Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

BAB 3
Perumusan Teori Akuntansi

Kelompok 6 [Kelas K] :

Ni Made Dita Puspitayanti (03) / 1602622010634


Ni Komang Dwi Mirandani (07) / 1602622010638
I Gedes Agus Okayana (16) / 1602622010647
I Made Dwipayana (27) / 1602622010658
Ni Komang Ayu Tri Astuti (29) / 1602622010660
Ni Nyoman Putu Manarawisa (30) / 1602622010661

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2018/2019
1.1. Teori dan Praktik Akuntansi
Teori Akuntansi terdiri atas kata teori dan akuntansi. Pengertian “teori” itu sendiri memiliki
beberapa arti seperti dibahas oleh Ghozali dan Chariri pada Bab 2 buku Teori Akuntansi,
tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan. Hendriksen dan Van Breda (1992)
mendefinisikan teori akuntansi sebagai berikut:”penalaran logis dalam bentuk seperangkat
prinsip-prinsip yang luas (a set of broad priciples) yang memberikan kerangka referensi umum
untuk mengevaluasi praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan
praktek dan prosedur akuntansi yang baru”. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa “teori
akuntansi” tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan
praktek akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktek tersebut.

Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk memberikan kerangka
pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi (Mathew & Perera,
1993). Mereka mengatakan bahwa teori memiliki karakteristik berikut ini :
1. Memiliki body of knowledge
2. Konsisten secara iternal
3. Menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena
4. Menyajikan hal-hal yang ideal
5. Referen yang ideal untuk mengarahkan praktik
6. Membahas masalah dan memberikan solusi

Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang digunakan dalam
ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori dikembangkan dari hasil observasi
empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas dasar pertimbangan nilai (value judgment),
yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut
kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.

Berlawanan dengan bidang bahasa, meteorologi atau kimia, akuntan dapat mengubah
praktek relatif lebih mudah. Oleh karena itu, masalah yang dihadapi akuntan adalah mengetahui
bagaimana praktek akuntansi seharusnya dikembangkan di masa mendatang. Sanksi yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan akuntansi menjadi sangat penting dalam memahami
bidang akuntansi, karena praktek memungkinkan untuk diubah agar sesuai (cocok) dengan teori.
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain. Sebaik apapun teori yang
dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan fenomena empiris, maka teori tersebut akan
diganti oleh teori lain yang lebih cocok dengan fenomena tersebut (Ijiri, 1971). Teori akuntansi
dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern jika dibandingkan dengan teori-teori lain seperti
matematika atau fisik. Alasannya, bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik
bukannya dikembangkan secara sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers, 1994).

Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi
mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu sosial (social science). Seperti halnya ilmu sosial lainnya,
konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang sifatnya universal. Konsep akuntansi
mengakar pada sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan (Glautier and
Underdown, 1994). Jadi jelas bahwa teori yang selama ini dikembangkan memiliki sudut
pandang yang berbeda dan kadang bertolak belakang. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan sejarah
perkembangan teori akuntansi.

1.2. Klasifikasi Perumusan Teori Akuntansi


Teori Akuntansi dapat dirumuskan berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu berdasarkan metode penalaran, sistem bahasa dan
tujuan perumusannya, untuk kemudian dibagi kembali menjadi beberapa sub sesuai tabel di
bawah ini.
A. Klasifikasi Teori Akuntansi Menurut Metode Penalaran
Atas dasar metode penalaran yang digunakan, teori akuntansi dapat dirumuskan dari berbagai
pendekatan yang berbeda yaitu:
1. Pendekatan Deduktif
Validitas teori yang dikembangkan melalui pendekatan ini, sangat tergantung pada
kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi dan menghubungkan dengan tepat berbagai
komponen proses akuntansi dalam urutan yang logis. Kesalahan dalam menentukan
tujuan dan kemampuan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut, akan menghasilkan
konklusi yang salah.
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif, dimulai dari
proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi yang rasional sebagai
pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-teknik akuntansi.
Secara umum, langkah yang digunakan dalam merumuskan teori akuntansi adalah
sebagai berikut:
(a) Menentukan tujuan pelaporan keuangan;
(b) Memilih postulate akuntansi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik dan
sosiologi,
(c) Menentukan prinsip akuntansi; serta
(d) Mengembangkan teknik akuntansi
Penentuan tujuan pelaporan keuangan merupakan hal yang paling penting karena tujuan
yang berbeda mungkin memerlukan struktur yang berbeda dan akan menghasilkan
prinsip yang berbeda pula. Apabila tujuan telah ditetapkan, beberapa definisi dan asumsi
dapat dibuat. Peneliti kemudian mengembangkan logika yang terstrukur untuk mencapai
tujuan tersebut, berdasarkan definisi dan asumsi yang dibuat.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan struktur teori
yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan berjalan secara logis. Dengan
cara demikian, konsistensi internal (internal consistency) antar preposisi dapat tercapai.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan
dapat digunakan untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam
mengevaluasi berbagai praktek akuntansi (Salmonson, 1969).
Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan tertentu yang
kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip yang dihasilkan juga salah.
Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti sering menghasilkan prinsip yang
terlalu teoritis sehingga tidak dapat diterapkan dalam praktek. Implikasinya, pendekatan
ini kurang teruji dalam praktek.
2. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif didasarkan pada konklusi yang digeneralisasikan berdasarkan hasil
observasi dan pengukuran yang terinci. Littleton (1953) bahwa prinsip akuntansi dapat
dihasilkan secara induktif dengan melakukan pengujian empiris terhadap kegiatan
akuntansi. Hal ini didukung oleh (Moonitz) yang mengatakan bahwa observasi terhadap
data akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan induktif. Pendapat ini juga
didukung oleh Schrder (1962 : 645) yang menyatakan bahwa perumusan teori akuntansi
dapat dilakukan secara induktif dengan cara mengobservasi data keuangan yang
dihasilkan dari transaksi bisnis.
Kesimpulannya, proses induktif melibatkan kegiatan observasi mengenai data keuangan
yang berkaitan dengan berbagai unit usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian
dilakukan generalisasi dan dirumuskan prinsip-prinsip akuntansi sesuai hubungan yang
ada.
Keuntungan uama pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini didasarkan pada
kebebasan dimana perumusan teori akuntansi tidak dibatasi oleh struktur atau model yang
telah diyakini/disiapkan sebelumnya. Jadi pihak yang mengobservasi memiliki kebebasan
untuk mengamati variabel tertentu selama hal tersebut relevan dengan tujuan yang akan
dicapai.
Kelemahannya yaitu:
- Observer dipengaruhi oleh ide-ide yang tidak disadari tentang jenis hubungan yang
diamati (unsur bias); dan
- Generalisasi data yang digunakan dalam observasi cenderung berbeda antara satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kesimpulan yang dibuat
dari hasil generalisasi kemungkinan besar salah hanya karena data yang pening justru
tidak diobservasi.
3. Pendekatan Etika
Pendekatan ini didasarkan atas hal sebagai berikut :truth, justice, fairness. Scott (1943)
menyatakan bahwa prinsip akuntansi merupakan pernyataan umum yang
menghubungkan prosedur dan aturan akuntansi dengan konsep sosial. Perubahan kondisi
lingkungan dapat mengubah prosedur akuntansi. Namun pendekatan etika tidak dapat
menghasilkan standar yang dapatdipedomani terlebih digunakan dalam praktik.
4. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan ini mempunyai penekanan pada pengaruh sosial yang timbul dari praktik atau
teknik akuntansi yang dilakukan di lingkungan dimana akuntansi digunakan. Nilai sosial
dianggap sebagai kriteria utama dalam perumusan akuntansi. Akuntansi yang
dikembangkan dengan tujuan mendorong perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
kegiatan usahanya pada lingkungan sosialnya, kedalam laporan keuangan disebut
sebagai socio economic accounting.
5. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ini memusatkan pada pengendalian perilaku indikator makro ekonomi
sebagai akibat adopsi dari bermacam-macam teknik akuntansi. Dengan kata lain, teknik
akuntansi yang dikembangkan harus mampu berpengaruh terhadap kesejahteraan
ekonomi umum. Kriteria yang digunakan yaitu :
a. Kebijakan dan teknik akuntansi mampu mencerminkan fakta ekonomi
b. Pemilihan teknik akuntansi bergantung pada konsekuensi ekonomi yangtimbul dari
penggunaan teknik tersebut.
6. Pendekatan Eklektik
Menggabungkan berbagai pendekatan yang selama ini digunakan.
B. Klasifikasi Berdasarkan Sistem Bahasa
Teori dapat diekspresikan dalam wujud kata atau tanda (sign). Dalam filsafat pengetahuan,
studi tentang tanda dikenal dengan istilah semiology. Semiology dibagi menjadi tiga bagian,
sintaktik (syntactics), semantik (semanics), dan pragmatik (pragmatics or behavioral).
1. Teori Sintaktik
Teori sintaktik berusaha untuk menjelaskan praktik akuntansi dan memprediksi
bagaimana akuntan akan bereaksi pada situasi tertentu atau bagaimana mereka
melaporkan peristiwa tertentu. Dengan demikian teori ini berkaitan dengan struktur
proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan.
Interpretasi teori akuntansi atas dasar sintaksis dapat digambarkan sebagai berikut: input
semantik dalam sistem tersebut adalah transaksi dan pertukaran yang dicatat dalam jurnal
dan buku besar perusahaan. Tranaksi tersebut kemudian dimanipulasi (dibagi dan
dijumlah) atas dasar alasan dan asumsi-asumsi akuntansi kos historis. Contohnya akuntan
menganggap bahwa inflasi tidak perlu dicatat dan nilai pasar (nilai wajar) aset dan utang
dihiraukan. Akuntan kemudian menggunakan konsep pembukuan berpasangan (double
entry) dan prinsip-prinsip akuntansi kos historis untuk menghitung laba dan rugi serta
neraca saldo. Dalil atau prinsip individu diverifikasi setiap saat laporan keuangan diaudit,
dengan cara mengecek kebenaran perhitungan dan manipulasi. Dengan cara ini, akuntansi
kos historis telah dipraktekkan sejak dahulu sampai sekarang.
2. Teori Semantik (Interpretasi)
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa)
dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Jadi teori ini memberikan penjelasan mengenai
definisi operasional dari praktek akuntansi. Struktur akuntansi, meskipun dapat
dirumuskan secara logis, tidak akan berarti sama sekali apabila simbol atau istilah yang
menggambarkan peristiwa atau pengukuran tidak berkaitan secara empiris dengan
fenomena dunia nyata. Oleh karena itulah, teori yang berkaitan dengan interpretasi
(semantik) diperlukan untuk memberikan arti bagi proposisi akuntansi. Dengan cara
demikian, konsep interpretasi yang dibuat akuntan diartikan sama oleh pemakai informasi
akuntansi.
3. Teori Pragmatik (Perilaku)
Teori ini berusaha menjelaskan pengaruh informasi akuntansi terhadap perilaku
pengambilan keputusan. Jadi teori pragmatik dimaksudkan untuk mengukur dan
mengevaluasi pengaruh ekonomi, psikologi, dan sosiologi pemakai terhadap alternatif
prosedur akuntansi dan media pelapornya. Teori Pragmatik dibedakan menjadi 2 bagian,
yaitu :
a. Pendekatan Pragmatik-Deskriptif
Metoda ini paling universal dan tua, kemungkinan adalah pemakaian pragmatik
deskriptif. Atas dasar metoda ini, perilaku akuntansi diamati terus menerus dengan
tujuan untuk meniru prosedur dan prinsip-prinsip akuntansi. Proses seperti ini
merupakan pendekatan induktif yang digunakan untuk mengembangkan teori
akuntansi.
b. Pendekatan Pragmatik-Psikologis
Pendekatan pragmatis yang kedua adalah mengamati reaksi pemakai laporan
keuangan. Akuntan memanipulasi transaksi akuntansi menurut aturan-aturan sintaktik
yang berbeda dengan yang digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan (contoh:
adanya sistem akuntansi inflasi yang berbeda). Laporan tersebut kemudian
disimpulkan oleh pemakai.

C. Klasifikasi Berdasarkan Tujuan


Atas dasar tujuannya, teori akuntansi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Teori Normatif
Teori ini berusaha menjelaskan bagaimana akuntansi seharusnya dipraktikkan. Teori ini
mempunyai fokus pada 2 (dua) teori antara lain :
1) True Income
Penciptaan pengukuran tunggal yang benar untuk aktiva dan laba.
2) Decision-Usefulness
Berpatokan pada tujuan akuntansi sebagai alat untuk membantu pengambilan
keputusan dengan cara menyediakan laporan keuangan yang relevan.Pengujian
dilakukan dengan teori pragmatis psikologis. Pengujian lainnya beranggapan
bahwa semua pemakai laporan keuangan memiliki kebutuhanyang sama.
2. Teori Akuntansi Positif
Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa kekuasaan dan politik merupakan sesuatu
yang tetap dan sistem sosial organisasi adalah fenomena empiris yang konkrit.
Pendukung aliran positif merasa bahwa dirinya adalah seorang pengamat yang netral dan
obyektif. Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan fenomena akuntansi berdasarkan
alasan yang menyebabkan terjadinya sesuatu, menjelaskan serta mempredisi konsekuensi
yang terjadi saat manajer membuat keputusan tertentu.
Terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif, yaitu :
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt/Equity Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Tiga hipotesis tersebut memperlihatkan Teori Akuntansi Positif mengakui adanya
hubungan
- Manajemen dengan pemilik
- Manajemen dengan kreditur dan
- Manajemen dengan pemerintah.
Saat ini teori akuntansi positif menekankan pada penjelasan mengenai alasan terhadap
praktik akuntansi dan informasi yang dihasilkannya, dalam keputusan ekonomi individu,
perusahaan dan pihak lain yang berperan dalam kegiatan pasar modal dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ghozali, I.,& Chariri, A. (2014). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
2. https://www.scribd.com/doc/54756690/Teori-Akuntansi# (diakses tgl 19 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai