Judul :
“Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping terhadap
Penerimaan Opini Going Concern”.
2. Penulis :
a. Mirna Dyah Praptitorini
b. Dra. Indira Januarti, M.Si, Akt.
5. Rumusan Masalah
a. Apakah faktor kualitas audit berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern pada perusahaan financial disstress ?
b. Apakah faktor debt defaultberpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini
going concern pada perusahaan financia disstress ?
c. Apakah faktor opinion shoppingberpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan
opini going concern pada perusahaan financia disstress ?
6. Grand Theory
Teori Agensi merupakan teori yang menggambarkan hubungan agensi sebagai
suatu kontrak yang melibatkan agen dengan pendelegasian wewenang pengambilan
keputusan kepada agen (Jensen dan Meckling, 1976).Prinsipal atau agen diasumsikan
sebagai orang ekonomi rasional yang termotivasi oleh kepentingan pribadi. Shareholders
atau prinsipal mendelegasikan wewenang kepada manajer dalam mengambil keputusan.
Namun pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer tidak selalu sesuai
keinginan shareholders karena adanya moralhazard. Sehingga diperlukannya pihak
ketiga yang independen (auditor) sebagai mediator. Auditor sebagai pihak yang mampu
menjembatani kepentingan shareholders dengan memonitoring pekerjaan manajer
melalui laporan tahunan. Tugas auditor adalah memberi opini atas laporan keuangan
(mengenai kewajaran) dan mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan.
7. Kerangka Berpikir
Kualitas Audit
Opinion Shopping
8. Hipotesis
a. H1 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Opini : Auditor yang telah memiliki reputasi yang baik tentu akan cenderung
mempertahankan reputasinya dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa
merusak reputasinya, sehingga akan berusaha selalu objektif terhadap pekerjaannya.
b. H2 : Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Opini : Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang dan bunga
merupakan indikator going concern dalam menilai kelangsungan hidup suatu
perusahaan.
c. H3 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Opini : Perusahaan yang sering mengganti auditor setelah menerima opini going
concern belum tentu mencerminkan praktik opinion shopping. Terlebih kemungkinan
opinion shopping sering terjadi pada perusahaan yang cenderung mempertahankan
audito lama. Hal ini menunjukkan indikasi kurangnya independensi auditor di
Indonesia.
9. Metode Penelitian
a. Lokasi penelitian
Seluruh auditee manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 1997-2002.
b. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini berfokus pada pengaruh kualitas audit, debt default dan opinion
shopping terhadap penerimaan opini going concern pada seluruh auditee manufaktur
yang terdaftar di BEJ periode tahun 1997-2002.
c. Identifikasi Variabel
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
a. Debt Default
b. Kualitas Audit
c. Opinion Shopping
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Opini Audit Going
Concern.
3. Variabel Kontrol
a. Kondisi Keuangan
b. Audit Lag (ALAG)
c. Opini Audit Tahun Sebelumnya (PO)
10. Hasil
a. H1 : Debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Dihasilkan secara signifikan berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji koefisien regresi pada tabel 4.14
dimana debt default memiliki nilai koefisien positif sebesar 2,428 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,00 (lebih kecil dari 0,05).
b. H2 : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil yang diperoleh yaitu tidak signifikan secara statistik, dimana
probabilitas variabel ini sebesar 0,288 di atas Sig. 0,05 (5%). Walaupun variabel ini
tidak berpengaruh signifikan tetapi tanda dari nilai koefisiennya telah sesuai dengan
hipotesis yang diajukan (positif).
c. H3 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung tidak
menerima opini going concern ketika mempertahankan auditornya disimpulkan dari
koefisien variabel opinion shopping yang bertanda positif. Ini memberikan bukti
bahwa kondisi di Indonesia lebih sesuai dengan praktik opinion shopping yang
dikemukakan oleh Teoh (1992), yaitu cara yang pertama, argument ancaman
pergantian auditor. Dan auditor akhirnya mengeluarkan opini non going concern
untuk mempertahankan kliennya tersebut.
11. Kesimpulan
a. Variabel kualitas audit yang diproksikan dengan auditor industry sprecialization
tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern namun
searah dengan hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa auditor spesialis berusaha
mempertahankan reputasinya dengan bersikap objektif serta pengklasifikasian
auditor spesialis sehingga pengaruhnya belum dapat dibuktikan. Kemungkinan ini
bisa terjadi disebabkan oleh jumlah sampel yang kurang memenuhi.
b. Variabel debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia cenderung
mendapatkan opini non going concern saat tidak melakukan pergantian auditor
sehingga menunjukkan indikasi kurangnya tingkat independensi auditor di Indonesia.
c. Berdasarkan tabel distribusi diperoleh temuan bahwa jumlah opini going concern
yang diterima auditee saat masa krisis ekonomi lebih sedikit dibandingkan pada
kondisi normal (pasca krisis) yaitu 87 auditee pada tahun 1997-1999 dan 99 auditee
pada tahun 2000-2002.