Anda di halaman 1dari 13

Mengelola Risiko Etika Dan Manajemen Krisis

PENDAHULUAN
Sepuluh tahun terakhir wajah bisnis di dunia telah mengalami perubahan yang
buruk, banyaknya bisnis yang hancur membawa akibat penderitaan kepada masyarakat luas.
Salah satu penyebab kehancuran bisnis tersebut yaitu adanya pengabaian etika
didalam lini bisnis m e r e k a . P e n g a b a i a n e t i k a a d a l a h d i l a k u k a n n y a s u a t u
kegiatan yang dianggap benar oleh manajemen dan para pengambil
keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh
p i h a k l a i n . C o n t o h p e n g a b a i a n e t i k a i t u s e n d i r i a n t a r a l a i n a d a l a h ,  praktek
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, dan lain sebagainya. S a l a h
satu faktor timbulnya sikap pengabaian etika ini karena
a d a n y a u s a h a  perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya, dimana tujuan utamanya
adalah mencari keuntungansebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh
keuntungan t e r s e b u t , m a k a m a n a j e m e n b i s a m e n c a p a i n y a d e n g a n
m e l a k u k a n t i n d a k a n y a n g mempertimbangkan etika atau dengan melakukan
tindakan yang tidak mempertimbangkan e t i k a . I t u s e m u a t e r g a n t u n g k e p a d a
keputusan yang diambil oleh manajemen eksekutif  didalam suatu lingkup
perusahaan. Setiap keputusan yang diambil oleh manajemen tentu
menimbulkan resiko. Jika keputusan yang diambil oleh manajemen tersebut
menimbulkan suatu kerugian, berdampak negatif oleh pihak lain atau pihak eksternal
perusahaan, maka itu berarti manajemen telah mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis dan etika
profesi yang adadan menanggung resiko etika. Resiko merupakan sesuatu yang melekat
dalam setiap gerak langkah tindakan. Resiko t i d a k b i s a d i h i l a n g k a n , t e t a p i
r e s i k o b i s a d i k u r a n g i d e n g a n c a r a m e n g e l o l a r e s i k o tersebut. Dinamika
pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal seperti korporasi
Enron dan Arthur Andersen, World Com, Tragedi Lumpur Lapindo, Kasus PT Adam Sky
Connection Airlines dan beberapa skandal bisnis yang membawa keruntuhan bagai bisnis
mereka. Untuk mengurangi resiko etika yang membawa dampak buruk  bagi lingkungan bisnis
dan entitas yang terkait, maka pengelolaan resiko etika dan manajemen krisis sangat dibutuhkan.
PEMBAHASAN
A.Identifikasi serta penilaian risiko etika dan peluang
1.Risiko etika dan peluang dalam penilaian risiko perusahaan
Risiko etika dan peluang. Pengakuan atas kebutuhan adanya akuntabilitas
korporat kepada pemangku kepentingan membawa pengakuan
simpulan yangdibutuhkan sistem tata kelola modern untuk
merefleksikan betapa pentingnya memenuhi kepentingan pemangku
kepentingan. Kepuasan pemangku kepentingan,  pada gilirannya, didasarkan pada rasa
hormat yang ditunjukan oleh perusahaan untuk kepentingan tiap kelompok pemangku
kepentingan yang perusahaan ingin dapatkan dukungannya guna mencapai tujuan
strategis. Dalam konteks ini perhatian pada risiko e t i k a d a n p e l u a n g –   sejak risiko tidak
memenuhi harapan pemangku kepentinganmenyebabkan potensi kerugiaan dukungan untuk
tujuan perusahaan, dan ketika dapat melebihi ekspektasi maka akan memberikan peluang
untuk menggalang dukungan-s a n g a t p e n t i n g u n t u k m e n g h i n d a r i p o t e n s i
k e r u g i a a n d u k u n g a n u n t u k t u j u a n  perusahaan, dan untuk menemukan peluang
meraih dukungan yang lebih besar. Hal ini m e m e r l u k a n k e r a n g k a k e r j a y a n g l e b i h
l u a s u n t u k p e n i l a i a n r i s i k o d a r i a p a y a n g kebanyakan perusahaan telah terapkan.
Agar adil, telah terjadi tumpang tindih dalam pendekatan penilaiaan risiko
tradisional dengan pendekatan risiko etika/penilaiaan kepentingan
p e m a n g k u kepentingan (ERSIA). Namun demikian, bahkan dalam kasus-kasus
tumpang tindih,fokus dari pendekatan non-ERSIA dan pola pikir para penyelidik belum seluas
seperti y a n g s e k a r a n g m u n c u l , k a r e n a f o k u s s u d a h b e r a d a p a d a a p a
y a n g p e n t i n g d a r i  perspektif pemegang saham, dan perspektif pemangku kepentingan.
Tanpa dukungan perspektif pemangku kepentingan, penyelidik mungkin tidak mengenali risiko
yang dapat menyebabkan kerugian dukungan atau peluang bagi penciptaan dukungan
yang d i d a s a r k a n p a d a k e u n g g u l a n k o m p e t i t i f a t a u p e r h a t i a n k e p e n t i n g a n
p e m a n g k u kepentingan lainnya.
•Keterbatasan dari pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) tradisional
Manajemen risiko telah menjadi konsep yang digunakan secara umum sejak akhir 1 9 9 0 - a n ,
ketika bursa saham utama mencatatnya sebagai salah satu hal yang perlu
untuk diawasi direksi. Namun demikian, manajemen risiko yang biasanya
dilakukan jarang melibatkan pemeriksaan penuh risiko etika dan peluang. Ada fokus yang kian
tumbuh pada hal-hal yang berhubungan dengan kecurangan, namun belum cukup untuk dapat
mencegah hilangnya reputasi dan dukungan pemangku kepentingan. Selama 1990-an
perusahaan terdepan menerapkan beberapa bentuk manajemen risiko, tetapi kebanyakan
perusahaan lain tidak. Sarbenes-oxley of 2002 (SOX) secara efektif membuat manajemen risiko
merupakan bagian integral dari tata kelola yang baik ketika reformasi tata kelola dibawa
oleh SEC keperusahaan terdaftar diseluruh dunia dan melahirkan banyak
perkembangan serupa diyurisdikasi nasional lainnya. Section 4 0 4 d a r i S O X ,
misalnya, yang bertujuan untuk penilaiaan risiko dan pencegahan,
mengharuskan perusahaan untuk memeriksa efektif sistem kontrol internal berkaitan
dengan pelaporan keuangan, dan CEO, CFO, dan auditor harus
m e l a p o r k a n d a n menyatakan efektivitas tersebut. Penelaahan wajib pengendaliaan
internal melibatkan perbanding an korporasi dengan kerangka sistem pengendalian internal
yang berlaku sepertiyang dikembangkan u n t u k E n t e r p r i s e R i s k M a n a g e m e n t
(ERM) oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO) Komisi
Treadway.

Etika dan budaya perusahaan yang etis terlihat memainkan peran penting
dalamm e n e n u k a n lingkungan pengendaliaan dan dengan demikiaan
m e n c i p t a k a n e f e k t i f   ERM berorientasi sistem penge ndaliaan internal dan perilaku
yang mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, kajian berorientasi COSO ERM akan
memeriksa nada diatas, kode etik, kesadaran karyawan, tekanan untuk memenuhi
tujuan tidak realistis atau tidak tepat, kesediaan manajem en untuk
menggantikan kontrol yang sudah ada, kepatuhan terhadap kode dalam
p e n i l a i a n k i n e r j a , p e m a n t a u a n e f e k t i v i t a s s i s t e m  pengendaliaan internal, program
whistle-blowing, dan tindakan perbaikan sebagai respon terhadap pelanggaran kode.

The New Statement of Auditing Standar (SAS 99) dirilis oleh AICPA
dalam menanggapi kasus Enron dan Worldcom, dan Sarbanes-Oxley Act of
2002 mef i g u r k a n bagaimana auditor eksternal telah diarahkan
m e n u j u k e s a d a r a n a t a s kecurangan, pemeriksaan, dan pelaporan yang lebih
baik atas kecurangan tersebut.Secara khusus SAS 99 mengharuskan:
1.Diskusi dan brainstorming wajib antara tim tentang penyebab dan untuk salah saji
material potensial dalam laporan keuangan karena kecurangan sebelum dan selama audit.
2.Bimbingan harus diikuti tentang pengumpualan data dan prosedur audit
u n t u k   mengidentifikasi risiko dan kecurangan.
3.Mandat dari penilaiaan risiko kecurangan berdasarkan faktor-faktor
r i s i k o y a n g ditemukan dan dibawah rivisi asumsi bahwa manajemen tidak bersalah
hingga benar bersalah. Sebagai berikut:
•Menganggap secara wajar bahwa ada risiko manipulasi pendapatan karena
kecurangan dan kemudian menyelidiki
•S e l a l u mengidentifikasi dan menilai risiko dimana
m a n a j e m e n b i s a meniadakan control sebagai risiko kecurangan.
4.Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan
l a n g k a h – langkah audit yang diambil untuk memastikan bahwa tidak terjadi manipulasi.
5.Tindakan lain, termasuk:
•Mendukung penelitian tentang kecurangan
•Pengembangan kriteria anti kecurangan dan control
•Alokasi 10 % dari credit CPE untuk mempelajari kecurangan
•Pengembangan program pelatihan kecurangan untuk umum
•Mendorong pendidikan anti kecurangan di universitas dan materi yang sesuai.

2.Identifikasi serta Penilaian Risio Etika dan Peluang


Identifiksi dan penilaian risiko etika dan peluang dapat dilakukan
d e n g a n  beberapa cara. Pada tahap 1 dari identifikasi risiko etika dan proses penilaian
yang baik harus harus d i m u l a i d e n g a n i d e n t i f i k a s i p e m a n g k u k e p e n t i n g a n
y a n g u t a m a p e r u s a h a a n d a n kepentingan mereka. Para peneliti harus membuat
peringkat kepentingan pemangku kepentingan dalam pentingnya menggunakan
kerangka kerja urgensi, legitimasi dan kekuasaan dan analisis pengaruh dinamis.
Setelah langkah ini peneliti harus memiliki  pemahaman yang diproyeksikan tentang isu
kepentingan pemangku kepentingan yang mana yang sensitif dan penting. Dalam tahap 2,
berlawanan dengan mosaic dari harapan pemangku kepentingan yang penting ini,
peneliti harus mempertimbangkan kegiatan korporasi mereka dan m e n i l a i r i s i k o
d a r i t i d a k m e m e n u h i p e l u a n g a t a u p e l u a n g y a n g m e l e b i h i h a r a p a n . Ketika
mempertimbangkan apakah harapan telah dipenuhi, perbandingan harus dibuat a n t a r a i n p u t
yang relevan, kualitas, dan variabel kinerja yang lain. Selain
i t u  perbandingan harus terbuat dari kegiatan perusahaan dan harapan pemangku kepentingan
menggunakan enam nilai-nilai hypernorm yang secara universal dihormati d a l a m
sebagian besar budaya: kejujuran keadilan, belas kasihan,
i n t e g r i t a s ,  prediktabilitas, dan tanggung jawab. Tahap 3 melibatkan
penyusunan laporan yang dihasilkan oleh proses itu. Kebutuhan
perusahaan khusus harus menentukan sifat laporan yang disajikan, tetapi
pertimbangan harus diberikan atas risiko etika dan peluang untuk setidaknya laporan berikut:
•Menurut kelompok pemangku kepentingan
•Menurut produk atau jasa
•Menurut tujuan prusahaan
•Menurut nilai hypernorm
•Menurut pemicu reputasi.

B.Manajemen Risiko Etika dan Peluang


Setelah risiko etika dan peluang organisasi telah diidentifikasi dan dinilai, strategi dan taktik
terbaik perlu dikembangkan untuk mengelola mereka untuk mengurang masalah dan
untuk menyelaraskan kegiatan dengan kepentingan pemangku kepentingan. Diskusi
yang m e n g i k u t i m e l i p u t i a l a t d a n t e k n i k u n t u k k a r y a w a n d a n b a g a i m a n a
p e n d e k a t a n w i l a y a h masalah penting yang dihadapi direksi, eksekutif dan professional.

1.Hubungan Pemangku Kepentingan Efektif 


Strategi dan taktik dapat dikembangkan untuk berurusan dengan masing-masing pemangku
kepentingan atau kelompok, berdasarkan penilaian kepentingan pemangku kepentingan dan
kemungkinan perubahan didalamnya. Satu pendekatan yang berasal dari Savage dkk
(1991) berfokus pada potensi untuk pemangku kepentingan dapat menjadi rentan
terhadap undangan untuk berkolaborasi atau menjadi rekan pendukung atau jika mereka tidak
setuju dengan posisi perusahaan, pertimbangan dapat diberikan pada kebutuhan mereka untuk
pemantauan atau ketika pembelaan diperlukan oleh m e r e k a . Sebuah kelompok pemangku
kepentingan yang berada d i p e r i n g k a t k e r j a s a m a y a n g t i n g g i d a n t i n g g i s e b a g a i
p o t e n s i a n c a m a n m e m e g a n g  beberapa janji (misalnya adalah berkah campuran), dan
mungkin bijaksana untuk m e n c o b a untuk berkolaborasi dengan mereka
u n t u k m e n j a g a m e r e k a s e b a g a i  pendukung.

2.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dan Kewarganegaraan Korporat


Korporasi telah dianggap secara hukum bertanggung jawab hanya
u n t u k    pemegang saham atau pemilik, tetapi dalam kenyataannya mereka juga secara
strategis bertanggung jawab kepada berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas jika mereka
ingin menggalang dukungan yang diperlukan untuk pencapaian strategis. Sejauh
ini, pergeseran paradigma sedang berlangsung dari akuntabilitas kepada pemegang
sahammenjadi pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan. Akibatnya organisasi
semakin tertarik pada apa pemangku kepentingan harapkan dari mereka, dan bagaimana mereka
bekerja dan dianggap bekerja sesuai harapan untuk meningkatkan dukungan pemangku
kepentingan. Ada juga investor, direksi, eksekutif, dan karyawan yang, dari perspektif
altruistik, tertarik pada kinerja organisasi mereka mengenai hal-hal non-keuangan.
Kedua kelompok orang dari perspektif instrumental dan orang-orang dari perspektif
altruistik tertarik dalam rencana dan kinerja tanggung  jawab sosial perusahaan dari suatu
organisasi atau sebagaimana beberapa orang memilih untuk memfigurkannya dalam istilah
warga organisasi. A d a p u n label yang dipakai-CSR atau kewarganegaraan
korporat-keduanya merujuk pada sejauh mana organisasi
m e m p e r t i m b a n g k a n k e p e n t i n g a n p e m a n g k u kepentingan dan mengambil tindakan
yang menghormati kepentingan-kepentingan itu.

a.Tujuan organisasi untuk CSR 


Untuk mengembangkan rencana atau kerangka kerja yang komprehensif untuk  CSR
suatu organisasi harus mempertimbangkan tujuan strategis, baik sebagai sebuah
operasi dan bagaimana ia ingin tampil sebagai warga korporasi, budaya  perusahaan
yang akan dihadapi operasi perusahaan, dan kepentingan pemangku kepentingan, baik
dilingkungan dalam negeri maupun luar negeri.
b.Membangun kerangka tanggung jawab sosial perusahaan
Inisiatif baru sedang dikembangkan untuk membantu dengan
k e t e r l i b a t a n  pemangku kepentingan dalam perencanaan perusahaan dan keputusan,
mengatur kegiatan perusahaan dan membuat laporan tentang mereka, dan melakukan auditatas
apa yang dilakukan korporasi dan pelaporannya. P e d o m a n p e l a p o r a n k e b e r l a n j u t a n
d i k e m b a n g k a n o l e h G l o b a l R e p o r t i n g Inisiative (GRI) sebuah usaha
kerjasama dari berbagai pihak termasuk badan akuntansi profesional
menawarkan kerangka laporan yang komprehensif dan i n s t r u k t i f bagi
mereka yang sedang mempertimbangkan
m e n i n g k a t k a n  perencanaan, pengiriman dan pelaporan CSR atau Corporate Sosial
Performance(CSP). Pedoma GRI disempurnakan terus menerus.

c.Pengukuran kinerja CSR 


Juga sangat disarankan untuk meninjau kerangka CSR lainnya yang
t e l a h diciptakan oleh perusahaan konsultan yang menyaring kegiatan untuk
investor etika- baik individu dan investor institusi yang ingin berinvestasi
dengantujuansosial atau diperusahaan dimana kegiatannya secara sosial bertanggung jawab.

d.Monitoring CSR 
Setelah pengukuran CSR telah diidentifikasi data dikumpulkan dan
l a p o r a n terbentuk, langkah berikutnya adalah memantau bagaimana korporasi
berbuat. S e p e r t i s k e m a p e n g u k u r a n p a d a u m u m n y a p e r b a n d i n g a n d a p a t
m e m b a n t u dengan:
•Tujuan strategis faktor kunci keberhasilan
•Organisasi serupa
•Alternatif praktik terbaik untuk pembandingan
•Standar terpublikasi seperti yang diuraikan sebelumnya
•Statistik dan rata-rata industri
•Hasil yang diperoleh pada periode sebelumnya
e.Pelaporan CSR
Korporasi yang berangkat dari sebuah program pengukuran
CSR perlu mempertimbangkan bagaimana mereka akan melaporkan
kinerja. Laporan internal dapat mengambil beragam bentuk tetapi harus
t e r f o k u s p a d a t u j u a n kinerja program. Laporan publik menjadi lebih umum. Pelaporan
kinerja etika dapat digunakan untuk:
•Meningkatkan kesadaran akan isu-isu etis dalam sebuah program
•Memberikan dorongan bagi karyawan untuk mematuhi tujuan etis
•Menginformasikan pemangku kepentingan eksternal
•Meningkatkan citra perusahaan.

f.Assurance audit laporan CSR 


Penyebaran dari apa yang disebut audit laporan CSR telah
b e r k e m b a n g khususnya di Eropa. Inisiatif Eropa dalam perlindungan lingkungan
dan melalui I n t e r n a s i o n a l Standards Association (ISO) telah memiliki
pengaruh perilaku mengarahkan diperusahaan dan telah mewajibkan
p e n g u n g k a p a n p u b l i k a t a s kinerja lingkungan. Akibatnya banyak individu dan
beberapa akuntan publik  besar dan perusahaan lainnya telah terlibat dalam membuktikan
laporan yang diterbitkan.

g.Pikiran penutup
Akuntabilitas strategis perusahaan untuk pemangku kepentingan, manajer, dan
akuntan profesional telah menjadi begitu jelas sehingga akan menjadi picik bagi
suatu organisasi jika tidak mengembangkan konsep yang efektif
tentang kewarganegaraan perusahaan dan progran yang efektif dari tanggung jawab
sosial perusahaan.

3 . E t i k a d i T e m p a t K e r j a
Semakin tingginya tingkat kesadaran sosial dan tekanan dari kelompok-kelompok aktivis yang
telah didokumentasikan di tempat lain memiliki dampak signifikan pada kedua operasi internal
dan eksternal organisasi.
a.Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru,
sementara yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hukum umum,
k o n t r a k sertifikat buruh, dan praktik perusahaan yang telah sensitif terhadap
tekanan pemangku kepentingan.

b.Privasi dan Martabat


Hak pribadi lebih penting daripada atasan kecuali dapat ditunjukkan bahwa dalam keadaan
tertentu kepentingan atasan adalah wajar, sah, dan bisa diterima secara moral.

c.Perilaku yang adil


Diskriminasi dianggap tidak etis dan dianggap illegal jika ia melibatkan usia , ras, gender, dan
preferensi seksual. Selain itu umumnya orang berpendapat bahwa h a r u s a d a
peluang yang sama untuk pekerjaan, dan upah yang sama
u n t u k    pekerjaan yang sama, khususnya bagi perempuan dan minoritas.

d.Lingkungan Kerja Sehat dan Aman


Keseimbangan antara hak-hak pekerja dan pemilik telah bergeser ke titik yang
dianggap etis bagi para pekerja untuk mengharpakan bahwa kesehatan dan
keselamatan tidak akan masuk akal jika dikompromikan. Mereka harus tahu apa risiko yang
dihadapi, dan banyak yurisdiksi telah menciptakan hukum berhak tahu untuk memastikan bahwa
organisasi membuat informasi tentang bahan, proses berbahaya, dan perawatan terkait, siap
diakses.

e.Kemampuan untuk Menjalankan Suara Nurani Seseorang


Argument bahwa pekerja hanya melakukan apa yang diperintahkan
u n t u k   melakukan tidak lagi menyediakan perlindungan bagi pekerja di banyak wilayah
yuridiksi, sehingga pekerja harus menjalankan suara hati nurani sendiri.
f.Kepercayaan dan maknanya
Etika organisasi secara langsung berkaitan dengan bagaimana para pemimpin
dirasakan, apakah ada kepercayaan yang cukup bagi karyawan untuk  berbagi ide tanpa takut
kehilangan pekerjaan atau rasa hormat dari rekan kerja dan manajer mereka, dan apakah
mereka percaya bahwa organisasi layak  mendapatkan loyalitas dan kerja keras.

g.Keseluruhan Manfaat
Cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap mereka menetukanapa
yang mereka pikirkan tentang program etika perusahaan. Jika perusahaan ingin
karyawannya mengamati nilai etika perusahaan dan tingkat kepercayaan, maka
perusahaan harus memilih karyawan yang tepat , tidak sekedar etis untuk
menjalankan program etika perusahaan dan mencapai tujuan strategis.

h.Kecurangan Kejahatan Kerah Putih


Eksekutif diharapkan untuk dapat memastikan bahwa mengambil langkah
rasional yang diperlukan untuk membimbing, mempengaruhi, dan
mengendalikan, karyawan yang cenderung terlibat, dan auditor eksternal diharapkan bisa
waspada mengenali potensi masalah.

i.Sebuah Kerangka Kerja untuk Memahami para Penipu


Akuntan investigasi dan forensic menggunakan kerangka kerja yang membantu
mengidentifikasi penipu potensial dan situasi yang memiliki potensi u n t u k
kecurangan. Faktor yang mempengaruhi kecurangan:
m o t i f a s i , rasionalisasi, peluang.

4.Operasi Internasional
Ketika perusahaan beroperasi di luar pasar dalam negeri bimbingan
n o r m a l ditawakan kepada karyawan harus mempertimbangkan beberapa hal terkait:
praktik operasi yang bisa berdampak pada ekonomi lokal dan budaya, praktik asing lokal
yang berbeda-beda seperti pemberian hadiah luas atau penyuapan, didukung atau dilarang,
reaksi terhadap perubahan-perubahan oleh pemangku kepentingan dalam negeri dan
terutama oleh para pemangku kepentingan utama termasuk pelanggan besar dan pasar modal.

a.Dampak terhadap Ekonomi Lokal dan Budaya Mereka


Perusahaan multinasional memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya lokal
dari pada tidak di dalam negeri. Mereka harus berhati-hati terhadap dampak  aspek
lokal yang tidak menguntungkan.

b.Konflik antar Budaya Domestik dan Budaya Asing


Masalah paling sulit ketika nilai-nilai para pemangku kepentingan utama perusahaan
berbeda dengan yag ada di daerah lokal negara asing.

c.Penyuapan, Pembayaran untuk Memfasilitasi


Dalam operasi diluar negeri perusahaan-perusahaan multinasional mungkin
diminta untuk melakukan pembayaran memfasilitasi atau suap. Sebuah pembayaran
memfasilitasi biasanya memiliki nominal dan dibuat untuk mempercepat hasil yang akan juga
terjadi dengan waktu yang cukup.

d.Konflik Budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap, atau
pembayaran memfasilitasi
Beberapa perusahaan menemukan bahwa mereka mampu melakukan  bisnis tanpa
pembayaran tersebut, terutama karena produk atau jasa mereka sangat baik.

e.Imajinasi Moral
Para manajer menggunakan imajinasi moral untuk merancang alternatif yang
menjawab kebutuhan dalam budaya lokal, tetapi sesuai dengan norma-norma untuk
perilaku yang dapat diterima.

f.Pedoman praktik etika


Pedoman yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk mencatatnya.
g.Konsultasi Sebelum Tindakan
Semua organisasi yang beropersai internasional harus peka pada karyawan
mereka tentang perbedaan budaya dan melengkapi mereka dengan  pemahaman tentang
bagaimana organisasi ingin mereka berurusan dengan isu utama yang kemungkinan besar
muncul.

5 . M a n a j e m e n K r i s i s
Suatu krisis memiliki potensi untuk memiliki dampak krisis signifikan
p a d a reputasi perusahaan dan pejabatnya, dan pada kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuannya dan kemampuannya untuk bertahan. Dengan belajar krisis harus dikelola
untuk meminimalkan kerugian. Penilaian, perencanaan, dan manajemen krisis harus
merupakan bagian dari program manajemen resiko modern.
RMK ETIKA BISNIS DAN PROFESI

MENGELOLA RESIKO ETIKA DAN MANAJEMEN KRISIS

ARTIKEL EFFECTIVE CRISIS MANAGEMENT OLEH MITROFF

I NYOMAN SUTAPA (1391661013)

I GUSTI AGUNG KRISNA LESTARI (1391661014)

NI LUH KADE MERTA SARI (1391661018)

PUTU DITA MAHAYANI (1391661024)

MARIA FITRIANI ASSO (1391661031)

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2014

Anda mungkin juga menyukai