Rangkuman BAB 1
HARAPAN ETIKA
Harapan perilaku sekarang ini didasarkan pada percepatan dari tren etika bisnis dan
professional yang telah lama dibuat. Etika bisnis dan professional telah menjadi penentu
utama dari keberhasilan pribadi dan perusahaan, dan titik fokus pada perubahan penelitian
dan perusahaan.
Dukungan terhadap bisnis secara umum tergantung pada kredibilitas yang stakeholder
tempatkan pada komitmen perusahaan, reputasi perusahaan, dan kekuatan atas keunggulan
kompetitifnya. Semua itu tergantung pada kepercayaan stakeholder akan aktivitas
perusahaan, yang pada gilirannya tergantung pada nilai-nilai yang mendasari kegiatan
perusahaan.
Penilaian kinerja sekarang meluas melampaui apa yang diharapkan untuk dicapai
mencakup bagaimana tujuan perusahaan dapat dicapai secara etis. Akibatnya, tata kelola dan
akuntabilitas jauh lebih diperhatikan dengan kepentingan stakeholder dan masalah etika
daripada di masa lalu.
Beberapa factor yang menyebabkan perubahan harapan publik atas perilaku bisnis
perusahaan, yaitu:
Masalah Lingkungan
Kepekaan/Sensitivitas Moral
Perubahan ekspektasi bisnis telah memicu sebuah evolusi baru dalam dunia bisnis.
Milton Friedman mengemukakan bahwa bisnis hadir untuk melayani masyarakat, bukan
sebaliknya. Pernyataan tersebut mendapat penolakan dari beberapa pihak, namun ada 3 hal
penting yang dapat ditangkap dari argument Friedman tersebut, yaitu: (1) Penyimpangan
tujuan bisnis yang tidak hanya berfokus pada laba saja tidak akan membuat laba turun, malah
sebaliknya, hal tersebut dapat meningkatkan laba; (2) laba saat ini diakui sebagai suatu
ukuran yang tidak lengkap dari kinerja perusahaan sehingga bukan merupakan ukuran yang
akurat dalam pengalokasian sumber daya; (3) Friedman secara eksplisit berharap bahwa
kinerja akan berada dalam wilayah kebiasaan etik dan norma.
Harapan publik untuk laporan yang dapat dipercaya tentang kinerja perusahaan tidak dapat
dipenuhi kecuali akuntan profesional yang menyiapkan atau mengaudit laporan tersebut
fokus penilaian utama mereka pada objektivitas, dan integritas yang melindungi kepentingan
publik. Loyalitas auditor kepada manajemen dan / atau direksi dapat sesat karena mereka
telah sering terbukti hanya mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu, tanggung jawab
utama fiducia akuntan professional harus kepada publik atau untuk kepentingan umum. Jika
tidak, harapan para stakeholder tidak akan terpenuhi dan kredibilitas perusahaan akan
terkikis, begitu pula dengan kredibilitas dan reputasi dari profesi akuntansi.
Ada beberapa tren yang dikembangkan sebagai akibat dari tekanan ekonomi dan
kompetitif yang telah dan terus berlanjut dan mempunyai efek pada etika bisnis dan akuntan
professional. Tren ini termasuk di dalamnya berupa:
1) Memperluas tanggung jawab hukum bagi direktur, dan tentunya para CEO dan CFO
Selain itu, perkembangan yang signifikan juga terjadi dalam bagaimana cara organisasi
beroperasi, termasuk:
Sebagai hasil dari perkembangan dan trend yang timbul ini, perusahaan mulai menaruh
perhatian yang cukup besar dalam bagaimana beretika dalam setiap kegiatan mereka dan
bagaimana memastikan bahwa masalah-masalah etika tidak muncul.
Reputasi perusahaan dan tingkat dukungan yang dikumpulkan dari para stakeholder
tergantung pada pemahaman akan nilai-nilai yang mendasari kepentingan stakeholder dan
kemampuan perusahaan untuk mengelola resiko yang dihadapi perusahaan secara langsung,
maupun yang berdampak pada para stakeholder.
Nilai dasar adalah nilai yang secara umum dihormati oleh sekelompok stakeholder. Jika
suatu perusahaan menghormati nilai-nilai dasar ini, maka perusahaan akan dihargai oleh
kelompok stakeholder dan akan mendorong dukungan stakeholder untuk aktivitas
perusahaan.
Reputasi perusahaan akan menghasilkan dukungan yang maksimal dari para stakeholder.
Terdapat empat factor penting penentu reputasi seperti yang dikemukakan oleh Charles
Fombrun, yaitu kredibilitas, kepercayaan, keandalan, dan tanggung jawab.
Resiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan.
Manajemen resiko meliputi budaya, proses, dan struktur yang diarahkan menuju pengelolaan
yang efektif dari kesempatan potensial dan efek samping. Proses manajemen resiko meliputi
aplikasi yang sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan praktek untuk menyusun
konteks, mengidentifikasi, menganalisis, menilai, mengelola, memantau, dan
mengomunikasikan resiko.
Akuntabilitas
Teori Filsuf Inggris, John Stuart Mill, menyiratkan bahwa tujuan bisnis tidak
hanya memaksimalkan keuntungan, namun juga berkontribusi bagi kebaikan
masyarakat, yaitu dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam teori Filsuf Amerika, John Rawls, menyiratkan bahwa bisnis bertindak
secara etis ketika mereka tidak memiliki harga dan system perekrutan yang bersifat
diskriminatif, dan bisnis harus dapat menyediakan suatu barang dan jasa untuk satu
segmen masyarakat tanpa mengorbankan segmen masyarakat yang lain.
Ada dua konsep yang berguna dalam memahami etika bisnis yaitu konsep
stakeholder dan konsep kontrak social perusahaan. Konsep stakeholder
menyimpulkan bahwa walaupun para stakeholder tidak mempunyai hak klaim atas
perusahaan secara hukum, namun mereka dapat mempengaruhi perusahaan dalam
mencapai tujuannya, sehingga hak-hak atau kepentingan mereka harus dihormati dan
dipertimbangkan dalam setiap rencana dan keputusan perusahaan. Sedangkan konsep
kontrak sosial adalah konsep yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang erat
antara perusahaan dengan masyarakat atau dengan para stakeholder yang tidak dapat
dipisahkan.
Akibat dari kasus-kasus besar seperti Enron, maka mambawa perubahan besar terhadap
aturan dan tata etika seorang akuntan profesional. Tugas sebenarnya seorang akuntan
professional adalah utang. Akuntan professional berutang kesetiaan kepada kepentingan
publik, bukan hanya untuk kepentingan keuangan mereka sendiri, direktur perusahaan, atau
manajemen. Untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan, maka
diperlukan peraturan tambahan atas peran dan perilaku seorang akuntan publik dalam
menjalankan profesinya. Selain itu, seorang akuntan professional harus dapat memastikan
bahwa mereka telah menjalankan kode etiknya dengan benar dan siap menjalankan peran
terbaiknya untuk menjaga kredibilitas dan dukungan untuk profesi akuntan.
Tata Kelola
Globalisasi dan internasionalisasi telah masuk ke dunia usaha, pasar modal, dan
akuntabilitas perusahaan sehingga diperlukan tata kelola yang dapat digunakan secara
internasioanal. Dalam profesi akuntan, terdapat satu kumpulan harmonisasi peraturan prinsip
akuntansi dan auditing secara global (GAAP dan GaAS) untuk menyediakan kemudahan bagi
para penyedia modal untuk masuk ke pasar dunia dan efisiensi komputasi serta audit di
seluruh dunia.
Semenjak akhir tahun 1990-an, telah banyak muncul dan berkembang perusahaan-
perusahaan profesi dari berbagai multi disiplin ilmu seperti pengacara dan insinyur yang
menyediakan jasa assurance yang lebih luas dan jasa-jasa lainnya untuk klien audit mereka.
Penawaran jasa non-audit bagi klien audit ini diawasi dengan ketat sehingga harapan akan
konflik kepentingan dapat terpenuhi.
Pedoman disediakan untuk proses pengidentifikasian resiko etik, disarankan untuk tidak
terlalu percaya yang berlebihan pada auditor eksternal untuk tujuan ini dan wawasan yang
ditawarkan untuk mengelola dan melaporkan resiko etik. Selanjutnya strategi dan mekanisme
yang efektif untuk mempengaruhi stakeholder dibahas dengan pandangan untuk
mengembangkan dan mempertahankan dukungan mereka.
Pengusaha dengan pengalaman mengetahui bahwa krisis tidak dapat dihindari, dan
pendekatan terhadap manajemen krisis telah dikembangkan untuk memastikan bahwa
perusahaan dan eksekutif tidak menderita gangguan berlebih terhadap prospek dan reputasi
mereka. Bahkan, jika aspek etika dari krisis bisa dikelola dengan baik, maka reputasi
perusahaan dapat ditingkatkan. Memasukkan etika dalam manajemen krisis jelas dapat
mengubah risiko menjadi peluang.
2. Etos Bisnis
Yang dimaksud dengan etos nisnis disini adalah suatu kebiasaan atau budaya
moral yang menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu perusahaan dalam
suatu generasi ke generasi yang lain. Inti etos ini adalah pembudayaan atau
pembiasaan penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu yang dianggap
sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan yang sekaligus membedakan dari
perusahaan lainnya.
Wujudnya bisa dalam bentuk pengutamaan mutu, pelayanan, disipli,
kejujuran, tanggung jawab, perlakuan yang fair tanpa diskriminasi, dan seterusnya.
4. Pendekatan Stakeholders
Pendekatan stakeholders adalah cara mengamati dan menjelaskan secara
analitis bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan
tindakan bisnis. Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperatif: bisnis harus
dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak yang terkait yang
berkepentingan (stakeholders) dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan
dihargai.
Pada umumnya ada dua kelompok stakeholders: kelompok primer dan
kelompok sekunder. Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham,
kreditor, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur, dan pesaing atau rekanan.
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok
sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya, dan
masyarakat setempat. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis
tentu saja adalah kelompok primer karena berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan
sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan
kelompok primer tersebut.
Dalam kaitannya dengan kelompok sekunder, dalam situasi tertentu kelompok
ini bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok primer, dan
karena itu sangat perlu diperhitungkan dan dijaga kepentingan mereka. Ketika suatu
perusahaan beroperasi tanpa memerdulikan kesejahteraan, nilai budaya, sarana dan
prasarana lokal, lapangan kerja setempat, dan seterusnya, akan menimbulkan suasana
sosial yang sangat tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis
perusahaan tersebut.
Dengan demikian, dalam banyak kasus, perusahaan yang ingin berhasil dan
bertahan dalam bisnisnya harus pandai menangani dan memperhatikan kepentingan
kedua kelompok stakeholders si atas secara baik dan etis.
Hak Pekerja merupakan topik yang perlu dan relevan untuk dibicarakan dalam rangka etika
bisnis. Dalam hal ini keadilan menuntut agar semua pekerja diperlakukan sesuai dengan
haknya masing-masing. Baik sebagai pekerja maupun sebagai manusia, mereka tidak boleh
dirugikan, dan perlu diperlakukan secara sama tanpa diskriminasi yang tidak rasional. Dalam
bisnis modern yang penuh dengan persaingan ketat, para pengusaha semakin menyadari
bahwa pengakuan, penghargaan, dan jaminan atas hak-hak pekerja dalam jangka panjang
akan sangat menentukan sehat tidaknya kinerja suatu perusahaan. Secara umum ada
beberapa hak pekerja yang dianggap mendasar dan harus dijamin, kendati dalam
penerapannya bisa sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan sosial-budaya dari
masyarakat atau negara dimana suatu perusahaan beroperasi.
Hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia. Karena, pertama
sebagaimana dikatakan John Locke, kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja
adalah aktivitas tubuh dan karena itu tidak bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas
dari tubuh manusia. Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui
kerja, manusia merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus
membangun hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Melalui kerja,
manusia menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. Ketiga,
hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja
berkaitan dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya
dengan dan melalui kerjanya manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara
layak sebagai manusia.
Karena demikian pentingnya, hak ini lalu dikodifikasi dalam hukum positif oleh
negara tertentu. Indonesia, misalnya dengan jelas mencantumkan dan berarti
menjamin sepenuhnya, hak atas pekerjaan ini. Tentu saja ini tergantung pada
kondisi perkembangan ekonomi suatu negara.
Hak atas Upah yang Adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut
seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan.
Tiga hal yang harus ditegaskan dalam hak atas upah yang adil yaitu pertama,
bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja berhak
untuk dibayar. Ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Dasar pemikirannya
adalah bahwa setiap orang berhak memperoleh dan menikmati hasil kerjanya.
Hasil kerja melekat pada kerja, padahal kerja melekat pada tubuh setiap orang
sebagai hak asasinya, maka setiap orang berhak untuk memperoleh dan
menikmati hasil kerjanya. Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh
upah. Ia juga berhak untuk memperoleh upah yang adil yaitu upah yang
sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya. Hal ketiga yang mau
ditegaskan dengan hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak
boleh ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah
kepada semua karyawan. Dengan kata lain, harus berlaku prinsip upah yang
sama untuk pekerjaan yang sama. Secara lebih spesifik itu berarti bahwa untuk
pekerjaan yang sama dengan volume, insensitas, dan tingkat tanggungjawab
yang sama semua pekerja harus dibayar secara sama dengan tetap
memperhatikan pengalaman, lama kerja, dan pendidikan dari masing-masing
pekerja. Tingkat upah minimum ini didasarkan pada perhitungan kebutuhan
pokok rata-rata bagi pekerja ditempat tersebut. Dengan kata lain, upah yang adil
adalah upah yang berfluktuasi di atas tingkat upah minimum ini sesuai dengan
mekanisme pasar.
Dalam bisnis modern sekarang ini semakin dianggap penting bahwa para pekerja
dijamin keamanan, keselamatan, dan kesehatannya. Lingkungan kerja dalam
industri modern khususnya yang penuh dengan berbagai risiko tinggi
mengharuskan adanya jaminan perlindungan atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan bagi para pekerja. Dasar dari hak atas perlindungan keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja adalah hak atas hidup. Karena itu, hak ini pun
dianggap sebagai salah satu hak asasi manusia. Pertama, setiap pekerja berhak
mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan, dan kesehatan melalui
program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan yang diadakan
perusahaan itu. Kedua, setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan risiko
yang akan dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu
dalam perusahaan tersebut. Karena itu, perusahaan harus memberikan informasi
serinci mungkin tentang kemungkinan-kemungkinan risiko yang dihadapi setiap
pekerja. Ketiga, setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerjaan
dengan risiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya. Jika
ketiga hal ini bisa dipenuhi, suatu perusahaan sudah dianggap menjamin secara
memadai hak pekerja atas perlindungan atas keamanan, keselamatan dan
kesehatan bagi para pekerja.
Hak ini terutama berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam dengan
hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan
tertentu. Ia wajib diberi kesempatan untuk membuktikan apakah ia melakukan
kesalahan seperti dituduhkan atau tidak.
Ini berarti secara legal maupun moral perusahaan tidak diperkenankan untuk
menindak seorang karyawan secara sepihak tanpa mencek atau mendengarkan
pekerja itu sendiri.
Dengan hak ini mau ditegaskan bahwa semua pekerja , pada prinsipnya, harus
diperlakukan secara sama, secara fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam
perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan
semacamnya.
Kendati perusahaan punya hak tertentu untuk mengetahui riwayat hidup dan
data pribadi tertentu dari setiap karyawan, karyawan punya hak untuk
dirahasiakan data pribadinya itu. Bahkan perusahaan harus menerima bahwa ada
hal-hal tertentu tidak boleh diketahui oleh perusahaan dan ingin tetap
dirahasiakan oleh karyawan. Misalnya orang yang menderita penyakit tertentu,
epilepsi misalnya harus diketahui oleh perusahaan agar orang tersebut tidak
ditempatkan sebagai sopir atau di pos tertentu yang dapat mencelakakan banyak
orang.
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran moralnya. Ia
harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adallah hal
yang baik. Konkretnya, pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan
tertentu yang dianggapnya tidak baik. Dia tidak boleh dipaksa untuk melakukan
hal ini kalau berdasarkan pertimbangan suara hatinya hal-hal itu tidak baik dan
tidak boleh dilakukan.
2. Whistle Blowing
Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang
karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan
atau atasannya kepada pihak lain. Contoh whistle blowing adalah tindakan seorang
karyawan yang melaporakan penyimpangan keuangan perusahaan.
Secara cermat dapat kita bedakan dua macam whistle blowing yaitu whistle blowing
internal dan whistle blowing eksternal.
Whistle blowing internal terjadi ketika seorang atau beberapa orang karyawan
tahu mengenai kecurangan yang dilakukan oleh karyawan lain atau kepala
bagiannya kemudian melaporkan kecurangan itu kepada pimpinan perusahaan
yang lebih tinggi. Motivasi utama dari whistle blowing adalah motivasi moral
demi mencegah kerugian bagi perusahaan tersebut. Hanya saja, tidak mudah
untuk mengetahui apakah memang betul motivasinya adalah baik.
Dalam kasus ini, dia dihadapkan pada dilema moral antara membocorkan
kecurangan demi kepentingan masyarakat banyak atau mendiamkan kecurangan
itu demi keselamatan pribadi dan keluarganya. Keduanya punya bobot moralnya
tersendiri.
Masyarakat modern adalah masyarakat pasar atau masyarkat bisnis atau juga disebut
sebgai masyrakat konsumen.Bisnis sudah merasuki seluruh masyarakat manusia didunia dan
semua sendi kehidupan manusia.Karena itu tiak ada satupun orang yang luput dar
bisnis.Hanya saja, para pelaku bisnis punya anggapan bahwa mereka sesungguhnya hanyalah
memenuhi kebutuhan hidup manusia.Mereka hanya memenuhi permintaan manusia.Jadi,
mereka tidak bertanggung jawab atas sebuah barang atau jasa yang merugikan atau
berpotensi merugikan konsumen.Dalam hal ini, bisnis lalu dianggap sebagai suatu aktivitas
netral yang hanya ingin melayani kebutuhan dan permintaan manusia.Contohnya dalam kasus
rokok,perusahaan rokok hanya memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen tanpa
memikirkan kesehatan manusianya.Perusahaan rokok tidak bertanggung jawab bila terjadi hal
yang tidak di inginkan atau merugikan pihak konsumen.
Pada umumnya konsumen dianggap mempunyai hak tertentu yang wajib dipenuhi
oleh produsen,yang disebut sebagai hak kontraktual. Hak kontraktual adalah hak yang timbul
dan dimiliki seseorang ketika ia memasuki suatu persetujuan atau kontrak dengan pihak lain.
Maka, hak ini hanya terwujud dan mengikat orang-orang tertentu, yaitu orang-orang yang
mengadakan persetujuan atau kontrak satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa aturan yang perlu dipenuhi dalam sebuah kontrak yang dianggap baik dan adil,
yang menjadi dasar bagi hak kontraktual setiap pihak dalam suatu kontrak.
1. Kedua belah pihak mengetahui sepenuhnya hakikat dan kondisi persetujuan yang
mereka sepakati.
2. Tidak ada pihak yang secara sengaja memberikan fakta yang salah atau memalsukan
fakta tentang kondisi dan syarat-syarat kontrak untuk pihak lain.
3. Tidak boleh ada pihak yang dipaksa untuk melakukan kontrak atau persetujuan
itu.Kontrak atau persetujuan yang dilakukan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa
harus batal demi hokum.
4. Kontrak juga tidak mengikat bagi pihak manapun untuk tindakan yang bertentangan
dengan moralitas.
Gerakan Konsumen
Salah satu syarat bagi terpenuhi dan terjaminnya hak-hak konsumen adalah perlunya
pasar dibuka dan dibebaskan bagi semua pelaku ekonomii, termasuuk bagi produsen dan
konsumen untuk keluar masuk pasar.
c. Pengaruh iklan yang merasuki setiap menit dan segi kehidupan manusia modern
melalui berbagai media massa dan media informasi lainnya, membawa pengaruh
yang besar bagi kehidupann konsumen.
e. Dalam hubungan jual beli yang didasarkan pada kontrak, konsumen lebih berada
pada posisi yang lemah.
Dengan adanya presepsi “konsumen adalah Raja” bagi sebagian masyarakat atau
konsumen sebenrnya tidaklah benar karena konsumen atau masyarakat lebih banyak
mengutarakan keluhan tentang kekecewaan baik pada janji atau pelayanan yang tidak
memuaskan dari berbagai perusahaan atau produsen. Kenyataan ini sesungguhnya
memberikan isyarat paling kurang 2 hal, yaitu:
a. Pasar yang bebas dan terbuka pada ahkirnya menempatkan konsumen benar-benar
sebagai raja.
Hal itu berarti pada akhirnya etika bisnis semakin dianggap serius oleh para pelaku
bisnis modern yang kompetitif. Dengan kata lain, kenyataan bahwa dalam pasar yang bebas
dan terbuka hanya mereka yang unggul, termasuk unggul dalam melayani konsumen secara
baik dan memuaskan, akan benar-benar keluar sebagai pemenang. Maka kalau pasar benar-
benar adalah sebuah medan pertempuran, pertempuran pasar adalah pertempuran keunggulan
yang fair, termasuk keunggulan nilai yang menguntungkan banyak pihak termasuk
konsumen.
Pasar bebas dan terbuka pada akhirnya menempatkan konsumen pada sebagai raja.
Prinsip-prinsip etika, seperti kejujuran, tanggung jawab dan kewajiban untuk melayani
konsumen secara baik dan memuaskan, mempunyai tempat pijakan yang nyata dalam dunia
bisnis global yang bebas dan terbuka. Itu berarti pada akhirnya etika bisnis emakin dianggap
serius oleh para pelaku bisnis daam dunia bisnis modern yang kompetitif sekarang ini.