Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Auditing I diampu oleh
Ibu Dr. Mulyati Akib, SE, M.Si, AK, CA, CTA, CPA

Oleh
INTAN RAHMAFITA
B1C119113
Kelas C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

A. Etika Profesi Secara Garis Besar (Umum)


Etika profesi dapat diartikan sebagai suatu sikap menegakkan aturan-aturan yang disepakati
demi kebaikan manusia, sesuai dengan batasan-batasan dalam melakukan pekerjaan berdasarkan
skill atau keterampilan khusus.

Etika profesi dapat diterapkan di segala profesi yang ada dalam kehidupan manusia, oleh
sebab itu cakupan etika profesi sangat luas. Segala jenis pekerjaan memiliki “aturan main”
tersendiri.

bukan hanya akuntan publik  saja yang berkeharusan memiliki sikap yang bertanggung
jawab, jujur, disiplin dan cara bertutur kata yang baik serta dapat dipercaya oleh orang lain.
Karena pada dasarnya etika adalah cerminan dari jati diri setiap orang yang sudah dibentuk sejak
usia dini. Oleh sebab itu secara garis besar etika profesi mencakup beberapa hal pokok yang
berlaku umum untuk setiap profesi, hal-hal pokok tersebut yaitu:

1) Tanggung Jawab terhadap pekerjaan, hasil, serta dampak pekerjaan tersebut


2) Keadilan, berkaitan dengan hak-hak orang lain yang wajib dipenuhi oleh kita dalam
melakukan suatu profesi
3) Otonomi, hal ini bermaksud untuk memberikan kewenangan kepada setiap orang sesuai
dengan  tuntutannya dalam menjalani suatu profesi

B. Profesi Akuntan Publik

Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik untuk melayani kebutuhan
masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya di Indonesia dengan menerima
honor.

Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan
harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan
kepada lulusannya berhak memperoleh Certified Public Accountant of Indonesia (CPA
Indonesia) dan sertifikat tersebut akan dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI).

Sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 400 Kantor Akuntan Publik (KAP). Jumlah itu
sangat kecil bibandingkan dengan di Amerika serikat yang memiliki lebih dari 45.000 KAP.
Ukuran kantor akuntan pubik ini berkisar dari yang mempunyai satu orang staf saja sampai
ribuan staf dan partner. Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP terbesar di Amerika Serikat
yang lazim disebut the big five. Pada tahun 2002 terjadi skandal kuangan yang terkenal di
Amerika Serikat yang disebut Eron Gate. Kasus ini melibatkan penyalahgunaan  profesi oleh
KAP Arthur Andersen. Skandal tersebut meyebabkan dicabutnya izin KAP Arthur Andersen
oleh otoritas Keuangan Amerika Serikat. Kasus tersebutpun membuat tercemarnya nama baik
akuntan publik.
Terdapat sepuluh standar auditing – atau 10 Generally Auditing Standards (GAAS). Sejak
disusun oleh American Institute of Certified Public Accountant  (AIPCA) tahun 1947 yang
kemudian diadaptasi oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) di Indonesia sejak 1973 dan sekarang
disebut Standar Auditing yang ditetepkan Ikatan Akuntansi Indonesia (SA-IAI). Standar-standar
ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman kerja oleh auditor, tetapi
menggambarkan suatu kerangka sebagai landasan interpretasi oleh AIPCA atau IAI. Kesepuluh
standar tersebut terbagi menjadi 3 standar pokok yang diantaranya adalah :

Standar Umum

1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor
2) Dalam semua hal yang behubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
3) Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama

Standar Pekerjaan Lapangan

4) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya
5) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, syarat dan lingkup pengujian yang harus
dilakukan
6) Bukti audiuuit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit

Standar Pelaporan

7) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
8) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang di dalamnya, prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan  dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya
9) Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit
10) Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

C. Etika Profesi Akuntan Publik


1. Kode Etik Profesi

Menurut Firdaus (2013:42) Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip
moral atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat
diungkapkan secara eksplisit.

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang profesional supaya tidak dapat merusak etika profesi dan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-
norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini
lebih memperjelas dan merinci kembali norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik
profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik
adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi
atau kelompok.

2. Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka akuntan publik harus selalu menjaga integritas dan profesionalisme melalui
pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten.  Dalam setiap
penugasan yang diberikan, akuntan publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan
kemahiran jabatannya secara profesional. Akuntan publik dan KAP agar menghindarkan diri dari
tindakan tercela, seperti kolusi dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan yang
sangat merugikan berbagai pihak.

Setiap bidang profesi tentunya memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan
istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada
yaitu Akuntan Publik.

Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi tujuh butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Ketujuh butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Tujuh butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut :

1) Tanggung jawab profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung
jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi
dalam mengatur dirinya sendiri.
2) Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen
atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung
jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat,
dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan
terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Kepentingan utama
profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang
diperlukan untuk mencapai tingkat profesionalitas yang tinggi
3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
4) Objektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional
dan teknik yang paling mutakhir. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan
pengalaman. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional
melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.  Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan
antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7) Prilaku profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota
yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar professional yang relevan.

Aturan Etika kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:

1. independensi, Integritas dan Objektivitas


Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan sikap mental
dan independent dalam memberikan jasa profesionalnya sebagaimana yang diatur dalam
SPAP. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in appearance)
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas
salah saji material yang diketahuinya dan objektivitasnya, bebas dari kepentingan pribadi
dan tidak membiarkan salah saji material yang diketahuinya.
2. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
Anggota KAP harus mematuhi standar umum beserta interpretasi yang ditetapkan IAI,
yaitu:
a) kompetensi professional,
b) kecermatan dan keseksamaan professional
c) perencanaan dan supervise
d) data relevan yang memadai
3. Tanggung Jawab kepada klien
Tanggung jawab kepada klien yang pertama adalah menjaga kerahasiaan informasi klien,
kemudian adalah hesarnya fee dan selanjutnya fee kontijensi
4. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. Anggota wajib berkomunikasi
tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement)
audit menggantikan akuntan publik pendahulu, akuntan publik pendahulu wajib
menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi tersebut. Akuntan publik tidak
diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama
dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali
apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan
atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
5. Tanggung Jawab dan Praktik Lain
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucap kan perkataan
yang mencemarkan profesi. Anggota diperkenankan mencari klien melalui perasangan
klan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak
merendahkan citra profesi. Anggota tidak diperkenankan memberikan/menerima komisi
apabila pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi, Anggota
hanya dapat berpraktik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak menyesatkan dan merendahkan
citra profesi.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntansi dan Akuntan Publik.
Jakarta Selatan: Salemba Empat.

Aprianto, Eko. 2011. Etika Profesi. Jakarta: Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai