Anda di halaman 1dari 18

[Type the document title]

PENYAJIAN DATA STATISTIK


MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Statistik semester III

NOVI ANGREINI LAGASIH


201901006

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)

WIRA BHAKTI

MAKASSAR

2020
[Type the document title]
September 28, 2020

I
[Type the document title]
September 28, 2020

BAB I
PEMBAHASAN
2.1. Dasar –Dasar Perpajakan
A. Definisi dan Unsur Pajak
Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-
unsur :
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak
hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bahkan barang).
2. Berdasarkan undang-undang.pajak dipungut berdasarkan atau
dengankekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tanga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
B. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi anggaran (budgetair). Pajak berfungsi sebagai salah satu sumber
dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (cregulerend). Pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijasanaan pemerintah dalam bidang
social dan ekonomi.
Contoh :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
C. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hokum, yakni mencapai keadilan, undang-
undang maupun pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam
perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum dan
merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang
adil dalam mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran
mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)

1
[Type the document title]
September 28, 2020

Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2.


Halinimemberikan jaminan hokum untuk menyatakan keadilan, baik
bagi negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finasiil)


Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah
dari hasil pemungutannya.
System pemungutan pajak harus sederhana
System pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
Contoh :
a. Bea Materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2
macam tarif.
b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tariff,
yaitu 10%.
c. Pajak perseroan untuk badan dan pajak pendapatan untuk
perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh)
yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (orang pribadi).
D. Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Atas dasar apakah negara mempunyai hak untuk memungut pajak?
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi
pemberian hak keapda negara untuk memungut pajak. Teori-teori terebut
antara lain adalah :
1. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena iturakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan
perlindungan dibayar.
2. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar
kepentingan seseorang terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus
dibayar.
3. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk
mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu :

2
[Type the document title]
September 28, 2020

a. Unsur Objektif, dengan melihat besarnya penghasilan atau kekayaan


yang dimiliki oleh seseorang.
b. Unsur Subjektif, dengan memerhatikan besarnya kebutuhan materiil
yang harus dipenuhi.

Tuan A Tuan B
Penghasilan/bulan Rp 10 juta Rp 10 juta
Status Menikah bujangan
dengan 3 anak

Secara objektif, PPh untuk tuan A sama


besarnya dengan tuan B, karena mempunyai penghasilan yang sama
besarnya. Sedangkan secara subjektif, PPh untuk tuan A lebih kecil
dariopada tuan B, karena kebutuhan materiil yang harus dipenuhi tuan
A lebih besar.

4. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletakpada hubungan rakyat
dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat
harus selalumenyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai
suatu kewajiban.
5. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah
tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara
akan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
kepentinganseluruh masyarakat lebih diutamakan.

E. Kedudukan Hukum Pajak


Menurut Prof. Dr. Rochmat Seomitro, S.H., Hukum Pajak mempunyai
kedudukan di antara hokum-hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya.
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut :
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Tata Usaha (Hukum Administratif)
c. Hukum Pajak

3
[Type the document title]
September 28, 2020

d. Hukum Pidana
Dengan demikian kedudukan hukum pajak merupakan bagian dari hukum
publik.
F. Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Formil
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiscus) selaku
pemungut pajak dengan rakyat sebagai Wajib Pajak. Ada 2 macam hukum
pajak yakni :
1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan antara
lain keadaan , perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek
pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar
pajakyang dikenakan (tariff pajak), segala sesuatu tentang timbul dan
hapusnya utang pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan
Wajib Pajak.
2. Hukum pajak formil, memuat bentuk/tata cara untuk mewujudkan
hukum materiil menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak
materiil). Hukum ini memuat antara lain :
a. Tata cara penyelenggaraan (prosedur) penetapan suatu utang pajak.
b. Hak-hak fiscus untuk mengadakan pengawasan terhadap para Wajib
Pajak mengenai keadaan, perbuatan dan peristiwa yang
menimbulkan utang pajak
c. Kewajiban Wajib Pajak mislanya menyelenggarakan
pembukuan/pencatatan dan hak-hak Wajib Pajak misalnya
mengajukan keberatan banding.
Contoh : Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

G. Pengelompokan Pajak
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.
Contoh : Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada hakikatnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Masuk.

4
[Type the document title]
September 28, 2020

3. Menurut lembaga pemungutnya


a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk mebiayai rumah tangga daerah.
Pajak Daeah terdiri atas :
 Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kenderaan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kenderaan Bermotor.
 Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan
Pajak Hiburan.

H. Tata Cara Pemungutan Pajak


1. Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
a. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutan baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel
nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan kekurangan.
Kebaikan stelsel ini bertujuan adalah pajak yang dikenakan lebih
realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak pajak baru dapat
dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).
b. Stelsel Anggapan(fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah
dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kebaikan stelsesl ini adalah pajak dapat dibayar selama
tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada
keaaan yang sesungguhnya.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelse
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka
Wajib Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil
kelebihannya dapat dimintai kembali.

2. Asas Pemungutan Pajak


a. Asas domisili (asas tempat tinggal)

5
[Type the document title]
September 28, 2020

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib


Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang
berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk
Wajib Pajak dalam negeri.
b. Asas sumber
Negara berhak mengenkan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

3. Sistem Pemungutan Pajak


a. Official Assesment System
Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
 Wajib Pajak bersifat pasif.
 Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Ciri-cirinya :
 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
Wajib Pajak sendiri.
 Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
 Fiskus tidka ikut campur dan hanya mengawasi.
c. Withholding System
Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya : wewenang memotong atau memungut pajak yang
terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus dan Wajib
Pajak.

I. Timbul dan Hapus Utang Pajak


Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak :
1. Ajaran Formil
Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus. Ajaran ini diterapkan pada official assessment system.

6
[Type the document title]
September 28, 2020

2. Ajaran Materiil
Utang pajak timbul karena berlakunya undang-undang. Seseorang
dikenai pajak karena suatu keadaan dan perbuatan. Ajaran ini
diterapkan pada self assessment system.
Hapus utang pajak dapat disebabkan beberapa hal :
1. Pembayaran
2. Kompensasi
3. Kadaluwarsa
4. Pembebasan dan penghapusan.

J. Hambatan Pemungutan Pajak


Hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi :
1. Perlawanan Pasif
Masyarakt enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan
antara lain :
a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat.
b. System perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat.
c. System kontrolk tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik.
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang dilakukan
oleh Wajib Pajak dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain :
a. Tax Avoidance, usaha meringankan pajak dengan tidak melanggar
undang-undang.
b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang (menggelapkan pajak).

K. Tarif Pajak
Ada 4 macam tariff pajak :
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh :
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga pajak yang terutang tetap.
Contoh :
Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
nominal berapapun adalah Rp 3.000,00.

7
[Type the document title]
September 28, 2020

3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
Contoh : pasal 17 Undang-undang Pajak Penhasilan untuk Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp
15%
250.000.000,00
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp
25%
500.000.000,00
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
4. Tarif Degresif
Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar. Contohnya yaitu seperti bea cukai. Hal
ini dimaksudkan untuk memicu supaya lebih meningkatkan
perdagangan ingternasional (ekspor dan impor). Ketika objek pajak
yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara 0 sampai Rp
25.000.000 maka barang tersebut akan terkena bea cukai sebesar 15%.
Ketika objek pajak yang ingin di impor atau ekspor berkisaran antara
Rp 25.000.000 sampai Rp 50.000.000 maka barang tersebut akan
terkena bea cukai sebesar 12, 5%

2.2. Pajak Negara dan Pajak Daerah


A. Pajak Negara
Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku adalah :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan adalah Undang-undang No.
7 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang No. 36 Tahun 2008. Undang-undang Pajak Penghasilan berlaku
mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti UU Pajak Perseroan 1925,
UU Pajak Pendapatan 1944, UU PBDR 1940.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPN & PPn BM)
Dasar hukum pengenaan PPN & PPn BM adalah Undang-undang No. 8
Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
No. 42 Tahun 2009. Undang-undang PPN & PPn BM efektif mulai
berlaku sejak tanggal 1 April 1985 dan meruapakan pengganti UU Paak
Penjualan 1951.
3. Bea Materai
Dasar hukum pengenaan Bea Materai adalah Undang-undang No.13
Tahun 1985. Undang-undang Bea Materai berlaku mulai tanggal 1

8
[Type the document title]
September 28, 2020

Januari 1986 menggantikan peraturan dan Undang-undang Bea Materai


yang lama (Aturan Bea Materai 1921).
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dasar hukum pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Undang-
undang No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang No. 12 Tahun 1994. Undang-undang PB berlaku mulai tanggal
1 Januari 1986 dan merupakan pengganti :
a. Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908.
b. Ordonansi Versponding Indonesia tahun 1923.
c. Ordonansi Pajak kekayaan tahun 1932.
d. Ordonansi Versponding tahun 1928.
e. Ordonansi Pajak Jalan tahun 1942.
f. Undang-undang Darurat nomor 11 tahun 1957 khususnya pasal 14
huruf j, k, l.
g. Undang-undang nomor 11Prp : Tahun 1959 Pajak Hasil Bumi.
5. Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dasar hukum pengenaan Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan
adalah Undang-undang No. 21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2000, Undang-undang
BPHTB berlaku sejak tanggal 1 Januari 1998 menggantikan Ordonansi
Bea Balik Nama Staatsblad 1924 No. 291.

B. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


1. Dasar Hukum
Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2. Pajak Daerah
Beberapa pengertian atau istilah yang terkait dengan Pajak Daerah
antara lain :
a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat mamaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
c. Badan, adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan

9
[Type the document title]
September 28, 2020

usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,


perseroan lainnya, Badan Usaha Miliki Negara (BUMN), atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
d. Subjek Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan
Pajak.
e. Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesua idengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah.
3. Jenis Pajak dan Objek Pajak
Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Pajak Provinsi, terdiri dari :
1) Pajak Kenderaan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor
4) Pajak Air permukaan
5) Pajak Rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri :
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7) Pajak Parkir
8) Pajak Air Tanah
9) Pajak Sarang Burung Walet
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
11) Bea Perolehan Ha katas Tanah dan Bangunan
Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi
tidak terbadi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut meruapakan
gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah
kabupaten/kota.
4. Tarif Pajak
Tarif untuk setiap jenis pajak adalah :
a. Tarif Pajak Kenderaan Bermotor pribadi diterpkan sebagai berikut :

10
[Type the document title]
September 28, 2020

1) Untuk kepemilikan Kenderaan Bermotor pertama paling rendah


sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua
persen).
2) Untuk kepemilikan Kenderaan Bermotor kedua dan seterusnya
tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2%
(dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
b. Tarif pajak Kenderaan bermotor angkutan umum, ambulans,
pemadam kebakaran, social keagamaan, lembaga social dan
keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah dan
Kenderaan lain yang ditetapkan dengan peraturan Daerah, ditetapkan
paling rendah sebesar 0,5% dan paling tinggi sebesar 1%.
c. Tarif Pajak Kenderaan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar
0,2%.
d. Tarif Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor ditetapkan paling tinggi
masing-masing sebagai berikut :
1) Penyerahan pertama sebesar 20%.
2) Penyerahan keduan dan seterusnya sebesar 1%.
e. Khusus untuk Kenderaan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling
tinggi masing-masing sebagai berikut :
1) Penyerahan pertama sebesar 0,75%.
2) Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075%.
f. Tarif Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor ditetapkan paling
tinggi sebesar 10%. Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kenderaan
Bermotor untuk bahan bakar kenderaan umum dapat ditetapkan
paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar
Kenderaan Bermotor untuk kenderaan pribadi.
g. Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
h. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10%.
i. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
j. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
k. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35%.
l. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25%.
m. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
n. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling
tinggi sebesar 25%.
o. Tarif Pajak Parkir diteteapkan paling tinggi sebesar 30%.
p. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20%.
q. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar
10%.
r. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan
paling tinggi sebesar 0,3%.

11
[Type the document title]
September 28, 2020

s. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling
tinggi sebesar 5%.
5. Tata Cara Pemungutan Pajak
Pemungutan Pajak dilarang diborongkan. Setiap Wajib Pajak wajib
membayar pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakan berdasarkan penetapan Kepala Daerah dibayar dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen
lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.
Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD),
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).
6. Daluwarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak,
kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.
7. Retribusi Daerah
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah
anatara lain :
a. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah bagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan diberikan ooleh Pemerintah
Daerah unuk kepentingan orang pribadi atau badan.
b. Jasa, adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaaatan
lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
c. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan mum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
d. Jasa Usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sector swasta.
e. Perizinan Tertentu, adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu
guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
8. Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi Objek Retribusi Daerah adalah :

12
[Type the document title]
September 28, 2020

a. Jasa Umum
Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Umum. Objek Retribusi jasa Umum adalah pelayanan
yang disediakan atau diberikan pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya vetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Parkirdi Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian dan/atau Penyedotan Kakus
10) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
11) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
12) Retribusi Pelayanan Pendidikan
13) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b. Jasa Usaha
Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai
Retribusi Jasa Usaha. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah denganmenganut prinsip
komersial yang meliputi :
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal.
2) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan Pesanggarahan Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
c. Perizinan Tertentu

13
[Type the document title]
September 28, 2020

Retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan


sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. Objek Retribusi Perizinan
Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya dalam, barang, prasarana, sarana atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah :
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan
9. Subjek Retribusi Daerah
Subjek Retribusi Daerah adalah sebagai berikut :
1. Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
2. Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.
3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

10. Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi


Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah sebagai berikut :
a. Retribusi Jasa Umum , ditetapkan dengan memerhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek
keadilan dan efektivitas pendendalian atas pelayanan tersebut. Yang
dimaksud dengan biaya di sini meliputi biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga dan biaya modal.
b. Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak, yaitu keuntungan yang diperoleh apabila
pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan
berorientasi pada harga pasar.
c. Retribusi Perizinan Tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup
sebagian atau selurh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan. Yang dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin
di sini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,
penegakkan hukum, penatausahaan dan biaya dampak negative dari
pemberian izin tersebut.
11. Tata Cara Pemungutan Retribusi

14
[Type the document title]
September 28, 2020

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi


Daerah (SKRD) atau dipersamakan berupa karcis, kupon dan kartu
langganan. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat
pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrative
berupa bunga sebesar 2% setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang
tidak atau kuran dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat
Tagihan Retirbusi Daerah (STRD). Penagihan Retribusi terutang
sebagaimana didahului dengan Surat Teguran. Tata cara pelaksanaan
pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
12. Pemanfaatan Retribusi
Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi
diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. Ketentuan mengenai
alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi diutamakan untuk mendanai
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan
yang bersangkutan. Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan
penerimaan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
13. Daluwarsa Penagihan Retribusi
Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi daluwarsa setelah
melampui waktu 3 tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi,
kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.

15
[Type the document title]
September 28, 2020

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Definisi menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang
perubahan ke-empat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 berbunyi
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
 Fungsi pajak yaitu Fungsi Anggaran dan Fungsi Mengatur.
 Pengelompokkan pajak terbagi atas : (1) Menurut golongannya :Pajak
langsung dan Pajak tidak langsung. (2) Menurut sifatnya : Pajak
Subjektif dan Pajak Objektif/. (3) Menurut lembaga pemungutnya :
Pajak Pusat dan Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah dan digunakan untuk mebiayai rumah tangga daerah.
 Tarif pajak terdiri atas : (1) Tarif sebanding/proporsional, (2) Tarif Tetap,
(3) Tarif Progresif dan (4) Tarif Degresif.
 Hambatan disebabkan oleh 2 yaitu Perlawanan Pasif dan Perlawanan
Aktif.

3.2. Saran
Saran penulis terkait dengan Dasar-Dasar Perpajakan diharapkan kita
lebih memahami dan bisa mengaplikasikan Dasar-dasar perpajakan ini.
Sehingga kita bisa mengerti bagaimana melaksakan kegiatan perpajakan
yang hakikatnya wajib bagi kita sebagai warga negara.
Demikian makalah ini dibuat, semoga bisa memberikan manfaat
terutama untuk penulis dan juga untuk pembaca. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

16

Anda mungkin juga menyukai