Anda di halaman 1dari 20

Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi

Risiko Etika dan Peluang

Dosen Pengampu:
Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si

Oleh: Kelompok 8
Luh Putu Naraichanaiya Putri Sukarta (2102622010212)
Kadek Hirani (2102622010235)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang
Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini ditulis
guna memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi materi Risiko
Etika dan Peluang, yang diampu oleh Ibu Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak kendala yang kami hadapi. Akan tetapi,
berkat bimbingan dosen pengampu, kendala itu berangsur-angsur dapat diatasi. Oleh karena
itu, melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Beliau sehingga
makalahini dapat kami selesaikan.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan
tulisan-tulisan berikutnya. Kepada yang telah rela memberikan kritik dan saran, kami
ucapkan terima kasih.

Denpasar, 16 Februari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir. dunia seakan mendapatkan banyaknya masalah-
masalah sosial, politik dan bisnis yang akhirnya berdampak pada krisis global saat ini.
Kejadian ini pada umumnya disebabkan oleh degradasi atau semakin terkikisnya moralitas
manusia, banyaknya pengabaian etika dalam berbagai kehidupan masyarakat tak terkecuali
kegiatan bisnis. Banyaknya kehancuran bisnis yang terjadi didunia memberi dampak
penderitaan yang cukup signifikan pada kehidupan masyarakat luas. Sebagian besar kejadian
ini disebabkan oleh adanya pengabaian etika dalam setiap kegiatan bisnis.
Pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar oleh para
pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak
lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah praktek kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan. penyuapan, dan lain sebagainya. Kecurangan-kecurangan ini
biasanya dipicu oleh godaan terbadap keuntungan jangka pendek yang menggiurkan.
Pelanggaran terhadap etika seringkali baru terbukti dalam waktu yang cukup panjang,
biasanya perusahaan-perusahaan cenderung mengabaikan etika dalam berbisnis untuk
mencapai tujuan tertentu, sebagian yang lain yang lebih berintegritas akan memilih cara yang
melibatkan etika dalam proses bisnisnya.
Titik tolak adanya pengabaian etika salah satunya adalah usaha perusahaan dalam
mencapai tujuan utama mereka. Tujuan utama dari beroperasinya suatu perusahaan adalah
untuk menghasilkan keuntungan yang sebeser-besamya. Banyak cara yang dilakukan
perusahaan dalam mencapai tujuan ini. Beberapa dari mereka yang berintegritas akan
memilih cara yang melibatkan etika dalam menghasilkan laba, dan sebagian lainnya akan
menggunakan rasionalisasi tertentu dengan sedikit banyak mengabaikan etika.
Sejarah membuktikan, mereka yang mengabaikan etika cenderung mengalami
kehancuran lebih cepat daripada mereka yang melibatkan etika didalam keputusan bisnisnya.
karena dengan mengabaikan etika. berbagai segi bisnis yang mengandung kesamaan nilai-
nilai etika dapat hancur seperti halnya efek domino.
Dinamika pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal
korporasi Enron dan Arthur Andersen, World Com. Akibat buruk dari perilaku yang tidak
etis bukan hanya akan menimpa perusahaan namun juga menimpa masyarakat secara umum.
Dari hal-hal ini para pelaku praktisi bisnis dan keuangan mulai memperluas area manajemen
risiko mereka yang tadinya hanya berpacu pada resiko-resiko bisnis, kini mulai
memperhatikan manajemen dalam lingkup ctika. Dalam literatur, manajemen di lingkup etika
ini disebut manajemen resiko etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan para praktisi bisnis kini
mulai menyadari bahwa meskipun manajemen resiko cenderung berfokus kepada masalah-
masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaran bencana dan kegagalan
juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan risiko etika dan peluang dalam penilaian risiko
perusahaan?
2. Bagaimana hubungan pemangku kepentingan efektif?
3. Apa saja tantangan etika di tempat kerja?
4. Apa yang dimaksud dengan manajemen krisis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian risiko etika dan peluang dalam penilaian risiko perusahaan.
2. Memahami hubungan pemangku kepentingan efektif.
3. Memahami tantangan etika di tempat kerja.
4. Memahami manajemen krisis.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis; menambah wawasan mengenai pentingnya memahami dan mengelola
risiko etika dan peluang.
2. Bagi dunia Pendidikan; menambah pengetahuan terutama dalam bidang
kewirausahaan khususnya tentang pelanggaran etika dalam bisnis, sehingga dapat
menjadi bahan acuan bagi mahasiswa untuk kedepannya dalam memulai dunia bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Risiko Etika dan Peluang


2.1.1 Risiko Etika dan Peluang dalam Penilaian Risiko Perusahaan
Pengakuan atas kebutuhan adanya akuntabilitas korporat kepada pemangku
kepentingan membawa pengakuan simpulan yang dibutuhkan sistem tata kelola modern
untuk merefleksikan betapa pentingnya memenuhi kepentingan pemangku kepentingan.
Kepuasan pemangku kepentingan, pada gilirannya, didasarkan pada rasa hormat yang
ditunjukan oleh perusahaan untuk kepentingan tiap kelompok pemangku kepentingan
yang perusahaan ingin dapatkan dukungannya guna mencapai tujuan strategis. Dalam
konteks ini perhatian pada risiko etika dan peluang sangat penting untuk menghindari
potensi kerugian dukungan untuk tujuan perusahaan, dan untuk menemukan peluang
meraih dukungan yang lebih besar. Hal ini memerlukan kerangka kerja yang lebih luas
untuk penilaian risiko dari apa yang kebanyakan perusahaan telah terapkan.
Agar adil, telah terjadi tumpang tindih dalam pendekatan penilaiaan risiko
tradisional dengan pendekatan risiko etika/penilaiaan kepentingan pemangku
kepentingan (ERSIA). Namun demikian, bahkan dalam kasus-kasus tumpang tindih,
fokus dari pendekatan non-ERSIA dan pola pikir para penyelidik belum seluas seperti
yang sekarang muncul, karena fokus sudah berada pada apa yang penting dari perspektif
pemegang saham, uakan perspektif pemangku kepentingan.

2.1.2 Keterbatasan dari pendekatan Enterprise Risk Management (ERM)


tradisional
Manajemen risiko telah menjadi konsep yang digunakan secara umum sejak
akhir 1990-an, ketika bursa saham utama mencatatnya sebagai salah satu hal yang perlu
untuk diawasi direksi. Namun demikian, manajemen risiko yang biasanya
dilakukan jarang melibatkan pemeriksaan penuh risiko etika dan peluang. Ada fokus
yang kian tumbuh pada hal-hal yang berhubungan dengan kecurangan, namun belum
cukup untuk dapat mencegah hilangnya reputasi dan dukungan pemangku kepentingan.
Sarbenes-oxley of 2002 (SOX) secara efektif membuat manajemen risiko
merupakan bagian integral dari t ata kelola yang baik ketika reformasi tata kelola dibawa
oleh SEC keperusahaan terdaftar diseluruh dunia dan melahirkan banyak perkembangan
serupa diyurisdikasi nasional lainnya. Section 404 dari SOX , misalnya, yang bertujuan
untuk penilaiaan risiko dan pencegahan, mengharuskan perusahaan untuk memeriksa
efektif sistem kontrol internal berkaitan dengan pelaporankeuangan, danCEO, CFO, dan
auditor harus melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut.
Kajian wajib pengendalian intern melibatkan perbandingan sistem korporasi
dengan kerangka pengendalian internal diterima seperti yang dikembangkan untuk
Enterprise Risk Management (ERM) oleh Commitee of Sponsoring Organizations
(COSO) Komisi Treadway. Informasi lebih lanjut tentang pendekatan COSO tersedia
dalam teks audit, atau di situs web Coso. Kerangka Coso ERM menilai bagaimana
suatu entitas mencapai tujuannya pada empat dimensi. Dalam masing-masing dimensi
atau kategori, kerangka ERM melibatkan delapan komponen yang saling terkait
mengenai cara manajemen menjalankan perusahaan dan bagaimana mereka
terintegrasi dengan proses manajemen.
Etika dan budaya perusahaan yang etis terlihat memainkan peran penting dalam
menenukan lingkungan pengendaliaan dan dengan demikiaan menciptakan efektif ERM
berorientasi system pengendaliaan internal dan perilaku yang mempengaruhi hasil. Oleh
karena itu, kajian berorientasi COSO ERM akan memeriksa nada diatas, kode etik,
kesadaran karyawan, tekanan untuk memenuhi tujuan tidak realistis atau tidak tepat,
kesediaan manajemen untuk menggantikan control yang sudah ada, kepatuhan terhadap
kode dalam penilaian kinerja, pemantauan efektivitas sistem pengendaliaan internal,
program whistle-blowing, dan tindakan perbaikan sebagai respon terhadap pelanggaran
kode.
The New Statement of Auditing Standar (SAS 99) dirilis oleh AICPA dalam
menanggapi bencana Enron dan Worldcom, dan Sarbanes-Oxley Act of 2002 me-
figurkan bagaimana auditor eksternal telah diarahkan menuju kesadaran atas
kecurangan, pemeriksaan, dan pelaporan yang lebih baik atas kecurangan tersebut.
Secara khusus SAS 99 mengharuskan:
1. Diskusi dan brainstorming wajib antara tim tentang penyebab dan untuk salah saji
material potensial dalam laporan keuangan karena kecurangan sebelum dan selama
audit.
2. Bimbingan harus diikuti tentang pengumpualan data dan prosedur audit untuk
mengidentifikasi risiko dan kecurangan.
3. Mandat dari penilaiaan risiko kecurangan berdasarkan faktor-faktor risiko yang
ditemukan dan dibawah rivisi asumsi bahwa manajemen tidak bersalah hingga benar
bersalah. Sebagai berikut:
a. Menganggap secara wajar bahwa ada risiko manipulasi pendapatan karena
kecurangan dan kemudian menyelidiki
b. Selalu mengidentifikasi dan menilai risiko dimana manajemen bisa meniadakan
control sebagai risiko kecurangan.
4. Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan langkah –
langkah audit yang diambil untuk memastikan bahwa tidak terjadi manipulasi.
5. Tindakan lain, termasuk:
a. Mendukung penelitian tentang kecurangan
b. Pengembangan criteria anti kecurangan dan control
c. Alokasi 10 % dari credit CPE untuk mempelajari kecurangan
d. Pengembangan program pelatihan kecurangan untuk umum
e. Mendorong pendidikan anti kecurangan di universitas dan materi yang sesuai.

2.2 Hubungan Pemangku Kepentingan Efektif


Strategi dan taktik dapat dikembangkan untuk berurusan dengan masing-masing
pemangku kepentingan atau kelompok, berdasarkan penilaian kepentingan pemangku
kepentingan dan kemungkinan perubahan didalamny. Satu pendekatan yang berasal dari
Savage dkk (1991) berfokus pada potensi untuk pemangku kepentingan dapat menjadi
rentan terhadap undangan untuk berkolaborasi atau menjadi rekan pendukung atau jika
mereka tidak setuju dengan posisi perusahaan, pertimbangan dapat diberikan pada
kebutuhan mereka untuk pemantauan atau ketika pembelaan diperlukan oleh mereka.
Gambar dibawah ini menyajikan model yang berguna untuk mempertimbangkan
keputusan tersebut.
Model ini menunjukan bahwa kelompok pamangku kepentingan yang paling
diinginkan (disebut Tipe 1) kemungkinan akan menjadi ancaman yang rendah terhadap
tujuan organisasi dan tingkat kerjasama yang tinggi dengan mereka. Jika mungkin,
masuk akal untuk melibatkan kelompok ini lebih dekat dengan organisasi karena mereka
cenderung mendukung. Sebuah kelompok pemangku kepentingan yang berada
diperingkat kerjasama yang tinggi dan tinggi sebagai potensi ancaman memegang
beberapa janji (misalnya adalah berkah campuran), dan mungkin bijaksana untuk
mencoba untuk berkolaborasi dengan mereka untuk menjaga mereka sebagai
pendukung.

2.3 Tantangan Etika di Tempat Kerja


Etika di Tempat Kerja
Semakin tingginya tingkat kesadaran social dan te kanan dari kelompok-
kelompok aktivis yang telah didokumentasikan di tempat lain memiliki dampak
signifikan pada kedua operasi internal dan eksternal organisasi.
a. Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru, sementara
yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hokum umum, kontrak sertifikat buruh, dan
praktik perusahaan yang telah sensitive terhadap tekanan pemangku kepentingan.
b. Privasi dan Martabat
Hak pribadi lebih penting daripada atasan kecuali dapat ditunjukkan bahwa dalam
keadaan tertentu kepentingan atasan adalah wajar, sah, dan bisa diterima secara
moral.
c. Perilaku yang adil
Diskriminasi dianggap tidak etis dan dianggap illegal jika ia melibatkan usia , ras,
gender, dan preferensi seksual. Selain itu umumnya orang berpendapat bahwa harus
ada peluang yang sama untuk pekerjaan, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama, khususnya bagi p erempuan dan minoritas.
d. Lingkungan Kerja Sehat dan Aman
Keseimbangan antara hak-hak pekerja dan pemilik telah bergeser ke titik yang
dianggap etis bagi para pekerja untuk mengharpakan bahwa kesehatan dan
keselamatan tidak akan masuk akal jika dikompromikan. Mereka harus tahu apa
risiko yang dihadapi, dan banyak yurisdiksi telah menciptakan hokum berhak tahu
untuk memastikan bahwa organisasi membuat informasi tentang bahan, proses
berbahaya, dan perawatan terkait, siap diakses.
e. Kemampuan untuk Menjalankan Suara nurani seseorang
Argument bahwa pekerja hanya melakukan apa yang diperintahkan untuk
melakukan tidak lagi menyediakan perlindungan bagi pekerja di banyak wilayah
yuridiksi, sehingga pekerja harus menjalankan suara hati nurani sendiri.
f. Kepercayaan dan maknanya
Etika organisasi secara langsung berkaitan dengan bagaimana para pemimpin
dirasakan, apakah ada kepercayaan yang cukup bagi karyawan untuk berbagi ide
tanpa takut kehilangan pekerjaan atau rasa hormat dari rekan kerja dan manajer
mereka, dan apakah mereka percaya bahwa organisasi layak mendapatkan loyalitas
dan kerja keras.
g. Keseluruhan Manfaat
Cara karyawan memandang perlakuan perusahaan terhadap mereka menetukan apa
yang mereka pikirkan tentang program etika perusahaan. Jika perusahaan ingin
karyawannya mengamati nilai etika perusahaan dan tingkat kepercayaan , maka
perusahaan harus memilih karyawan yang tepat tidak sekedar etis untuk
menjalankan program etika perusahaan dan mencapai tujuan strategis.
h. Kecurangan Kejahatan Kerah Putih
Eksekutif diharapkan untuk dapat memastikan bahwa mengambil langkah rasional
yang diperlukan untuk membimbin, mempengaruhi, dan mengendalikan, karyawan
yang cenderung terliba, dan auditor eksternal diharapkan bisa waspada mengenali
potensi masalah.
i. Sebuah Kerangka Kerja untuk Memahami para Penipu
Akuntan investigasi dan forensic menggunakan kerangka kerja yang
membantu mengidentifikasi penipu potensial dan situasi yang memiliki potensi
untuk kecurangan. Factor yang mempengaruhi kecurangan : motivasi, rasionalisasi,
peluang.

2.4 Manajemen Krisis


Krisis merupakan suatu kejadian besar dan tidak terduga yang
memiliki potensi untuk berdampak negatif atau positif. Organisasi yang memikirkan
dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari suatu krisis akan berusaha
untuk mempersiapkan diri sebelum krisis tersebut terjadi. Bahkan ada peluang
dimana organisasi dapat mengubah krisis menjadi suatu kesempatan untuk
memperoleh dukungan publik. Esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan
faktor ketidakpastian dan faktor resiko hingga tingkat serendah mungkin,
dengan demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin
faktor kepastiannya. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan krisis terjadi, yaitu:
a. Penyebab Umum
Penyebab ini diantaranya disebabkan oleh gangguan kesejahteraan dan rasa aman
dan tanggungjawab sosial diabaikan.
b. Penyebab Khusus
Penyebab khusus ini diantaranya disebabkan oleh:
- Kesalahan pengelola yang mengganggu lapisan bawah organisasi
- Penurunan profit yang tajam
- Penyelewengan
- Perubahan permintaan pasar, dll

Dampak dari krisis tersebut adalah:


1. Intensitas permasalahan akan bertambah.
2. Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui media massa atau informasi
dari mulut ke mulut.
3. Masalah akan mengganggu nama baik perusahaan
4. Masalah akan mengganggu kelancaran bisnis sehari-hari
5. Masalah dapat merusak sistem kerja dan mengguncang perusahaan
secara keseluruhan

Untuk meminimalisir dampak yang disebabkan oleh krisis tersebut,


maka dibutuhkan suatu manajemen di dalam mengurangi dampak tersebut,
yang dinamakan dengan manajemen krisis. Berikut ini merupakan strategi di
dalam manajemen krisis, yaitu:
1. Menganalisis dan merinci masalah krisis
2. Mengambil keputusan apa yang akan dilaksanakan
3. Melaksanakan keputusan untuk mengurangi krisis utama
4. Menganalisis tiga kegiatan tersebut, untuk menentukan berhasil atau tidak
5. Menghubungi pejabat yang kompeten atau berwenang.

Manajemen krisis dapat dilakukan dengan 2 tahapan, yaitu:


a. Program tahunan manajemen krisis
Program program ini dapat dilakukan dalam bentuk, :
- P. Preventive : program pencegahan
- P. Maintanance of Image Erison: program memelihara kemerosotan citra
perusahaan
- P. Recovery : program pemulihan keadaan
- P. Simulation : Program perencanaan simulasi
- P. Security and Safety : Program perencanaan pengamanan dan system
keselamatan
b. Tahapan menangani krisis
Pada tahap ini dilakukan suatu tindakan yang tepat yang sesuai dengan tingkat
serta jenis krisis yang dihadapi.
Dari sisi risk management, sejumlah langkah di bawah ini perlu
dilakukan untuk melindungi perusahaan dari risiko politik, yaitu :
1. Seorang manajer risiko harus melakukan perencanaan dan due
diligence, karena banyak sekali pengusaha yang memulai bisnis mereka di
negara atau daerah yang tidak mereka pahami tanpa meluangkan waktu
untuk memastikan apakah ada kesempatanuntuk meraih kesuksesan yang
lebih baik daripada kesuksesan yang diperoleh saat ini.
2. Bina hubungan baik dengan aparat-aparat pemerintah dan
tokoh masyarakat lokal yang terkait dengan bisnis perusahaan. 3.
3. Ciptakan hubungan baik dengan pekerja lokal untuk mendapatkan
suatu lingkungan investasi yang risiko politiknya sangat kecil. 4.
4. Perkuat peranan CSR, terutama di lingkungan komunitas terdekat
dengan lokasi usaha, sehingga masyarakat lokal tidak merasa
terpinggirkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resiko etika adalah suatu kemungkinan dilanggarknya etika yang disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan/institusi dalam memenuhi harapan. Manajemen resiko etika adalah
tata kelola yang menjunjung kode etik sehingga dapat meminimalkan ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi harapan stakeholder. Kehancuran praktek bisnis yang terjadi
beberapa tahun belakangan ini disebabkan oleh pengabaikan etika oleh pihak bisnis dan pihak
terkait sehingga hasilnya membawa dampak kerugian bagi praktik bisnisnya. Oleh sebab itu
perusahaan memerlukan manajemen resiko etika. Manajemen krisis adalah suatu pengelolaan,
penanggulangan, pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan, sangat dibutuhkan
untuk menghindari masalah yang timbul dari pengabaian resiko etika yang ada.
Kasus Dugaan Manipulasi Laporan Keuan gan PT Envy Technologies
IndonesiaTbk
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi
terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal
juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu,
terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019.
Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba
bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58
miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba
bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018
menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi
laporan keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari
1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan
suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan
keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Berdasarkan
prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk. pada Juli 2019,
perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang jasa teknologi
informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa sistem integrasi
informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi digital. Perusahaan
melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada tanggal 1-2 Juli 2019 dan
resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham ENVY pada tanggal 8 Juli 2019.
Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk terdiri dari saham pemilik, pihak
eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang diperjualbelikan kepada
masyarakat adalah sebesar 33% dari
keseluruhan modal atau sebesar Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar
sebagai perusahaan terbuka, PT Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan
manipulasi laporan keuangan tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan
mendapatkan surat permintaan penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari
Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah
melakukan praktik manipulasi laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan
keuangan dari anak perusahaan, yaitu PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi
tidak menyusun laporan keuangan tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian
dari BEI atas kebenaran angka yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan
melakukan klarifikasi terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu,
pihak auditor eksternal juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria,
2021a). Selain itu, terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan
tahun 2019. Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan
pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah
sebesar Rp 188,58 miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar
80,35 miliar. Laba bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar
di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan
manipulasi laporan keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham
ENVY dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022.
Keputusan suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas
laporan keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi
terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal
juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu,
terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019.
Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba
bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58
miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba
bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19%
dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI
menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut dengan menghentikan
sementara perdagangan saham ENVY dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2
tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan suspensi atas saham ENVY ditetapkan
sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan keuangan interim per 30 September 2020
(CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi terhadap
dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal juga belum
menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu, terdapat beberapa
anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019. Laporan keuangan
ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang
signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58 miliar yang
meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba bersih
ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi
Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan
keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari 1
Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan
suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan
keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Laporan
keuangan kuartal ke-3 pada tahun 2020 menunjukkan fluktuasi yang drastis dari kinerja
ENVY pada tahun 2019. Kas dan setara kas perseroan mengalami penurunan sebesar 99%
dari Rp 26,51 miliar menjadi Rp 314,65 juta. Piutang lain-lain perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 126% dari Rp 13,46 miliar menjadi Rp 30,45 miliar. Selain itu, kewajiban
jangka pendek perseroan menurun sebesar 100% dari Rp 16, 44 miliar menjadi Rp 0.
Liabilitas lain-lain perusahaan mengalami kenaikan sebesar 57% dari Rp 6,77 miliar menjadi
Rp 10,72 miliar (Bisnis.com & Tari, 2020). PT Envy Technologies Indonesia Tbk. berpotensi
untuk menghadapi penghapusan perdagangan saham
(delisting) dari BEI apabila terbukti melakukan kecurangan laporan keuangan (CNBC
Indonesia & Sandria, 2021a). Sampai saat ini, belum ada pengumuman hasil investigasi BEI
mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk,
sehingga kasus tersebut perlu dianalisis lebih lanjut dalam studi kasus ini.

Penyelesaian Kasus Fraud Pada PT Envy Technologies Indonesia Tbk.


Tindakan kecurangan pada perusahaan merupakan suatu hal yang fatal dalam dunia bisnis
dan melanggar kode etik bisnis, tindakan farud dapat dikenakan sanksi dan denda karena
dapat merugikan pihak lain. Salah satu tindakan kecurangan pada perusahaan yang sering
dilakukan adalah dengan memanipulasi data perusahaan misalnya Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan merupakan data yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan
informasi terkait keuangan perusahaan guna menarik investor untuk melakukan penanaman
modal atau selain itu sebagai informasi terkait perkembangan perusahaan bagi pembaca dari
pihak internal maupun eksternal. PT Envy Technology Indonesia Tbk telah melakukan tindak
kecurangan dengan memanipulasi laporan keuangan berdasarkan kasus diatas Envy
melakukan penyajian laporan keuangan yang tidak sesuai dengan aktivitas perusahaan,
financial shenanigans sebagai tindakan yang diambil oleh manajemen untuk menyesatkan
persepsi investor dan pembaca laporan keuangan lainnya terhadap kinerja finansial dan
kesehatan ekonomi perusahaan. Manajemen berupaya untuk menunjukkan kinerja perusahaan
yang sehat dengan menyajikan pendapatan, arus kas, dan posisi keuangan yang berbeda dari
kenyataan. Telah di identifikasi tindakan Kecurangan keuangan yang digunakan oleh Envy
yaitu dengan melakukan Analisis Earnings Manipulation Shenanigans sebagai berikut :
1. Mencatat Pendapatan Sebelum menyelesaikan kewajiban kontrak material
2. Mencatat pendapatan palsu
3. Meningkatkan pendapatan dengan aktivitas tidak berkesinambungan
4. Memindahkan beban periode tahun berjalan ke periode selanjutnya
5. Menerankan Teknik - tenik lain dalam menvembunvikan beban dan kerugian
6. memindahkan pendapatan periode tahun berjalan ke periode selanjutnya
7. memindahkan beban periode selanjutnya ke periode berjalan
Perlu dilakukan analisis dan pengumpulan bukti-bukti terkait kasus tersebut untuk
mencermati dan membandingkan hasil dari pengumpulan data berdasarkan teori atau
generalisasi yang sudah tersedia. Penelitian ini melakukan analisis data dengan memahami
laporan keuangan PT Envy Technologies Indonesia pada tahun sebelum fraud, terjadinya
fraud, dan tahun setelah fraud. Berdasarkan hasil analisis tersebut, PT Envy Technologies
Indonesia Tbk menunjukkan indikasi kecurangan pendapatan dengan teknik earnings
manipulation shenanigans 1, shenanigans 3, dan shenanigans 4. Laporan keuangan ENVY
menunjukkan pertumbuhan yang pesat pada tahun 2018-2019 sebelum mengalami penurunan
yang drastis di tahun 2020. Sesuai dengan penerapan teknik earnings manipulation
shenanigans no.1, ENVY menerapkan kebijakan pengakuan pendapatan yang agresif, yaitu
percentage-of-completion yang bersifat tidak konservatif. Perusahaan juga mengakui
pendapatan tersebut tanpa mempertimbangkan nilai kemampuan realisasi pembayaran dari
pihak ketiga. Hal tersebut ditunjukkan dengan rasio days of sales outstanding (DSO) yang
meningikat signifikan pada tahun 2017 hingga 2020. ENVY juga memperpanjang jangka
waktu pinjaman beberapa debitur walaupun iutang perusahaan telah mengalami peningkatan
yang pesat. Indikasi kecurangan lainnya adalah perusahaan tidak membentuk cadangan
kerugian piutang walaupun terjadi indikasi risiko piutang yang tidak tertagih. PT Envy
Technologies Indonesia Tbk berpotensi dalam memanipulasi pendapatan berdasarkan
earnings manipulation shenanigans no.3. Hal tersebut dikarenakan mayoritas proporsi
pendapatan berasal dari aktivitas operasional entitas anak yaitu PT Ritel Global Solusi.
Pendapatan dari aktivitas utama entitas induk hanya sebesar 17,36%
dari keseluruhan pendapatan yang dikonsolidasi. ENVY memiliki indikasi dalam
memanipulasi pendapatan entitas anak untuk meningkatkan kinerja laporan keuangan
konsolidasian. Indikasi kecurangan dalam menerapkan earnings manipulation shenanigans
no.4 juga dapat dilihat dari peningkatan total investasi barang modal yang meningkat
signifikan di tahun 2018 walaupun perusahaan memiliki arus kas yang lemah pada tahun-
tahun sebelumnya. Perusahaan dapat mengkapitalisasi aset secara agresif untuk mengurangi
beban dan menaikkan laba periode berjalan. ENVY juga tidak membebankan biaya riset dan
pengembangan (research and development expense) sesuai dengan kegiatan riset dan
pengembangan perusahaan. Berdasarkan penjabaran analisis kecurangan pendapatan tersebut,
PT Envy Technologies Indonesia memilikiindikasi kecurangan yang kuat dalam mencatat
pendapatan sebelum menyelesaikan kewajiban material kontrak (earnings manipulation
shenanigans 1), meningkatkan pendapatan dengan aktivitas tidak berkesinambungan
(earnings manipulation shenanigans 3), dan memindahkan beban periode tahun berjalan ke
periode selanjutnya (earnings manipulation shenanigans no.4).
selain dilakukan analisis dan pengumpulan bukti - bukti kecurangan yaitu perlu dilakukan
evaluasi manajemen Envy dengan pengawasan terhadap penyajian laporan keuangan sebelum
laporan keuangan disajikan untuk menghindari kecurangan. SDM nya juga perlu dilakukan
evaluasi Kembali terutama pada bagian departemen keuangan perlu diterapkan metode
mutase untuk menghindari terjadi fraud pada penyajian laporan keuangan.
Dampak Kasus Fraud PT Envy
1. Mengurangi kepercayaan investor dalam berinvestasi pada perusahaan tersebut karena
penyajian data yang tidak sesuai dengan realita
2. Membuat citra negative perusahaan menyebabkan perusahaan lain enggan untuk
melakukan kerjasama dengan PT Envy
3. Merugikan pihak lain yang berada dalam lingkup perusahaan karena terkena imbas dari
permasalahan yang disebabkan oleh perusahaan

Solusi untuk menghindari terjadi Fraud


1. Perlu dilakukan analisis sebelum penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan kontrak
terkait pekerjaan yang terjadi oleh Envy
2. Perlu dilakukan evaluasi SDM untuk menghindari kecurangan, missal dengan melakukan
periode mutase karyawan
3. Perlu dilakukan pengawasan dalam pencatatan dan penyajian laporan keuangan
4. Meningkatkan SOP dalam perusahaan agar lebih ketat lagi untuk menghindari kecurangan-
kecurangan
5. Perlu dilakukan audit internak untuk menghindari kecurangan
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. 2006. Business & Professional Ethics for Accountants. Canada: South
Western College Publishing.
Savage, dkk. 1991. Strategies for Assessing and Managing Organizational Stakeholders.
Texas Tech University.

Anda mungkin juga menyukai