifik diidentifikasi melalui pengujian
substantive atas rincian transaksi dan saldo
 Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi melalui teknik
sampling audit
 Estimasi salah saji yang dideteksi melalui prosedur analitis dan dikuantifikasi
oleh prosedur audit lainnya
Mengevaluasi Going Concern (Kelanjutan Usaha) AU 341 menetapkan tanggung
jawab auditor untuk mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial tentang kemampuan
klien untuk mempertahankan kelanjutan usahanya selama suatu periode waktu yang layak,
yaitu tidak melebihi satu tahun di luar tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.
Biasanya, informasi yang akan menimbulkan keraguan yang substansial tentang asumsi
kelanjutan usaha berkaitan dengan ketidakmampuan entitas untuk terus memenuhi
kewajibannya ketika jatuh tempo tanpa diposisi aktiva yang besar di luar arah bisnis yang
biasa, merestrukturisasi hutang, merevisi operasinya yang dipaksa dari luar, atau melakukan
tindakan yang serupa.
Melakukan Review Teknis atas Laporan Keuangan
Sebelum mengeluarkan laporan audit atas klien yang merupakan perusahaan terbuka,
review teknis juga harus dilakukan atas laporan itu oleh partner yang bukan anggota
tim audit. Daftar periksa tersebut mencakup hal-hal yang berkenaan dengan bentuk dan
isi dari masing-masing laporan keuangan dasar termasuk pengungkapan yang
disyaratkan.
Merumuskan Pendapat dan Membuat Naskah Laporan Audit Dalam penyelesaian audit,
auditor perlu memisahkan temuan-temuan dengan mengikhtisarkan dan mengevaluasinya
untuk tujuan menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung
jawab akhir atas langkah-langkah ini terletak pada partner yang melakukan penugasan itu.
Sebelum mengambil keputusan akhir tentang pendapat, biasanya diadakan suatu konferensi
dengan klien. Pada pertemuan ini, auditor melaporkan semua temuannya secara lisan dan
berusaha memberikan dasar
pemikiran untuk melakukan penyesuaian yang diusulkan dan / atau pengungkapan tambahan.
Melakukan Review Akhir atas Kertas Kerja Review ini dilakukan untuk mengevaluasi
pekerjaan yang dilakukan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang dibuat oleh penyusun
kertas kerja. Review tambahan atas kertas kerja dapat dilakukan pada akhir pekerjaan
lapangan oleh anggota tim audit. Tingkatan review yang dapat dilakukan dalam penyelesaian
audit yaitu :
 Manajer, mereview kertas kerja yang disiapkan oleh auditor senior dan
mereview beberapa atau semua kertas kerja yang direview oleh auditor
 Partner yang bertanggung jawab atas penugasan, mereview kertas kerja yang
disiapkan oleh manajer dan mereview kertas kerja lainnya atas dasar selektif

BERKOMUNIKASI DENGAN KLIEN


Mengkomunikasikan Hal-hal tentang Struktur Pengendalian Internal AU 325
mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan, yang
didefinisikan sebagai hal yang merupakan kekurangan yang signifikan dalam perancangan
atau operasi pengendalian internal, yang dapat berpengaruh buruk terhadap kemampuan
organisasi untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan
yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. AU 325.11 menyatakan
bahwa setiap laporan yang diterbitkan mengenai kondisi yang dapat dilaporkan harus :
 Menunjukkan bahwa tujuan audit adalah melaporkan tentang laporan keuangan
dan bukan memberikan kepastian tentang pengendalian internal
 Menyertakan definisi tentang kondisi yang dapat dilaporkan
 Menyertakan pembatasan pembagian

Mengkomunikasikan Hal-hal yang Bersangkutan dengan Pelaksanaan Audit

AU 380 mempersyaratkan auditor untuk menyampaikan hal-hal tertentu berkenaan


dengan pelaksanaan audit kepada mereka yang bertanggung jawab mengawasi proses
pelaporan keuangan. AU 380.06-14 menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit
dapat mencakup hal-hal berikut :
 Tanggung jawab auditor menurut GAAS
 Kebijakan akuntansi yang signifikan
 Pertimbangan auditor tentang mutu prinsip akuntansi entitas
 Pertimbangan manajemen dan estimasi akuntansi
 Penyesuaian audit yang signifikan
 Ketidak sepakatan dengan manajemen
 Konsultasi dengan akuntan lain
 Masalah penting yang dibahas dengan manajemen sebelum penarikan diri
 Kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan audit

Menyiapkan Surat Manajemen


Ketika menyelesaikan suatu audit, banyak auditor menganggap bermanfaat untuk
menulis surat kepada manajemen, yang dikenal sebagai surat manajemen, yang memuat
rekomendasi yang tidak termasuk dalam komunikasi yang disyaratkan dengan komite audit.
Surat manajemen dapat mencakup komentar tentang :

Hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian internal yang tidak dipertimbangkan sebagai
kondisi yang dapat dilaporkan.
 Rekomendasi mengenai pengelolaan sumber daya dan jasa bernilai tambah
yang tercatat selama audit.
 Hal-hal yang bersangkutan dengan pajak

TANGGUNG JAWAB SETELAH AUDIT

Peristiwa Kemudian Di Antara Tanggal Neraca dan Penerbitan Laporan

SAS 1 (AU 530) menyatakan bahwa auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk
mengajukan pertanyaan atau melaksanakan suatu prosedur audit apapun selama
periode waktu antara akhir pekerjaan lapangan dan penerbitan laporan audit guna
menemukan peristiwa kemudian yang material.

Penemuan Fakta yang Ada pada Tanggal Laporan


Auditor tidak mempunyai tanggung jawab untuk menemukan fakta yang ada setelah
audit pada laporan keuangan. Namun, SAS 1 (AU 561.04), menunjukkan bahwa juka
(1) auditor menyadari adanya fakta tersebut dan (2) fakta itu mungkin mempengaruhi
laporan yang telah dikeluarkan, maka auditor diwajibkan untuk memastikan reliabilitas
informasi itu.

Penemuan Prosedur yang Dihilangkan

Ketika menemukan suatu prosedur yang telah dihilangkan, auditor harus menilai
kepentingan hal itu bagi kepentingan hal itu bagi kemampuannya saat ini untuk
mendukung pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan. AU 390.05 menunjukkan
jika auditor memutuskan bahwa pendapatnya tidak dapat didukung dan ia yakin bahwa
orang-orang saat ini mengandalkan pada laporan itu, maka auditor harus segera
melaksanakan prosedur yang dihilangkan atau prosedur alternative yang akan
memberikan dasar yang memuaskan atas pendapatnya.

Anda mungkin juga menyukai