Anda di halaman 1dari 42

Resume Materi Perpajakan

Disusun Oleh :

Nova Primasari
203020303109
BAB I
PENGANTAR PERPAJAKAN
BAGIAN 1 DASAR-DASAR PERPAJAKAN

DEFINISI DAN UNSUR PAJAK


Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sementara itu, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., pajak merupakan iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :


1. Iuran dari rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2. Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara secara langsung dapat ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat
bagimasyarakat luas.
FUNGSI PAJAK

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


2. Fungsi Mengatur (Reguleren)
3. Fungsi Stabilitas
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK

1. Pemungutan Pajak Harus Adil (Syarat Keadilan)


2. Pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-Undang (Syarat
Yuridis)
3. Tidak Mengaggu Perekonomian (Syarat Ekonomis)
4. Pemungutan Pajak Harus Efisien (Syarat Finansial)
5. Sistem Pemungutan Pajak Harus Sederhana

TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG


PEMUNGUTAN PAJAK

Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori Daya Pikul,


Teori Bakti dan Teori Asas Daya Beli.
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., Hukum pajak mempunyai


kedudukan di antara hukum-hukum lain sebagai berikut :
1. Hukum Perdata
2. Hukum Publik

HUKUM MATERIL DAN HUKUM PAJAK FORMAL

1. Hukum Pajak Materil


Contoh : Undang- Undang Pajak Penghasilan
2. Hukum Pajak Formal
Contoh : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

PENGELOMPOKAN PAJAK

3. Menurut Golongannya Pajak Langsung & Pajak Tidak Langsung


4. Menurut Sifatnya Pajak Subjektif & Pajak Objektif
5. Menurut Lembaga Pemungutnya Pajak Pusat & Pajak Daerah
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK

1. Stelsel Pajak (riel stelsel)


2. Asas Pemungutan Pajak
3. Sistem Pemungutan Pajak

TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK

Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :


1. Ajaran Formal (utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan oleh
fiscus).
2. Ajaran Materil (utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang).

HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK

1. Perlawanan Pasif (perkembangan intelektual dan moral masyarakat, system perpajakan yang
mungkin sulit untuk dipahami masyarakat, seta system kontrol yang tidak dapat dilakukan atau
dilaksanakan dengan baik).
2. Perlawanan Aktif (meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan oleh wajib pajak dengan
tujuan untuk menghindari pajak.
TARIF PAJAK

1. Tarif Sebanding/Proposional (a propotional tax rate)


Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang proposiaonal pada besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh : Untuk Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
sebesar 10%

2. Tarif Tetap (a fixed tax rate)


Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa pun julah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang tetap.
Contoh : Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah
Rp3.000,00.

3. Tarif Progresif (a progressive tax rate)


Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau dalam negri.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 15%

Di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 25%

Di atas Rp500.000.000,00 30%

Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi :

a. Tarif profresif progresif : kenaikan persentase semakin besar


b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil
4. Tarif Degresif (a degressive tax rate)
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar

….
BAGIAN 2 PAJAK NEGARA DAN PAJAK DAERAH

PAJAK NEGARA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI


DAERAH
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Dasar hukum pemungutan Pajak
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah UU
Penjualan Atas Barang Mewah No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
(PPN&PPn BM) dan Retribusi Daerah.

3. Bea Materai
PAJAK DAERAH
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
1. Daerah Otonom
5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan 2. Pajak Daerah
Bangunan (BPHTB) 3. Badan
4. Subjek Pajak
5. Wajib Pajak
JENIS PAJAK DAN OBJEK
PAJAK

1. Pajak Provinsi, terdiri 2. Pajak Kabupaten/Kota,


dari : terdiri dari :
a. Pajak Hotel
a. Pajak Kendaraan b. Pajak Restoran
Bermotor c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
b. Bea Balik Nama e. Pajak Penerangan Jalan
Kendaraan Bermotor f. Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
c. Pajak Bahan Bakar g. Pajak Parkir
Kendaraan Bermotor h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
d. Pajak Air Permukaan dan j. Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan
e. Pajak Rokok k. Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
TARIF PAJAK
1. Tarif Kendaran Bermotor pribadi :
Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama palig rendah sebesar 1% dan paling tinggi 2%
Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi sebesar 10%
2. Tarif Kendaraan Bermotor AngkutanUmum ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% dan paling
tinggi sebesar 1%
3. Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling
tinggi sebesar 10%
4. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing- masing
sebagaiberikut :
Penyerahan pertama sebesar 20%
Penyerahan kedua dan seterusnya 1%
5. Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan besar yang tidak menggunakan jalan
umum tarif pajak ditentukan paling tinggi sebagai berikut :
Penyerahan pertama sebesar 0,75%
Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%
6. Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi
sebesar 10%. Khusus untuk tarif pajak Kendaraan Umum dapat
ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif Pajak Kendaraan
Bermotor untuk kendaraan pribadi.
7. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
8. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok
9. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
10. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
11. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%
12. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%
13. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%
14. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi
sebesar 25%
15. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30%
16. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%
17. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10%
18. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%
19. Tarif Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5%
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
 
Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak harus membayar pajak
yang terutang berdasarkan surat tetetapan pajak atau dibayar sendiri oleh wajib pajak
yang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 
KEDALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kedaluwarsa setelah melampaui
waktu 5 tahunterhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak
melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah.
 
RETRIBUSI DAERAH
 
1. Retribusi Daerah
2. Jasa
3. Jasa Umum
4. Jasa Usaha
5. Perizinan Tertentu
OBJEK RETRIBUSI DAERAH : RETRIBUSI JASA UMUM

1. Jasa Umum Objek retribusi jasa umum adalah


2. Jasa Usaha pelayanan yang disediakan pemerintah
3. Perizinan Tertentu daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum.

RETRIBUSI JASA USAHA

Objek retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan pemerintah


daerah dengan menganut prinsip komersial.

RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU


Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, prasarana, atau
fasilitas tertentu.
SUBJEK RETRIBUSI DAERAH

1. Retribusi Jasa Umum


2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan Tertentu

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

1. Retribusi Jasa Umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan
masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.
2. Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak, yaitu keuntungan secara
efisien dan berorientasi pada harga pasar.
3. Retribusi Perizinan Tertentu , didasarkan pada tujuan untuk menutup Sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian izin yang bersangkutan.

TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang
dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar dikenakan sanksi administrative berupa bunga 2% setiap nulan dari retribusi yang terutang.
PEMANFAATAN RETRIBUSI KEDALUWARSA
PENAGIHAN RETRIBUSI
Pemanfaatan dari penerimaan
masing-masing jenis retribusi Hak melakukan penagihan
diutamakan untuk mendanai retribusi menjadi kedaluwarsa
kegiatan yang berkaitan langsung setelah melampauibatas waktu 3
dengan penyelenggaraan pelayanan tahun terhitung sejak terutangnya
bersangkutan. Ketentuan mengenai retribusi, kecuali jika wajib pajak
alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi melakukan tindak
retribusi ditetapkan dengan pidana dibidang retribusi.
peraturan daerah.
BAB II
KETENTUAN UMUM DAN TATA
CARA PERPAJAKAN
BAB 2 KETENTUAN UMUM DAN TATA
CARA PERPAJAKAN
PENDAHULUAN UU No. 12 Tahun 1985 Tentang Pajak
Sistem perpajakan yang lama Bumi dan Bangunan,
ternyata sudah tidak sesuai dengan UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea
tingkat kehidupan social ekonomi Materai
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu Undang- Undang tentang
pemerintah menciptakan system Ketentuan Umum dan Tata Cara
perpajakan yang baru yaitu dengan Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila
lahirnya undang-undang perpajakan dan Undang-Undang Dasar 1945, yang
baru, yang terdiri atas : di dalamnya tertuang ketentuan yang
UU No. 6 Tahun 1983 tentang menjunjung tinggi hak warga negara
Ketentuan Umum dan Tata Cara dan menempatkan kewajiban
Perpajakan, perpajakan sebagai kewajiban
UU No. 7 Tahun 1983 Tentang Pajak kenegaraan.
Penghasilan dan Sistem, mekanisme, dan tata cara
UU No. 8 Tahun 1983 Tentang Pajak pelaksanaan hak dan kewajiban
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan perpajakan yang sederhana menjadi ciri
Pajak Atas Barang Mewah, dan corak dalam perubahan UU ini.
DASAR HUKUM

Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.

TAHUN PAJAK

1. Tahun Pajak Sama dengan Tahun Takwim.


2. Tahun Tidak Sama dengan Tahub Takwim.

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam adminidtrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.

Fungsi NPWP : Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak, untuk menjaga ketertiban dalam
pebayaran pajak da dalam pengawasan administrasi perpajakan.
Pencantuman NPWP
Wajib pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

Pendaftaran NPWP
Tempat pendaftaran dilakukan pada kantor Direktorat Jendral Pajak

Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak atau menyalah gunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan
kerugian pendapatan negara dipidana dengan pidana paling singkat 6 bulan dan paling lama
6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang dan paling banyak 4 kali
jumlah pajak terutang atau kurang bayar.

Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP merupakan Tindakan menghapus NPWP dari administrasi kantor
pelayanan pajak.

Format NPWP
Terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan kode Wajib Pajak dan 6 digit
berikutnya merupakan kode Administratif Perpajakan. Formatnya sebagai berikut :
XX. XXX. XXX. X-XXX. XXX
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

Pengusaha kena pajak (PKP) merupakan pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak yang dikenai pajak sesuai UU Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
1. FUNGSI 2. TEMPAT 3. PENCABUTAN
PENGUKUHAN PKP PENGUKUHAN PKP PENGUKUHAN PKP

a. Sebagai Identitas PKP a. Kantor Pelayanan Pajak a. PKP Pindah Alamat


yang bersangkutan. atau kantor pelayanan, b. Sudah Tidak Memenuhi
b. Melaksanakan hak dan penyuluhan dan konsultasi Persyaratan
kewajiban dibidang PPN & perpajakan. c. PKP telah dipusatkan di
PPn BM. b. Kantor Pelayan Pajak tempat lain
c. Pengawasan administrasi Tertentu. d. PKP Menyalahgunakan
perpajakan. Pengukuhan PKP

SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
atau menyalah gunakan dipidana paling singkat 6 bulan dan paling lam 6 tahun
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
1. Pengertian SPT 2. Fungsi SPT 3. Prosedur Penyusunan
a. Pembayaran dan pelunasan pajak
SPT adalah surat yang oleh wajib b. Penghasilan yang merupakan a. WP mengambil sendiri surat
objek pajak dan/atau bukan objek pemberitahuan ditempat yang
pajak digunakan untuk
pajak ditetapkan oleh Direktorat Jendral
melaporkan perhitungan dan/atau c. Harta dan Kewajiban Pajak
pembayaran pajak. d. Pembayaran dari pemotogan atau b. Mengisi surat pemberitahuan
pemungut tentang pemotongan dengan benar
pajak c. Penandatangan SPT

4. Pembetulan SPT dan Pengungkapan 5. Jenis SPT 6. Batas Waktu Penyampaian SPT
Ketidakbenaran
a. Surat Pemberitahuan Masa a. Surat Pemberitahuan Masa, 20 hari
WP dengan kemauan sendiri dapat b. Surat Pemberitahuan Tahuan setelah akhir masa pajak
membetulkan Surat Pemberitahuan b. Surat Pemberitahuan Tahunan, 3
yang telah disampaikan. bulan setelah akhir tahun pajak
c. Untuk Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan paling lama 4 bulan
setelah akhir tahun pajak.
7. Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT
SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN
Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
PEMBAYARAN PAJAK
penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 bulan
sejak batas waktu pwnyapaian SPT Tahuan.
SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak.
Fungsi SSP sebagai bukti pembayaran pajak apabila
telah disahkan oleh pejabat kantor penerima yang
8. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
berwewenang.
WP dengan kealpaanya tidak menyampaikan Surat
Tempat pembayaran dan Penyetoran Pajak :
Pemberitahuan. Apabila pertama kali dilakukan
a. Bank yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan
dikenakan sanksi kenaikan 200%
b. Kantor Pos
4. Jangka Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak

a. Pembayaran Masa
b. Surat Tagihan Pajak
c. Kekurangan Pembayaran Pajak

5. Tata Cara Menunda atau Mengangsur Pembayaran Atas Ketetapan Pajak

WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis, permohonan harus diajukan


paliang lama 9 hari kerja sebelum saat jatuh tempo. Surat keputusan diterbitkan
paling lama 7 hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan.
SURAT KETETAPAN PAJAK

1. SURAT KETETAPAN
PAJAK KURANG 4. SURAT KETETAPAN
BAYAR (SKPKB) PAJAK NIHIL
2. SURAT KETETAPAN (SKPN)
PAJAK KURANG 5. SURAT TAGIHAN
BAYAR TAMBAHAN PAJAK (STP)
(SKPKBT) 6. KEBERATAN DAN
3. SURAT KETETAPAN BANDING
PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)
KEDALUARSA PENAGIHANPAJAK
PEMBETULAN, PENGURANGAN,
PENGHAPUSAN, ATAU PEMBATALAN
1. Diterbitkan Surat Paksa
2. Ada pengakuan utang pajak
1. Pembetulan
3. Diterbitkan surat ketetapan pajak kurang
2. Pengurangan,Penghapusan, atau
bayar
Pembatalan
4. Dilakukan Penyidikan

PEMERIKSAAN PENYIDIKAN

Direktorat Jendral Pajak berwewenang melakukan Merupakan serangkaian Tindakan yang dilakukan
pemeriksaan dengan tujuan menuji kepatuahan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
pemenuhan kewajiban perpajakan. bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana dibidang perpajakan.
KEWAJIBAN DAN HAK
WAJIB PAJAK
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK HAK- HAK WAJIB PAJAK

1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan 1. Mengajukan surat keberatan dan surat


NPWP banding
2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan 2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT
sebagai PKP 3. Melakukan Pembetulan SPT yang telah
3. Mengisi dengan benar SPT dimasukan
4. Menyelenggarakan pembukuan/ 4. Mengajukan Permohonan penundaan
pencatatan penyampaian SPT
5. Menghitung dan membayar sendiri pajak 5. Mengajukan permohonan penundaan
dengan benar atau pengangsuran pembayaran pajak
6. Jika diperiksa wajib : Mempelihatkan/ 6. Mengajukan Permohonan perhitungan
memnjamkan catatan, Memberikan pajak
kesempatan memasuki ruangan yang 7. Meminta pengembalian kelebihan bayar
dipandang perlu 8. Mengajukan permohonan penghapusan
7. Untuk keperluan pemeriksaan tidak ada 9. Memberi kuasa kepada orang untuk
yang dirahasiakan melaksanakan kewajiban perpajakannya
10. Meminta bukti pemungutan pajak
11. Mengajukan keberatan banding
SANKSI-SANKSI PERPAJAKAN :

SANKSI PERPAJAKAN

SANKSI PIDANA

SANKSI ADMINISTRASI
BAB III
PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PENGERITAN-PENGERTIAN

1. Penanggung Pajak, adalah 2. Penagihan Pajak, adalah 3. Biaya Penagihan Pajak, adalah
orang pribadi atau badan yang serangkaian Tindakan agar biaya pelaksanaan Surat Paksa,
bertanggung jawab atas penanggung Pajak melunasi Surat Perintah Melaksanakan
pembayaran pajak, termasuk Utang Pajak dan biaya penagihan Penyitaan, Pengumuman Lelang,
wakil yang menjalankan hak dan pajak dengan menegur atau Pembatalan Lelang, Jasa Penilai,
memenuhi kewajiban Wajib Pajak memperingatkan, melaksanakan dan biaya lainnya sehubungan
menurut ketentuan peraturan penagihan seketika sekaligus, dengan pajak penagihan.
perundang-undangan perpajakan. memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyandraan,
menjual barang yang telah disita.
PEJABAT DAN JURU SITA PAJAK

Pejabat Juru Sita


Pejabat adalah yang berwenang mengangkat Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan
dan memberhentikan jurusita pajak, penagihan pajak yang meliputi penagihan
menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat
seketika dan sekaligus, surat paksa, surat paksa, penyitaan dan penyanderaan
perintah melaksanakan penyitaan, surat
pencabutan sita, pengumuman lelang, surat
penentuan harga limit, pembatalan lelang,
surat perintah penyanderaan, dan surat lain
yang diperlukan untuk penagihan pajak
sehubungan dengan penanggung pajak tidak
melunasi sebagian atau seluruhnya utang
pajak menurut undang-undang dan peraturan
daerah
TUGAS JURU SITA PAJAK

1. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan


sekaligus
2. Memberitahukan surat paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak
berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan
4. Melaksanakan penyenderaan berdasarkan surat perintah
penyenderaan
PENAGIHAN SEKETIKA DAN
SEKALIGUS

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan


penagihan pajak yang dilaksanakan oleh jurusita
pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu
tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi
seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa
pajak, dan tahun pajak.
SURAT PAKSA

Surat paksa adalah surat perintah membayar utang


pajak dan biaya penagihan pajak. Surat paksa
mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan
hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
PENYITAAN

Penyitaan adalah tindakan jurusan pajak untuk menguasai barang


Penangguhan pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang
pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak
tidak di lunasi penanggung pajak dalam jangka waktu 2 kali 24 jam
setelah surat paksa di beritahukan, pejabat menerbitkan surat perintah
melaksanakan penyitaan.
LELANG

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum


dengan cara penawaran harga secara lisan dan tertulis
melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.
Apabila utang pajak atau penagihan pajak tidak dilunasi
setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang
melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang
di sita melalui kantor lelang
PENCEGAHAN DAN PENYANDERAAN

Pencegahan adalah larangan yang Penyanderaan adalah pengekangan


bersifat sementara terhadap sementara waktu kebebasan
Penanggung pajak tertentu untuk penangguh pajak dengan
keluar dari wilayah Republik menempatkannya di tempat
Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Penyanderaan hanya dapat
tertentu sesuai dengan ketentuan dilakukan terhadap penanggung
peraturan perundang-undangan. pajak yang mempunyai jumlah
Pencegahan hanya dapat dilakukan utang pajak sekurang-kurangnya
terhadap penanggung pajak yg sebesar Rp 100.000.000.00 dan
mempunyai jumblah utang pajak diragukan itikad baiknya dalam
sekurang-kurangnya sebesar Rp melunasi utang pajak.
100.000.000.00 dan diragukan
itikad baiknya dalam melunasi
utang pajak
GUGATAN
Gugatan penanggung pajak terhadap pelaksanaan surat paksa, surat perintah
melaksanakan penyitaan, atau pengumuman lelang hanya dapat dilakukan kepada
pengadilan pajak. Dalam hal penanggung pajak dikabulkan, penanggung pajak dapat
memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi terhadap pejabat paling banyak Rp
5.000.000.00. perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan keputusan mentri
keuangan atau keputusan kepala daerah. Dan gugatan diajukan dalam jangka waktu 14
hari sejak surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan, atau pengumuman lelang di
laksanakan.
PERMOHONAN PEMBETULAN ATAU
PERGANTIAN
Petanggung pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau
penggantian kepada pejabat terhadap surat teguran atau surat peringatan dan
sejenis surat lainnya, yang dalam penerbitannya terdapat keliruan atau
kesalahan. Dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal diterima peemohonan
tersebut, pejabat harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
Apabila dalam jangka waktu tersebut pejabat tidak memberi keputusan,
permohonan penanggung pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda
sementara waktu. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah
kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh pejabat. Dalam hal permohonan
tersebut di tolak, tindakan penagihan pajak dilakukan sesuai jangka waktu
semula.
KETENTUAN PIDANA

1. Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,


menyembunyikan, menghilangkan atau merusak barang yang telah di sita.
2. Membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggung untuk
pelunasan utang tertentu.
3. Membebani barang bergerak yang telah disita dengan fiducia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu.
4. Merusak, mencabut atau menghilangkan segel sita atau Salinan Berita Acara
pelaksanaan sita yang telah di tempel pada barang sitaan.
Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini di pidana dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000.00.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai