Anda di halaman 1dari 20

DASAR-DASAR

PERPAJAKAN
Dian Anggraeni, S.A., M.Acc.
DEFINISI PAJAK

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya bagi kemakmuran

rakyat.
UNSUR PAJAK

1 iuran dari rakyat kepada negara, yang berhak memungut


pajak hanyalah negara. iuran berupa uang bukan barang.

2 berdasarkan UU. pajak dipungut berdasarkan atau dengan


kekuatan UU serta aturan pelaksanaannya.

3 tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara


langsung dapat ditunjuk. dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4 digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu


pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
FUNGSI PAJAK

1. Fungsi anggaran (Budgetair) 2. Fungsi mengatur (Regulerend)

pajak berfungsi sebagai salah satu pajak berfungsi sebagai alat


mengatur/melaksanakan kebijaksanaan
sumber dana bagi pemerintah
pemerintah dalam bidang sosial dan
untuk membiayai pengeluaran-
ekonomi.
pengeluarannya.
contoh: pajak yang tinggi dikenakan
terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif
SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan);mengenakan pajak
secara umum dan merata serta disesuaikan kemampuan masing-
masing
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis)
3. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomis);tidak
menggangu kelancaran kegiatan produksi atau perdagangan
sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial);biaya pemungutan
pajak lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN
PAJAK
1. Teori asuransi; negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan
hak rakyatnya. Membayar pajak ibarat sebagai premi asuransi karena
memperoleh jaminan perlindungan.
2. Teori kepentingan; pembagian pajak kepada rakyat didasarkan pada
kepentingan masing-masing orang.
3. Teori daya pikul; beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya
artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing.
Ada dua pendekatan:
a. unsur objektif; melihat besarnya penghasilan yang dimiliki seseorang.
b. unsur subjektif; memperhatikan besarnya kebutuhan yang harus dipenuhi.
contoh: Tuan Ali penghasilan Rp 100 juta dengan status menikah dengan 3
anak sedangkan Tuan Adi penghasilan sama dengan status belum menikah
dan tidak punya tanggungan.
TEORI-TEORI YANG MENDUKUNG PEMUNGUTAN
PAJAK
4. Teori Bakti; dasar keadilan pemungutan terletak pada hubungan
rakyat dengan negaranya. WN yang berbakti sadar bahwa
membayar pajak adalah suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli; Memungut pajak berarti menarik daya beli
rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara.
KEDUDUKAN HUKUM PAJAK
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, hukum pajak mempunyai
kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut:
1. Hukum perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lain.
2. Hukum publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik.
HUKUM PAJAK MATERIIL DAN FORMIL
Hukum pajak mengatur hubungan pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan rakyat sebagai wajib pajak. Ada dua macam hukum pajak:
1. Hukum pajak materiil; memuat norma-norma yang menerangkan
perbuatan, antara lain peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak),
siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang
dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang
pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dengan wajib pajak.
2. Hukum pajak formil; memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan hukum
materiil menjadi kenyataan(cara melaksanakan hukum pajak materiil),
Contoh: KUP. Hukum ini memuat antara lain:
a. tata cara penyelenggaraan penetapan utang pajak
b. hak fiskus mengadakan pengawasan terhadap WP mengenai keadaan,
perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak
c. kewajiban (menyelenggarakan pencatatan/pembukuan) dan hak WP
(mengajukan keberatan/banding)
Jenis Pajak

Pajak

Golongan Sifat Lemb.


Pemungutnya

Pajak Subyektif Pajak


Obyektif

Pajak Langsung pajak tdk Pajak Pusat Pajak


langsung Daerah
PENGELOMPOKKAN PAJAK
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh WP dan tidak dapat
dibebankan/dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:PPh
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh:PPN
2. Menurut Sifatnya
c. Pajak subjektif yaitu pajak berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya(dalam
arti memperhatikan keadaan WP). Contoh: PPh
d. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan
keadaan diri WP. contoh: PPnBM
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
e. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
f. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari pajak provinsi
dan pajak kabupaten/kota.
PAJAK PUSAT
1. Pajak Penghasilan (PPh) UU Nomor 36 Tahun 2008
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM) UU Nomor 42 Tahun 2009
3. Bea Meterai
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PAJAK DAERAH
UU Nomor 28 Tahun 2009

Pajak Provinsi : Pajak Kabupaten/Kota :


a. Pajak Kendaraan Bermotor a. Pajak Hotel
b. Bea Balik Nama Kendaraan b. Pajak Restoran
Bermotor c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
e. Pajak Penerangan Jalan
Bermotor f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
d. Pajak Air Permukaan g. Pajak Parkir
e. Pajak Rokok h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
1. STELSEL PAJAK

1 Stelsel nyata (riel stelsel);pengenaan pajak didasarkan objek(pemungutan


nyata) sehingga pemungutannya baru dilakukan pada akhir tahun pajak).
PPh Pasal 21,23

2 Stelsel anggapan(Fictieve stelsel);pengenaan pajak didasarkan


suatu anggapan yang diatur oleh UU.
PPh Pasal 25

3 Stelsel campuran;kombinasi stelsel nyata dan anggapan.


PPh Pasal 29
2. ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
a. Asas domisili (asas tempat tinggal). Negara berhak
mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang
berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku
untuk wajib pajak dalam negeri (WP DN).
b. Asas sumber. Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa
memerhatikan tempat tinggal WP.
c. Asas kebangsaan; pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara.
3. SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

a. Official assesment system adalah suatu sistem pemungutan


yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak terutang. ciri-cirinya: WP pasif, wewenang
menentukan besarnya pajak pada fiskus, utang pajak setelah
timbul SKP. contoh: PBB
b. Self assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada WP untuk menentukan sendiri
besarnya pajak terutang. ciri-cirinya: WP aktif, wewenang
menentukan besarnya pajak pada WP sendiri dan fiskus tidak ikut
campur(hanya mengawasi). contoh:PPh tahunan
c. Withholding system adalah sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan WP
yang bersangkutan) untuk memotong/memungut pajak terutang
oleh WP. ciri-cirinya:memotong dan memungut pajak pihak ketiga.
TIMBUL DAN HAPUSNYA UTANG PAJAK
1. Ajaran formil; utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus, ajaran ini diterapkan pada official
assesment system.
2. Ajaran materiil;utang pajak timbul karena berlakunya UU.
Seseorang dikenakan pajak karena suatu keadaan dan perbuatan,
ajaran ini diterapkan pada assesment system.

Hapusnya utang pajak disebabkan:


1. pembayaran
2. kompensasi
3. daluwarsa
4. pembebasan dan penghapusan
HAMBATAN PEMUNGUTAN PAJAK
1. Perlawanan pasif; masyarakat enggan membayar pajak yang dapat
disebabkan oleh:
a. perkembangan intelektual dan moral masyarakat
b. sistem perpajakan yang sulit dipahami oleh masyarakat
c. sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

2. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang


dilakukan oleh Wajib Pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak
a. Tax avoidance; usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar UU.
b. Tax evasion; usaha meringankan beban pajak dengan cara
melanggar UU(menggelapkan pajak).
TARIF PAJAK
1. Tarif sebanding/proporsional; tarif berupa presentase yang tetap terhadap
berapapun jumlah pajak yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang
terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. contoh:
penyerahan BKP di dalam daerah pabean akan dikenakan PPN 11%.
2. Tarif tetap; tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. contoh: tarif bea
meterai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai nominal berapapun Rp 10000.
3. Tarif progresif; presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar. contoh: Pasal 17 UU PPh untuk WP DN.
Tarif progesif dibagi 3 menurut kenaikan presentasenya meliputi tarif
progresif progesif(kenaikan presentase semakin besar), tarif progesif
tetap(kenaikan presentase tetap), dan tarif progesif degresif(kenaikan
presentase semakin kecil)
4. Tarif degresif; presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai