NPM : 1112197017
UTS AUDITING 2
1.Jelaskan pengertian serta sifat Aset Takberwujud menurut PSAK No.19 dan jelaskan pula
bagaimana pengakuan, pengukuran serta penyajian & pengungkapannya ?
•Pengertian dan sifat Aset Takberwujud menurut PSAK No.19 (revisi 2015) 19.2 & 19.3:
Aset takberwujud adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik. Biaya
perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan
persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
1)Aset tak berwujud diakui jika, dan hanya jika:
a.Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut; dan
b.Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara handal.
2)Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas menggunakan
asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik
manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut.
3)Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari
penggunaan aset tekberwujud, entitas mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat
pengakuan awal aset takberwujud dengan memberikan penekanan yang lebih besar pada bukti
ekstern.
4)Aset takberwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan
Aset tak berwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada nilai
wajar:
I.Nilai wajar pada pengakuan awal aset tersebut;
II.Jumlah tercatat; dan
III.Aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau revaluasi.
•Pengukuran setelah pengakuan Tidak Berwujud menurut PSAK No.19 (revisi 2015) 19.34 :
1.Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset takberwujud selama umur
manfaatnya. Metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan aset atas dasar yang
sistematis selama umur manfaatnya. (metode garis lurus, metode saldo menurundan metode
unit unit produksi)
2.Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti
biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
3.Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam laporan posisi keuangan setelah
dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai.
4.Nilai residu dari aset takberwujud adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas saat
ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset, jika aset telah
mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
5.Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu
aset atas jumlah terpulihkannya.
•Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, dipisahkan
antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset takberwujud lain :
a.Umur manfaat dan tingkat amortisasi
b.Metode amortisasi
c.Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi
d.Pos dalam L/R komprehensif – amortisasi
e.Rekonsiliasi – Penurunan nilai aset PSAK 48 (revisi 2009) – (jika ada)
•Suatu kelompok aset tak berwujud : pengelompokan aset yang memiliki sifat dan digunakan
yang serupa dalam kegiatan operasional entitas. Contoh dari kelompok terpisah mencakup:
a.Nama merk;
b.Kepala surat kabar dan judul publisitas;
c.Peranti lunak computer;
d.Lisensi dan waralaba;
e.Hak cipta, paten dan hak kekayaan intelektual industry lain, serta hak operasional dan
penyedia jasa lain;
f.Resep, formula, model, desain dan purwarupa; dan
g. Aset takberwujud dalam pengembangan.
2. Ciri Internal Kontrol yang baik atas liabilitas jangka pendek adalah
2.Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya, kemudian
periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang (kewajiban) di
buku besar (controlling account).
3.Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary
ledger utang usaha (jika jumlah suppliernya banyak, tidak usah 100%).
4.Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa
supplier, perhatikan apa angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order, receiving
report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematic (mathematical accuracy) dari
dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5.Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus dilakukan
rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut dengan saldo subsidiary
ledger utang.
6.Pertimbangkan untuk mengirim komfirmasi kepada beberapa supplier baik yang saldonya
besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7.Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent payment)
untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) dan nuntuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo
liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8.Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun
kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjian kreditnya dan buatkan
excerpt dari perjanjiian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit
bank tersebut.
9.Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusaaan afiliasi, yang
harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa
perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
10.Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang Sewa) dan apakah bagian yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai liabilitas
jangka pendek.
11.Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan tie-
up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang dicantumkan pada laporan laba rugi.
Perhatikan juga aspek pajaknya.
12.Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini merupakan
uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang dibeli tetapi sudah
dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar (material) harus direklasifikasi sebagai piutang.
13.Seandainya ada uang muka penjualan pertanggal laporan posisi keuangan (neraca), periksa
bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di periode
berikutnya (subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh
pembeli.
14.Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu
tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek.
15.Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang
terjadi dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
16.Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi pada periode
berikutnya. Seharusnya utang PPh 21 dan PPn per 31 Desembar dilunasi di bulan Januari tahun
berikutnya. Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan
memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir).
17.Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus
diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
18.Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum
dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
20.Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP atau
PSAK atau IFRS.
Jenis-Jenis
Kewajiban Jangka Panjang terdiri dari:
- Pinjaman Luar Negeri;
- Pinjaman Dalam Negeri;
- Utang ObligasijSurat Utang Negara (SUN);
- Utang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN);
- Utang Pembelian Cicilan;
- Utang Kemitraan;
- Utang Jangka Panjang Lainnya;
- Kewajiban yang timbul berdasarkan Tuntutan Hukum;
- Kewajiban Pemerintah terkait Pensiun; dan
- Kewajiban atas Kebijakan Pemerintah
Contoh transaksi:
- Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang Jatuh Temponya Lebih dari satu tahun:
Wesel bayar yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yaitu suatu pernyataan tertulis
dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar sejumlah tertentu, pada tanggal
tertentu, dengan memperhitungkan tingkat bunga tertentu.
- Utang kepada Pemegang Saham atau Perusahaan induk (Holding Company) atau
perusahaan Afiliasi (Affilliated Company):
Biasanya diberikan untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan afiliasi yang
baru mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman.
- Utang Subordinasi (Subordinated Loan):
Utang Subordinasi yaitu utang dari pemegang saham atau perusahaan induk, yang
mempunyai beberapa sifat: Tanpa bunga; Baru dibayar kembali pada saat
perusahaan telah mempunyai kemampuan untuk membayar kembali utangnya;
Mempunyai kemungkinan untuk dialihkan sebagai setoran modal.
5. Menguji asersi “existence & occurrence” dan “completeness” rekening stock holder equities
adalah :
Sejak perencanaan audit sampai dengan penerbitan laporan audit, auditor harus
mempertimbangkan berbagai macam risiko. Pada tahap perencanaan audit, auditor harus
mempetimbangkan risiko bawaan (inherent risk) suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo
akunatau asersi tentang saldo akun. Sebagai contoh, perhitungan yang lebih rumit lebih mungkin
mengakibatkan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk mengurangi
risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang
material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan
dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
c) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan
merupakan audit tahun pertama
Auditor harus menentukan bahwa saldo awal mencerminkan penerapan kebijakan akuntansi yang
semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan
tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapannya, auditor
harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakukan, dan
dipertanggunghjawabkan, serta diungkapkan.
Langkah-langkah prosedur audit untuk menguji asersi “existence & occurrence” dan “completeness”
rekening stock holder equities adalah :
1.Pelajari dan evaluasi internal control atas permodalan dan transaksi jual beli saham, pembagian
dan pembayaran dividen dan sertifikat saham.
2.Minta salinan (copy) dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Hukum dan HAM, SK
BKPM/BKPMD, SK Bapepam-LK, SK Presiden, untuk disimpan dalam permanent file.
3.Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan modal yang tercantum di
laporan posisi keuangan (neraca) dan penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
4.Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang mempunyai tambahan setoran modal
dalam periode yang diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya serta otorisasi
dari pejabat perusahaan yang berwenang dan instansi pemerintah.
6.Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam perkiraan retained earnings/deficit,
untuk mengetahui apakah perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang dan apakah adjustment ke retained earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya
cukup material.
8.Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/deficit) sudah mencapai 75%
dari modal disetor, kalau ini terjadi harus ada penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan.
9.Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham atau Biro Administrasi Efek
(Stock Transfer Agent).
11.Periksa apakah penyajian permodalan di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan atas
laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.