5 AKUNTANSI TEORI
c. Pendekatan Etika
Konsep kebenaran (truth), keadilan (justice) dan kewajaran/kejujuran (fairness)
merupakan dasar dari pendekatan etis. Pertimbangan etis menjadi semakin penting di saat
sekarang, terutama sejak banyaknya kasus-kasus etis di kalangan akuntan yang menjadi
sorotan.
d. Pendekatan Sosiologi
Penekanan dari pendekatan ini adalah pada pengaruh sosial yang muncul dari isu
terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan pada tempat akuntansi tersebut
diimplementasikan. Maka, nilai-nilai sosial dianggap sebagai kriteria penting dalam perumusan
akuntansi.
e. Pendekatan Ekonomi
Fokus perhatian pendekatan ekonomi dipusatkan pada pengendalian perilaku ekonomi
makro melalui penerapan berbagai teknik akuntansi. Oleh karena itu, teknik akuntansi yang
dikembangkan harus mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
f. Pendekatan Eklektik
Tujuan dari pendekatan ekletik ini adalah pengembangan akuntansi dengan cara
penggabungan berbagai pendekatan yang telah digunakan selama ini.
Asumsi dari pendekatan ini adalah bahwa akuntansi harus mampu mendukung proses
pengambilan keputusan yang tepat dengan memberikan informasi akuntansi yang sesungguhnya
(transparan-apa adanya). Dasar dari teori ini yang berasal dari berbagai literatur, berasal dari konsep
ekonomi klasik tentang keuntungan dan kekayaan atau konsep ekonomi pengambilan keputusan yang
rasional. Konsep ini juga melihat akibat pengaruh inflasi atau nilai pasar aset terhadap penyesuaian
akun. Teori ini pada hakekatnya adalah teori pengukuran akuntansi. Sebuah teori adalah normatif
karena didasarkan pada asumsi:
1) Sudah seharusnya akuntansi menjadi sistem pengukuran
2) Ketepatan mengukur besarnya laba/keuntungan
3) Pengambilan keputusan ekonomi yang tepat merupakan manfaat dari Akuntansi keuangan
4) Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
5) Terdapat berbagai cara yang unik dalam mengukur laba.
“Statement yang mengharuskan” dalam praktik akuntansi menjadi konklusi dari teori
akuntansi normatif. Contoh: statement bahwa penilaian, pencatatan dan pelaporan aset tetap di
dalam Laporan Posisi Keuangan harus dilakukan atas dasar biaya historis.
b. Teori Akuntansi Positif (PAT)
Berbeda dengan teori normatif yang berpijak pada premis bahwa manajer akan
memaksimalkan keuntungan atau kemakmuran perusahaan, teori positif berpijak pada premis
bahwa individu selalu bertindak atas dasar motif pribadi (motif mementingkan diri sendiri)
dengan kata lain berusaha memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Watts and
Zimmerman (1990) menyatakan bahwasanya teori yang dirumuskan harus bebas dalam
mempertimbangkan nilai dan menekankan perlunya pendekatan baru. Teori akuntansi positif
memberikan penjelasan (to explain) dan melakukan prediksi (to predict) terhadap praktik akuntansi.
Prediksi praktik akuntansi berarti bahwa teori mencoba untuk memprediksi fenomena yang belum
di observasi. Perkembangan teori akuntansi positif sejalan dengan kebutuhan dalam memprediksi
praktik akuntansi di tengah masyarakat. Teori ini menjelaskan pengamatan terhadap fenomena
akuntansi yang mendasari alasan yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi. Teori ini bertujuan
untuk memberikan penjelasan dan melakukan prediksi akibat yang mungkin timbul pada saat
manajer membuat keputusan tertentu (Watts and Zimmerman, 1990).
Pendekatan positif atau empiris berupaya menguji kembali teori dan hipotesis dengan
praktik atau fakta di lapangan. Fokus penelitian yang dilakukan pada ranah akuntansi positif
adalah kajian empirik terhadap praktik yang sudah dijalankan. Sebagai contoh, penggunaan angket
kuesioner atau metode pengamatan langsung di lapangan, periset melakukan pengujian atas sikap
manajer terhadap kelebihan dari suatu metode atau teknik akuntansi tertentu. Dapat juga
dilakukan suatu pendekatan khusus dengan melakukan survei wawancara terhadap analis kredit,
manajer personalia atau pihak lainnya atas situasi atau kejadian tertentu oleh peneliti (seperti,
keputusan untuk membeli atau menjual saham, memprediksi kebangkrutan, dan sebagainya).
Selain itu penggunaan pendekatan lain misalnya untuk menguji tingkat signifikansi output
akuntansi di pasar. Oleh karena itu, PAT berusaha untuk menjawab pernyataan seperti:
1) Apakah manfaat yang diperoleh sudah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan saat pemilihan
metode akuntansi tertentu?
2) Apakah manfaat yang didapatkan sesuai dengan biaya regulasi dan proses penentuan standar
akuntansinya?
3) Apakah informasi yang terkandung dalam laporan keuangan mempengaruhi harga saham?
Asumsi yang dapat digunakan untuk menjawab pernyataan tersebut diantaranya yaitu:
1) Para kreditor, investor, manajer bersifat rasional dan mereka akan mencoba memaksimalkan
kepuasan mereka masing-masing.
2) Kebebasan yang dimiliki oleh manajer untuk memaksimalkan kepuasan mereka dengan
pemilihan metode perhitungan, atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan keuangan
perusahaan
3) Aksi yang dilakukan oleh manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Berdasarkan pernyataan di atas, PAT mencoba menguji tiga hipotesis berikut ini:
1) Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Bonus dengan jumlah tertentu yang di dapat oleh manajer perusahaan menjadi motivasi
mereka untuk lebih memilih cara yang dapat menaikkan keuntungan pada tahun berjalan. Dengan
harapan cara pemilihan ini akan meningkatkan nilai sekarang dari bonus yang akan mereka terima
jika Direksi Komite Kompensasi tidak menyetujui pemilihan metode tersebut (Watts and
Zimmerman, 1990).
2) Hipotesis utang/ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Hipotesis ini menjelaskan, makin tingginya utang atau ekuitas perusahaan, akan makin
memperbesar peluang manajer dalam melakukan pemilihan Teknik/metode akuntansi yang dapat
menaikkan nilai laba. Makin tingginya leverage ratio atau equity suatu entitas usaha, maka entitas
tersebut makin dekat pula dengan batas kontrak atau masa jatuh tempo (Kalay, 1982). Makin besar
nilai batas kredit, maka peluang penyimpangan makin besar pula terhadap perjanjian pinjaman.
Akses manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan meningkatkan laba, yang
memungkinkan mereka melonggarkan batas kredit dan mengurangi biaya yang dikeluarkan
(Watts dan Zimmerman, 1990).
3) Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis).
Dibandingkan entitas usaha kecil, entitas usaha yang berukuran besar memiliki
kecenderungan memakai metode akuntansi yang dapat mengurangi laba tahun berjalan. Ukuran
entitas usaha merupakan variabel proksi dari sudut pandang politik. Dasar dari hipotesis ini yaitu
asumsi begitu tingginya harga yang harus dikeluarkan untuk memperoleh informasi bagi individu
dalam upaya mereka untuk memastikan apakah laba akuntansi dapat dimonopoli. Mahalnya biaya
yang dikeluarkan untuk proses politik dalam rangka mendapatkan kontrak kerja yang berkaitan
dengan peraturan dan aturan hukum dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan individu
tersebut. Dari anggaran biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dan biaya
pengendalian, merupakan insentif yang dimiliki oleh manajer untuk mendapatkan keuntungan
akuntansi tertentu dalam proses politik (Watts & Zimmerman, 1990).
Ketiga asumsi diatas secara positif membuktikan pengakuan adanya tiga hubungan
keagenan dari teori akuntansi:
1) Manajemen dengan pemilik/investor
2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah