PENDAHULUAN
Sepuluh tahun terakhir wajah bisnis di dunia telah mengalami perubahan yang
buruk, banyaknya bisnis yang hancur membawa akibat penderitaan kepada masyarakat luas.
Salah satu penyebab kehancuran bisnis tersebut yaitu adanya pengabaian etika
didalam lini bisnis m e r e k a . P e n g a b a i a n e t i k a a d a l a h d i l a k u k a n n y a s u a t u
kegiatan yang dianggap benar oleh manajemen dan para pengambil
keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh
p i h a k l a i n . C o n t o h p e n g a b a i a n e t i k a i t u s e n d i r i a n t a r a l a i n a d a l a h , praktek
kecurangan dalam pembuatan laporan keuangan, penyuapan, dan lain sebagainya. S a l a h
satu faktor timbulnya sikap pengabaian etika ini karena
a d a n y a u s a h a perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya, dimana tujuan utamanya
adalah mencari keuntungansebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh
keuntungan t e r s e b u t , m a k a m a n a j e m e n b i s a m e n c a p a i n y a d e n g a n
m e l a k u k a n t i n d a k a n y a n g mempertimbangkan etika atau dengan melakukan
tindakan yang tidak mempertimbangkan e t i k a . I t u s e m u a t e r g a n t u n g k e p a d a
keputusan yang diambil oleh manajemen eksekutif didalam suatu lingkup
perusahaan. Setiap keputusan yang diambil oleh manajemen tentu
menimbulkan resiko. Jika keputusan yang diambil oleh manajemen tersebut
menimbulkan suatu kerugian, berdampak negatif oleh pihak lain atau pihak eksternal
perusahaan, maka itu berarti manajemen telah mengabaikan prinsip-prinsip etika bisnis dan etika
profesi yang adadan menanggung resiko etika. Resiko merupakan sesuatu yang melekat
dalam setiap gerak langkah tindakan. Resiko t i d a k b i s a d i h i l a n g k a n , t e t a p i
r e s i k o b i s a d i k u r a n g i d e n g a n c a r a m e n g e l o l a r e s i k o tersebut. Dinamika
pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal seperti korporasi
Enron dan Arthur Andersen, World Com, Tragedi Lumpur Lapindo, Kasus PT Adam Sky
Connection Airlines dan beberapa skandal bisnis yang membawa keruntuhan bagai bisnis
mereka. Untuk mengurangi resiko etika yang membawa dampak buruk bagi lingkungan bisnis
dan entitas yang terkait, maka pengelolaan resiko etika dan manajemen krisis sangat dibutuhkan.
PEMBAHASAN
A.Identifikasi serta penilaian risiko etika dan peluang
1.Risiko etika dan peluang dalam penilaian risiko perusahaan
Risiko etika dan peluang. Pengakuan atas kebutuhan adanya akuntabilitas
korporat kepada pemangku kepentingan membawa pengakuan
simpulan yangdibutuhkan sistem tata kelola modern untuk
merefleksikan betapa pentingnya memenuhi kepentingan pemangku
kepentingan. Kepuasan pemangku kepentingan, pada gilirannya, didasarkan pada rasa
hormat yang ditunjukan oleh perusahaan untuk kepentingan tiap kelompok pemangku
kepentingan yang perusahaan ingin dapatkan dukungannya guna mencapai tujuan
strategis. Dalam konteks ini perhatian pada risiko e t i k a d a n p e l u a n g – sejak risiko tidak
memenuhi harapan pemangku kepentinganmenyebabkan potensi kerugiaan dukungan untuk
tujuan perusahaan, dan ketika dapat melebihi ekspektasi maka akan memberikan peluang
untuk menggalang dukungan-s a n g a t p e n t i n g u n t u k m e n g h i n d a r i p o t e n s i
k e r u g i a a n d u k u n g a n u n t u k t u j u a n perusahaan, dan untuk menemukan peluang
meraih dukungan yang lebih besar. Hal ini m e m e r l u k a n k e r a n g k a k e r j a y a n g l e b i h
l u a s u n t u k p e n i l a i a n r i s i k o d a r i a p a y a n g kebanyakan perusahaan telah terapkan.
Agar adil, telah terjadi tumpang tindih dalam pendekatan penilaiaan risiko
tradisional dengan pendekatan risiko etika/penilaiaan kepentingan
p e m a n g k u kepentingan (ERSIA). Namun demikian, bahkan dalam kasus-kasus
tumpang tindih,fokus dari pendekatan non-ERSIA dan pola pikir para penyelidik belum seluas
seperti y a n g s e k a r a n g m u n c u l , k a r e n a f o k u s s u d a h b e r a d a p a d a a p a
y a n g p e n t i n g d a r i perspektif pemegang saham, dan perspektif pemangku kepentingan.
Tanpa dukungan perspektif pemangku kepentingan, penyelidik mungkin tidak mengenali risiko
yang dapat menyebabkan kerugian dukungan atau peluang bagi penciptaan dukungan
yang d i d a s a r k a n p a d a k e u n g g u l a n k o m p e t i t i f a t a u p e r h a t i a n k e p e n t i n g a n
p e m a n g k u kepentingan lainnya.
•Keterbatasan dari pendekatan Enterprise Risk Management (ERM) tradisional
Manajemen risiko telah menjadi konsep yang digunakan secara umum sejak akhir 1 9 9 0 - a n ,
ketika bursa saham utama mencatatnya sebagai salah satu hal yang perlu
untuk diawasi direksi. Namun demikian, manajemen risiko yang biasanya
dilakukan jarang melibatkan pemeriksaan penuh risiko etika dan peluang. Ada fokus yang kian
tumbuh pada hal-hal yang berhubungan dengan kecurangan, namun belum cukup untuk dapat
mencegah hilangnya reputasi dan dukungan pemangku kepentingan. Selama 1990-an
perusahaan terdepan menerapkan beberapa bentuk manajemen risiko, tetapi kebanyakan
perusahaan lain tidak. Sarbenes-oxley of 2002 (SOX) secara efektif membuat manajemen risiko
merupakan bagian integral dari tata kelola yang baik ketika reformasi tata kelola dibawa
oleh SEC keperusahaan terdaftar diseluruh dunia dan melahirkan banyak
perkembangan serupa diyurisdikasi nasional lainnya. Section 4 0 4 d a r i S O X ,
misalnya, yang bertujuan untuk penilaiaan risiko dan pencegahan,
mengharuskan perusahaan untuk memeriksa efektif sistem kontrol internal berkaitan
dengan pelaporan keuangan, dan CEO, CFO, dan auditor harus
m e l a p o r k a n d a n menyatakan efektivitas tersebut. Penelaahan wajib pengendaliaan
internal melibatkan perbanding an korporasi dengan kerangka sistem pengendalian internal
yang berlaku sepertiyang dikembangkan u n t u k E n t e r p r i s e R i s k M a n a g e m e n t
(ERM) oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO) Komisi
Treadway.
Etika dan budaya perusahaan yang etis terlihat memainkan peran penting
dalamm e n e n u k a n lingkungan pengendaliaan dan dengan demikiaan
m e n c i p t a k a n e f e k t i f ERM berorientasi sistem penge ndaliaan internal dan perilaku
yang mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, kajian berorientasi COSO ERM akan
memeriksa nada diatas, kode etik, kesadaran karyawan, tekanan untuk memenuhi
tujuan tidak realistis atau tidak tepat, kesediaan manajem en untuk
menggantikan kontrol yang sudah ada, kepatuhan terhadap kode dalam
p e n i l a i a n k i n e r j a , p e m a n t a u a n e f e k t i v i t a s s i s t e m pengendaliaan internal, program
whistle-blowing, dan tindakan perbaikan sebagai respon terhadap pelanggaran kode.
The New Statement of Auditing Standar (SAS 99) dirilis oleh AICPA
dalam menanggapi kasus Enron dan Worldcom, dan Sarbanes-Oxley Act of
2002 mef i g u r k a n bagaimana auditor eksternal telah diarahkan
m e n u j u k e s a d a r a n a t a s kecurangan, pemeriksaan, dan pelaporan yang lebih
baik atas kecurangan tersebut.Secara khusus SAS 99 mengharuskan:
1.Diskusi dan brainstorming wajib antara tim tentang penyebab dan untuk salah saji
material potensial dalam laporan keuangan karena kecurangan sebelum dan selama audit.
2.Bimbingan harus diikuti tentang pengumpualan data dan prosedur audit
u n t u k mengidentifikasi risiko dan kecurangan.
3.Mandat dari penilaiaan risiko kecurangan berdasarkan faktor-faktor
r i s i k o y a n g ditemukan dan dibawah rivisi asumsi bahwa manajemen tidak bersalah
hingga benar bersalah. Sebagai berikut:
•Menganggap secara wajar bahwa ada risiko manipulasi pendapatan karena
kecurangan dan kemudian menyelidiki
•S e l a l u mengidentifikasi dan menilai risiko dimana
m a n a j e m e n b i s a meniadakan control sebagai risiko kecurangan.
4.Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan
l a n g k a h – langkah audit yang diambil untuk memastikan bahwa tidak terjadi manipulasi.
5.Tindakan lain, termasuk:
•Mendukung penelitian tentang kecurangan
•Pengembangan kriteria anti kecurangan dan control
•Alokasi 10 % dari credit CPE untuk mempelajari kecurangan
•Pengembangan program pelatihan kecurangan untuk umum
•Mendorong pendidikan anti kecurangan di universitas dan materi yang sesuai.
d.Monitoring CSR
Setelah pengukuran CSR telah diidentifikasi data dikumpulkan dan
l a p o r a n terbentuk, langkah berikutnya adalah memantau bagaimana korporasi
berbuat. S e p e r t i s k e m a p e n g u k u r a n p a d a u m u m n y a p e r b a n d i n g a n d a p a t
m e m b a n t u dengan:
•Tujuan strategis faktor kunci keberhasilan
•Organisasi serupa
•Alternatif praktik terbaik untuk pembandingan
•Standar terpublikasi seperti yang diuraikan sebelumnya
•Statistik dan rata-rata industri
•Hasil yang diperoleh pada periode sebelumnya
e.Pelaporan CSR
Korporasi yang berangkat dari sebuah program pengukuran
CSR perlu mempertimbangkan bagaimana mereka akan melaporkan
kinerja. Laporan internal dapat mengambil beragam bentuk tetapi harus
t e r f o k u s p a d a t u j u a n kinerja program. Laporan publik menjadi lebih umum. Pelaporan
kinerja etika dapat digunakan untuk:
•Meningkatkan kesadaran akan isu-isu etis dalam sebuah program
•Memberikan dorongan bagi karyawan untuk mematuhi tujuan etis
•Menginformasikan pemangku kepentingan eksternal
•Meningkatkan citra perusahaan.
g.Pikiran penutup
Akuntabilitas strategis perusahaan untuk pemangku kepentingan, manajer, dan
akuntan profesional telah menjadi begitu jelas sehingga akan menjadi picik bagi
suatu organisasi jika tidak mengembangkan konsep yang efektif
tentang kewarganegaraan perusahaan dan progran yang efektif dari tanggung jawab
sosial perusahaan.
3 . E t i k a d i T e m p a t K e r j a
Semakin tingginya tingkat kesadaran sosial dan tekanan dari kelompok-kelompok aktivis yang
telah didokumentasikan di tempat lain memiliki dampak signifikan pada kedua operasi internal
dan eksternal organisasi.
a.Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru,
sementara yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hukum umum,
k o n t r a k sertifikat buruh, dan praktik perusahaan yang telah sensitif terhadap
tekanan pemangku kepentingan.
g.Keseluruhan Manfaat
Cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap mereka menetukanapa
yang mereka pikirkan tentang program etika perusahaan. Jika perusahaan ingin
karyawannya mengamati nilai etika perusahaan dan tingkat kepercayaan, maka
perusahaan harus memilih karyawan yang tepat , tidak sekedar etis untuk
menjalankan program etika perusahaan dan mencapai tujuan strategis.
4.Operasi Internasional
Ketika perusahaan beroperasi di luar pasar dalam negeri bimbingan
n o r m a l ditawakan kepada karyawan harus mempertimbangkan beberapa hal terkait:
praktik operasi yang bisa berdampak pada ekonomi lokal dan budaya, praktik asing lokal
yang berbeda-beda seperti pemberian hadiah luas atau penyuapan, didukung atau dilarang,
reaksi terhadap perubahan-perubahan oleh pemangku kepentingan dalam negeri dan
terutama oleh para pemangku kepentingan utama termasuk pelanggan besar dan pasar modal.
d.Konflik Budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, suap, atau
pembayaran memfasilitasi
Beberapa perusahaan menemukan bahwa mereka mampu melakukan bisnis tanpa
pembayaran tersebut, terutama karena produk atau jasa mereka sangat baik.
e.Imajinasi Moral
Para manajer menggunakan imajinasi moral untuk merancang alternatif yang
menjawab kebutuhan dalam budaya lokal, tetapi sesuai dengan norma-norma untuk
perilaku yang dapat diterima.
5 . M a n a j e m e n K r i s i s
Suatu krisis memiliki potensi untuk memiliki dampak krisis signifikan
p a d a reputasi perusahaan dan pejabatnya, dan pada kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuannya dan kemampuannya untuk bertahan. Dengan belajar krisis harus dikelola
untuk meminimalkan kerugian. Penilaian, perencanaan, dan manajemen krisis harus
merupakan bagian dari program manajemen resiko modern.
RMK ETIKA BISNIS DAN PROFESI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014