Anda di halaman 1dari 4

Managing Ethics Risks & Opportunity

Leonard J. Brooks dan Paul Dunn

Tujuan
Mengembangkan pemahaman tentang bagaimana cara yang efektif untuk
mengidentifikasi, menilai dan mengelola risiko etika dan peluang yang mempengaruhi
keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan dukungan dari para pemangku kepentingan
(stakeholder).

Risiko Etika dan Peluang dalam Penilaian Risiko Perusahaan


A. Risiko etika dan peluang
Berdasarkan adanya pengakuan atas kebutuhan pertanggungjawaban perusahaan kepada
pemangku kepentingan telah menjadikan suatu kebutuhan tata kelola modern yang merefleksikan
pentingnya memenuhi kepentingan pemangku kepentingan. Dalam konteks ini, perhatian terhadap
risiko etika dan peluang yaitu risiko tidak dapat memenuhi harapan dari pemangku kepentingan
yang akan menyebabkan potensi kerugian / hilangnya dukungan untuk mencapai tujuan
perusahaan, dan ketika melebihi harapan dari pemangku kepentingan maka hal tersebut
memberikan peluang untuk mendapatkan / menggalang dukungan para pemangku kepentingan.
B. Keterbatasan pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) Tradisional
Manajemen risiko telah menjadi konsep yang umum digunakan sejak akhir 1990-an.
Selama 1990-an beberapa perusahaan besar telah menggunakan beberapa bentuk manajemen
risiko tetapi sebagian besar perusahaan yang lainnya tidak. Sarbanes-Oxley (SOX) secara efektif
menjadikan manajemen risiko sebagai bagian yang utuh dari tata kelola perusahaan yang baik. Hal
tersebut membawa perubahan pada sistem tata kelola kepada perusahaan-perusahaan yang
terdaftar dalam SEC di seluruh dunia. Misalnya, untuk penilaian risiko dan pencegahan,
mengharuskan perusahaan untuk memeriksa efektivitas sistem pengendalian internal terkait
dengan pelaporan keuangan. Tinjauan pengendalian internal melibatkan perbandingan sistem
perusahaan dengan kerangka kerja pengendalian internal seperti yang telah dikembangkan oleh
Committee of Sponsoring Organization (COSO).

1
Kerangka ERM COSO menilai bagaimana suatu entitas/perusahaan mencapai tujuannya
dalam 4 dimensi yakni strategi (strategic), operasi (operations), pelaporan (reporting), dan
kepatuhan (compliance) dimana dalam masing-masing dimensi melibatkan delapan komponen
yang saling terkait mengenai cara manajemen menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka
diintegrasikan dengan proses manajemen. Kajian dari ERM COSO ini akan memeriksa kode etik,
kesadaran karyawan, tekanan memenuhi tujuan yang tidak realistis, kesediaan manajemen untuk
menggantikan kontrol yang telah ada, kepatuhan kode dalam bekerja, pemantauan efektivitas
sistem pengendalian internal, program whistleblowing, dan tindakan perbaikan sebagai respon
pelanggaran kode etik.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada masalah-masalah dari perspektif dampak
keuangan perusahaan pada pemegang saham, dan bukan pada dampak non finansial pada
pemangku kepentingan. Contohnya lembaga keuangan akan cenderung fokus pada risiko
keuangan, seperti kebangkrutan peminjam, atau risiko kerugian atas pinjaman dan investasi
derivatif.
Dalam pendekatan ERM tradisional, terdapat ketergantungan yang keliru terhadap auditor
eksternal. Beberapa direksi dan eksekutif berasumsi bahwa auditor eksternal yang melakukan
tinjauan atas risiko. Meskipun peninjauan atas risiko tersebut merupakan bagian dari audit, auditor
melakukan peninjauan pengendalian internal perusahaan dan risiko bisnis perusahaan, hanya jika
risiko yang ditemukan mempengaruhi salah saji material dari hasil usaha atau posisi keuangan
perusahaan. Selain itu, karena auditor hanya melakukan pengujian, mereka tidak diharapkan untuk
dapat menemukan semua masalah dan tidak ada suatu kebutuhan untuk auditor eksternal untuk
mencari dan melaporkan risiko etika dan peluang kepada manajemen dan/atau direktur.
SAS 99 yang dikeluarkan oleh American Institute Certified Public Accountant (AICPA)
sebagai respon atas kasus Enron dan WorldCom, dan Sarbanes-Oxley Act of 2002. SAS 99
mengarahkan auditor eksternal agar memiliki kesadaran atas terjadinya kecurangan, pemeriksaan
dan pelaporan yang lebih baik atas kecurangan tersebut. SAS 99 mengharuskan :
● Diskusi dan brainstorming wajib antara tim audit tentang potensi dan penyebab salah saji
material dalam laporan keuangan karena kecurangan sebelum dan selama audit
● Pedoman yang harus diikuti tentang pengumpulan data dan prosedur audit untuk
mengidentifikasi risiko penipuan

2
● Penilaian risiko kecurangan berdasarkan faktor-faktor risiko yang ditemukan dan asumsi
bahwa manajemen bersalah atau tidak.
● Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi dan pelaporan langkah-langkah
audit yang diambil untuk memastikan tidak ada manipulasi.
● Tindakan lainnya, termasuk:
- Mendukung penelitian tentang kecurangan,
- Pengembangan kriteria dan pengendalian anti kecurangan
- Alokasi 10% dari CPE kredit untuk studi kecurangan
- Pengembangan program pelatihan kecurangan untuk umum
- Mendorong pendidikan anti-penipuan di universitas, serta materi yang sesuai
Bahkan setelah adopsi reformasi SOX, auditor eksternal akan mencari kecurangan dan /
atau kelemahan dalam kontrol yang akan memberikan salah saji material pada laporan keuangan.
mereka biasanya tidak diharapkan untuk mencari risiko atau peluang non-finansial atau
nonfinansial lainnya. Akibatnya, direktur dan eksekutif, yang bertanggung jawab untuk memantau
semua risiko etika, harus merancang audit internal atau proses peninjauan.
C. Identifikasi serta Penilaian Risiko Etika dan Peluang
Tahapan identifikasi risiko etika meliputi:
1. Tahap 1. mengembangkan pemahaman yang diproyeksikan dan diberi peringkat tentang
minat / harapan pemangku kepentingan.
Tahap 1 dimulai dengan identifikasi pemangku kepentingan utama perusahaan dan minat
mereka. penyelidik kemudian harus menilai kepentingan dari pemangku kepentingan
dengan menggunakan urgensi, legitimasi, dan kerangka kerja kekuasaan serta analisis
pengaruh yang dinamis. selanjutnya penyelidik harus mengkonfirmasi proyeksi ini dengan
pemangku kepentingan representatif dan/ dengan kelompok pemangku kepentingan untuk
membangun kepercayaan
2. Tahap 2 : membandingkan kegiatan perusahaan dengan harapan untuk mengidentifikasi
risiko dan peluang etika.
Dalam pertimbangan ini, memperhitungkan input, output, kualitas yang relevan.
Perbandingan harus dibuat dari kegiatan perusahaan dan harapan pemangku kepentingan
menggunakan enam nilai hypernorm: kejujuran, keadilan, kasih sayang, integritas,
prediktabilitas, dan tanggung jawab. Perbandingan kegiatan dan harapan perusahaan harus

3
dinilai kembali dari perspektif dampak potensial terhadap reputasi perusahaan. di mana
reputasi tergantung pada empat faktor: kepercayaan, kredibilitas, keandalan, dan tanggung
jawab
3. Tahap 3. Melibatkan penyusunan laporan yang dihasilkan oleh proses diatas.
Laporan menyajikan pertimbangan risiko dan peluang yang didasarkan kepada: kelompok
pemangku kepentingan, produk atau jasa, tujuan perusahaan, nilai hypernorm, dan pemicu
reputasi.

Ethics Risk and Opportunity Management


Hubungan dengan Stakeholder yang Efektif
Setelah mengetahui risiko dan kesempatan etika, kita perlu mengembangkan dan
menggunakan taktik untuk mengelola dua hal tersebut untuk memitigasi dan menyelaraskan
aktivitas dengan stakeholder interests. Salah satu pendekatan berfokus pada potensi stakeholder
untuk bersikap mengancam atau bekerjasama dengan perusahaan. Untuk mengidentifikasi tipe
stakeholders perusahaan, kita dapat menggunakan diagram yang digambarkan oleh Savage et al
(1991).

Anda mungkin juga menyukai