Pertemuan ke 3
4. PENGGOLONGAN PAJAK
Dalam hukum pajak terdapat pembedaan jenis-jenis pajak, yang dibagi
dalam golongan, wewenang pemungutan, maupun sifatnya, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada skema berikut:
Skema 1
Pajak langsung
Berdasarkan Golongan
Pajak tidak langsung
Pajak Pusat/Negara
Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutan
Pajak Daerah
Pajak Sabjektif
Berdasarkan sifat
Pajak Objektif
1
12) Ibid, hlm 16-17.
13
Rimsky K. Judisseno, 1999, Perpajakan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 16-17.
13
produsen menurunkan mutu produksinya. Sedangkan di sisilain,
penekanan biaya produksi membantu produsen untuk menekan harga
pokok penjualan.
2. Yang dimaksud dengan metode backward sbifting adalah suatu cara
melimpahkan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan
melakukan “pergeseran ke belakang”, yaitu dengan menekan biaya
produksi dari harga beli bahan mentahnya. Selanjutnya pembebasannya
dilekatkan pada harga jual suatu produksi sejumlah nilai pajak yang akan
dibayarkan.
Tabel 2
Perbedaan Pajak langsung dengan Pajak tidak langsung
11
4. R. Santoso Brotodihardjo, 1995, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung, hlm 106-
107.
14
C. Pajak Subjektif dan Pajak Objektif 15)
Pajak Subjektif, yaitu pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada
diri orangnya (subjeknya), keadaan diri wajib pajak dapat mempengaruhi besar
kecilnya jumlah pajak yang harus dibayar. Daya pikul dari Wajib Pajak diukur
dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak misalnya apakah ia sudah
menikah atau tidak, jumlah anak atau keluarga yang menjadi tanggungan penuh
dan sebagainya.
Pajak Objektif, adalah pajak-pajak yang pemungutannya berpangkal pada
obyeknya, dan pajak ini dipungut karena keadaan, perbuatan dan kejadian yang
dilakukan atau terjadi dalam wilayah negara dengan tidak mengindahkan
keadaan atau sifat subyeknya, misalnya cukai rokok, tidak pandang subyeknya
apakah orang kaya, orang miskin, bujangan atau sudah berkeluarga, siapapun
yang merokok terkena bea cukai rokok.
15
Adapun jenis-jenis Pajak Daerah menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 1997
adalah:
I. Pajak Daerah Tingkat I terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
2. Jenis Pajak Daerah Tingkat II terdiri dari:
a. Pajak Hotel dan Restoran;
b. Pajak Hiburan;
c. Pajak Reklame;
d. Pajak Penerangan Jalan;
e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Calian Golongan C;
f. Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Pada tahun 2009 keluar Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Menurut Undang-Undang ini,
!. Jenis-jenis pajak provinsi terdiri dari:
a. Pajak Kenderaan Bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor.
d Pajak air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
2. Jenis – jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:
a. Pajak hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir.
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
16
2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
g. Pajak Parkir.
Soal:
1. Jelaskan perbedaan antara pajak langsung dengan pajak tidak langsung.
2. Jelaskan pengertian Opcente
3. Apa yang dimaksud dengan pajak sabjektif dan pajak objektif.
17