Anda di halaman 1dari 6

BAB PERUMUSAN

5 AKUNTANSI TEORI

A. Perumusan Teori dan Praktik Akuntansi


Di masa-masa awal akuntansi dipraktikkan, bahkan hingga beberapa tahun kemudian, tidak
ada teori akuntansi. Sehingga menimbulkan pertanyaan bagi berbagai pihak apa itu teori
akuntansi? Ketiadaan struktur teori akuntansi yang bersifat resmi mengakibatkan banyaknya
berbagai metode penghitungan dan pencatatan yang terjadi di dalam praktik, sehingga akan
menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat (Harahap, 2007). Teori akuntansi masih
menimbulkan kontroversi: ada yang ingin agar teori akuntansi hanya sebagai justifikasi, sebagian
lain ingin teori akuntansi sebagai penalaran yang logis, dan di sisi lainnya terdapat juga pihak yang
ingin agar teori akuntansi itu menjadi penjelasan ilmiah. Alasan-alasan tersebut mengakibatkan
perbedaan pendekatan dalam mengembangkan teori akuntansi tersebut
(Siallagan, 2020).
Begitu banyak penulis buku teori akuntansi mengharapkan teori akuntansi yang bersifat
tunggal dan kompherensif, kenyataannya hingga kini tidak/belum ada teori akuntansi yang
sifatnya kompherensif tersebut (Belkaoui, 2006). Begitu banyaknya sumber referensi teori
akuntansi yang memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam menyusun suatu teori
menyebabkan tak adanya bangunan teori akuntansi yang tunggal. Sejalan dengan pernyataan dari
American Accounting Association sebagai berikut: “Tidak ada teori akuntansi tunggal yang mampu
memenuhi berbagai kebutuhan pemakai…, literatur yang menulis akuntansi keuangan bukanlah
teori akuntansi, tetapi koleksi teori yang dijabarkan sesuai dengan karakteristik pemakai yang
berbeda-beda.”
Banyak pakar di bidang ilmu akuntansi berusaha mengupayakan banyak cara untuk
memberikan definisi akuntansi, yang diharapkan nantinya akan menghasilkan perumusan dan
pengertian yang sederhana tentang akuntansi. Pendekatan yang digunakan dalam memberikan
definisi akuntansi merupakan suatu pemahaman bahwa akuntansi sebagai proses
mengkomunikasikan informasi. American Accounting Association tahun 1966 memberikan definisi
akuntansi sebagai suatu proses identifikasi, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi agar
pengguna (pihak yang berkepentingan) mampu mengambil keputusan atau penilaian yang tepat.
Kemudian pengajuan definisi yang menganggap akuntansi sebagai kegiatan jasa. Pernyataan Dewan
Prinsip Akuntansi (APB) No.4 tahun 1970, menyebutkan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang
bertujuan menyediakan informasi berupa angka-angka, khususnya yang berhubungan dengan finance
atau keuangan, mengenai entitas ekonomi, dan dapat bermanfaat untuk mengambil suatu keputusan
ekonomi oleh para pengguna informasi tersebut.
Apa yang dapat disimpulkan dari defenisi tersebut di atas, bahwa pada dasarnya desain dari
akuntansi itu adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan praktiknya (practical needs).
Perumusan teori akuntansi muncul dari kebutuhan untuk memberikan pembenaran logis atas apa
yang dipraktikkan atau yang akan dilakukan akuntan. Itulah sebabnya pemahaman teori memiliki
peran yang penting dalam membentuk teori akuntansi.
(Hendriksen and Breda, 2000) mengusulkan penggunaan teori akuntansi sebagai berikut:
1. Menyediakan kerangka kerja untuk mengevaluasi kebijakan dan praktik akuntansinya
2. Sebagai acuan bagi prosedur dan praktik akuntansi yang baru
Teori menurut Hendriksen tahun 1982 memiliki pengertian sebagai seperangkat prinsip
yang saling berkaitan (koheren), hipotetik, konseptual dan pragmatis, membentuk kerangka umum
dalam suatu bidang ilmu (field of study) tertentu. Berdasarkan dari definisi tersebut Hendriksen
menyimpulkan bahwa teori akuntansi itu adalah: pemikiran logis dalam bentuk prinsip yang luas
sebagai bahan referensi melakukan evaluasi terhadap praktik akuntansi dan sebagai panduan
pengembangan praktik dan prosedur akuntansi yang baru.
Peran teori dalam akuntansi sangat berbeda jika dibandingkan dengan peran teori dalam
ilmu sains (eksakta), dimana teori ilmiah eksakta merupakan hasil kajian empirik. Pengembangan
teori akuntansi didasarkan atas nilai pertimbangan dari pengaruh faktor lingkungan di mana
akuntansi dipraktekkan. Selain itu, teori disajikan dalam bentuk asumsi sebagai dasar praktek.
Dalam akuntansi, praktik dapat dikondisikan agar sesuai dengan teori. Dasar dari konsep
akuntansi bukanlah kebenaran universal. Konsep akuntansi berakar pada sistem nilai yang di anut
oleh masyarakat di mana akuntansi dipraktekkan. Instruksi penghitungan dan pencatatan
dikembangkan dengan menggunakan model tertentu untuk memecahkan masalah tertentu.
Umumnya, fungsi utama teori akuntansi adalah menyediakan kerangka kerja untuk menumbuh-
kembangkan ide-ide dan pemikiran baru serta mendukung proses seleksi akuntansi. Selanjutnya,
ciri-ciri teori diantaranya: a) terdiri dari body of knowledge; b) diterapkan secara konsisten; c)
melakukan prediksi dan/atau menjelaskan fenomena; d) menyajikan hal-hal yang ideal; e) sebagai
sumber yang ideal untuk dipraktekkan; dan f) menawarkan solusi untuk memecahkan masalah.

B. Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi


Perumusan teori akuntansi dapat didasarkan dari perbedaan berbagai perspektif. Secara
umum teori akuntansi dapat dikelompokkan berdasarkan penggunaan metode penalarannya,
penggunaan sistem bahasanya,dan tujuan perumusannya.
1. Klasifikasi Teori Akuntansi menurut Metode Penalaran
Berdasarkan penggunaan metode penalaran, perumusan beberapa pendekatan teori
akuntansi yang dapat dilakukan diantaranya yaitu: a. Pendekatan Deduktif
Berdasarkan pendekatan deduktif ini, perumusan teori akuntansi diawali dari pernyataan
akuntansi yang masih mendasar sehingga nantinya menghasilkan prinsip akuntansi yang
rasional sebagai pedoman pengembangan teknik akuntansi. Umumnya, tahapan yang
dilibatkan dalam perumusan teori akuntansi diantaranya: (a) penentuan tujuan pelaporan
keuangan (financial reporting); (b) memilih asumsi-asumsi praktik akuntansi yang relevan
dengan kondisi ekonomi, politik dan sosiologi, (c) penetapan prinsip akuntansi; serta (e)
pengembangan teknik akuntansi (Belkaoui, 2006). Menentukan tujuan dari pelaporan keuangan
sangatlah penting. Perbedaan tujuan menyebabkan struktur yang berbeda dan akan
menghasilkan prinsip yang juga akan berbeda. Beberapa definisi dan asumsi bisa dihasilkan,
jika penetapan tujuan telah dilakukan. Selanjutnya mengembangkan struktur logika yang
terarah dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Kelebihan pendekatan deduktif ini yaitu
konsisten dalam merumuskan struktur teori, terkoordinasi, lengkap dan logisnya setiap
tahapan yang dijalankan. Dengan demikian, konsistensi internal antar proposisi bisa dicapai.
Selanjutnya logika kebenaran dari setiap prinsip dapat diuji dan dapat digunakan dalam
penetapan standar untuk praktik akuntansi (Hermanson and Salmonson, 1989). Kelemahan
pendekatan deduktif ini adalah kemungkinan kesalahan yang terjadi pada postulat (asumsi)
dan tujuan yang ditetapkan. Jika hal ini terjadi, akan menimbulkan kesalahan pada prinsip yang
dirumuskan. Di sisi lain, pendekatan deduktif juga terbukti sering menghasilkan prinsip yang
terlalu teoritis (bahasa lainnya: kaku, baku, tidak fleksibel) sehingga praktiknya sulit untuk
dilakukan.
b. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif ini diperoleh dari kesimpulan yang digeneralisasi dari hasil
pengamatan/observasi dan pengukuran yang terperinci. Littleton tahun 1953 menjelaskan,
prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara induktif dengan melakukan pengujian secara
empirik terhadap praktik akuntansi. (Schroeder, Clark and Cathey, 2020) juga mendukung
pendapat bahwa pendekatan induktif dapat menghasilkan perumusan teori akuntansi
melalui pengamatan pada aktivitas bisnis terhadap data keuangan perusahaan. Setelah
observasi dilakukan, selanjutnya melakukan proses generalisasi dan merumuskan prinsip
akuntansi. Tahapan yang dilaksanakan yaitu: (a) mencatat semua hal yang diamati; (b)
pengamatan tersebut dianalisis dan diklasifikasi sehingga berbagai kesamaan dan
ketidaksamaan dapat dirumuskan; (c) melakukan generalisasi terhadap pengamatan; dan (d)
menguji kembali hasil pengamatan (Belkaoui, 2006). Pendekatan induktif memiliki kelebihan
utama yaitu, pendekatan ini tidak memiliki pembatasan yang diakibatkan oleh model atau
struktur yang telah dipersiapkan atau diyakini sebelumnya. Kebebasan melakukan observasi
yang dilakukan terhadap pemilihan variabel sepanjang masih relevan dengan tujuan riset
yang ingin dicapai. Selain kelebihan, terdapat kekurangan pendekatan ini: (1) potensi unsur
bias hasil pengamatan karena unsur subjektivitas; dan (2) penggunaan generalisasi data yang
diamati memiliki kecenderungan perberbedaan antara satu entitas dengan entitas yang lain.
Akibatnya, bisa menimbulkan kesalahan dalam penarikan simpulan karena (mungkin) telah
mengabaikan variabel yang penting.

c. Pendekatan Etika
Konsep kebenaran (truth), keadilan (justice) dan kewajaran/kejujuran (fairness)
merupakan dasar dari pendekatan etis. Pertimbangan etis menjadi semakin penting di saat
sekarang, terutama sejak banyaknya kasus-kasus etis di kalangan akuntan yang menjadi
sorotan.
d. Pendekatan Sosiologi
Penekanan dari pendekatan ini adalah pada pengaruh sosial yang muncul dari isu
terhadap kesejahteraan sosial dan lingkungan pada tempat akuntansi tersebut
diimplementasikan. Maka, nilai-nilai sosial dianggap sebagai kriteria penting dalam perumusan
akuntansi.
e. Pendekatan Ekonomi
Fokus perhatian pendekatan ekonomi dipusatkan pada pengendalian perilaku ekonomi
makro melalui penerapan berbagai teknik akuntansi. Oleh karena itu, teknik akuntansi yang
dikembangkan harus mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
f. Pendekatan Eklektik
Tujuan dari pendekatan ekletik ini adalah pengembangan akuntansi dengan cara
penggabungan berbagai pendekatan yang telah digunakan selama ini.

2. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa


Teori dapat diungkapkan dengan kata-kata atau tanda (sign). Dalam epistemologi, ilmu yang
mempelajari tentang tanda disebut semiologi. Terdapat tiga bagian dari Semiologi yaitu: sintaktik
(syntactics), semantik (semantics), dan pragmatik atau keperilakuan (pragmatics or behavioral). a.
Teori Sintaksis
Teori sintaksis mencoba memberi penjelasan pada praktik akuntansi dan melakukan
prediksi bagaimana reaksi akuntan pada kondisi tertentu atau bagaimana akuntan melaporkan
kejadian atau peristiwa tertentu. Oleh karena itu, teori ini berhubungan dengan proses
pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Interpretasi sintaksis dari teori akuntansi adalah
bahwa input semantik ke sistem adalah transaksi yang dicatat dalam pembukuan perusahaan.
Transaksi ini kemudian dimanipulasi (dibagi dan dijumlahkan) berdasarkan biaya dan asumsi
historis.
b. Teori Semantik
Teori semantik bertujuan menjelaskan fenomena (objek atau peristiwa) dan konsep atau
simbol yang diwakilinya. Dengan kata lain, teori ini menjelaskan tentang bagaimana akuntansi
dipraktikkan. Karena itulah, diperlukan teori interpretatif (semantik) untuk memberikan makna
keseimbangan. Teori ini memberikan penekanan pada simbolisasi dunia nyata atau realitas
(transaksi bisnis) dalam tanda-tanda (elemen akuntansi) bahasa akuntansi sehingga orang dapat
membayangkan operasi fisik bisnis tanpa harus menyaksikan operasi tersebut secara langsung.
c. Teori Pragmatik
Teori ini memberi penjelasan mengenai pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku
pihak yang mengambil keputusan. Maksud dari teori pragmatis yaitu untuk melakukan
pengukuran dan melakukan evaluasi dari pengaruh ekonomi, psikologis dan sosiologis
pengguna pada metode akuntansi alternatif dan alat pelaporan.

3. Klasifikasi Berdasarkan Tujuan


Berdasarkan tujuan, teori akuntansi dibedakan menjadi dua jenis:
a. Teori Normatif (Normative Theory)
Akuntansi dalam pandangan normatif ini dianggap sebagai peraturan dan norma yang
harus diterapkan dalam praktik sekarang atau nanti. Normative Theory ini berusaha memberi
jawaban pertanyaan “bagaimana seharusnya”. Teori normatif bertujuan melakukan
koreksi/perbaikan dan mengatur apa yang sebaiknya diterapkan. Contohnya adalah klaim
bahwa laporan keuangan harus berdasarkan pada metode nilai aset tertentu. Nelson (1973)
menjelaskan bahwa Normative Theory juga sering disebut sebagai a priori theory (artinya sebab-
akibat atau bersifat deduktif). Teori normatif tidak muncul dari penelitian empiris tetapi dari
pengamatan semi-ilmiah. Hipotesis yang diajukan tentang bagaimana praktik akuntansi harus
dilakukan, tanpa melakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut. Sejak awal, teori akuntansi
normatif cenderung menghasilkan postulat akuntansi. Masa keemasan akuntansi normatif yaitu
pada tahun 1950 hingga tahun 1960-an. Para pakar yang merumuskan akuntansi lebih tertarik
pada asumsi kebijakan dan apa yang mestinya dilakukan, bukan apa yang sedang dipraktikkan.
Pada periode tersebut, teori normatif lebih fokus pada:
1) Penciptaan laba yang sesungguhnya (true income)
2) Pengambilan keputusan (decision usefulness)

Asumsi dari pendekatan ini adalah bahwa akuntansi harus mampu mendukung proses
pengambilan keputusan yang tepat dengan memberikan informasi akuntansi yang sesungguhnya
(transparan-apa adanya). Dasar dari teori ini yang berasal dari berbagai literatur, berasal dari konsep
ekonomi klasik tentang keuntungan dan kekayaan atau konsep ekonomi pengambilan keputusan yang
rasional. Konsep ini juga melihat akibat pengaruh inflasi atau nilai pasar aset terhadap penyesuaian
akun. Teori ini pada hakekatnya adalah teori pengukuran akuntansi. Sebuah teori adalah normatif
karena didasarkan pada asumsi:
1) Sudah seharusnya akuntansi menjadi sistem pengukuran
2) Ketepatan mengukur besarnya laba/keuntungan
3) Pengambilan keputusan ekonomi yang tepat merupakan manfaat dari Akuntansi keuangan
4) Pasar tidak efisien (dalam pengertian ekonomi)
5) Terdapat berbagai cara yang unik dalam mengukur laba.
“Statement yang mengharuskan” dalam praktik akuntansi menjadi konklusi dari teori
akuntansi normatif. Contoh: statement bahwa penilaian, pencatatan dan pelaporan aset tetap di
dalam Laporan Posisi Keuangan harus dilakukan atas dasar biaya historis.
b. Teori Akuntansi Positif (PAT)
Berbeda dengan teori normatif yang berpijak pada premis bahwa manajer akan
memaksimalkan keuntungan atau kemakmuran perusahaan, teori positif berpijak pada premis
bahwa individu selalu bertindak atas dasar motif pribadi (motif mementingkan diri sendiri)
dengan kata lain berusaha memaksimalkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Watts and
Zimmerman (1990) menyatakan bahwasanya teori yang dirumuskan harus bebas dalam
mempertimbangkan nilai dan menekankan perlunya pendekatan baru. Teori akuntansi positif
memberikan penjelasan (to explain) dan melakukan prediksi (to predict) terhadap praktik akuntansi.
Prediksi praktik akuntansi berarti bahwa teori mencoba untuk memprediksi fenomena yang belum
di observasi. Perkembangan teori akuntansi positif sejalan dengan kebutuhan dalam memprediksi
praktik akuntansi di tengah masyarakat. Teori ini menjelaskan pengamatan terhadap fenomena
akuntansi yang mendasari alasan yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi. Teori ini bertujuan
untuk memberikan penjelasan dan melakukan prediksi akibat yang mungkin timbul pada saat
manajer membuat keputusan tertentu (Watts and Zimmerman, 1990).
Pendekatan positif atau empiris berupaya menguji kembali teori dan hipotesis dengan
praktik atau fakta di lapangan. Fokus penelitian yang dilakukan pada ranah akuntansi positif
adalah kajian empirik terhadap praktik yang sudah dijalankan. Sebagai contoh, penggunaan angket
kuesioner atau metode pengamatan langsung di lapangan, periset melakukan pengujian atas sikap
manajer terhadap kelebihan dari suatu metode atau teknik akuntansi tertentu. Dapat juga
dilakukan suatu pendekatan khusus dengan melakukan survei wawancara terhadap analis kredit,
manajer personalia atau pihak lainnya atas situasi atau kejadian tertentu oleh peneliti (seperti,
keputusan untuk membeli atau menjual saham, memprediksi kebangkrutan, dan sebagainya).
Selain itu penggunaan pendekatan lain misalnya untuk menguji tingkat signifikansi output
akuntansi di pasar. Oleh karena itu, PAT berusaha untuk menjawab pernyataan seperti:
1) Apakah manfaat yang diperoleh sudah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan saat pemilihan
metode akuntansi tertentu?
2) Apakah manfaat yang didapatkan sesuai dengan biaya regulasi dan proses penentuan standar
akuntansinya?
3) Apakah informasi yang terkandung dalam laporan keuangan mempengaruhi harga saham?
Asumsi yang dapat digunakan untuk menjawab pernyataan tersebut diantaranya yaitu:
1) Para kreditor, investor, manajer bersifat rasional dan mereka akan mencoba memaksimalkan
kepuasan mereka masing-masing.
2) Kebebasan yang dimiliki oleh manajer untuk memaksimalkan kepuasan mereka dengan
pemilihan metode perhitungan, atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan keuangan
perusahaan
3) Aksi yang dilakukan oleh manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
Berdasarkan pernyataan di atas, PAT mencoba menguji tiga hipotesis berikut ini:
1) Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Bonus dengan jumlah tertentu yang di dapat oleh manajer perusahaan menjadi motivasi
mereka untuk lebih memilih cara yang dapat menaikkan keuntungan pada tahun berjalan. Dengan
harapan cara pemilihan ini akan meningkatkan nilai sekarang dari bonus yang akan mereka terima
jika Direksi Komite Kompensasi tidak menyetujui pemilihan metode tersebut (Watts and
Zimmerman, 1990).
2) Hipotesis utang/ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Hipotesis ini menjelaskan, makin tingginya utang atau ekuitas perusahaan, akan makin
memperbesar peluang manajer dalam melakukan pemilihan Teknik/metode akuntansi yang dapat
menaikkan nilai laba. Makin tingginya leverage ratio atau equity suatu entitas usaha, maka entitas
tersebut makin dekat pula dengan batas kontrak atau masa jatuh tempo (Kalay, 1982). Makin besar
nilai batas kredit, maka peluang penyimpangan makin besar pula terhadap perjanjian pinjaman.
Akses manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan meningkatkan laba, yang
memungkinkan mereka melonggarkan batas kredit dan mengurangi biaya yang dikeluarkan
(Watts dan Zimmerman, 1990).
3) Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis).
Dibandingkan entitas usaha kecil, entitas usaha yang berukuran besar memiliki
kecenderungan memakai metode akuntansi yang dapat mengurangi laba tahun berjalan. Ukuran
entitas usaha merupakan variabel proksi dari sudut pandang politik. Dasar dari hipotesis ini yaitu
asumsi begitu tingginya harga yang harus dikeluarkan untuk memperoleh informasi bagi individu
dalam upaya mereka untuk memastikan apakah laba akuntansi dapat dimonopoli. Mahalnya biaya
yang dikeluarkan untuk proses politik dalam rangka mendapatkan kontrak kerja yang berkaitan
dengan peraturan dan aturan hukum dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan individu
tersebut. Dari anggaran biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi dan biaya
pengendalian, merupakan insentif yang dimiliki oleh manajer untuk mendapatkan keuntungan
akuntansi tertentu dalam proses politik (Watts & Zimmerman, 1990).

Ketiga asumsi diatas secara positif membuktikan pengakuan adanya tiga hubungan
keagenan dari teori akuntansi:
1) Manajemen dengan pemilik/investor
2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah

Akuntansi positif dimaksudkan memprediksi peranan akuntansi dan informasi yang


berhubungan dengan kepuasan ekonomi individu, perusahaan, dan pihak lain yang
memiliki peran ekonomi di pasar modal. Walau begitu, asumsi yang mendasari proyek riset
positif tersebut sering dipertanyakan oleh berbagai kalangan karena mendukung teori positif
dengan melakukan penolakan atas alternatif pemikiran yang berbeda. Dengan kata lain, teori
positif juga tak terbebas dari pertimbangan nilai. Karena seringkali penilaian nilai implisit
mendasari dan memberikan pengaruh pada format dan hasil riset yang dilakukan. Unsur
bias riset sulit dihindari menunjukkan secara jelas keberpihakan peneliti pada penilaian.

Anda mungkin juga menyukai