Anda di halaman 1dari 10

1.1.

Pajak Negara

Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah:

1. Pajak Penghasilan (PPh)


Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan adalah Undang-undang No.7 Tahun 1984
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008.
Undang-undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan
pengganti UU Pajak Perseroan 1925, UU Pajak Pendapatan 1944, UU PBDR 1970.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM).
Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-undang No.8 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 42 Tahun 2009.
Undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan
merupakan pengganti UU Pajak Penjualan 1951.
3. Bea Meterai
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-undang No. 13 Tahun 1985.
Undang-undang Bea Meterai berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 menggantikan
peraturan dan Undang-undang Bea Meterai yang lama (Aturan Bea Meterai 1921).
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-undang No. 12
tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 Tahun 1994.
Undang-undang PBB berlaku mulai tanggal 1 Januari 1986 dan merupakan pengganti:
a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908.
b. Ordonansi Verponding Indonesia tahun 1923.
c. Ordonansi Pajak Kekayaan tahun 1932
d. Ordonansi Verponding tahun 1928.
e. Ordonansi Pajak Jalan tahun 1942.
f. Undang-undang Darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14 hurufj. k, l.
g. Undang-undang nomor 11Prp.Tahun 1959 Pajak Hasil Bumi.
5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Dasar hukum pengenaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Undang-undang No. 21 Tahun
1997 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2000.
Undang-undang BPHTB berlaku sejak tanggal 1 Januari 1998 menggantikan
Ordonansi Bea Balik Nama Staatsblad 1924 No. 291. ASA LAST
1.2. Pajak Daerah

Beberapa pengertian atau istilah yang terkait dengan Pajak Daerah antara lain:

1 Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat..
3 Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4 Subjek Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Pajak.
5 Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
degan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

1.3. Jenis dan Obyek Pajak Daerah

Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1 Pajak Provinsi, terdiri dari:


a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan, dan e. Pajak Rokok.
2 Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi
dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis Pajak
yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk
daerah kabupaten/kota.

1.4. Tarif Pajak Daerah

Tarif untuk setiap jenis pajak adalah:

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut:

a. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu


persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)
b. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan
secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen).

2. Tarif pajak Kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
dan Kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah
sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah
sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing - masing
sebagai berikut:

a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen)


b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen).
5. Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut:

a. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen)
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima
persen)

6. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
(sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar
kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari
tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi

7. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

8. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok

9. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

10. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen)

11. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen);

12. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua puluh lima persen)

13. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen);

14. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (dua
puluh lima persen)

15. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (tiga puluh persen)

16 Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (dua puluh persen)

17. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

18. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi
sebesar 0,3% (nol koma tiga persen)
19. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
(lima persen).

1.5. Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak
yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan Wajib Pajak yang memenuhi
kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis
dan nota perhitungan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT).

1.6. Retribusi Daerah

Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah antara lain:

1 Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
2 Jusa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
3 Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.
4 Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta.
5 Perizinan Tertentu, adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, ATAT sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
1.7. Jenis Retribusi Daerah.

1.8. Obyek Retribusi Daerah

Yang menjadi Objek Retribusi Daerah adalah:

1 Jasa Umum
2 Jasa Usaha
3 Perizinan Tertentu.

Retribusi Jasa Umum

Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:

1 Retribusi Pelayanan Kesehatan


2 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
4 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6 Retribusi Pelayanan Pasar
7 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8 8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11 Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13 Retribusi Pelayanan Pendidikan, dan
14 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Retribusi Jasa Usaha


Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:

1 Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum


dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2 Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

1 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah


2 Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3 Retribusi Tempat Pelelangan
4 Retribusi Terminal
5 Retribusi Tempat Khusus Parkir
6 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7 Retribusi Rumah Potong Hewan
8 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10 Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Retribusi Perizinan Tertentu

Perizinan Tertentu. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan


tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang Retribusi yang
dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai Retribusi dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

1 Retribusi Izin Mendirikan Bangunan


2 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3 Retribusi Izin Gangguan
4 Retribusi Izin Trayek; dan
5 Retribusi Izin Usaha Perikanan
1.9. Subyek Retribusi Daerah

Subyek Retribusi Daerah adalah sebagai berikut:

1 Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2 Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan menikmati
pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3 Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin
tertentu dari Pemerintah Daerah.

1.10. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut:

1 Retribusi Jasa Umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian
atas pelayanan tersebut. Yang dimaksud dengan biaya di sini meliputi biaya operasi
dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
2 Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
layak, yaitu keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut
dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
3 Retribusi Perizinan Tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Yang dengan biaya
penyelenggaraan pemberian izin di sini meliputi penerbitan dokumen izin,
pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak
negatif dari pemberian izin tersebut.

1.11. Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Daerah

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD)


atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Dalam hal
Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari
Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Srat
Tagihan Retribusi Daerah (STRD). Penagihan Retribusi terutang sebagaimana didahului
dengan Surat Teguran Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2008. Perpajakan. Andi:Yogyakarta Willey, A guide to forensic accounting


investigation, 2nd edition

Anda mungkin juga menyukai