KUP A
BAB 1 PENGANTAR PAJAK
BAB 2 NPWP, PKP, SPT DAN PEMBAYARAN PAJAK
BAB 3 PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
BAB 4 PENETAPAN DAN KETETAPAN
BAB 5 KETENTUAN KHUSUS
KUP B
BAB 6 PENAGIHAN PAJAK
BAB 7 KEBERATAN, BANDING DAN PENINJAUAN KEMBALI
BAB 8 KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN PAJAK
Dasar Hukum:
Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut Undang-
Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
TAHUN 2009;
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
Peraturan Pelaksanaan UU KUP.
A. PENDAHULUAN
Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut Prof. P.J.A. Adriani (Mansury R. 2002) adalah iuran kepada negara yang dapat
dipaksakan yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan tanpa mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk yang tujuannya untuk digunakan membiayai pengeluaran publik sehubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Salah satu unsur dari definisi tersebut adalah memberikan kepastian hukum adanya pengenaan pajak di
suatu negara kepada masyarakatnya melalui suatu aturan hukum.
Sedangkan menurut Pasal 1 UU KUP dinyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pemahaman akan pengertian pajak di atas merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa
warga negara harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran akan
kewajiban atas pembayaran pajak.
Fungsi Pajak
Pajak mermilik dua macam fungsi, yaitu :
1. Fungsi Penerimaan; Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Pengatur ; Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap barang
mewah, sehingga konsumsi barang mewah dapat ditekan.
B. KETENTUAN UMUM
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8 SPT Masa PPN bagi Pernungut (1107 PUT) Dapat didapatkan di Homepage DJP yaitu:
10 SPTTahunanWPBadanyangdizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris Mencetak/menggandakan sendiri/fotokopi
sendiri dengan bentuk dan isi yang sama
dan mata uang US$ (1771$)
dengan aslinya
11 SPT Tahunan WP OP
(1770 / 1770S / 1770 SS)
12 SPT Tahunan Perpanjangan
(SPT Tahunan Y)
Selain SPT dalam bentuk hardcopy sebagaimana dimaksud di atas terdapat juga SPT dalam bentuk e-
SPT maupun e-Filing.
e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan
menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penyampaian SPT
dalam bentuk elektronik yang selanjutnya disebut penyampaian e-SPT adalah Penyampaian SPT ke
KPP dalam bentuk media elektronik.
e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang
dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP).
Penerimaan SPT
SPT disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Ditjen Pajak. Penyampaian SPT dapat dikirimkan
melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk penyampaian
SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan sepanjang SPT tersebut telah lengkap.
Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan
tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian
SPT yang telah disampaikan sesuai keadaan yang
sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang
kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.
Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Dirjen Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
C. PEMBAYARAN PAJAK
SPT Masa
Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
Sanksi Bunga Pasal 9 ayat (2a) UU KUP:
SPT Tahunan
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan harus
dibayar lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.
Sanksi Bunga Pasal 9 ayat (2b) UU KUP:
Atas pembayaran atau penyetoran yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT
Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung
mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Berikut Tabel beberapa tanggal Jatuh Tempo Penyetoran dan Pelaporan Pajak
BATAS
BATAS PEMBAYARAN
JENIS PEMBAYARAN PELAPORAN
(paling lama)
(paling lama)
PPh Pasal 4 ayat (2) dipotong oleh Pemotong PPh tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar sendiri oleh WP tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri oleh WP tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 21/26 tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b 20 hari s.m.p.b
PPh Pasal 25 (OP/Badan) tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b
PPN dan PPnBM yang terutang dalam Masa Pajak akhir bulan berikutnya s.m.p.b sebelum
SPT Masa PPN disampaikan akhir bulan
PPN atas kegiatan membangun sendiri tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara 7 hari setelah tanggal pelaksanaan 14 hari s.m.p.b
Pengeluaran pembayaran atas penyerahan barang
yang dibiayai dari APBN/D
PPh Pasal 22, PPN/ PPnBM atas impor Dilunasi oleh WP bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/dibebaskan
maka harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor
PPh Ps.22 dan PPN/PPnBM atas impor dipungut satu hari kerja setelah dilakukan pemungutan
DJBC
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Contoh Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)
A. PEMBUKUAN
Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan pembukuan dalam perpajakan:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan
pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
4. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode
pembukuan misalnya dalam penerapan:
a. stelsel pengakuan penghasilan;
b. tahun buku;
c. metode penilaian persediaan; atau
d. metode penyusutan dan amortisasi.
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui
pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan
itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima
dan biaya yang dibayar secara tunai. Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-
benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai
biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.
6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari
Dirjen Pajak.
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun
sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas
B. PEMERIKSAAN
Wajib Pajak yang telah menghitung dan membayar besarnya pajak yang terutang secara benar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, serta melaporkan dalam Surat
Pemberitahuan, tidak perlu diberikan surat ketetapan pajak atau pun Surat Tagihan Pajak.
Namun apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang dihitung dan dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata
melebihi yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terutang
sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.
2. Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut:
a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
Verifikasi;
b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi;
Pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.
Pengertian dari Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain
yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak. Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Ditjen Pajak. (SPPL: Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan)
Berikut ini skema pemeriksaan Lapangan:
Skema pemeriksaan kantor hampir sama, yang membedakan adalah adanya Surat Panggilan dalam
rangka Pemeriksaan Kantor (bukan SPPL) dan tidak adanya kegiatan penyegelan.
II. Dari penelitian/verifikasi/pemeriksaan/pemeriksaan ulang/pemeriksaan bukper1) tersebut diatas, jumlah yang masih harus
dibayar adalah sebagai berikut:
4. Sanksi Administrasi:
1)
a. Denda Pasal 7 KUP Rp/US$
1)
b. Bunga Pasal 8 (2) KUP Rp/US$
1)
c. Bunga Pasal 8 (2a) KUP Rp/US$
1)
d. Bunga Pasal 9 (2a) KUP Rp/US$
1)
e. Bunga Pasal 9 (2b) KUP Rp/US$
f. Bunga Pasal 14 (3) KUP g. 1)
Rp/US$
Bunga Pasal 19 (3) KUP 1)
Rp/US$
h. Jumlah sanksi administrasi (a+b+c+d+e+f+g) Rp/US$ 1)
Terbilang :…………… …… .…………… ……………… …………… ……………… ……………… …………… ……………… ……………… …………… ……… ……………………
Kepala Kantor/
Konsultan Pajak
Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam
rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Izin Praktik Konsultan Pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk. Izin tersebut
ditandai dengan Kartu Izin Praktik sebagai tanda pengenal diri atau identitas sebagai Konsultan Pajak.
Sertifikat Konsultan Pajak sebagai persyaratan untuk menjadi Konsultan Pajak sbb:
1. Sertifikat Konsultan Pajak tingkat A, yaitu Sertifikat Konsultan Pajak yang menunjukkan tingkat
keahlian untuk memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia;
2. Sertifikat Konsultan Pajak tingkat B, yaitu Sertifikat Konsultan Pajak yang menunjukkan tingkat
keahlian untuk memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib
Pajak badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali kepada
Wajib Pajak penanaman modal asing, Bentuk Usaha Tetap, dan Wajib Pajak yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia; dan
Dasar Penagihan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
merupakan dasar penagihan pajak. Berikut disajikan alur penagihan pajak:
No KEGIATAN KETERANGAN
1 SKPKB, SKPKBT, STP, SK Setelah mendapatkan SKPKB, STP atau SKPKB Wajib
Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Pajak mempunyai kesempatan untuk membayar utang
Banding, Putusan Peninjauan pajak tersebut selama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan
Kembali yang mengakibatkan pajak Keputusan tersebut
yang dibayar bertambah
2 Surat Teguran diterbitkan minimal 7 Jika Wajib Pajak tidak membayar utang pajak tersebut,
hari setelah tanggal jatuh tempo maka Dirjen Pajak akan mengeluarkan Surat Teguran yang
SKPKB, STP, SKPKBT berjangka waktu 21 hari yang harus dilunasi Wajib Pajak
dalam jangka waktu tersebut, apabila tidak dilunasi dalam
jangka waktu tersebut maka akan diterbitkan Surat Paksa
3 Surat Paksa (SP) Jika Wajib Pajak tetap tidak membayar pajaknya setelah
dikeluarkan Surat Paksa, maka akan dikelurkan SPMP
dalam waktu 2 x 24 jam.
4 Surat Perintah Melakukan Penyitaan Jurusita Pajak akan melakukan penyitaan terhadap barang
(SPMP) milik Wajib Pajak senilai dengan utang pajaknya. Apabila
sampai diterbitkannya SPMP Wajib Pajak tidak membayar
pajaknya, maka KPP akan melakukan pengumuman lelang
paling cepat 14 hari.
5 Pengumuman Lelang KPP akan melakukan pengumuman lelang pada media
massa dalam jangka waktu 14 hari, apabila dalam jangka
waktu tersebut tidak juga dilunasi oleh Wajib Pajak maka 14
hari kemudian akan dilakukan penjualan secara lelang.
6 Penjualan secara lelang Lelang diusahakan dilakukan di tempat Wajib Pajak dan
dilakukan secara terbuka
7 Pemblokiran dan Penyitaan harta Pemblokiran diberitahukan Kepada pimpinan tempat harta
kekayaan penanggung pajak yang kekayaaan tersimpan disertai salinan SP dan SPMP
tersimpan pada bank dalam rangka Dilakukan dalam rangka penagihan pajak dengan Surat
penagihan pajak dengan surat paksa Paksa.
Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat berwenang:
a. mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak;
b. menerbitkan:
c. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
d. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
e. Surat Paksa;
f. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
g. Surat Perintah Penyanderaan;
h. Surat Pencabutan Sita;
i. Pengumuman Lelang;
j. Surat Penentuan Harga Limit;
k. Pembatalan Lelang; dan
l. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.
Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain
atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
a. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau
surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan/atau
b. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.
Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan,
pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat
kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain.
Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
a. pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya;
b. persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang
berada di rumah;
c. perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
d. buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang
dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
e. peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha
sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); atau
f. peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi
tanggungannya.
Lelang
Apabila utang pajak dan/atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat
berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang.
Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan
dari penjualan secara lelang.
Barang yang disita digunakan untuk membayar biaya penagihan pajak dan utang pajak dengan cara:
a. uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah;
b. deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu, dipindahbukukan ke Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada
Bank yang bersangkutan;
c. obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa
efek atas permintaan Pejabat;
d. obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera
dijual oleh Pejabat;
e. piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Penanggung
Pajak kepada Pejabat;
f. penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan pengalihan hak menjual dari
Penanggung Pajak kepada Pejabat.
Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang, biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari
hasil penjualan.
Pelaksanaan Lelang
1. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang dilaksanakan paling
singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.
2. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang tidak bergerak
dilakukan 2 (dua) kali.
3. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa.
4. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan lelang kepada
Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.
5. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau
tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani asli Risalah Lelang.
6. Pejabat dan Jurusita Pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
7. Larangan terhadap Pejabat dan Jurusita Pajak untuk membeli barang sitaan yang dilelang, berlaku
juga terhadap istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.
a. Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebesar Rp10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008, dengan batas akhir pelunasan
tanggal 6 November 2008. Jumlah pembayaran sampai dengan tanggal 6 November 2008
Rp6.000.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dengan
perhitungan sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp10.000.000,00
Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan = Rp 6.000.000,00(-)
Kurang dibayar = Rp 4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp4.000.000,00) = Rp 80.000,00
b. Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana tersebut pada huruf a, Wajib
Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada tanggal 3 Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember
2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi administrasi berupa bunga dihitung sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp10.000.000,00
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan = Rp10.000.000,00
Kurang dibayar = Rp 0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00) = Rp 200.000,00
Hak Mendahului
Negara mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang milik Penanggung Pajak. Penanggung
Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
PENCEGAHAN
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar
dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak.
2. Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh
Menteri atas permintaan Pejabat atau atasan Pejabat yang bersangkutan. Keputusan pencegahan
memuat sekurang-kurangnya:
a. identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;
b. alasan untuk melakukan pencegahan; dan
c. jangka waktu pencegahan.
3. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya
6 (enam) bulan.
4. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan,
Menteri Kehakiman, Pejabat yang memohon pencegahan, atasan Pejabat yang bersangkutan, dan
Kepala Daerah setempat.
5. Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung Pajak Wajib Pajak
badan atau ahli waris.
Pencegahan dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
PENYANDERAAN
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan
menempatkannya di tempat tertentu.
Ketentuan Penyanderaan sbb:
1. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak.
2. Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan
oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Surat
Perintah Penyanderaan memuat sekurang-kurangnya :
a. identitas Penanggung Pajak;
b. alasan penyanderaan;
c. izin penyanderaan;
d. lamanya penyanderaan; dan
Gugatan
1. Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak
(Pengadilan Pajak).
2. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak dikabulkan, Penanggung Pajak dapat memohon pemulihan
nama baik dan ganti rugi kepada Pejabat. Besarnya ganti rugi paling banyak Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah). Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri atau Keputusan
Kepala Daerah.
3. Gugatan Penanggung Pajak diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang dilaksanakan.
4. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan hak kepada Penanggung Pajak untuk mengajukan
gugatan kepada badan peradilan pajak dalam hal Penanggung Pajak tidak setuju dengan
pelaksanaan penagihan pajak yang meliputi pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan atau Pengumuman Lelang.
5. Permohonan ganti rugi diajukan oleh Penanggung Pajak yang gugatannya dikabulkan kepada Pejabat
tempat pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang
dilakukan. Pemulihan nama baik dan ganti rugi yang diberikan hanya dalam bentuk uang.
6. Jangka waktu 14 (empat belas) hari untuk mengajukan gugatan terhadap Surat Paksa dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak, untuk Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan dihitung sejak pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan untuk Pengumuman Lelang
dihitung sejak diumumkan.
Yth,
Nama : ................................
NPWP : ................................
Alamat : ................................
TEGURAN
Nomor.......... /WPJ........... /KP.......... /20...
Menurut tata usaha kami hingga saat ini Saudara masih mempunyai tunggakan pajak sebagai berikut :
Nomor & tanggal STP/SKPKB/SKPKBT/ S K. Jumlah
Jenis Tahun Tanggal jatuh tempo
Pembetulan/ SK.Keberatan/ Putusan tunggakan pajak
Pajak Pajak pembayaran
Banding *) (Rp)
Jumlah Rp.
(......................................................................................................................................................... )
Untuk mencegah tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 19
Tahun 2000 (UU PPSP) maka diminta kepada Saudara agar melunasi jumlah tunggakan pajak dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran ini.
Dalam hal Saudara telah melunasi tunggakan pajak tersebut di atas, dimohon agar Saudara segera melaporkan
kepada kami (Seksi Penagihan).
......................,.................20....
Kepala Kantor,
.......................................
NIP
PERHATIAN
S.5.0.23.04
Berdasarkan ketentuan yang tercanturn dalam Pasal 20 Undang -undang Nornor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah temkhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2000 dan Pasal 6 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, dengan ini diperintahkan kepada:
NPWP : .............................................................................................
Alamat : .............................................................................................
Jumlah Rp.
(.........................................................................................................................................................)
......................,.................20....
Kepala Kantor,
.......................................
NIP
S.5.0.23.05
SURAT PAKSA
Nomor........../WPJ........../KP........../20...
Menimbang bahwa :
Jenis Tahun Nomor & tanggal STP/SKPKB/SKPKBT/ SK. Jumlah tunggakan pajak
Pajak Pajak Pembetulan/ SK. Keberatan/ Putusan Banding *) (Rp)
Jumlah Rp.
(.........................................................................................................................................................)
Dengan ini :
1. memerintahkan Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk membayar jumlah tunggakan pajak tersebut ke
Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro, ditambah dengan biaya penagihan dalam waktu 2 (dua) kali dua
puluh empat jam sesudan pemberitahuan Surat Paksa ini.
2. memerintahkan kepada Jurusita Pajak yang melaksanakan Surat Paksa ini atau Jurusita Pajak lain yang
ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan Surat Paksa untuk melakukan penyitaan atas barng-barang milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam Surat Paksa ini
tidak dipenuhi.
Ditetapkan di
PERHATIAN pada tanggal
S.5.0.23.06
Pada hari ini ............ tanggal ............... bulan .......... tahun ............... atas permintaan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang memilih tempat kedudukan di Kantor Pelayanan Pajak .......... di ....................., saya,
Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak …………… bertempat kedudukan di ......................
Saya, Jurusita Pajak, telah menyerahkan salinan Surat ini kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan saya
lakukanditempat tinggal/kedudukan orang yang menanggung pajak.
.................................. ..................................
Jabatan NIP
F.5.0.77.81
A. KEBERATAN
Syarat Permohonan Keberatan
Pengajuan keberatan harus mengacu pada ketentuan sbb:
1. diajukan hanya kepada Dirjen Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang,
jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak
dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan.
3. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
4. dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi
pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, bukan merupakan surat keberatan sehingga
tidak dipertimbangkan.
Hak WP
Wajib Pajak diberi hak untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai
keberatannya. Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak tersebut, proses keberatan tetap dapat
diselesaikan.
Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dalam
proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat
pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya.
Contoh 1:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Contoh 2:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00
Contoh 3:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaa = Rp 30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00
C. PENINJAUAN KEMBALI
Permohonan peninjauan kembali Ke Mahkamah Agung hanya dapat diajukan berdasarkan alasan sbb:
1. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana dinyatakan palsu;
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui
pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda;
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali yang
diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c UU Pengadilan Pajak (UU No 14 tahun 2002);
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
atau
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut
pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen)
dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan pajak
atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi
pidana.
Dengan adanya sanksi pidana, diharapkan tumbuhnya kesadaran WP untuk mematuhi kewajiban
perpajakan seperti yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kealpaan yang dimaksud dalam pasal ini berarti tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.