MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Lanjut
Oleh:
Feby Astrid Kesaulya (9012201006)
b. Tinker 1982
Tinker dkk., (1982) mengungkapkan bahwa teori yang “positive” atau “empirical”
juga dapat bersifat normatif dan dipengaruhi oleh nilai (tidak bebas nilai) yang
terkadang ditutupi dengan bias ideologi konservatif dalam cara mereka
mengimplikasikan kebijakan akuntansi. Selain itu, label seperti "positive" dan
"empirical" muncul dari teori pengetahuan Realis; dasar epistemologis yang sama sekali
tidak memadai untuk ilmu sosial. Penelitian ini menggunakan posisi filosofis alternatif
untuk mengilustrasikan beberapa hal, antara lain, peran partisan yang dimainkan oleh
teori dan ahli social, dasar-dasar ideologis konservatif dari teori akuntansi positif, dan
bebera indikasi pendekatan alternatif terhadap kebijakan akuntansi.
Penulisan paper ini dimotivasi oleh klaim yang mengatakan bahwa jika riset-riset
akuntansi dilakukan dengan prinsip positivisme maka riset tersebut akan objektif dan
netral. Namun pandangan tersebut kurang memperhatikan ilmu sains dan proses sosial
yang membentuknya. Secara spesifik, pemisahan antara perspektif normatif-positif
berawal dari posisi Realis. Selain itu, klaim bahwa teori harus “bebas nilai” dimulai dari
pandangan bahwa fenomena pasar itu “natural” dan “universal” yang justru
mengesampingkan latar belakang institusional yang mendefinisikan aturan seusi dengan
perilaku pasar. (Tinker dkk., 1982)
Dalam paper ini juga diungkapkan tentang sketsa implikasi untuk penelitian
akuntansi (dan praktik) dari konsep nilai alternatif dan non-marginalis. Selain itu, telah
diilustrasikan juga peran penting dari sejarah sosial kritis dalam pemahaman dan
mengubah proses sosial kontemporer. Dengan menelusuri sejarah pengembangan
konsep nilai, misalnya, ideologi sosial yang mendasari ekonomi marginalis dan
mendominasi pemikiran akuntansi dapat dijelaskan. Ideologi sosial inilah yang
membentuk asal normatif dari teori akuntansi positif.
c. Mattessich 1992
Pada paper yang ditulis oleh Mattessich pada tahun 1992 melihat kritik terhadap
teori akuntansi normatif, yang menyatakan bahwa teori ini kurang cocok untuk
dijadikan dasar saintifik untuk sebuah disiplin ilmu, pada perspektif yang berbeda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerangka conditional-normative sudah ada
untuk dikembangkan menjadi sebuah hipotesis yang dapat diuji yang sesuai dengan
kritertia dari sebuah sains terapan. (Mattessich, 1992)
Pada penelitian ini juga disebutkan bahwa terdapat beberapa perspektif teori
akuntansi normatif, yaitu antara lain Ethical-Normative, Pragmatic-Normative,
Conditional-Normative. Salah satu ciri dari conditional-normative theory adalah
dengan dimasukannya tujuan serta hipotesis instrumental di dalam rerangka teoritis.
Namun mengembangkan teori conditional-normative yang kompleks cukup sulit dan
cukup sulit juga untuk menemukan perhitungan untuk pencapaian tujuan yang tepat.
(Mattessich, 1992)
Terdapat beberapa saran yang diberikan oleh penulis berkaitan dengan kesulitan-
kesulitan untuk mengaplikasikan teori tersebut, antara lain:
1) Menyatukan proposisi empiris dan norma dalam sebuah rerangka teoritis, tetapi,
secara simultan memberikan perhatian yang berbeda antara asumsi empiris yang
umum dan hipotesis yang bersifat purpose-oriented
2) Mempersepsikan bahwa akuntansi secara keseluruhan adalah applied science
3) Meyakini bahwa walaupun akuntansi dianggap sebagai applied science, bukan
berarti itu adalah persepsi yang kurang baik karena pad akhirnya yang akan
dianggap adalah “kebenaran” yang telah diteliti sebelumnya.
d. Matthews 1997
Sejak berakhirnya General Normative Theory Period sekitar tahun 1970
(Henderson & Peirson, 1988) penyusunan teori akuntansi normatif dianggap
unfashionable dan hampir tidak dapat diterima, kecuali pada area Akuntansi Sosial dan
Lingkungan, Critical Theory, dan mungkin beberapa aspek pada Pendidikan Akuntansi.
Dapat dikatakan bahwa perkembangan akuntansi, seperti yang kita ketahui saat ini,
dapat mengikuti satu atau lebih dari tiga jalur; (a) peningkatan dari pengungkapan dalam
pelaporan keuangan; (b) penambahan unsur-unsur lain dari dimensi tradisional
(keuangan); atau (c) pencantuman unsur-unsur yang mungkin termasuk nonkeuangan
serta dimensi non-tradisional. Contoh yang pertama dapat dilihat pada Akuntansi untuk
Perubahan Tingkat Harga; jalan kedua dapat dicontohkan oleh dimasukkannya
executory contracts, goodwill yang dihasilkan secara internal atau akuntansi sumber
daya manusia. Dimensi non-keuangan non-tradisional akan mencakup pengungkapan
yang bersifat sosial atau lingkungan. (Mathews, 1997)
Mathews pada tahun 1997 menyusun sebuah penelitian/makalah pendahuluan
dengan tujuan untuk menyatukan benang merah dari teori akuntansi normatif dan
pelaporan yang lebih luas, baik keuangan maupun non keuangan istilah, yang meliputi
kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari makalah tersebut, disebutkan beberapa
hambatan yang ada untuk pengembangan masing-masing area, antara lain:
1) Hambatan dalam pengembangan akuntansi keuangan
Akuntansi keuangan saat ini dibatasi oleh basis definisi yang mengarah ke tujuan
utama yang yaitu menyediakan informasi keuangan diarahkan pada investor dengan
tujuan pengambilan keputusan sehingga tujuan lain dianggap sebagai tujuan
sekunder. (Mathews, 1997). Maka dari itu, perhatian yang lebih besar harus
diberikan kepada pengakuan, penilaian dan pengungkapan. Namun, ini tidak akan
menghindari keterbatasan utama akuntansi keuangan yang telah diidentifikasi
sebelumnya, sehingga perlu perubahan dalam rerangka konseptual. Penelitian untuk
mendukung pandangan ini saat ini tidak tersedia, dan sepertinya tidak akan ada
diperoleh dari paradigma dominan Teori Akuntansi Positif saat ini dan Teori agensi.
Dukungan dapat diperoleh secara normatif-deduktif, dibangun dari premis yang
diuraikan dalam Mega-Theory of Accounting. (Mathews, 1997)
2) Usulan Konten
Data keuangan yang diberikan akan serupa dengan yang dilaporkan saat ini,
meskipun dalam jangka panjang ini akan diperluas untuk mencakup hal-hal lain.
Laporan sosial mungkin bisa memberikan data yang berkaitan dengan karyawan,
produk, layanan masyarakat, dan hubungan dengan pemerintah untuk menyebutkan
area yang jelas. Dalam sebuah bentuk sederhana informasi ini mungkin terdiri dari
data mentah. Misalnya, data karyawan (jumlah yang dipekerjakan, pendapatan kotor,
informasi Serikat Buruh, program pelatihan, beasiswa, kecelakaan waktu hilang,
proporsi nilai tambah pergi ke tenaga kerja) dan akhirnya berkembang menjadi
langkah-langkah yang lebih canggih, seperti Akuntansi Sumber Daya Manusia. Baik
data keuangan maupun non-keuangan akan diperlukan untuk menghasilkan informasi
yang bermakna tentang banyak aspek informasi sosial. Pembangunan jangka panjang
dapat mengarah pada kontribusi sosial bersih yang entitas berkontribusi pada area
lokal, yang akan mencakup pengakuan atas masukan yang diterima dari pemerintah
pusat dan daerah (termasuk biaya penyediaan infrastruktur yang diperlukan untuk
mengoperasikan entitas).(Mathews, 1997)
e. Mattessich 2002
Pada paper ini Mattessich kembali membahas tentang Pendekatan Conditional-
Normative (lebih lanjut disebut CoNAM) yang diharapkan dapat memfasilitasi hal yang
lebih luas yaitu mencari kombinasi ide yang paling baik untuk menjembatani dua ide
yang bertolak belakang dari Positive Accounting Theory (PAT) dan Critical Imperative
View (CIV). Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat dari akuntansi yang
cenderung mengarah ke statistical-empiris, maka beberapa riset sebelumnya dianggap
normatif dan kurang bersifat saintifik. (Mattessich, 2002)
Terdapat ambiguitas dalam CoNAM, yang walaupun dapat menjembatani antara
norma dan pemecahan masalah yang terbuka untuk verifikasi tetapi juga dapat dianggap
sama dengan pendekatan lain. Namun perlu digarisbawahin bahwa CoNAM memiliki
perbedaan dari dua pendekatan lain, yaitu CoNAM secara eksplisit memformulasikan
norma dan asumsi yang terdapat dalam tujuan serta CoNAM berusaha untuk mencari
pemecahan masalah yang optimal. (Mattessich, 2002)
Pada paper ini penulis mengungkapkan beberapa hal tentang hal yang harus
dilakukan oleh akademisi di bidang akuntansi untuk dapat mengaplikasikan CoNAM,
antara lain:
1) Para akademisi seharusnya mencoba untuk mencontoh hasil kerja dari para
normative theorist di masa sebelumnya
2) Para akademisi juga seharusnya memperluas perspektif bahwa akuntansi adalah
sebuah disiplin ilmu yang bersifat applied science.
3) Para akademisi seharusnya lebih banyak mencari dan dapat membedakan antara
tujuan akhir dan cara untuk mencapai tujuan tersebut, dan berusaha untuk
mengaitkan kedua hal tersebut dalam sebuah hubungan deduktif dan empiris.
4) Para akuntan harus berusaha untuk melakukan hal yang lebih dari sekedar ini
penarikan simpulan yang tidak terlalu jelas dan prosedur trial and error, dan lebih
banyak melakukan eksplorasi tentang bagaimana memecahkan masalah dengan
lebih empiris
5) Para akuntan juga harus mengingat bahwa akuntansi juga masuk ke dalam sains.