Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Audit laporan keuangan bertujuan menentukan apakah laporan keuangan


secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan krietria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria itu adalah prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keungan yang
disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan akuntansi organisasi yang bersangkutan.

Asumsi dasar dari suatu audit laporan keungan adalah bahwa laporan
tersebut akan dimanfaatkna kelompok-kelompok berbeda untuk maksud yang
berbeda. Oleh karenanya, jauh lebih efisien memperkerjakan satu auditor

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yang terdiri dari langkah-


langkah yang berurutan, termasuk :

1. Evaluasi internal accounting control

2. Test terhadap substansi transaksi-transaksi dan saldo

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk


Perseroan Terbatas (PT) yang dikelola oleh manajemen profesional yang ditunjuk
oleh pemegang saham. Biasanya setahun sekali dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) para pemegang saham akan meminta pertanggungjawaban
manajemen perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.
B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian liabilitas jangka panjang dan bagaimana contohnya ?

2. Apa tujuan pemeriksaan liabilitas jangka panjang ?

3. Bagaimana audit prosedur yang disarankan ?

C. Tujuan

Adapun tujuannya adalah pembaca dapat mengetahui dan memahami bagaimana


konsep pemeriksaan terhadap liabilitas jangka panjang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA PANJANG

1. Definisi Liabilitas Jangka Panjang

Liabilitas jangka panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak


ketiga, yang jatuh tempo atau harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu
tahun.

Menurut PSAK (IAI, 2015: 1.8), Kewajiban berbunga jangka panjang


tetap diklasifikasikan sebagai kewajiban yang panjang, walaupun kewajiban
tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal
laporan posisi keuangan, apabila:

a) Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua
belas

b) Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan


pendanaan bulan;

c) Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan


kembali atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati
sebelum laporan jangka panjang, dan keuangan disetujui.

Terdapat kewajiban yang akan jatuh tempo dalam siklus operasi tahun
berikutnya, diharapkan dapat dibiayai kembali atau diperpanjang kembali
sehingga tidak diharapkan adanya penggunaan modal kerja lancar. Kewajiban
seperti itu merupakan bagian dari pembiayaan jangka panjang perusahaan
yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam hal tidak
terdapat perjanjian mengenai pembiayaan kembali, maka pembiayaan kembali
tidak dapat diasumsikan akan terjadi secara otomatis sehingga liabilitas harus
diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek. Perjanjian kembali harus
secara resmi disepakati sebelum laporan keuangan yang disetujui
membuktikan bahwa pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) subtansi
liabilitas merupakan liabilitas jangka panjang.

2. Contoh Liabilitas Jangka Panjang

Beberapa contoh liabilitas jangka panjang:

1. Kredit Investasi (Long Term Loan)

Kredit investasi yaitu pinjaman dari bank atau lembaga keuangan bukan
bank. yang digunakan untuk pembelian aset tetap, kecuali tanah, misalnya
gedung dan mesin.

Jika pinjaman tersebut diperoleh dari bank atau lembaga keuangan di luar
negeri, disebut off-shore loan. Dalam hal ini pinjaman diperoleh dalam
mata uang asing dan pembayaran kembali pinjaman maupun bunganya
juga dilakukan dalam mata uang asing.

Tingkat bunga off-shore-loan biasanya lebih rendah dari tingkat bunga


pinjaman dalam negeri, yaitu satu atau dua persen di atas LIBOR (London
Inter Bank Offered Rate) atau SIBOR (Singapore Inter Bank Offered
Rate).. Tingkat bunga kredit investasi biasanya lebih rendah dari tingkat
bunga kredit modal kerja (working capital loan).

2. Utang Obligasi (Bond Payable)

Utang obligasi yaitu pinjaman jangka panjang yang diperoleh suatu


perusahaan dengan menjual obligasi, di dalam negeri maupun di luar
negeri. Di Indonesia, perusahaan yang mengeluarkan obligasi harus
mengikuti peraturan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Saat ini sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang
mengeluarkan obligasi, misalnya: Jasa Marga, Astra, Bakrie & Brothers,
Indomobil, dan lain-lain. Ada beberapa jenis obligasi adalah sebagai
berikut.

a. Registered Bonds

b. Coupon Bonds atau Bearer Bonds

c. Term Bonds

d. Serial Bonds

e. Convertible Bonds

f. Callable Bonds

g. Secured Bonds

h. Unsecured Bonds (Debenture Bonds)

3. Wesel Bayar (Promissory Notes/Pronotes) yang Jatuh temponya lebih dari


Satu Tahun

Wesel bayar yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yaitu suatu
pernyataan tertulis dari debitur bahwa ia berjanji untuk membayar sejumlah
tertentu, pada tanggal tertentu, dengan memperhitungkan tingkat bunga
tertentu.

4. Utang kepada Pemegang Saham atau Perusahaan Induk (Holding


Company) atau Perusahaan Afiliasi (Affilliated Company)
Biasanya diberikan untuk membantu perusahaan anak atau perusahaan
afiliasi yang baru mulai beroperasi dan membutuhkan pinjaman. Pinjaman
tersebut bisa dikenakan bunga, bisa juga tanpa dikenakan bunga.

5. Utang Subordinasi (Subordinated Loan)

Utang subordinasi yaitu utang dari pemegang saham atau perusahaan


induk, mempunyai beberapa sifat:

a. tanpa bunga;

b. baru dibayar kembali pada saat perusahaan telah mempunyai


kemampuan untuk membayar kembali utangnya;

c. mempunyai kemungkinan untuk dialihkan sebagai setoran modal.

6. Bridging Loan

Bridging loan yaitu pinjaman sementara yang akan dikembalikan jika


kredit investasi yang dibutuhkan perusahaan sudah diperoleh. Tingkat
bunga biasanya lebih tinggi dari tingkat bunga pasar dan bisa berupa short
term loan atau long term loan.

7. Utang Leasing (Utang dalam Rangka Sewa Guna)

Yaitu utang yang diperoleh dari perusahaan leasing untuk pembelian aset
tetap (dalam bentuk capital lease atau sales and lease back) dan biasanya
dicicil dalam jangka panjang.

Bagian dari utang leasing yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1
tahun dikelompokkan sebagai utang jangka pendek. Sedangkan yang jatuh
temponya lebih dari satu tahun dikelompokkan sebagai liabilitas jangka
panjang. Sekarang ini istilah yang digunakan dalam PSAK adalah utang
sewa.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) LIABILITAS
JANGKA PANJANG

Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka panjang adalah untuk menentukan apakah:

1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang;

2. Liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat


seluruhnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan diotorisasi oleh
pejabat perusahaan yang berwenang;

3. Liabilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)


betul betul merupakan kewajiban perusahaan;

4. Liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang
dijaminkan sudah diidentifikasi;

5. Liabilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan;

6. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka panjang serta
amortisasi dari premium/discount obligasi telah dicatat per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca):

7. Biaya bunga liabilitas jangka panjang yang tercatat pada tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan
merupakan beban perusahaan:

8. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan


sehingga tidak terjadi bank "default":
9. Bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yang
akan datang sudah direklasifikasi sebagai kewajiban lancar;

10. Liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan bunga yang timbul
sudah dicatat dengan akurat dan diklasifikasikan serta diungkapkan dalam
laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang

1. Menentukan apakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
panjang.

Perlu diperhatikan beberapa ciri internal control yang baik atas liabilitas
jangka panjang.

a) Perolehan liabilitas jangka panjang harus mendapat persetujuan


pejabat perusahaan yang berwenang (Direksi, Dewan Komisaris,
Rapat Umum Pemegang Saham), biasanya dalam bentuk notulen
rapat.

b) Liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata


uang asing di-cover dengan SWAP, untuk mencegah kerugian yang
timbul jika terjadi depresiasi nilai rupiah ataupun devaluasi.

c) Perusahaan yang menjual obligasi sebaiknya menggunakan


independent trustee (biro administrasi efek) untuk:

1. mengadministrasikan obligasi yang beredar;

2. mengurus pembayaran bunga obligasi;

3. mengurus pelunasan obligasi yang jatuh tempo.


2. Menentukan apakah liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban
perusahaan sudah dicatat seluruhnya per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) dan diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

Maksudnya auditor harus yakin bahwa seluruh liabilitas jangka panjang


perusahaan sudah dicatat dan dilaporkan seluruhnya di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), jangan
sampai ada yang belum tercatat (unrecorded) misalnya jika ada utang leasing
untuk pembelian mesin, maka harga perolehan mesin dan utang leasing harus
dicatat sebesar nilai tunainya. Selain itu auditor harus yakin bahwa seluruh
liabilitas jangka panjang sudah diotorisasi oleh Direksi, Dewan Komisaris,
atau Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Menentukan apakah liabilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi


keuangan (neraca) betul-betul merupakan kewajiban perusahaan.

Maksudnya auditor harus yakin bahwa liabilitas jangka panjang yang


diperoleh perusahaan dari pihak ketiga dan dilaporkan di laporan posisi
keuangan (neraca) perusahaan, betul-betul digunakan untuk kepentingan
membiayai kegiatan operasi perusahaan, bukan digunakan oleh pihak lain.
Sebab kadang-kadang terjadi bahwa suatu perusahaan mendapatkan kredit
investasi dari bank, namun sebagian besar dana dari kredit investasi tersebut
digunakan oleh anak perusahaan.

Misalnya: PT ABC Holding memperoleh kredit investasi dari Bank XYZ


sebesar Rp5.000.000.000. Dari jumlah tersebut, yang digunakan PT ABC
hanya Rp1.000.000.000 yang lainnya digunakan oleh anak perusahaannya,
yaitu PT A (Rp1.000.000.000), PT B (Rp2.000.000.000) dan PTC
(Rp1.000.000.000).
4. Untuk menentukan apakah liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal
claim atau aset yang dijaminkan sudah diidentifikasi.

Maksudnya auditor harus yakin bahwa bila ada kewajiban yang berasal dari
tuntutan hukum yang sudah pasti, kewajiban tersebut sudah dicatat oleh
perusahaan dan dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca).

Selain itu jika ada aset perusahaan yang dijadikan jaminan atas liabilitas
jangka panjang maka liabilitas jangka panjang tersebut sudah dicatat dan
dilaporkan di laporan posisi keuangan (neraca) oleh perusahaan.

5. Menentukan apakah liabilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/ dikreditkan
pada laba rugi tahun berjalan.

Misalnya: Tanggal 1 Desember 2015 PT A memperoleh kredit investasi


sebesar US$ 1.000.000, kurs saat itu Rp13.000 per 1 US$. Kurs tengah Bank
Indonesia per 31 Desember 2015 adalah Rp13.500 per 1 US$.

Journal entry yang seharusnya dibuat perusahaan adalah:

1 Desember 2015 : DR. Bank Rp 13.000.000.000

CR. Liabilitas jangka panjang Rp. 13.000.000.000

31 Desember 2015 : DR. Laba/rugi selisih kurs Rp 500.000.000

CR. Liabilitas jangka panjang Rp. 500.000.000

Untuk mencatat kerugian selisih kurs sebesar: Rp500 x Rp1.000.000 =


Rp500.000.000
6. Menentukan apakah biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas
jangka panjang serta amortisasi dari premium/discount obligasi telah dicatat
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dalam jumlah yang akurat.

Kadang-kadang klien lupa untuk mencatat biaya bunga yang terutang, atau
tidak mengecek lagi perhitungan pembebanan amortisasi dari
premium/discount obligasi. Oleh karena itu, auditor harus mengecek
perhitungan pembebanan bunga dan amortisasi premium/discount obligasi.

7. Menentukan apakah biaya bunga liabilitas jangka panjang yang tercatat pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul telah terjadi, dihitung
secara akurat dan merupakan beban perusahaan.

Maksudnya auditor harus yakin bahwa biaya bunga yang tercantum di laporan
laba rugi, betul-betul merupakan beban perusahaan, bukan beban perusahaan
lain yang dijadikan beban perusahaan untuk tujuan tertentu. Selain itu auditor
harus yakin bahwa perhitungan pembebanan bunga terhindar dari kesalahan
hitung.

8. Menentukan apakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti


oleh perusahaan sehingga tidak terjadi "bank default".

Bank default maksudnya pelanggaran terhadap kriteria-kriteria yang


tercantum dalam perjanjian kredit. Misalnya:

a. Tidak boleh membagi dividen sebelum kewajiban kepada bank dilunasi.

b. Tidak boleh mengganti "manajer kunci" tanpa seizin bank.

c. Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu.

d. Penambahan aset tetap melalui leasing atau pinjaman baru harus seizin
bank.
Jika terjadi bank default, maka hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan
atas laporan keuangan.

9. Menentukan apakah bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai liabilitas
lancar.

Auditor harus yakin bahwa tidak ada kesengajaan dari klien untuk tidak
mereklasifikasi, dengan tujuan agar current ratio perusahaan menjadi lebih
baik. Reklasifikasi harus dilakukan terhadap bagian dari kredit investasi,
utang leasing, maupun utang obligasi yang jatuh tempo dalam satu tahun yang
akan datang.

10. Menentukan apakah liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan
bunga yang timbul sudah dicatat dengan akurat dan diklasifikasikan serta
diungkapkan dalam laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Maksudnya auditor harus yakin bahwa hal-hal yang penting mengenai


liabilitas jangka panjang dan perkiraan laba rugi yang berkaitan sudah
dijelaskan dengan cukup dalam catatan atas laporan keuangan.

Misalnya: plafon kredit, tingkat bunga, jaminan kredit, jenis leasing, nilai
nominal obligasi, tanggal jatuh tempo, dan lain-lain. Selain itu auditor harus
yakin bahwa liabilitas jangka panjang disajikan sesuai dengan SAK
ETAP/PSAK/IFRS.

C. AUDIT PROSEDUR YANG DISARANKAN

Audit prosedur yang disarankan adalah sebagai berikut.


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka panjang.

2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang berikut


discount, premium, dan bunga selama periode yang diperiksa.

3. Kirim konfirmasi kepada bank yang antara lain menanyakan mengenai: plafon
kredit, saldo per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), tingkat bunga,
jangka waktu pinjaman dan jaminan kredit.

4. Minta salinan (copy) perjanjian kredit untuk permanent file, lalu perhatikan
apakah data yang terdapat dalam perjanjian kredit tersebut sesuai dengan data
yang tercantum dalam kertas kerja pemeriksaan liabilitas jangka panjang.

5. Periksa apakah perolehan/penambahan liabilitas jangka panjang sudah


mendapat persetujuan tertulis dari direksi/dewan komisaris/pemegang saham,
yang diberikan melalui notulen rapat.

6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi


discount/premium dari obligasi. Tie-up jumlah beban bunga dan amortisasi
discount/premium obligasi dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba
rugi. Discount/premium yang belum diamortisasi harus dilaporkan sebagai
pengurangan/penambahan dari nilai nominal obligasi.

7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang
diperpanjang (di-renewed) setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
untuk mengetahui apakah utang tersebut harus tetap disajikan sebagai
liabilitas jangka panjang atau sebagai utang lancar. Selain itu harus
diperhatikan juga apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang
(benar-benar telah) dilunasi setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
walaupun belum jatuh tempo. Maksudnya untuk mengetahui apakah liabilitas
jangka panjang tersebut harus direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek
atau tidak.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari
perusahaan afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan diperiksa apakah ada
pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.

9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya dan


penyajiannya di laporan posisi keuangan (neraca) sudah sesuai dengan standar
akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2015 tentang Sewa).

10. Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
dalam waktu satu tahun yang akan datang, sehingga harus direklasifikasi
sebagai liabilitas jangka pendek.

11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam
mata uang asing, periksa apakah per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sudah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang
terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.

12. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap liabilitas


jangka panjang dan biaya bunganya, untuk melihat kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pencatatan biaya bunga.

13. Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka panjang di laporan posisi
keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Biasanya di top scedhule auditor mencantumkan ksimpulan pemeriksaannya,


berdasarkan semua audit prosedur yang telah dilakukannya, mengenai
kewajaran penyajian liabilitas jangka panjang. Dalam catatan atas laporan
keuangan harus dijelaskan:

 Nomor dan tanggal perjanjian kredit serta plafon kredit


 Tingkat bunga dan jangka waktu kredit

 Mengenai jaminan, apakah berupa asset, jaminan pribadi atau


corporate guarante

 Apakah pembayaran bunga dan pembayaran kembali pinjaman dalam


rupiah atau mata uang asing

 Apakah ada bank default


BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban perusahaan pada pihak ketiga yang
harus dilunasi dan jatuh temponya lebih dari satu tahun atau setelah tanggal neraca.
Keberadaan dan keterjadian auditor membuktikan apakah saldo hutang jangka
panjang mencerminkan kepentingan transaksi yang berkaitan dengan hutang jangka
panjang selama tahun yang diaudit.

Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor melakukan berbagai pengujian substantif


terhadap hutang jangka panjang diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan
membuktikan apakah unsur hutang jangka panjang telah disajikan dan diungkapkan
oleh perusahaan di neracanya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik. Edisi ke 5. Buku 2. Jakarta : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai