Disusun oleh :
Siti Maesaroh
Siti Prihatini
Sri Ayuningsih
Pengertian Pajak
Pajak mempunyai beberap fungsi, sebagai mana dikutip Mardiasmo (2004), yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi anggaran (budgetair), Fungsi ini terletak pada sektor publik, yaitu mengumpulkan uang pajak
sebanyak-banyaknya, sesuai dengan undang-undang yang berlaku untuk membiayai pengeluaran
negara.
b. Fungsi mengatur (regulerend), Fungsi mengatur berarti pajak dijadikan alat bagi pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu, baik dalam bidang ekenomi moneter, sosial, kultural, maupun dalam bidang
politik.
c. Fungsi stabilitas, Dengan adany pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berkaitan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.
d. Fungsi redistribusi, pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat
STRUKTUR PAJAK DI INDONESIA
1. Adil (syarat keadilan). Undang-undang dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus bersifat adil.
Adil dalam perundang-undangan, di antaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta
disesuaikan dengan keamampuan masing-masing.
2. Sesuai dengan undang-undang (syarat yuridis). Hal ini memberikan jaminan hukum untuk
menyatakan keadilan, hak bagi negara maupun warganya yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 23
ayat
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi). Pemungutan tidak boleh mengganggu
kelancaran kegiatan produksi ataupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
4. Efisien (syarat finansial). Biaya pemungutan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil
pemungutannya sesuai dengan fungsi budgeter.
5. Sederhana . Sistem pemungutan yang sedehana akan memudahkan dan mendorong masyarakat
dalam memenuhi kewajiban untuk membayar pajak.
TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK
Penganaan pajak berdasarkan objek (penghasilan) yang nyata sehingga pemungutan dilakukan pada
akhir tahun setelah penghasilan sesungguhnya telah diketahui.
Pengenaan pajak berdasarkan anggapan yang diatur Undang-undang. Misalnya, penghasilan satu tahun
dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya, sehingga besarnya pajak terutang dapat
ditetapkan untuk tahun pajak berjalan.
Pengenaan ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan, pengenaan pajak pada
awal tahun dapat dihitung berdasarkan anggapan dan pada akhir tahun besarnya disesuaikan dengan
keadaan yang sebenarnya .
SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
SUBJEK PAJAK
OBJEK PAJAK
a. diri pribadi atau perseorangan; a. objek pajak pendapatan;
b. warisan yang belum terbagi, b. objek pajak perseroan;
sebagai suatu kesatuan c. objek pajak penghasilan;
menggantikan yang berhak;
d. objek pajak pertambahan nilai;
c. badan yang mempunyai berbagai e. objek pajak kerdaraan bermotor;
bentuk yang sifatnya satu dengan
f. objek bea balik nama kendaraan bermotor;
yang lain berlainan yang berhak
g. objek pajak bumi dan bangunan.
d. bentuk usaha tetap.
Hambatan Dalam Pemungutan Pajak
1) Kesamaan (Equality)
Pemungutan pajak harus adil disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak. Perusahaan
besar dikenakkan pajak yang tinggi, dan perusahaan kecil dikenakkan pajak yang rendah.
2) Prinsip Kepastian (Certainty)
Dalam pemugutan pajak harus jelas, tegas, dan pasti sehingga dipahami wajib pajak.
Dengan demikian, perhitungan dan pengadmini strasian akan menjadi mudah.
3) Prinsip Kelayakan (Convinience)
Pemungutan pajak jangan memberatkan wajib pajak. Misalnnya, seseorang yang sedang
mengalami kerugian sebaiknya tidak usah dibebani pajak tingggi sehingga usanhanya
dapat dipertahankan.
4) Prinsip Ekonomi (Economic)
Prinsip ekonomi dalam pemungutan pajak adalah mempertimbangkan bahwa biaya
pemungutan tidak melebihi hasil pemungutan
Asas-Asas Pemungutan Pajak
a. Teori Asuransi
Menurut teori ini, negara dalam melaksanakan tugas/fungsinya mencakup pula tugas perlindungan terhadap jiwa dan harta
benda perseorangan. Oleh sebab itu, negara bekerja atau bertindak sebagai perusahaan asuransi.
b. Teori Kepentingan
Menurut teori ini, pajak mempunyai hubungan dengan kepentinga individu yang diperoleh dari pekerjaan negara. Semakin
banyak individu mengenyam atau menikmati jasa dari pekerjaan pemerintah, semakin besar pula pajaknya.
Teori ini mengemukakan bahwa semua orang dalam pembebanan pajak harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayarkan
sesuai dengan daya pikul tiap-tiap individu.
Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang atau kelompok yang bergabung dan bekerjasama
dalam bentuk modal yang diwajibkan untuk terlibat dalam ketentuan perpajakan terlepas dari
mereka melakukan usaha atau tidak melakukan usaha. WPB meliputi:
Pajak penghasilan dibagi menjadi berbagai macam sesuai dengan subjek dan objek yang dikenakan, beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pajak Penghasilan Pasal 21
Adalah pemotongan pajak untuk penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.
b. Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan usaha tertentu baik milik pemerintah maupun swasta yang
melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.
c. Pajak Penghasilan Pasal 23
Adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan pasal 21
d. Pajak Penghasilan Pasal 25
Pembayaran berupa angsuran pajak yang berasal dari jumlah pajak penghasilan terutang menurut SPT Tahunan.
Jenis Usaha Yang Dikenakan Pajak