Anda di halaman 1dari 48

BAB I

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAGIAN 1

Definisi dan Unsur Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan ke empat atas


Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pada
pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.

Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak yaitu :

1. Fungsi anggaran
2. Fungsi mengatur

Syarat Pemungutan Pajak

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)


2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (syarat yuridis)
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

1
Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak
kepada negara untuk memungut pajak.

1. Teori Asuransi
2. Teori Kepentingan
3. Teori Daya pikul
a. Unsur Objektif
b. Unsur Subjektif
4. Teori Bakti
5. Teori Asas Daya Beli

Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., hukum pajak memiliki kedudukan diantara
hukum-hukum sebagai berikut :

1. Hukum Perdata
2. Hukum Publik
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)
c. Hukum Pajak
d. Hukum Pidana

Hukum Pajak Meteriil dan Hukum Pajak Formil

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku pemungutan pajak
dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum pajak yakni :

2
1. Hukum Pajak Materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan
pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tariff pajak), segala sesuatu
tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan
wajib pajak.
2. Hukum Pajak Formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum materiil
menjadi kenyataan.
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai
keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan, dan hak-
hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan banding.

Pengelompokan Pajak

1. Menurut golongannya yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.


2. Menurut sifatnya yaitu pajak subjektif dan pajak objektif.
3. Menurut lembaga pemungutnya yaitu pajak pusat dan pajak daerah.

Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Pajak
a. Stelsel nyata (riel stelsel)
b. Stelsel anggapan (fiectiev stelsel)
c. Stelsel campuran
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas domisili (asas tempat tinggal)
b. Asas sumber
c. Asas kebangsaan
3. Sistem Pemungutan Pajak

3
a. Official Assesment System
b. Self Assesment System
c. Withholding System

Timbul dan Hapusnya Utang Pajak

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :

1. Ajaran Formil
2. Ajaran Materiil

Hapusnya utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :


1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kadaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan

Hambatan Pemungutan Pajak

1. Perlawanan Pasif
a. Perkembangan intekektual dan moral masyarakat.
b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
c. Sistem control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.
2. Perlawanan aktif
a. Tax avoidance
b. Tax evasion

Tarif Pajak

1. Tarif sebanding/proposional
Tariff berupa presentasi yang tetap, terhadap berpapun jumlah yang dikenakan pajak
sehingga besarnya pajak yayng terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
2. Tarif tetap

4
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
3. Tariff progresif
Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.
4. Tariff degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.

BAGIAN 2

Pajak Negara dan Pajak Daerah

Pajak Negara

1. Pajak penghasilan (PPh)


2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN & PPn BM)
3. Bea Materai
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
5. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bagian 2 Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Dasar Hukum

Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pajak Daerah

1. Daerah Otonom
2. Pajak Daerah
3. Badan
4. Subjek Pajak

5
5. Wajib Pajak

Jenis Pajak dan Objek Pajak

1. Pajak Provinsi
a. Pajak kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/kota
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Bantuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam
daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, jenis pajak yang dapat
dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah
kabupaten/kota.

Tarif Pajak

1. Tarif pajak kendaraan bermotor prbiadi ditetapkan sebagai berikut :

6
a. Kepemilikan kendaraan bermotor pertama dikenakan paling rendah sebesar 1% dan
paling tinggi 2%
b. Kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dikenakan tariff progresif
paling rendah 2% dan paling tinggi sebesar 10%
2. Tarif pajak kendaraan bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI?POLRI, Pemerintah
Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling
rendah 0,5% dan paling tinggi 1%.
3. Tarif kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah 0,1%
dan paling tinggil 0,2%.
4. Tarif bea balik nama kendaraan bemotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai
berikut :
a. Penyerahan pertama sebesar 20%
b. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1%
5. Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
menggunakan jalan umum tariff paling tinggi ditetapkan sebesar masing-masing :
a. Penyerahan pertama sebesar 0,75%
b. Penyerahan kedua sebesar 0,075%
6. Tarif pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
Khusus tariff pajak kendaraan bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum ditetapkan
paling sedikit 50% lebih rendah dari tariff pajak bahan bakar kendaraan bermotor untuk
kendaraan pribadi.
7. Tariff pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
8. Tariff pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok.
9. Tariff pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
10. Tariff pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
11. Tariff pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
12. Tariff pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
13. Tariff pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi 10%.
14. Tariff pajak mineral bukan logam dan bantuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
15. Tariff pajak parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%.

7
16. Tariff pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
17. Tariff pajak sarang burung wallet ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
18. Tariff pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan palinggi sebesar
0,3%.
19. Tariff bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%.

Tata Cara Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang
terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan
berdasarkan penetapan kepala daerah dibayar menggunakan surat ketetapan pajak daerah
(SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.

Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan
surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD), surat ketetapan pajak daerah kurang bayar
(SKPDKB), dan/atau surat ketetapan pajak daerah Kurang bayar tambahan (SKPDKBT).

Daluwarsa Penagihan Pajak

Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah melampaui waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

Objek Retribusi Daerah

1. Jasa Umum
Jenis retribusi jasa umum :
a. Retribusi pelayanan kesehatan
b. Retribusi pelayanan kebersihan

8
c. Retirbusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil
d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
e. Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum
f. Retribusi pelayanan pasar
g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor
h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
i. Retribusi penggantian biaya cetak peta
j. Retribusi penyediaan dan/atau penyedotan kakus
k. Retribusi pengolahan limbah cair
l. Retribusi pelayanan tera/tera ulang
m. Retribusi pelayanan pendidikan
n. Retribusi pngendalian menara telekomunikasi
2. Jasa Usaha
Prinsip komersial yang dianut pemerintah daerah, meliputi :
a. Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh
pihak swasta

Jenis retribusi jasa usaha :

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah


b. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
c. Retribusi tempat pelanggan
d. Retribusi terminal
e. Retribusi tempat khusus parkir
f. Retribusi penginapan/pesanggarahan/villa
g. Retribusi pemotongan hewan
h. Retribusi pelayanan pelabuhan
i. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga
j. Retribusi penyebrangan di air
k. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

9
3. Perizinan tertentu
Jenis retribusi perizinan tertentu :
a. Retribusi izin mendirikan bangunan
b. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol
c. Retribusi izin gangguan
d. Retribusi izin trayek
e. Retribusi izin usaha perikanan

Subjek Retribusi Daerah

1. Retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin
tertentu dari pemerintahan daerah.

Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

1. Teribusi jasa umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas
pelayanan tersebut. Yang dimaksud dengan biaya disini meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.
2. Retribusi jasa usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak,
yaitu keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut tidak dilakukan
secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
3. Retribusi perizinan tertentu, didasarkan pada tujuan tertentu untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Yang dengan biaya
penyelenggaraan pemberian izin disini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan
dilapangan, penegakan hukum, penata usahaan, dan biaya dampak negative dari
pemberian izin tersebut

10
Tata Cara Pemungutan Retribusi

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan berupa karscis, kupon, dan kartu langganan. Dalam hal Wajib
Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi terutang yang
tidak atau kurang dibayar atau ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah
(STRD). Penagihan retribusi terutang sebagai mana didahului dengan surat tagihan. Tata cara
pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pemanfaatan Retribusi

Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis retribusi diutamakan untuk mendanai


kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.
Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

Daluwarsa Penagihan Retribusi

Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi daluwarsa setelah melampaui batas
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali jika Wajib Retribusi
melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

11
BAB II

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Pemerintah menciptakan sistem perpajakan yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-
Undang Perpajakan baru, UU No.6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketenetuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah
Pancasilan dan Undang-Undang Dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang
menjunjung tinggi hak warga negara dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban
kenegaraan. Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini mengacu
pada kebijakan pokok sebagai berikut :

1. Meningkatkan efisiensi pemungut pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara.


2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukun dan keadilan bagi masyarakat
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan di
bidang teknologi informasi.
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan
6. Meningkatkan penerapan prinsip self assesment secara akuntabel dan konsisten
7. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif.

TAHUN PAJAK
Tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender. Akan tetapi wajib pajak
dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan tahun takwim dengan syarat konsisten (taat
asas) selama 12 bulan, dan melaporkan kepada Kantor Pelayana Pajak Pratama setempat. Cara
menentukan tahun pajak :
1. Tahun Pajak sama dengan tahun takwim
Pembukuan dimlai awal tahun sampai akhir tahun
2. Tahun Pajak tidak tidak sama dengan tahun takwim

12
Pembukuan dimulai pada pertengahan atau sebelum akhir tahun sampai tahun berikutnya. Bisa
dilihat dari 6 bulan pertama tahun pajaknya maka mengikuti tahun pertama, tetapi jika 6 bulan
berikutnya masuk kedalam tahun berikutnya.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK

1. Pengertian
Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
2. Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
3. Pencantuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan Wajib Pajak diwajibkan
mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.
4. Pendaftaran NPWP
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan wajib mendaftarkan
diri pada kantor DJP.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek
pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. Sedangkan persyaratan
objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk melakukan pemotongan/ pemungutan sesuai dengan ketentuan Undag-Undang
Pajak Penghasilam1984 dan perubahannya.
Kewajiban mendaftarkan diri juga berlaku terhadap wanita kawin yang dikenai pajak
secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hukum berdasarkan perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta. Bagi wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subyektif
dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang perpajakan dan tidak hidup
terpisah, tidak melaluka perjanjian pemisahan penghasilan dan harta secara tertulis, hak dan

13
kewajibannya di gabungkan dengan pelaksanaan hakdan pemenuhan kewajiban perpjakan
suaminya.
Warisan yang belum terbagi sebagi satu kesatuan mrnggatikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak menggunaan NPWP dari orang pribadi yang meninggalkan
warisan tersebut dan diwakili oleh :
a. Salah seorang ahli waris
b. Pelaksana wasiat
c. Pihak mengurus harta peninggalan.
Jangka waktu pendaftaran NPWP :

a. Bagi WPOP yang menjalankan usaha, wajib mendaftrakan diri paling lambat 1 bulan setelah
saat usaha mulai dijalankan
b. Bagi WPOP yang tidak menjalankan usaha, wajib mendaftarkan diri palinh lama pada akhir
bulan berikutnya.
5. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau
penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama
6 tahun dengan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar
dan paling banyak 4 kali jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar. Pidana tersebut
ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana
dibidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara
yang dijatuhkan.
6. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh DJP apabila :
a. Wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif / objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
b. Wajib pajak badan dalam rangka likuidasi/ pembubaran karena penghentian/
penggabungan usaha
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan

14
d. Dianggap perlu oleh DJP untuk menghapuskan NPWP karena sudah tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan objekti.
DJP setelah melakukan pemeriksaan/ verifikasi harus memberikan keputusan atas
permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 bulan untuk WPOP atau 12 bulan untuk
WP badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu yang
ditentukan telah lewat dan tidak ada keputusan dari DJP, maka penghapusan NPWP dianggap
dikabulkan.
7. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama kode wajib pajak dan 6 digit kode
administrasi perpajakan.

PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

Pengusaha kena pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak/
jasa kena pajak yang dikenai pajak berdasarkan UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya. Pengusaha kena pajak omsetnya harus lebih 4,8 M/tahun dan harus dilaporkan.
PKP memiliki kewajban melakukan pembukuan dan menerbitkan faktur.

Pengusaha kecil dapat memilih sebagai pengusaha kena pajak atau tidak memilih sebagai
pengusaha kena pajak, tetapi sampai dengan 1 bulan dalam satu tahun buku jumlah nilai
peredaran brutonya telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lama akhir bulan berikutnya.

1. Fungsi pengukuhan PKP


a. Sebagai idenyitas pkp yang bersangkutan
b. Melaksanakan hak dab kewajiban
c. Pengawasan administrasi perpjakan
2. Tempat pengukuhan PKP
a. Kantor pelayanan pajak atau kantor pelayanan penyuluhan dan konsultasi perpajakan yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal/ tempat kegiatan usaha.
b. Kanor pajak tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang perpajakan.
3. Pencabutan pengukuhan PKP

15
a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja kantor pelayanan pajakn lain
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan PKP
c. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya di tempat lain
d. PKP penyalahgunaan pengukuhan PKP
4. Sanksi
Setiap orang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
atau penyalahgunaan atau menggunakan tanpa hak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6
tahun dengan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar. Pidana tersebut ditambahkan
1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang
perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan.

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

1. Pengertian
SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan perhitungan/ pembayaran
pajak, objek pajak/ bukan objek pajak, harta dan kewajiban sesuai dengan ketetntuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Fungsi SPT
Sebagai saran untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang. Bagi PKP fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah yang sebenarnya terutang.
3. Prosedur penyelesaian SPT
a. WP mengambil sendiri SPT ditempat yang ditetapkam DJP, atau dengan cara lain
mengakses situs DJP untuk mendapatkan formulir surat pemberitahuan tersebut.
b. Setia WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas, dalam Bahasa Indonesia
dengan menggunakanhuruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat WP terdaftar.

16
c. WP yang telah mendapat izin MenKeu untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam
Bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan.
d. Penandatangan SPT dapat dilakukan secara biasa yang mempunyai kekuatan hukum yang
sama
e. Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT
4. Pembetulan SPT dan Pengukuhan Ketidakbenaran
WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan surat pemberitahuan yang telah
disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat DJP belum melakukan
tindakan :
a. Verifikasi dalam rangka menertbitkan surat ketetapan pajak
b. Pemeriksaan
c. Pemeriksaan bukti permulaan
Pernyataan terulis dalam pembetulab SPT dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat yang telah disediakan. Dalam pembetulan SPT yang menyatakan rugi/ lebih bayar,
pembetulan harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum kadaluwarsa penetapan.
WP yang membetulkan sendiri SPT tahuan maupun masa yang mengakibatkan utang pajak
jadi lebih besar, dikenai sanksi administrasi 2% /bulan atas jumlah pajak kurang bayar. WP
dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian SPT, pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan itu
beserta sanksi administrasi berupa kenaik sebesar 50% dari pajak yang dibayar, harus dilunasi
WP sebelum laporan tersebut disampaikan.
5. Jenis SPT
SPT dibedakan menjadi 2 :

a. SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa pajak


- SPT masa pajak penghasilan
- SPT masa pajak pertambahan nilai
- SPT masa pajak pertambahan nilai bagi pemungut pajak pertambahan nilai
b. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu tahun pajak
- SPT tahuna pajak penghasilan
6. Batar Waktu Penyampain SPT

17
a. Untuk SPT Masa paling lama 20 hari setelah masa pajak. Khusus untuk SPT Masa pajak
pertambahan nilai paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
b. Untuk SPT Tahuna Pajak Penghasilan WPOP paling lama 3 bukan setelah akhir tahun
pajak
c. Untuk SPT Pajak Tahunan Penghasilan WP badan paling lama 4 bulan setelah akhir tahun
pajak.
7. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampain SPT
WP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan paling lam 2 bulan
sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan, dengan cara menyampaikan pemberitahuan
perpanjangan SPT Tahunan.

Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan dapat disampaikan :

a. Secara langsung
b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
c. Melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat, dan saluran tertentu
ditetapkan oleh DJP sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
8. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
Dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar :
a. Rp. 500.000 untuk SPT Masa pajak pertambahan nilai
b. Rp. 100.000 untuk SPT Masa lainnya
c. Rp. 1.000.000 untuk SPT Tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan
d. Rp. 100.000 untuk SPT Tahunan pajak penghasilan WPOP.
Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh WP dan WP tersebut waji melunasi
kekurangan pembayaran jumla pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang bayar yang ditetapkan.

SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN PEMBAYARAN PAJAK

1. Pengertian

18
SSP adalah bukti pembayaran/ penyetoran pajak yang telah dilakukan menggunakan
formulir/ telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menkeu.
2. Fungsi SSP
Sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh pejabat kantor penerima
pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.

3. Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak


a. Bank ditunjuk oleh Menkeu.
b. Kantor pos.
4. Jangka Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak
a. Pembayaran masa
- PPH Pasal 24 Ayat (2) yang dipotong oleh pemotong pajak penghasilan disetor paling
lama tanggal 10 bulan berikutnya
- PPH Pasal 24 Ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh WP harus disetor paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya.
- PPH Pasal 24 Ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah/ bangungan
harus disetor sebelum akta, keputusan, perjanjian kesepakatan di tandatangani oleh
pejabat yang berwenag.
- PPH Pasal 15 yang dipotong oleh pemotong PPH harus disetor paling lama tanggal 10
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
- PPH 15 yang harus dibayar sendiri harus diseor paling lama tanggal 15
- PPH Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong PPH harus disetor paling lama tanggal 10
- PPH Pasal 23 dan PPH Pasal 26 yang dipotong oleh pemotong harus disetor paling lama
tanggal 10.
- PPH Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15.
- PPH Pasal 22, PPN dan PPNBM atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea masuk.
- PPH Pasal 22, PPN, PPNBM atas impor yang dipungut DJ Bea dan Cukai, harus disetor
dalam jangka 1 hari kerja.
- PPH Pasal 22 yang pemungutannya oleh kuasa penggunan angaran harus disetor pada
hari yang sama.

19
- PPH Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara pengeluaran harus disetor paling lama 7
hari setelah pelakasanaan pembayaran atas penyerahan barang.
- PPH Pasal 22 yang pemungutannya oleh WP badan tertentu harus disetor paling lama
tanggal 10.
- PPN atau PPN dan PPNBM yang terutang dalam satu masa pajak harus disetor paling
lama akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhri.
- PPN yang terutang atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud harus disetor
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutang pajaknya.
- PPN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh OP/ badan
paling lama tanggal 15.
- PPN atau PPN dan PPNBM yang pemungutannya oleh pejabat penandatanganan harus
disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
- PPN atatu PPN dan PPNBM yang di pungut oleh bendahara pengeluaran harus disetor
paling lama 7 hari setelah pelkasanaan pembayaran.
- PPN atatu PPN dan PPNBM yang pemungutannya dipungut oleh pemungut PPN harus
disetor paling lama tanggal 15.
- PPH Pasal 25 bagi WP dengan kriteria tertentu harus dibayar paling lama pada akhir
masa pajak berakhir
- Pembayaran masa selain PPH Pasal 25 bagi WP dengan kriteria tertentu paling lama
hars dibayar sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak.
b. Surat Tagihan Pajak, surat ketetapan pajak kurang bayar, dll. Harus dilunasi dalam jangka
waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan pajak penghasilan
harus dibayar lunas sebelum SPT pajak penghasilan disampaikan.
5. Tata Cara Menunda atau Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak
WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur/ menunda
pembayaran pajak yang masih harus dibayar. Permohonan harus diajukan paling lama 9 hari
kerja sebelum saat jatuh tempo pembayaran utang pajak berakhir disertai dengan alasan dan
bukti yangmendukung dan harus memberikan jaminan Surat keputusan diterbitkan paling lama 7
hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan. Apabila jangka waktu 7 hari kerja telah

20
terlampaui dan DJP tidak menerbitkan suatu keputusan harus diterbitkan paling lama 5 hari kerja
setelah jangka waktu 7 hari kerja tersebut berakhir.

SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat Ketetapan Pajak adalah suart ketetapan yang meliputi surat ketetapan pajak kurang
bayar, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, surat ketetapan pajak nihil atau surat
ketetapan pajak lebih bayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)

1. Pengertian
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak ,
jumlah kredit, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
2. Penerbitan SKPKB
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan
b. SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPNBM
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan
e. Kewajiban pajak diterbitkan NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP.
3. Sanksi Administrasi
a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan poin 2a dan 2e diatas maka dikenai sanksi 2%
perbulan selama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. Apanila SKPKB dikeluarkan karena alasan poin2b, 2c dan 2d maka dikenakan sanksi
administrasi sebesar 50% dari PPH yang tidak atau kurang bayar, 100% dari PPH yang
tidak atau kurang di potong, 100% dari PPN dan PPNBM yang tidak atau kurang bayar.
4. Fungsi SKPKB

a) Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya.


b) Sarana untuk mengenakan sanksi

21
c) Alat untuk menagih pajak

5. Jangka waktu penerbitan SKPKB

Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya atau berakhirnya Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan
SKPKB.

Walaupun jangka waktu itu sudah lewat, SKPKB tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)

1. Pengertian
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
2. Penerbitan SKPKBT
SKPKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yyang mengakibatkan penambbahan
jumlah pajak yang terutang setelahh dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
SKPKBT.
3. Fungsi SKPKBT
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
b. Sarana untuk mengenakan sanksi
c. Alat untuk menagih pajak
4. Sanksi SKPKBT
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBTT ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan berdasarkan
ketrerangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jeenderal
Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka SKPKBT.
5. Jangka waktu penerbitan SKPKBT
Dalam jangka waktu 5 tahhun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa
pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan

22
penambahan jumlahh pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan SKPKBT.
Walaupun jangka waktu itu sudah lewat, SKPKB tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar.

SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR

1. Pengertian
SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
2. Penerbitan SPKLB
SPKLB diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan, jumlah kredit pajak yang dibayar
lebih besar daripada. SKPLB diterbitkan untuk :
a. Pajak penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumla pajak yang
terutang,
b. PPN apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumla pajak yang terutang. Jika pajak
yang dipungut oleh pemungut ppn, jumnlah pajak yang terutang dihitung dengan cara
jumlah pajak keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh pemungut ppn tersebut :
atau,
c. PPn-BM apabila jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.
3. Fungsi SKPLB
Sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.

23
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL

1. Pengertian
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pajak sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Penerbitan SKPN
SKPN diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

SURAT TAGIHAN PAJAK

Pengrtian
STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda.
1. Penerbitan STP
STP dikeluarkan apabila :
a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salkah tulis dan
atau salah hitung
c. WP dikenai sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga.
d. Pengusaha yang telahh dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak, atau
membuat tetapi tidak tepat waktu
e. Pengusaha yang telahh dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap
f. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak atau
g. PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak masukan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 6a UU PPN 1984 dan perubahannya.
2. Fungsi STP
a. Sebagai koreksI atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP
b. Sarana mengenakan sanksi berupa bungan atau denda
c. Alat untuk menagih pajak

24
3. Sanksi administrasi STP
a. Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin 2a dan 2b) ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa pajak, Bagioan Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
b. Terhadap pengusaha atau PKP (poin 2d,2e atau 2f) selain menhyetor pajak yang terutang,
dikenaiik sanksi aministrasi berupa denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak.
c. Terhadap PKP (poin 2g) dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebeesar 2% perbulan
dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari ttanggal penerbitan SK
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai dengan tanggal penerbiatn STP, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
4. Kekuatan hukum STP
STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan SKP, sehingga dalam penagihannya
dapat juga dilakukan dengan surat paksa

KEBERATAN DAN BANDING

1. Tata cara penyelesaian keberatan


a. WP dapat mengajukan keberatan hanya kepada direktorat jenderal pajak atau suatu :
 SKPKB
 SKPKBT
 SKKPLB
 SKPN
 Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
b. Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk surat keberatan sebagaimana dan
harus memunuhi syarat sbb :
 Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
 Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau
dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan WP dengan disertai alasan yang
menjadi ddasar perhitungan

25
 1 surat keberatan diajukan hanya untuk satu ketetapan pajak, untuk satu
pemotongan pajak hanya untuk satu pemungutan pajak.
 WP telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui WP dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan
 Diajukan dalam jangka waktu 3bulan sejak tanggal dikirim SKP atau sejak
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga kecuali WP dapat
menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan
diluar kekuasaan WP dan
 Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan WP surat tersebut hhasru dilampiri dengan surat kuasa
khusus
c. Dalam hal WP mengajukan keberatan atas SKP, WP wajib melunasi pajak yang masih
hatus dibayar paling sedikit sejumlah yang teelah disetuji WP dalam dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, sebelum SK disampaikan.
d. Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi persyaratan, WP
dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan.
e. Surat keberatan yyang belum memenuhi syarat bukan merupakan surat keberatan
sehingga tidak dipertimbangkan.
f. Pembukuan, catatan, data, informasi atau keterangan lain yang tidak diberikan pada saat
pemeriksaan tidak diperttimbangkan dalam penyelesaian keberratan, atau Pembukuan,
catatan, data, informasi atau keterangan lain tersebut berada dipihak ketiga dan belum
diperoleh WP pada saat pemeriksaan..
g. Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal surat keberatan
diterima, harus memberi keputusan. Keputusan Dirrektorrat Jenderal Pajak dapat berupa :
 Mengabulkan seluruhnya
 Mengabulkan sebagian
 Menolak
 Menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar

26
h. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah terlampaui Dan Direktorat Jenderal Pajak
tidak menerbitkan SK kebeeratan, kebeeratan tersebut dianggap dikabulkan dan DJP
wajib menerbitkan SK keebeeratan sesuai denga keberrtan WP
i. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan tambahan bunga 2% perbulan untuk paling lama
24 bulan dengan ketentuan :
 Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak ttanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sammpai dengan diterbitkannya SK
keberatan
 Untuk SKPN dan SKPKLB dihitung sejak tanggal penerbitan SKP sampai dengan
diterbitkannya SK keberatan
j. Dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian WP sikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan kepurusan
keberatan dikurangai dengan pajak yang telah dibayyar sebeluum mengajukan kebertan.
k. Tetapi apabila kemudian WP mengajukan permohonan banding atas SK keberatan, sanksi
tersebut tidak dikenakan
l. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, yang menyyebabkan
kelebihan pembayyaran pajak, kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan dengan
dittambah imbalan bunga 2% perbulan untuk paling lama 24 nulan dengan ketentuan sbb
:
 Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan bayar pajak sampai diterbitkannya SK keberatan atau
 Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan SKP sampai dengan
diterbitkannya SK keberatan
2. Tata Cara Penyelesaian Banding
a. WP dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak dan
SK keberatan.
b. Putusan pengadilan pajak merupakan putusan pengadilan khhusus dilingkungan
peradilan tata usaha negara
c. Permohonan banding diajukan paling lama 3 tahun sejak SK keberatan diterima,
dengan cara :

27
 Tertulis dalam Bahasa Indonesia
 Mengumukakan alasan – alasan yang jelas
 Melampirkan salinan SK keberatan
d. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum
merupakan pajak yang terutang sampai dengan putusan banding diterbitkan
e. Apabila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak berdasarkan puutusan
banding dikurangi pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
banding.
f. Apabila pengajuan keberatan atau banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan tersebut dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga sebesar 2% perbulan untuk paling lama 24 bulan dengan
ketentuan sbb :
 Untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan bayar pajak sampai diterbitkannya SK keberatan,
Putusan Banding atau
 Untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan SKP sampai dengan
diterbitkannya SK keberatan, putusan banding

PEMBETULAN, PENGURANGAN, PENGHAPUSAN ATAU PEMBATALAN

1. Pembetulan
Atas permohonan WP, atau karena jabatannya, DJP dapat membetulkan :
a. SKP (SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN )
b. STP
c. SK Pembetulan
d. SK Keberatan
e. SK pengurangan sanksi administrasi
f. SK penghapusan sanksi administrasi
g. SK pengurangan ketetapan pajak
h. SK pembatalan ketetapan pajak

28
i. SK pengembalian pendahuluan pajak atau
j. SK pemberian iimbalan bunga
k. Pengurangan, penghapusan, atau pembatalan
DJP karena jabatan atau atas permohonan WP dapat :
a. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan perunddang undangan perpajakan
b. Mengurangkan atau membatalkan SKP atau STP yang tidak benar
c. Membatallkian hasil pemeriksaan atau SKP dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
taanpa :
 Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan, atau
 Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan SKP apabila :

a. WP tidak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, atau


b. WP mengajukan keberatan tetapi keberatannya tidak dipertimbangkan oleh DJP karena
tidak memenuhi persyaratan

Permohoanan pengurangan atau pembatalan SKP yang tidak benar tidak dapat diajukan
dalam hal WP mencabut Pengajuan keberatan yang telah disampaikan kepada DJP

KADALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui 5 tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB,
serta SKPKBT, dan SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali.

Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila :

a. Diterbitkan Surat Paksa


b. Ada pengakuan pajak dari WP baik langsung maupun tidak langsung
c. Diterbitkan SKPKB atau SKPKBT sebagaimana dimkasud dalam ; atau

29
d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

PEMERIKSAAN

Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk


menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan kettenttuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Pengertian
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakann ketentuan peraturran perundang-undangan
2. Sasaran pemeriksaan
a. Interpretasi UU yang tidak benar
b. Kesalahan hitung
c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan
d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan WP dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Ruang Lingkup Pemeriksaan
Pemeriksaan menguji kepatuhan kewajiban perpajakan harus dilakukan terhadap WP yang
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Selain itu juga dapat
dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sbb :
a. WP menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar
b. WP yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
c. WP menyampaikan surat pemberitahuan yang menyatakan rugi
d. WP Melakukan penggabungan, pelebeuran, pemekaran, likuidasi, pembubaran, dan
akan meninggalkan Indonesia selama-lamanya
e. WP Melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap

30
f. WP tiddak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi
melampaui jangka waktu yanhg telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpiih
untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan analisis resiko atau
g. WP menyampaikan SPt yyang terpilih untuk dilakuakan pemeriksaan berdasarkan
analisis resiko

Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan. Pemeriksaan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan perundang undangan dengan perpajakan dilakukan dengan kriteria
sbb :

a. Pemebrian NPWP secara jabatan selain yang dilakukan berdasarkan verifikasi


b. Penghapusan NPWP selain yang dilakukan berdasarkan verifikasi
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP selain yang dilakukan berdasarkan
verifikasi sebaimana yang diatur menteri keuangan
d. WP mengajukan keberratan
e. Pengumpulan bahan guana penyususnan norma perhitungan penghasilan netto
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan
g. Penentuan WP berlokasi didaerah terpencil
h. Penengtuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i. Pemeriksaan ddalam rangka penagihan pajak
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan, atau
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra perjanjian penghinddaran pajak
berganda

31
PENYIDIKAN

1. Pengertian
Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di biddang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
Menurut UU nomor 8/1981 tentang KUHAP
2. Penyidik
Pejabat PNS tertentu dilingkungan DJP yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk
untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan perundang-
undangan
3. Wewenang penyidik
a. Menerima mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan
b. Menerima mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan mengenai OP/ badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
dibidang perpajakan
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari OP atau Badan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan
d. Memeriksa buku, catatan dan keterangan lain berkenaan dengan tindak pidana
dibidang perpajakan.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti dokumen, catatan dll, serta
melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut
f. Meminta bangtuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya
j. Menghentikan penyidikan dan/atau
k. Melakukan tindakan yang lain yang perlu untuk memperlancar penyidikan
4. Kewajiban penyidik

32
Penyidik sebagaimana memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil
penyidikan terhadap penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Hukum Acara Pidana

KEWAJIBAN DAN HAK WP

1. Kewajiban WP
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar
d. Mengisi dengan benar SPT
e. Menyelengarakan pembukuan
f. Jika diperiksa wajib :
 Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan dokumen dokumen
lain yang mendukung dan menjadi dasar dan yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, objek pajak yang terutang
 Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang
perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaaan
g. Tidak ada yang disembunyikan saat diminta pengungkapan
2. Hak – hak WP
a. Mengajukan surat keberatan
b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT
c. Melakukan pembetulan SPT
d. Melakukan permohonan penundaan penyampaian SPT
e. Melakukan permohonan penundaan penyampaian SPT atau pengangsuran
pembayaran pajak
f. Melakukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam SKP
g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi
i. Memberikan kuasa kepadda orrang lain untuk melaksanakan kewajiban pajaknya
j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak

33
KEWAJIBAN PEMBUKUAN/PENCATATAN

1. Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi hata, kewajban, modal penghasilan dan biaya,
yang ditutup dengan melakukan laporan keuangan berupa neraca ddan laporan laba rugi
Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredearan atau
penerimaan bruto/ penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk yang bukan objek oajak dan/atau yang dikenai pajak yang berrsifat
ffinal
2. WPOP yang melakukan kegiatann usaha dan WP Badan di Indonesia wajib
menyyelenggarakan pembukuan
3. WP yang dikevualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib
melakukan pencatatan adalah WPOP yang melakukan kegiatan usaha sesuia dengan
ketentuan peraturran perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan netto dengan menggunakan norma pengitungan pengahsilan netto dan
WPOP yang tidak melakukan kegiattan uusaha
4. Pembukuan atau pencatatan :
a. Diselenggarakn mencerminkan dengan keadaan yang sebenarnya
b. Harus diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin, bahasa arab, sauan mata
uang Rupiah, dan disusun dalam Bahasa Indonesia Atau dalam bahasa asing yang
diizinkan mentteri keuangan
c. Pembukuan dilakukan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas
d. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas harta, kewajiban, modal, penghasilan
ddan biaya derta penjualan
e. Pembukua dengan bahasa asing dan bukan mata uang rupiah dapat diselenggarakan
setelah mendapat izin menteri keuangan
f. Buku, catatan dan dokumen yang menjadi dassar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain yang dikelola secara elektronik atau secara aplikasi onliine wajib
disimpan selama 10 tahun di Indonesia yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal
WPOP atau WP Badan
5. Sanksi tidak memenuhi kewajiban pembukuan

34
a. Tidak mengadakan pembukuan/pencatatan pajak yang terutang ditetapkan dengan
SKP ditambah sanksi administrasi beerupa kenaikan sebesar 100% dan khusus untuk
PPh pasal 29 ditambah kenaikan sebesar 50%
b. Setiap orang yang dengan sengaja :
 Memperlihatkan pembukua, pencatatn atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah olah benar
 Tidak menyelenggarakn pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tiddak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan dan dokumen lain
 Tidak menyimpan buku atau pencatatan dan dokumen lain yang dikelola secara
elektronik atau secara aplikasi onliine di Indonesia

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan
denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak yang terutang dan paling banyak 4 kali jumlah pajak
yang terutang yang tidak atau kurang diibayar. Pidana menjadi 2 kali sanksi pidana apabila
melakuka lagi tindak pidana sebelum lewat 1 tahun

SANKSI PERPAJAKAN

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan


( norma perpajakn ) akan ditaati. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegah ( preventif ) agar WP tidak melanggar

Dalam UU perpajakan dikenal 2 macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.

Sanksi administrasi

Merupakan pembayaran kepada Negara. Khususnya berupa bungan dan kenaikan

Sanksi pidana

Merupakan siksaan atau penderitaan.

35
SANKSI PIDANA

Ketentuan sanksi pidana


Menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ada 3 macam : denda pidana, kurungan dan
penjara
Denda pidana
Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/dikenakan kepada WP,
Sanksi berupa denda pidana juga diancamkan kepada pejabatt pajak atau keopada pihak ketiga
yang melanggar norma. Dikenakan kepada tinddak pidana yang berupa pelanggaran maupun
kejahatan
Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Pidana penjara
seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemerdekaan. Pidana penjara
diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman tidak di tunjukan kepada pihak ketiga.

SANKSI ADMINISTRASI

1. Bunga 2% perbulan

No Masalah Cara membayar/menagih


1 Pembetulan senidir SPT(Tahunan atau masa) SSP/STP
2 Dari penelitian rutin :
 PPh pasal 25 tidak/kurang bayar SSP/STP
 PPh pasal 21,22,23,dan 26 serta PPn yang SSP/STP
terlambat bayar
 SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang SSP/STP
dibayar atau terlambat bayar
 SPT salah tulis/salah hitung SSP/STP

3 Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar SSP/SPKB


(makasimum 24 bulan )
4 Pajak diangsur/ditunda :SKPKB, SKKPP, STP SSP/STP
5 SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar SSP/STP

36
Catatan :

1. Sanksi adm berupa bunga dapat dibagi menjadi bungan pembayaran, bunga penagihan,
dan bungan ketetapan
2. Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan surat
tagihan berupa STP, SKPKB, SKPKBT tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran.
Bunga penagihan umumnya ditagih dengan STP ( lihatt pasal 19 (1) KUP)
3. Bunga kettetapan adalah bungan yang dimasukan dalam SKP tambahan pokok pajak.
Bunga ketetapan dikenakan maksimum 24 bulan. Bungga ketetapan umumnya ditagih
dengan SKPKB ( lihat pasal 13(2) KUP)

2. Denda Admnisitrasi

No Masalah Cara membayar/menagih


1 Tidak/terlamabat memasukan/menyampaikan SPT SPT ditambah Rp100.000
atau Rp. 500.000 atau Rp
1.000.000
2 Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa SSP ditambah 150%
tetapi belum disidik
3 Khusus PPN SSP/SKPKB ( ditambah 2%
a. Tidak melaporkan usaha denda dari dasar pengenaan
b. Tidak membuat/mengisi faktur )
c. Melanggar membuat larangan faktur (PKP
yang tidak dikukuhkan)
4 Khusus PBB :
a. STP, SKPKB tidak/kurang bayar atau STP+denda 2% (maksimum
terlambat bayar 24 bulan)
b. Dilakukan pemeriksaan, pajak kuurang Selisih pajak yang terutang
bayar

3. Kenaikan 50% dan 100%

37
No Masalah Cara menagih

1 Dikeluarkan SKPKB dengan penghitungan secara


jabatan :
a. Tidak memasukan SPT :
 SPT tahunan ( PPh 29) SKPKB ditambah kenaikan 50%
 SPT tahunan ( PPh 21,23,26 dan SKPKBditambah kenaikan100%
PPN) SKPKB
b. Tidak melakukan pembukuan sebagaimana 50%PPh pasal 29
dimaksud dalam pasal 28 KUP 100% PPh pasal 21,23,26 dan
PPN
c. Tidak memperlihatkan buku/dokumen, SKPKB
tidak memberikan keterangan, tidak 50%PPh pasal 29
memberi bantuan guna kelancaran 100% PPh pasal 21,23,26 dan
pemeriksaan, sebagaimana dimaksud pasal PPN
29
d. Pengajuan keberatan ditolak/ditambah SKPKB ditambah kenaikan 50%
e. Pengajuan banding ditolak/ditambah SKPKBditambah kenaikan100%

2 Dikeluarkan SKPKBT karena ditemukan data SKPKBTT 100%


baru, data semula yang belum terungkap setelahh
dikeluarkan SKPKB
4 Khusus PPN : SKPKB 100%
Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan, dimana
PKP tidak seharusnya mengkompensasi selisih
lebih, menghitung tarif 0% diberi restitusi pajak

SANKSI PIDANA

38
Ketentuannya diatur /ditetapkan dalam UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana ttelah diubah terakhir
dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan UU No.
12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 tahun 1994 tenatang PBB

Yang Norma Sanksi pidana


dikenakan
sanksi pidana
1. Setiap 1. Kealpaan tidak menyampaikan Didenda paling sedikit 1 kali
orang SPT atau menyampaikan SPT jumlah pajak terutang yang tidak
tetapi tidak benar/ lengkap atau atau kurang dibayar dan paling
melampirkan keterangan yang banyak 2 kali jumlah pajak
tidak benar terutang yang tidak atau kurang
dibayar, atau pidana kurungan
paling singkat 3 bulan atau
paling lama 1 tahun
2. Sengaja tidak menyampaikan
SPT, tidak meminjamkan Dipidan dengan pidana penjara
pembukuan, catatan atau paling singkat 6 bulan dan
dokumen lai, dan hal hal lain paling lama 6 tahun dan denda
sebagaimana dimaksud dalam paling sedikit 2 kali jumlah
pasal 39 KUP pajak yang terutang dan paling
banyak 4 kali jumlah pajak yang
terutang yang tidak atau kurang
diibayar. Pidana menjadi 2 kali
sanksi pidana apabila melakuka
lagi tindak pidana sebelum lewat
3. Melakukan percobaan untuk 1 tahun
melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau Pidana penjara paling singkat 6
menggunakan tanpa hak bulan dan paling lama 2 tahun
NPWP atau pengukuhan PKP dan denda paling sedikit 2 kali

39
sebagaimana, atau junmlah restitusi atau melakukan
menyampaikan SPT dan/atau kompensasi pajak atau
keteangan yang isinya tidak pengkreditan pajak dan paling
benar atau tidak lengkap, banyak 4 kali restitusi atau
dalam rrangka mengajukan kompensasi pajak atau
permohonan restitusi atau pengkteditan pajak
melakukan kompensasi pajak
atau pengkteditan pajak
4. Sengaja tidak menyampaikan
SPOP atau menyampaikan
SPOP tetapi isinya tidak benar Pidana kurungan selama-
sebagaimana dimaksud dalam lamanya 6 bulan dan/atau
pasal 24 UU PBB setinggi-tingginya 2 kali jumlah
5. Dengan sengaja tidak pajak terutang.
menyampaikan SPOP,
memperlihatkan/meminjamkan
surat/dokumen palsu, dan hal- a. Pidana penjara selama-
hal lain sebagaimana diatur lamanya 2 tahun dan atau
dalam pasal 25(1) UU PBB denda setingi-tingginyya
5 kali jumlah pajak
terutang
b. Sanksi (a) dilipat duakan
jika sebelum lewat satu
tahun yang melakukan
tindak pidana
melakukannya lagi sejak
selesainya menjalanii
pidana
II. Pejabat Kealpaan tidak memenuhi kewajiban Pidana kurungan selama-
merahasiakan hal sebagaimana lamanya 1 tahun dan/atau denda
dimaksud dalam pasal 34 KUP (tindak setinggi-tingginya Rp.

40
pelanggaran) 25.000.000
Sengaja tidak memenuhi kewajiban Pidana penjara selama-lamanya
merahasiakan hal sebagaimana 2 tahun dan/atau dendda
dimaksudkan dalam pasal 34 UU KUP setinggi-tingginya
Rp.50.000.000

III. Pihak Sengaja tidak memperlihatkan atau Pidana kiurungan selama-


Ketiga tidak meminjamkan surat atau lamanya 2 tahun dan/atau denda
dokumen lainnya dan/atau tidak setinggi-tingginya Rp.
menyampaikan keterangan yang 2.000.0000
diperlukan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 25 (1) huruf d dan e UU
PBB

41
BAB III

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Dasar Hukum

Undang-undang nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 19 tahun 2000.

Pejabat dan Jurusita Pajak

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak,
menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Surat Pencabutan Sita, Pengumuman Lelang, SUrat Penentuan Harga
Limit, Pembatalan Lelang, Surat Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk
penagihan pajak sehubungan dengan Penanggung Pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh
utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan
seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Pajak, Penyitaan, dan Penyanderaan.

Tugas Jurusita Pajak :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus


2. Memberitahukan Surat Paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

42
Penagihan Seketika dan Sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan
oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran
yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak. Surat
Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan apabila :

1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat


untuk itu
2. Penanggung pajak memindah tangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasi dalam
rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang
dilakukannya di Indonesia
3. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindah tangankan
perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya
4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara
5. Terjadinya penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat
tanda-tanda kepailitan

Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Besarnya Utang Pajak
3. Perintah untuk membayar
4. Surat pelunasan pajak

Surat Paksa

Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Surat paksa sekurang-kurangnya memuat :

1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Dasar Penagihan
3. Besarnya Utang Pajak

43
4. Perintah untuk membayar

Surat Paksa diterbitkan apabila :

1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat teguran
atau surat peringatan atau surat lainnya yang sejenis
2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :

1. Penanggung pajak
2. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau bekerja ditempat usaha penanggung
pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai
3. Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalan apabila
wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi
4. Para ahli waris apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi

Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita kepada :

1. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal


2. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan, apabila jurusita pajak tidak
dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam poin 1.

Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada kurator, hakim
pengawas, atau balai harta peninggalan. Sedangkan dalam hal wajib pajak dinyatakan bubar
atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani
untuk melakukan pemberesan atau likuidator.

Catatan :

1. Pengajuan keberatan oleh wajib pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat
Paksa.
2. Pelaksanaan Surat Paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu
2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan.

44
Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak
untuk dijakan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan UU. Apabila dalam jangka
2 x 24 jam setelah SPT di beritahukan dan tidak melunasi utang pajaknya maka akan
dilaksanakan penyitaan. Penyitaan akan dilakukan oleh jurusita pajak. Penyitaan tidak dapat
dilakukan terhadap barang yang suah disita oleh pengadilan/ instansi yang berwenang.
Pengadilan Negeri/ instansi lain yang berhak menentukan pembagian hasil penjualan barang
sitaan tersebut berdasarkan ketentuan hak mendahulu negara untuk tagihan pajak.

Barang-barang yang disita berupa :

1. Barang bergerak
2. Barang tidak bergerak
Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan :

1. Pakaian dan tempat tidur


2. Persediaan makanan dan minuman
3. Perlengkapan penanggung pajak
4. Buku yang bertalian degan jabatan/ pekerjaan
5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan
6. Peralatan penanggung cacat.
Penyitaan tambahan dapat dilakukan apabila nilai barang yang disita tidak cukup untuk
melunasi biaya penagihan pajak dan hasil lelang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya
penagihan pajak.

Lelang

Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga
secara lisan/ tertulismelalu usaha pengumpulan peminat. Penjualan secara lelang terhadap barang
yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang melalui media
massa. Pengumuman lelang dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah penyitaan. Pengumuman
lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 klai dan yang tidak bergerak dilakukan 2 kali.

45
Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai barangnya Rp.20.000.000 tidak harus di
umumkan melalui media massa. Hasil leleang di pergunakan terlebih dahulu untuk membayar
biaya penagihan pajak yang belum dibayar dan sisanya untuk utang pajak. Biaya penagihan
pajak ditambah 1% dari pokok lelang dan secara tidak lelang biaya penagihan pajak ditambah
1% dari hasil penjualan. Besarnya biaya penagihan pajak Rp. 50.000 untuk setiap SPT Rp.
100.000 untuk setiap pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan.

Penyegahan dan Penyanderaan

Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu
untuk keluar wilayah RI berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan UU.
Pencegahan dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempuanyai utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp. 100.000 dan diragukan itikad baiknya untuk melunasinya.
Pencehagan darpat dilakukan berdasarkan keputusan Menkeu/ pejabat yang bersangkutan.
Jangka pencegahan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 6 bulan. Pencegahan
tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak


dengan menempatkannya di tempat tertentu. Penyanderaan dapat dilakukan terhadap
penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajaknya sekurang-kurangnya sebesar Rp.
100.000.000 dan diragukan itikad baiknya untuk melunasi. Masa penyanderaan paling lama 6
bulan dan dapat di perpanjang selama 6 bulan.

Penanggung pajak yang disandera dilepas :

1. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dilepas


2. Jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perintah penyanderaan itu telah terpenuhi
3. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
4. Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menkeu/ Gubernur.
Dalam hal gugatan penanggung pajak dikabulkan dan putusan pengadilan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, penanggung pajak dapat melakukan rehabilitas nama baik
dan ganti rug atas masa penyanderaan yang telah dijalani sebesar Rp.100.000 setiap hari.

46
Penyanderaan terhadap penanggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan
terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Gugatan

Gugatan penanggung pajak terhadap surat paksa, surat perintah melaksaanakan


penyitaan/ lelang hanya dapat dilakukan kepada pengadilan pajak. Dalam hal gugataan
dikabulkan dapat memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat paling banyak
Rp. 5.000.000. gugatan diakukan dalam jangka waktu 14 hari sejak surat paksa, surat perintah
melaksanakan penyitaan atau lelang dilaksanakan.

Permohonan Pembetulan dan Penggantian

Penanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian kepada


pejabat terhadap suart teguran atau surat peringatan lain ynag sejenis yang dalam penerbitannya
terdapat kesalahan atau kekeliuran. Dalam jangka 7 hari sejak tanggal diterima permohonan,
pejabat harus memberi keputusan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak memberikan
keputusan dianggap dikabulkan.

Ketentuan Pidana

Penanggung pajak dilarang :

1. Memindahkan hak, menyewakan barang yang disita


2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita
3. Membebani barang yang bergerak yang telah disita
4. Merusak, mencabut ataumenghilangkan segel yang telah ditempel pada barang sitaan.
Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana penajara paling
lama 4 tahun dan denda paling banyak Rp. 12.000.000. setiap orang yang dengan sengaja tidak
meuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut UU atau dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan dalam melaksanakan ketentuan UU yang

47
dilakukan jurusita, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 bulan 2 minggu dan denda
paling banyak Rp.10.000.000.

48

Anda mungkin juga menyukai