Dosen Pengampu:
Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si
Oleh: Kelompok 8
Luh Putu Naraichanaiya Putri Sukarta (2102622010212)
Kadek Hirani (2102622010235)
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang
Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah ini ditulis
guna memenuhi tugas dari mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi Akuntansi materi Risiko
Etika dan Peluang, yang diampu oleh Ibu Ni Luh Putu Widhiastuti, SE., M.Si.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak kendala yang kami hadapi. Akan tetapi,
berkat bimbingan dosen pengampu, kendala itu berangsur-angsur dapat diatasi. Oleh karena
itu, melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Beliau sehingga
makalahini dapat kami selesaikan.
Akhirnya, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan guna penyempurnaan
tulisan-tulisan berikutnya. Kepada yang telah rela memberikan kritik dan saran, kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir. dunia seakan mendapatkan banyaknya masalah-
masalah sosial, politik dan bisnis yang akhirnya berdampak pada krisis global saat ini.
Kejadian ini pada umumnya disebabkan oleh degradasi atau semakin terkikisnya moralitas
manusia, banyaknya pengabaian etika dalam berbagai kehidupan masyarakat tak terkecuali
kegiatan bisnis. Banyaknya kehancuran bisnis yang terjadi didunia memberi dampak
penderitaan yang cukup signifikan pada kehidupan masyarakat luas. Sebagian besar kejadian
ini disebabkan oleh adanya pengabaian etika dalam setiap kegiatan bisnis.
Pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan yang dianggap benar oleh para
pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak
lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah praktek kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan. penyuapan, dan lain sebagainya. Kecurangan-kecurangan ini
biasanya dipicu oleh godaan terbadap keuntungan jangka pendek yang menggiurkan.
Pelanggaran terhadap etika seringkali baru terbukti dalam waktu yang cukup panjang,
biasanya perusahaan-perusahaan cenderung mengabaikan etika dalam berbisnis untuk
mencapai tujuan tertentu, sebagian yang lain yang lebih berintegritas akan memilih cara yang
melibatkan etika dalam proses bisnisnya.
Titik tolak adanya pengabaian etika salah satunya adalah usaha perusahaan dalam
mencapai tujuan utama mereka. Tujuan utama dari beroperasinya suatu perusahaan adalah
untuk menghasilkan keuntungan yang sebeser-besamya. Banyak cara yang dilakukan
perusahaan dalam mencapai tujuan ini. Beberapa dari mereka yang berintegritas akan
memilih cara yang melibatkan etika dalam menghasilkan laba, dan sebagian lainnya akan
menggunakan rasionalisasi tertentu dengan sedikit banyak mengabaikan etika.
Sejarah membuktikan, mereka yang mengabaikan etika cenderung mengalami
kehancuran lebih cepat daripada mereka yang melibatkan etika didalam keputusan bisnisnya.
karena dengan mengabaikan etika. berbagai segi bisnis yang mengandung kesamaan nilai-
nilai etika dapat hancur seperti halnya efek domino.
Dinamika pengabaian etika yang seperti inilah yang akhirnya memunculkan skandal
korporasi Enron dan Arthur Andersen, World Com. Akibat buruk dari perilaku yang tidak
etis bukan hanya akan menimpa perusahaan namun juga menimpa masyarakat secara umum.
Dari hal-hal ini para pelaku praktisi bisnis dan keuangan mulai memperluas area manajemen
risiko mereka yang tadinya hanya berpacu pada resiko-resiko bisnis, kini mulai
memperhatikan manajemen dalam lingkup ctika. Dalam literatur, manajemen di lingkup etika
ini disebut manajemen resiko etika. Dalam Brooks (2004) dinyatakan para praktisi bisnis kini
mulai menyadari bahwa meskipun manajemen resiko cenderung berfokus kepada masalah-
masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa penghindaran bencana dan kegagalan
juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resiko etika adalah suatu kemungkinan dilanggarknya etika yang disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan/institusi dalam memenuhi harapan. Manajemen resiko etika adalah
tata kelola yang menjunjung kode etik sehingga dapat meminimalkan ketidakmampuan
perusahaan dalam memenuhi harapan stakeholder. Kehancuran praktek bisnis yang terjadi
beberapa tahun belakangan ini disebabkan oleh pengabaikan etika oleh pihak bisnis dan pihak
terkait sehingga hasilnya membawa dampak kerugian bagi praktik bisnisnya. Oleh sebab itu
perusahaan memerlukan manajemen resiko etika. Manajemen krisis adalah suatu pengelolaan,
penanggulangan, pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan, sangat dibutuhkan
untuk menghindari masalah yang timbul dari pengabaian resiko etika yang ada.
Kasus Dugaan Manipulasi Laporan Keuan gan PT Envy Technologies
IndonesiaTbk
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi
terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal
juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu,
terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019.
Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba
bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58
miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba
bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018
menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi
laporan keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari
1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan
suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan
keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Berdasarkan
prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk. pada Juli 2019,
perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang jasa teknologi
informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa sistem integrasi
informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi digital. Perusahaan
melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada tanggal 1-2 Juli 2019 dan
resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham ENVY pada tanggal 8 Juli 2019.
Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk terdiri dari saham pemilik, pihak
eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang diperjualbelikan kepada
masyarakat adalah sebesar 33% dari
keseluruhan modal atau sebesar Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar
sebagai perusahaan terbuka, PT Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan
manipulasi laporan keuangan tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan
mendapatkan surat permintaan penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari
Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah
melakukan praktik manipulasi laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan
keuangan dari anak perusahaan, yaitu PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi
tidak menyusun laporan keuangan tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian
dari BEI atas kebenaran angka yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan
melakukan klarifikasi terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu,
pihak auditor eksternal juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria,
2021a). Selain itu, terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan
tahun 2019. Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan
pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah
sebesar Rp 188,58 miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar
80,35 miliar. Laba bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar
di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan
manipulasi laporan keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham
ENVY dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022.
Keputusan suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas
laporan keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi
terhadap dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal
juga belum menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu,
terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019.
Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba
bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58
miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba
bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19%
dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI
menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut dengan menghentikan
sementara perdagangan saham ENVY dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2
tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan suspensi atas saham ENVY ditetapkan
sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan keuangan interim per 30 September 2020
(CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di bidang
jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan menjadi jasa
sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan informasi
digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering) pada
tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019). Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT
Envy Technologies Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan
tahunan 2019. Pada tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan
penjelasan mengenai laporan keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia
(BEI). Lembaga tersebut menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi
laporan keuangan yang dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu
PT Ritel Global Solusi (RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan
tahun 2019, sehingga hal tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka
yang disajikan. Pihak manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi terhadap
dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal juga belum
menanggapi hal tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Selain itu, terdapat beberapa
anomali pada penyajian angka-angka laporan keuangan tahun 2019. Laporan keuangan
ENVY pada tahun 2019 menunjukkan peningkatan pendapatan dan laba bersih yang
signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp 188,58 miliar yang
meningkat sebesar 135% dari pendapatan 2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba bersih
ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19% dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi
Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti kasus dugaan manipulasi laporan
keuangan tersebut dengan menghentikan sementara perdagangan saham ENVY dari 1
Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga 1 Desember 2022. Keputusan
suspensi atas saham ENVY ditetapkan sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan
keuangan interim per 30 September 2020 (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a). Laporan
keuangan kuartal ke-3 pada tahun 2020 menunjukkan fluktuasi yang drastis dari kinerja
ENVY pada tahun 2019. Kas dan setara kas perseroan mengalami penurunan sebesar 99%
dari Rp 26,51 miliar menjadi Rp 314,65 juta. Piutang lain-lain perusahaan mengalami
kenaikan sebesar 126% dari Rp 13,46 miliar menjadi Rp 30,45 miliar. Selain itu, kewajiban
jangka pendek perseroan menurun sebesar 100% dari Rp 16, 44 miliar menjadi Rp 0.
Liabilitas lain-lain perusahaan mengalami kenaikan sebesar 57% dari Rp 6,77 miliar menjadi
Rp 10,72 miliar (Bisnis.com & Tari, 2020). PT Envy Technologies Indonesia Tbk. berpotensi
untuk menghadapi penghapusan perdagangan saham
(delisting) dari BEI apabila terbukti melakukan kecurangan laporan keuangan (CNBC
Indonesia & Sandria, 2021a). Sampai saat ini, belum ada pengumuman hasil investigasi BEI
mengenai dugaan manipulasi laporan keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk,
sehingga kasus tersebut perlu dianalisis lebih lanjut dalam studi kasus ini.