FAKULTAS EKONOMI
WIRA BHAKTI
MAKASSAR
2020
[Type the document title]
September 28, 2020
I
[Type the document title]
September 28, 2020
BAB I
PEMBAHASAN
2.1. Dasar –Dasar Perpajakan
A. Definisi dan Unsur Pajak
Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-
unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak
hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bahkan barang).
2. Berdasarkan undang-undang.pajak dipungut berdasarkan atau
dengankekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tanga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
B. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi anggaran (budgetair). Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber
dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (cregulerend). Pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijasanaan pemerintah dalam bidang
social dan ekonomi.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
C. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hokum, yakni mencapai keadilan, undang-
undang maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam
perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang
adil dalam mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran
mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
1
[Type the document title]
September 28, 2020
2
[Type the document title]
September 28, 2020
Tuan A Tuan B
Penghasilan/bulan Rp 10 juta Rp 10 juta
Status Menikah bujangan
dengan 3 anak
4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletakpada hubungan rakyat
dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat
harus selalumenyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai
suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah
tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara
akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
kepentinganseluruh masyarakat lebih diutamakan.
3
[Type the document title]
September 28, 2020
d. Hukum Pidana
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik.
F. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku
pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum
pajak yakni :
1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara
lain keadaan , perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek
pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar
pajakyang dikenakan (tariff pajak), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan
Wajib Pajak.
2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan
hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak
materiil). Hukum ini memuat antara lain :
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
b. Hak-hak fiscus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib
Pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang
menimbulkan utang pajak
c. Kewajiban Wajib Pajak mislanya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan dan hak-hak Wajib Pajak misalnya
mengajukan keberatan banding.
Contoh : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
G. Pengelompokan Pajak
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada hakikatnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Masuk.
4
[Type the document title]
September 28, 2020
5
[Type the document title]
September 28, 2020
6
[Type the document title]
September 28, 2020
2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang
dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini
diterapkan pada self assessment system.
Hapus utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kadaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan.
K. Tarif Pajak
Ada 4 macam tariff pajak :
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
nominal berapapun adalah Rp 3.000,00.
7
[Type the document title]
September 28, 2020
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
Contoh : pasal 17 Undang-undang Pajak Penhasilan untuk Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp
15%
250.000.000,00
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp
25%
500.000.000,00
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar. Contohnya yaitu seperti bea cukai. Hal
ini dimaksudkan untuk memicu supaya lebih meningkatkan
perdagangan ingternasional (ekspor dan impor). Ketika objek pajak
yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara 0 sampai Rp
25.000.000 maka barang tersebut akan terkena bea cukai sebesar 15%.
Ketika objek pajak yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara
Rp 25.000.000 sampai Rp 50.000.000 maka barang tersebut akan
terkena bea cukai sebesar 12, 5%
8
[Type the document title]
September 28, 2020
9
[Type the document title]
September 28, 2020
10
[Type the document title]
September 28, 2020
11
[Type the document title]
September 28, 2020
s. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5%.
5. Tata Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib
membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen
lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.
Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD),
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).
6. Daluwarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak,
kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.
7. Retribusi Daerah
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah
anatara lain :
a. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah bagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan diberikan ooleh Pemerintah
Daerah unuk kepentingan orang pribadi atau badan.
b. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaaatan
lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
c. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan mum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
d. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sector swasta.
e. Perizinan Tertentu, adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
8. Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi Objek Retribusi Daerah adalah :
12
[Type the document title]
September 28, 2020
a. Jasa Umum
Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Umum. Objek Retribusi jasa Umum adalah pelayanan
yang disediakan atau diberikan pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya vetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Parkirdi Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian dan/atau Penyedotan Kakus
10) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
11) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
12) Retribusi Pelayanan Pendidikan
13) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b. Jasa Usaha
Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Usaha. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah denganmenganut prinsip
komersial yang meliputi :
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal.
2) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan Pesanggarahan Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
c. Perizinan Tertentu
13
[Type the document title]
September 28, 2020
14
[Type the document title]
September 28, 2020
15
[Type the document title]
September 28, 2020
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Fungsi pajak yaitu Fungsi Anggaran dan Fungsi Mengatur.
Pengelompokkan pajak terbagi atas : (1) Menurut golongannya :Pajak
langsung dan Pajak tidak langsung. (2) Menurut sifatnya : Pajak
Subjektif dan Pajak Objektif/. (3) Menurut lembaga pemungutnya :
Pajak Pusat dan Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah dan digunakan untuk mebiayai rumah tangga daerah.
Tarif pajak terdiri atas : (1) Tarif sebanding/proporsional, (2) Tarif Tetap,
(3) Tarif Progresif dan (4) Tarif Degresif.
Hambatan disebabkan oleh 2 yaitu Perlawanan Pasif dan Perlawanan
Aktif.
3.2. Saran
Saran penulis terkait dengan Dasar-Dasar Perpajakan diharapkan kita
lebih memahami dan bisa mengaplikasikan Dasar-dasar perpajakan ini.
Sehingga kita bisa mengerti bagaimana melaksakan kegiatan perpajakan
yang hakikatnya wajib bagi kita sebagai warga negara.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bisa memberikan manfaat
terutama untuk penulis dan juga untuk pembaca. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
16