Oleh
INTAN RAHMAFITA
B1C119113
Kelas C
Etika profesi dapat diterapkan di segala profesi yang ada dalam kehidupan manusia, oleh
sebab itu cakupan etika profesi sangat luas. Segala jenis pekerjaan memiliki “aturan main”
tersendiri.
bukan hanya akuntan publik saja yang berkeharusan memiliki sikap yang bertanggung
jawab, jujur, disiplin dan cara bertutur kata yang baik serta dapat dipercaya oleh orang lain.
Karena pada dasarnya etika adalah cerminan dari jati diri setiap orang yang sudah dibentuk sejak
usia dini. Oleh sebab itu secara garis besar etika profesi mencakup beberapa hal pokok yang
berlaku umum untuk setiap profesi, hal-hal pokok tersebut yaitu:
Akuntan publik adalah sebuah profesi yang membuka praktik untuk melayani kebutuhan
masyarakat atau pihak-pihak yang membutuhkan keahliannya di Indonesia dengan menerima
honor.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang akuntan
harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan
kepada lulusannya berhak memperoleh Certified Public Accountant of Indonesia (CPA
Indonesia) dan sertifikat tersebut akan dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI).
Sekarang di Indonesia terdapat lebih dari 400 Kantor Akuntan Publik (KAP). Jumlah itu
sangat kecil bibandingkan dengan di Amerika serikat yang memiliki lebih dari 45.000 KAP.
Ukuran kantor akuntan pubik ini berkisar dari yang mempunyai satu orang staf saja sampai
ribuan staf dan partner. Sebelum tahun 2003, terdapat lima KAP terbesar di Amerika Serikat
yang lazim disebut the big five. Pada tahun 2002 terjadi skandal kuangan yang terkenal di
Amerika Serikat yang disebut Eron Gate. Kasus ini melibatkan penyalahgunaan profesi oleh
KAP Arthur Andersen. Skandal tersebut meyebabkan dicabutnya izin KAP Arthur Andersen
oleh otoritas Keuangan Amerika Serikat. Kasus tersebutpun membuat tercemarnya nama baik
akuntan publik.
Terdapat sepuluh standar auditing – atau 10 Generally Auditing Standards (GAAS). Sejak
disusun oleh American Institute of Certified Public Accountant (AIPCA) tahun 1947 yang
kemudian diadaptasi oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) di Indonesia sejak 1973 dan sekarang
disebut Standar Auditing yang ditetepkan Ikatan Akuntansi Indonesia (SA-IAI). Standar-standar
ini tidak cukup spesifik untuk dapat dipakai sebagai pedoman kerja oleh auditor, tetapi
menggambarkan suatu kerangka sebagai landasan interpretasi oleh AIPCA atau IAI. Kesepuluh
standar tersebut terbagi menjadi 3 standar pokok yang diantaranya adalah :
Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis cukup sebagai auditor
2) Dalam semua hal yang behubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor
3) Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
Standar Pelaporan
7) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan telah disusun sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum
8) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang di dalamnya, prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya
9) Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit
10) Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Menurut Firdaus (2013:42) Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip
moral atau nilai. Masing-masing orang memiliki perangkat nilai, sekalipun tidak dapat
diungkapkan secara eksplisit.
Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang
yang profesional supaya tidak dapat merusak etika profesi dan sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-
norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini
lebih memperjelas dan merinci kembali norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik
profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik
adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi
atau kelompok.
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis di
Indonesia, maka akuntan publik harus selalu menjaga integritas dan profesionalisme melalui
pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen dan konsisten. Dalam setiap
penugasan yang diberikan, akuntan publik harus selalu bersikap independen dan menggunakan
kemahiran jabatannya secara profesional. Akuntan publik dan KAP agar menghindarkan diri dari
tindakan tercela, seperti kolusi dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan yang
sangat merugikan berbagai pihak.
Setiap bidang profesi tentunya memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal dengan
istilah “Kode Etik Profesi”. Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada
yaitu Akuntan Publik.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi tujuh butir pernyataan
(IAI, 1998, dalam Ludigdo, 2007). Ketujuh butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Tujuh butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntansi dan Akuntan Publik.
Jakarta Selatan: Salemba Empat.