Anda di halaman 1dari 52

DAFTAR ISI

KUP A
BAB 1 PENGANTAR PAJAK
BAB 2 NPWP, PKP, SPT DAN PEMBAYARAN PAJAK
BAB 3 PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
BAB 4 PENETAPAN DAN KETETAPAN
BAB 5 KETENTUAN KHUSUS

KUP B
BAB 6 PENAGIHAN PAJAK
BAB 7 KEBERATAN, BANDING DAN PENINJAUAN KEMBALI
BAB 8 KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN PAJAK

Dasar Hukum:
 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut Undang-
Undang KUP adalah Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
TAHUN 2009;

 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

 Peraturan Pelaksanaan UU KUP.

MODUL BREVET KUP 1


BAB I
PENGANTAR PAJAK

A. PENDAHULUAN

Pengertian Pajak
Definisi Pajak menurut Prof. P.J.A. Adriani (Mansury R. 2002) adalah iuran kepada negara yang dapat
dipaksakan yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan tanpa mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk yang tujuannya untuk digunakan membiayai pengeluaran publik sehubungan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Salah satu unsur dari definisi tersebut adalah memberikan kepastian hukum adanya pengenaan pajak di
suatu negara kepada masyarakatnya melalui suatu aturan hukum.
Sedangkan menurut Pasal 1 UU KUP dinyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pemahaman akan pengertian pajak di atas merupakan hal penting untuk dapat memahami mengapa
warga negara harus membayar pajak. Dari pemahaman inilah diharapkan muncul kesadaran akan
kewajiban atas pembayaran pajak.

Fungsi Pajak
Pajak mermilik dua macam fungsi, yaitu :
1. Fungsi Penerimaan; Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Pengatur ; Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap barang
mewah, sehingga konsumsi barang mewah dapat ditekan.

Kedudukan Hukum Pajak


Kewenangan pemungutan pajak berada pada Pemerintah sebagaiman diatur dalam Pasal 23A Undang-
undang Dasar 1945 (Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang). Oleh karena itu, segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat
sebagai contoh pajak harus ditetapkan dengan undang-undang yang telah mendapatkan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Jenis dan Sistem Pemungutan Pajak


1. Menurut Sifatnya
a. Pajak langsung : pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi
harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.

MODUL BREVET KUP 2


Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung : pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sasaran/Objeknya
Pembagian pajak ini dimaksudkan untuk pembedaan berdasarkan prinsip:
a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya
dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
3. Menurut Pemungutnya
a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat. Contoh: Pajak Penghasilan, PPN dan PPnBM
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: pajak reklame, pajak hotel, pajak restoran dan lain-lain.
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi:
1. Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang.
2. Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
3. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut atau
memotong besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

B. KETENTUAN UMUM
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

MODUL BREVET KUP 3


4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan
dalam Undang-Undang ini.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan
tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam
Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
11. SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
12. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
13. SPT Tahunan adalah SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat
pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
15. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.

MODUL BREVET KUP 4


20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah
dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam
tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut,
ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah
dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak
yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian
khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda
yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan
data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT
dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat PNS tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat

MODUL BREVET KUP 5


Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak
atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan
Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan
kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Dirjen Pajak terhadap Putusan Banding atau
Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan jumlah
imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal disampaikan
secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara
langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima
secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung.

C. KANTOR PELAYANAN PAJAK

MODUL BREVET KUP 6


BAB 2
NPWP, PKP, SPT,
DAN PEMBAYARAN PAJAK

A. NPWP DAN PENGUKUHAN PKP


Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self assessment" (menghitung, memperhitungkan, membayar
dan melapor sendiri) wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai
Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang terdiri dari 15
digit. Contoh NPWP : 02.345.678.9.609.000.
Kode administrasi WP adalah 9 digit pertama, kode KPP untuk 3 digit berikutnya dan kode cabang untuk 3
digit terakhir.

Gb. Kartu NPWP

Kewajiban Pendaftaran dan Pelaporan Usaha


1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan
kepadanya diberikan NPWP.
Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak
dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dan perubahannya.
Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan
ketentuan UU PPh dan perubahannya.
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis
berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta.

MODUL BREVET KUP 7


Wanita kawin selain tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib
Pajak atas namanya sendiri agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.
2. Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha,
dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
3. Dirjen Pajak dapat menetapkan:
a. tempat pendaftaran dan/atau tempat pelaporan usaha selain yang ditetapkan pada angka 1 dan
angka 2; dan/atau
b. tempat pendaftaran pada kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
dan tempat kegiatan usaha dilakukan, bagi Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu.
4. Dirjen Pajak menerbitkan NPWP dan/atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
apabila Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaksanakan kewajiban pada angka 1
dan/atau angka 2.
Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau yang
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Tempat Pendaftaran/Pelaporan Usaha WP Tertentu


Wajib Pajak tertentu dan atau Pengusaha Kena Pajak tertentu sbb:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. penanaman modal asing tertentu;
c. bentuk usaha tetap dan orang asing tertentu;
d. perusahaan masuk bursa tertentu, termasuk badan-badan khusus (self regulatory organization)
yang didirikan dan beroperasi di bursa berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal serta perusahaan-perusahaan tertentu lainnya yang melakukan kegiatan usaha di
Pasar Modal;
e. perusahaan besar tertentu;
f. orang pribadi tertentu.
mendaftarkan diri dan atau melaporkan usaha di KPP khusus yaitu di KPP PMA, KPP Badan dan
Orang Asing, KPP Perusahaan Masuk Bursa serta di KPP WP Besar dan KPP Madya.
Tempat mendaftarkan diri dan atau melaporkan usaha selain Wajib Pajak tertentu di atas adalah di KPP
Pratama yang tersebar di wilayah Indonesia.

Tata Cara Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP


1. Persyaratan NPWP Orang Pribadi yg tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
penghasilannya di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak:
a. fotokopi KTP bagi Warga Negara Indonesia; atau

MODUL BREVET KUP 8


b. fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap
(KITAP), bagi Warga Negara Asing
2. Persyaratan NPWP Orang Pribadi yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas:
a. fotokopi KTP bagi Warga Negara Indonesia, atau fotokopi paspor, fotokopi Kartu Izin Tinggal
Terbatas (KITAS) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP), bagi Warga Negara Asing, dan fotokopi
dokumen izin kegiatan usaha yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau surat
keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari Pejabat Pemerintah Daerah
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/
bukti pembayaran listrik; atau
b. fotokopi e-KTP bagi Warga Negara Indonesia dan surat pernyataan di atas meterai dari Wajib
Pajak orang pribadi yang menyatakan bahwa yang bersangkutan benar-benar menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas.
3. Persyaratan NPWP untuk WP Badan:
a. fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam
negeri, atau surat keterangan penunjukan dari kantor pusat bagi bentuk usaha tetap;
b. fotokopi Kartu NPWP salah satu pengurus, atau fotokopi paspor dan surat keterangan tempat
tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal
penanggung jawab adalah WNA; dan
c. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang atau
surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah
atau Kepala Desa atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik.
4. Persyaratan NPWP untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong:
a. Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan;
b. Fotocopy KTP
5. Persyaratan NPWP untuk Wajib Pajak badan yang hanya memiliki kewajiban perpajakan sebagai
pemotong dan/atau pemungut pajak, termasuk Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation):
a. fotokopi Perjanjian Kerjasama/Akte Pendirian sebagai Joint Operation;
b. fotokopi Kartu NPWP masing-masing anggota Joint Operation yang diwajibkan untuk memiliki
NPWP;
c. fotokopi Kartu NPWP orang pribadi salah satu pengurus perusahaan anggota Joint Operation, atau
fotokopi paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam hal penanggung jawab adalah Warga Negara Asing; dan
d. fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya Lurah atau Kepala Desa.

Wajib Pajak Pindah


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pindah secara elektronik dengan mengisi Formulir Pemindahan
Wajib Pajak pada Aplikasi e-Registration yang tersedia pada laman www.pajak.go.id. Wajib Pajak harus

MODUL BREVET KUP 9


mengirimkan dokumen yang disyaratkan ke KPP Lama atau dengan cara mengunggah (upload) salinan
digital (softcopy) dokumen melalui Aplikasi e-Registration.
WP Non Efektif
Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak non efektif sehingga dikecualikan dari pengawasan
rutin oleh KPP apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas tetapi secara nyata
tidak lagi menjalankan kegiatan usaha atau tidak lagi melakukan pekerjaan bebas;
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di luar negeri lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan dan tidak bermaksud meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
d. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penghapusan dan belum diterbitkan keputusan;atau
e. Wajib Pajak yang tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif tetapi belum
dilakukan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Wajib Pajak non efektif, tidak wajib menyampaikan SPT dan
tidak dikenai sanksi administrasi berupa denda.

Penghapusan NPWP dan Pencabutan PKP


Penghapusan NPWP dilakukan oleh Dirjen Pajak apabila:
a. diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh Wajib Pajak dan/atau ahli warisnya apabila Wajib
Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan;
b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
d. dianggap perlu oleh Dirjen Pajak untuk menghapuskan NPWP dari Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan penghapusan
NPWP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk
Wajib Pajak badan, sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukan:
1. Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat melakukan pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
2. Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan keputusan atas permohonan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.
Masa Pajak
Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.

MODUL BREVET KUP 10


B. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)
Jenis dan Tempat Pengambilan SPT adalah sbb:

No JENIS SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TEMPAT PENGAMBILAN

1 SPT Masa PPh Pasal 21/26 a. Kantor Pelayanan Pajak (KPP);


2 SPT Masa PPh Pasal 22 b. Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
3 SPT Masa PPh Pasal 23/26 Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
4 SPT Masa PPh Pasal 25 c. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
5 SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) Pajak (Kanwil DJP);
6 SPT Masa PPh Pasal 15 d. Kantor Pusat DJP ; atau
7 SPT Masa PPN (1111)

8 SPT Masa PPN bagi Pernungut (1107 PUT) Dapat didapatkan di Homepage DJP yaitu:

9 SPT Tahunan PPh WP Badan (1771) http://www.pajak.go.id

10 SPTTahunanWPBadanyangdizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam Bahasa Inggris Mencetak/menggandakan sendiri/fotokopi
sendiri dengan bentuk dan isi yang sama
dan mata uang US$ (1771$)
dengan aslinya
11 SPT Tahunan WP OP
(1770 / 1770S / 1770 SS)
12 SPT Tahunan Perpanjangan
(SPT Tahunan Y)

Selain SPT dalam bentuk hardcopy sebagaimana dimaksud di atas terdapat juga SPT dalam bentuk e-
SPT maupun e-Filing.
 e-SPT adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan
menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Penyampaian SPT
dalam bentuk elektronik yang selanjutnya disebut penyampaian e-SPT adalah Penyampaian SPT ke
KPP dalam bentuk media elektronik.

 e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan yang
dilakukan secara on-line yang real time melalui Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service
Provider (ASP).

MODUL BREVET KUP 11


Contoh SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

MODUL BREVET KUP 12


Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus dan
KPP di lingkungan Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar wajib menyampaikan SPT dalam bentuk e-SPT
maupun e-Filing.
Pengisian SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikannya ke kantor pajak tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.
WP yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
Penyampaian SPT
1. Batas waktu penyampaian SPT adalah:
a. untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan
setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir Tahun Pajak.
2. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Dirjen Pajak.
3. Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang dalam 1 (satu)
Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang.
4. SPT dianggap tidak disampaikan apabila:
a. SPT tidak ditandatangani;
b. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen;
c. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
d. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan
pajak.
Dikecualikan dari kewajiban penyampaian SPT adalah Wajib Pajak PPh tertentu sbb:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan
neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak : Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 dan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan
bebas. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan
Pasal 25.
Kelengkapan SPT
1. SPT Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

MODUL BREVET KUP 13


2. Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan.
3. SPT Tahunan WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
4. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT, SPT
dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.

Penerimaan SPT
SPT disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Ditjen Pajak. Penyampaian SPT dapat dikirimkan
melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Tanda bukti dan tanggal pengiriman surat untuk penyampaian
SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan sepanjang SPT tersebut telah lengkap.

Sanksi Administrasi berupa Denda (Pasal 7 UU KUP)


Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan, dikenai sanksi administrasi berupa
denda:
Rp. 500.000,00 : SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
Rp. 100.000,00 : SPT Masa lainnya
Rp. 100.000,00 : SPT Tahunan WP OP
Rp. 1.000.000,00 : SPT Tahunan WP Badan
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tidak dilakukan terhadap:
a. WP OP yang telah meninggal dunia;
b. WP OP yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
c. WP OP yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pembetulan SPT (beserta sanksi administrasi bunga Pasal 8)



Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan
 pemeriksaan.

Dalam hal pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih
 bayar, pembetulan SPT harus disampaikan paling
 lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi
 lebih
besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan

MODUL BREVET KUP 14


atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi
lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
 sampai dengan
 tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai
adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap
ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak
dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai
pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi

 berupa denda sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.


Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan
tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian
 SPT yang telah disampaikan sesuai keadaan yang
 sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang
kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.

Wajib Pajak dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan
Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Dirjen Pajak belum
 melakukan tindakan pemeriksaan.

C. PEMBAYARAN PAJAK

SPT Masa
Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang
untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.
Sanksi Bunga Pasal 9 ayat (2a) UU KUP:

MODUL BREVET KUP 15


Pembayaran atau penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau
penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan yang dihitung dari
tanggal jatuh tempo pembayaran s.d tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

SPT Tahunan
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan harus
dibayar lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.
Sanksi Bunga Pasal 9 ayat (2b) UU KUP:
Atas pembayaran atau penyetoran yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT
Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung
mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

STP / SKP / Putusan


Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus
dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan dapat
diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan.

Mengangsur / Menunda Pembayaran


1. Dirjen Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran paling lama 12 (dua belas) bulan.
2. Permohonan harus diajukan paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum saat jatuh tempo pembayaran
utang pajak berakhir disertai alasan dan jumlah pembayaran pajak yang dimohon diangsur atau ditunda.
3. Dirjen Pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan berupa menerima seluruhnya, menerima
sebagian, atau menolak, paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan.
4. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat, Dirjen Pajak tidak memberi
suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak dianggap diterima.

Surat Setoran Pajak (SSP)


1. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
2. Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh Pejabat
kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi.
3. Terhitung mulai 1 Januari 2016, Bank/Pos Persepsi melayani pembayaran pajak secara online (e-
billing).

MODUL BREVET KUP 16


Bank Persepsi
 Bank Persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran
penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam
negeri, dan penerimaan negara bukan pajak.

 Devisa Persepsi adalah Bank Devisa yang menerima setoran penerimaan negara dalam rangka
ekspor dan impor;

 Bank Tunggal adalah Bank Indonesia yang mengelola penerimaan dan pengeluaran yang
membebani rekening Kas Negara.

 Bank Operasional I adalah Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk mengelola
penerimaan dan pengeluaran yang membebani Rekening Kas Negara, dalam daerah dimana tidak
terdapat Bank Indonesia.
Penunjukan sebagai Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berlaku
baik bagi Kantor Pusat maupun seluruh cabang-cabang Bank yang bersangkutan.

Berikut Tabel beberapa tanggal Jatuh Tempo Penyetoran dan Pelaporan Pajak
BATAS
BATAS PEMBAYARAN
JENIS PEMBAYARAN PELAPORAN
(paling lama)
(paling lama)
PPh Pasal 4 ayat (2) dipotong oleh Pemotong PPh tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dibayar sendiri oleh WP tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 15 yang dibayar sendiri oleh WP tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 21/26 tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 23/26 tgl 10 bulan berikutnya s.m.p.b 20 hari s.m.p.b
PPh Pasal 25 (OP/Badan) tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b

PPN dan PPnBM yang terutang dalam Masa Pajak akhir bulan berikutnya s.m.p.b sebelum
SPT Masa PPN disampaikan akhir bulan
PPN atas kegiatan membangun sendiri tgl 15 bulan berikutnya s.m.p.b berikutnya s.m.p.b
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara 7 hari setelah tanggal pelaksanaan 14 hari s.m.p.b
Pengeluaran pembayaran atas penyerahan barang
yang dibiayai dari APBN/D
PPh Pasal 22, PPN/ PPnBM atas impor Dilunasi oleh WP bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/dibebaskan
maka harus dilunasi saat penyelesaian dokumen pemberitahuan
pabean impor
PPh Ps.22 dan PPN/PPnBM atas impor dipungut satu hari kerja setelah dilakukan pemungutan
DJBC

Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

(s.m.p.b : setelah masa pajak berakhir)

MODUL BREVET KUP 17


Ketentuan tambahan:
- Pelaporan PPh Pasal 21/26 yang dipotong tetap berlaku dalam hal jumlah PPh Pasal 21/26 yang dipotong
pada bulan yang bersangkutan nihil.
- Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 dan telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal validasi.
- Wajib Pajak dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 Nihil atau angsuran PPh Pasal 25 dalam bentuk satuan
mata uang selain rupiah atau yang melakukan pembayaran tidak secara on-line dan tidak mendapat validasi
dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara, tetap harus menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Contoh Kode Akun Pajak (KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS)

Jenis Pajak KAP KJS Keterangan

411121 100 Masa PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 411121 300 STP PPh Pasal 21
411121 310 SKPKB PPh Pasal 21
411124 100
Masa PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 411124 103 PPh Pasal 23 atas Royalti
411124 104 PPh Pasal 23 atas Jasa
411125 100
PPh Pasal 25/29 Orang Masa PPh Pasal 25 Orang Pribadi
Pribadi
411125 200 Tahunan PPh Orang Pribadi
411126 100 Masa PPh Pasal 25 Badan
PPh Pasal 25/29 Badan
411126 200
Tahunan PPh Badan
411128 403 Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
PPh Final
Pasal 4 ayat (2) 411128 409 Jasa Konstruksi

411128 420 WP yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu berdasarkan


PP No 46 tahun 2013

MODUL BREVET KUP 18


BAB 3
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

A. PEMBUKUAN
Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan pembukuan dalam perpajakan:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak
badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
2. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan
pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak
orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
4. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun
sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dalam metode
pembukuan misalnya dalam penerapan:
a. stelsel pengakuan penghasilan;
b. tahun buku;
c. metode penilaian persediaan; atau
d. metode penyusutan dan amortisasi.
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui
pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak tergantung kapan penghasilan
itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima
dan biaya yang dibayar secara tunai. Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan apabila benar-
benar telah diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai
biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.

6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari
Dirjen Pajak.
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan tahun-tahun
sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas

MODUL BREVET KUP 19


/ akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun, perubahan
metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak.
Perubahan metode pembukuan harus diajukan kepada Dirjen Pajak sebelum dimulainya tahun buku
yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang
mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Contoh:
Wajib Pajak da!am tahun 2012 menggunakan metode penyusutan "garis lurus atau straight line
method. Jika da!am tahun 2013 Wajib Pajak bermaksud mengubah metode penyusutan aktiva dengan
menggunakan metode penyusutan saldo menurun, Wajib Pajak harus minta persetujuan terlebih
dahulu kepada Dirjen Pajak yang diajukan sebelum dimulainya tahun buku 2013 dengan menyebutkan
alasan dilakukannya perubahan metode penyusutan dan akibat dari perubahan tersebut.
Tahun Pajak adalah sama dengan tahun kalender kecuali Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang
tidak sama dengan tahun kalender. Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama
dengan tahun kalender, penyebutan Tahun Pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang di
dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih.
Contoh:
a. Tahun buku 1 Juli 2012 s.d. 30 Juni 2013 adalah Tahun Pajak 2012.
b. Tahun buku 1 April 2012 s.d. 31 Maret 2013 adalah Tahun Pajak 2012.
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
Pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia,
misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undang perpajakan
menentukan lain.
8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
9. Pencatatan sebagaimana poin (2) terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Wajib Pajak orang pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi
wajib menyelenggarakan pencatatan adalah :
a. Wajib Pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto; dan
b. Wajib Pajak OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Bagi Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan
harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha
yang bersangkutan. Wajib Pajak Orang pribadi tersebut juga harus menyelenggarakan pencatatan
atas harta dan kewajiban.
10. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program

MODUL BREVET KUP 20


aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

B. PEMERIKSAAN
Wajib Pajak yang telah menghitung dan membayar besarnya pajak yang terutang secara benar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, serta melaporkan dalam Surat
Pemberitahuan, tidak perlu diberikan surat ketetapan pajak atau pun Surat Tagihan Pajak.

Namun apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang dihitung dan dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan biaya ternyata
melebihi yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terutang
sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan.

Ruang Lingkup Pemeriksaan


1. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dalam hal
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, selain yang
mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1);
b. Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
c. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi;
d. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
e. Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau karena
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap;
f. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko; atau
g. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko.

2. Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dilakukan dengan kriteria antara lain sebagai berikut:
a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara
Verifikasi;
b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak selain yang dilakukan berdasarkan Verifikasi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai tata cara Verifikasi;

MODUL BREVET KUP 21


c. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain yang dilakukan
berdasarkan Verifikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai tata cara Verifikasi;
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
f. pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
b. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
c. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
d. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau
e. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor.
Pengertian dari Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain
yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak. Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
kantor Ditjen Pajak. (SPPL: Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan)
Berikut ini skema pemeriksaan Lapangan:

Skema pemeriksaan kantor hampir sama, yang membedakan adalah adanya Surat Panggilan dalam
rangka Pemeriksaan Kantor (bukan SPPL) dan tidak adanya kegiatan penyegelan.

MODUL BREVET KUP 22


BAB 4
PENETAPAN DAN KETETAPAN

A. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)


Pada Pasal 14 UU KUP, Surat Tagihan Pajak (STP) dapat diterbitkan dalam hal:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung;
b. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;
c. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur
pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan
perubahannya, selain:
1) identitas pembeli sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat 5 huruf b UU PPN 1984 dan
perubahannya; atau
2) identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan
oleh PKP pedagang eceran;
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STP sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama
24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.
Terhadap pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d, huruf e, atau
huruf f masing-masing, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak.
Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf g dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal
penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.Terhadap STP dapat
dilakukan tindakan penagihan dengan Surat Paksa karena kekuatan hukum STP sama dengan surat
ketetapan pajak.

MODUL BREVET KUP 23


Contoh STP PPh
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK
.....................................

SURAT TAGIHAN PAJAK


PAJAK PENGHASILAN

Nomor : Tanggal Penerbitan :


Masa/Tahun Pajak : Tanggal Jatuh Tempo :

I. Telah dilakukan penelitian/verifikasi/pemeriksaan/pemeriksaan ulang/pemeriksaan bukper1) atas pelaksanaan kewajiban Pajak


Penghasilan:

Nama Wajib Pajak :


NPWP :

II. Dari penelitian/verifikasi/pemeriksaan/pemeriksaan ulang/pemeriksaan bukper1) tersebut diatas, jumlah yang masih harus
dibayar adalah sebagai berikut:

1. Angsuran Pajak/Pokok Pajak yang harus dibayar Rp/US$ 1)

2. Telah dibayar Rp/US$ 1)

3. Kurang dibayar (1-2) Rp/US$ 1)

4. Sanksi Administrasi:
1)
a. Denda Pasal 7 KUP Rp/US$
1)
b. Bunga Pasal 8 (2) KUP Rp/US$
1)
c. Bunga Pasal 8 (2a) KUP Rp/US$
1)
d. Bunga Pasal 9 (2a) KUP Rp/US$
1)
e. Bunga Pasal 9 (2b) KUP Rp/US$
f. Bunga Pasal 14 (3) KUP g. 1)
Rp/US$
Bunga Pasal 19 (3) KUP 1)
Rp/US$
h. Jumlah sanksi administrasi (a+b+c+d+e+f+g) Rp/US$ 1)

5. Jumlah yang masih harus dibayar (3+4.h) Rp/US$ 1)

Terbilang :…………… …… .…………… ……………… …………… ……………… ……………… …………… ……………… ……………… …………… ……… ……………………

Kepada a.n. Direktur Jenderal Pajak

Kepala Kantor/

Kepala Seksi ................... ,


2)

Contoh Penghitungan Sanksi Administrasi dalam STP


1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2008 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh tempo misalnya
tiap tanggal 15. Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2008 dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.
Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal
18 September 2008 dengan penghitungan sebagai berikut:
Kekurangan bayar PPh Ps 25 bulan Juni 2008
(Rp100.000.000,00 – Rp40.000.000,00) = Rp60.000.000,00
Bunga = 3 x 2% xRp60.000.000,00 = Rp 3.600.000,00(+)
Jumlah yang harus dibayar = Rp63.600.000,00

2. Hasil penelitian SPT


SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2008 yang disampaikan pada tanggal 31 Maret 2009 setelah
dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan PPh kurang bayar sebesar
Rp1.000.000,00. Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada tanggal 12 Juni 2009 dengan
penghitungan:
Kekurangan bayar Pajak Penghasilan = Rp1.000.000,00
Bunga = 3 x 2% x Rp1.000.000,00 = Rp 60.000,00 (+)
Jumlah yang harus dibayar = Rp1.060.000,00

MODUL BREVET KUP 24


B. SURAT KETETAPAN PAJAK
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
dalam hal-hal sbb:
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar;
b. apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih
lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang; atau
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf e
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB
Jumlah pajak dalam SKPKB sebagaimana dimaksud huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar:
a. 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun
Pajak;
b. 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor;
atau
c. 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh WP dalam SPT menjadi pasti sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 tahun, setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan
surat ketetapan pajak.
Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat
diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari
jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap.

MODUL BREVET KUP 25


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKBTdalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam
rangka penerbitan SKPKBT.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBTditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Dirjen Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPN apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Dirjen Pajak, setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Dirjen Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan
pembayaran pajak yang telah ditetapkan.

Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak


Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak, selain permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu dan Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu, harus menerbitkan surat ketetapan pajak
paling lama 12 (dua belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
Ketentuan tersebut tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
Apabila setelah melampaui jangka waktu 12 bulan, Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan setelah jangka waktu tersebut berakhir.
Apabila SKPLB terlambat diterbitkan, kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan dihitung sejak berakhirnya jangka waktu tersebut sampai dengan saat diterbitkan SKP
Lebih Bayar.
Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan:
a. tidak dilanjutkan dengan penyidikan;

MODUL BREVET KUP 26


b. dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di bidang
perpajakan; atau
c. dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap,
d. dan dalam hal kepada Wajib Pajak diterbitkan SKP Lebih Bayar,
kepada Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan sampai dengan
saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu


Dirjen Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak
Penghasilan, dan paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPN.
Kriteria tertentu tersebut meliputi:
a. tepat waktu dalam menyampaikan SPT;
b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah
dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
terakhir.
Dirjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Kriteria Tertentu tersebut, dan
menerbitkan surat ketetapan pajak, setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Dirjen Pajak menerbitkan SKPKB, jumlah kekurangan pajak
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pembayaran pajak.
Wajib Pajak tersebut tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
apabila:
a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua) Masa Pajak berturut-
turut;
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1
(satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan SPT Tahunan.

Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu


Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak diatur dengan Permenkeu.

MODUL BREVET KUP 27


Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak harus didasarkan pada analisis risiko yang
pedomannya ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Analisis risiko tersebut harus mempertimbangkan perilaku dan
kepatuhan Wajib Pajak yang dapat berupa:
a. kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan;
b. kepatuhan dalam melunasi utang pajak; dan
c. kebenaran Surat Pemberitahuan untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak
sebelum-sebelumnya.
Dirjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak tersebut dan menerbitkan surat
ketetapan pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Jika berdasarkan hasil
pemeriksaan Dirjen Pajak menerbitkan SKPKB, jumlah pajak yang kurang dibayar ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%.
Berdasarkan hasil penelitian, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama:
a. 15 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, untuk permohonan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran PPh orang pribadi;
b. 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, untuk permohonan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran PPh badan; dan
c. 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap, untuk permohonan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran PPN.
Apabila setelah lewat jangka waktu Dirjen Pajak tidak menerbitkan keputusan, permohonan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak dianggap dikabulkan.

C. SURAT KEPUTUSAN PEMBETULAN


Dirjen Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat membetulkan:
a. Surat ketetapan pajak yang meliputi SKPKB, SKPKBT, SKPN, dan SKPLB;
b. Surat Tagihan Pajak;
c. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
d. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;
e. Surat Keputusan Pembetulan;
f. Surat Keputusan Keberatan;
g. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi;
h. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi;
i. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak; atau
j. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan
ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pembetulan dilakukan dalam hal terdapat kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi yang tidak
mengandung persengketaan antara fiskus dan Wajib Pajak.

MODUL BREVET KUP 28


Ruang lingkup pembetulan atas kesalahan atau kekeliruan meliputi:
a. kesalahan tulis, antara lain kesalahan yang dapat berupa nama, alamat, NPWP, nomor surat
ketetapan pajak, jenis pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo;
b. kesalahan hitung, antara lain kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan
dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan, termasuk kekeliruan perhitungan karena
adanya penerbitan surat ketetapan pajak, STP, dan surat keputusan lain yang terkait dengan
bidang perpajakan untuk tahun sebelumnya; atau
c. kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan
Penghasilan Tidak Kena Pajak, kekeliruan penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan,
dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak.
Pembetulan atas kesalahan atau kekeliruan yang terkait dengan pengkreditan Pajak Masukan dalam
PPN, hanya dapat dilakukan apabila:
a. terdapat perbedaan Pajak Masukan yang menjadi kredit pajak; dan
b. tidak mengandung sengketa antara fiskus dan Wajib Pajak.
Permohonan pembetulan oleh Wajib Pajak harus disampaikan ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
menerbitkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, atau surat keputusan lain yang terkait dengan
bidang perpajakan yang diajukan pembetulan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 1 (satu) permohonan diajukan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, atau
surat keputusan lain yang terkait dengan bidang perpajakan;
b. permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang
mendukung permohonannya; dan
c. surat permohonan ditandatangi oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat permohonan ditandatangani
oleh bukan Wajib Pajak, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Dirjen Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan tersebut dalam jangka waktu paling
lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut
telah lewat, tetapi Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan
WP dianggap dikabulkan.

MODUL BREVET KUP 29


BAB 5
KETENTUAN KHUSUS

Wakil Wajib Pajak


Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:
a. badan oleh pengurus;
b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan;
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator;
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau
yang mengurus harta peninggalannya; atau
f. anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
Wakil WP bertanggungjawab secara pribadi dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang,
kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan Dirjen Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-
benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut.
Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Konsultan Pajak
Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi perpajakan kepada Wajib Pajak dalam
rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Izin Praktik Konsultan Pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk. Izin tersebut
ditandai dengan Kartu Izin Praktik sebagai tanda pengenal diri atau identitas sebagai Konsultan Pajak.
Sertifikat Konsultan Pajak sebagai persyaratan untuk menjadi Konsultan Pajak sbb:
1. Sertifikat Konsultan Pajak tingkat A, yaitu Sertifikat Konsultan Pajak yang menunjukkan tingkat
keahlian untuk memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali Wajib Pajak yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia;
2. Sertifikat Konsultan Pajak tingkat B, yaitu Sertifikat Konsultan Pajak yang menunjukkan tingkat
keahlian untuk memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib
Pajak badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, kecuali kepada
Wajib Pajak penanaman modal asing, Bentuk Usaha Tetap, dan Wajib Pajak yang berdomisili di
negara yang mempunyai persetujuan penghindaran pajak berganda dengan Indonesia; dan

MODUL BREVET KUP 30


3. Sertifikat Konsultan Pajak tingkat C, yaitu Sertifikat Konsultan Pajak yang menunjukkan tingkat
keahlian untuk memberikan jasa di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib
Pajak badan dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Kerahasiaan (Pasal 34)


Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemberian Keterangan dan Bukti (Pasal 35)


Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperlukan keterangan
atau bukti dari bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga
lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan
pajak, atau penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas permintaan tertulis dari Dirjen Pajak,
pihak-pihak tersebut wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta.

Akses Data dan Informasi (Pasal 35A)


1. Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi
yang berkaitan dengan perpajakan kepada Ditjen Pajak.
2. Dalam hal data dan informasi sebagaimana poin (1) tidak mencukupi, Dirjen Pajak berwenang
menghimpun data dan informasi untuk kepentingan penerimaan negara.

Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi (Pasal 36)


1. Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat:
a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi
tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;
b. mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
c. mengurangkan atau membatalkan STP yang tidak benar; atau
d. membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau SKP dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
 penyampaian SPT hasil pemeriksaan; atau 

 pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak. 

2. Permohonan sebagaimana poin (1) huruf a, huruf b, dan huruf c hanya dapat diajukan oleh Wajib
Pajak paling banyak 2 kali.
3. Permohonan sebagaimana poin (1) huruf d hanya dapat diajukan oleh WP 1 kali.
4. Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan sebagaimana
poin (1) diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
5. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan,
permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan.
6. Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak.

MODUL BREVET KUP 31


Sanksi Petugas Pajak (Pasal 36A)
1. Pegawai pajak yang karena kelalaiannya atau dengan sengaja menghitung atau menetapkan pajak
tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya dengan sengaja bertindak di luar kewenangannya
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dapat diadukan ke unit
internal Departemen Keuangan yang berwenang melakukan pemeriksaan dan investigasi dan apabila
terbukti melakukannya dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pegawai pajak yang dalam melakukan tugasnya terbukti melakukan pemerasan dan pengancaman
kepada Wajib Pajak untuk menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum diancam dengan
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
4. Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, untuk membayar
atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan perubahannya.
5. Pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan
tugas didasarkan pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan perpajakan.
Kode Etik Pegawai Pajak (Pasal 36B)
Menteri Keuangan berkewajiban untuk membuat kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Pegawai
DJP wajib mematuhi kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
Larangan Kewajiban
1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 1. menghormati agama, kepercayaan, budaya,
2. menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; dan adat istiadat orang lain;
3. menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung 2. bekerja secara profesional, transparan, dan
maupun tidak langsung; akuntabel;
4. menyalahgunakan fasilitas kantor; 3. mengamankan data dan atau informasi yang
5. menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik dimiliki Direktorat Jenderal Pajak;
langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, 4. memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak,
sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan sesama Pegawai, atau pihak lain dalam
Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya;
kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau 5. mentaati perintah kedinasan;
pekerjaannya; 6. bertanggung jawab dalam penggunaan barang
6. menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan; inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak;
7. melakukan perbuatan yang patut diduga dapat 7. mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib
mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau kantor;
perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat 8. menjadi panutan yang baik bagi masyarakat
Jenderal Pajak; dalam memenuhi kewajiban perpajakan;
8. melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan 9. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata
dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta secara sopan.
martabat Direktorat Jenderal Pajak.

MODUL BREVET KUP 32


BAB 6
PENAGIHAN PAJAK

Dasar Penagihan
Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
merupakan dasar penagihan pajak. Berikut disajikan alur penagihan pajak:

No KEGIATAN KETERANGAN
1 SKPKB, SKPKBT, STP, SK Setelah mendapatkan SKPKB, STP atau SKPKB Wajib
Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Pajak mempunyai kesempatan untuk membayar utang
Banding, Putusan Peninjauan pajak tersebut selama 1 bulan sejak tanggal diterbitkan
Kembali yang mengakibatkan pajak Keputusan tersebut
yang dibayar bertambah
2 Surat Teguran diterbitkan minimal 7 Jika Wajib Pajak tidak membayar utang pajak tersebut,
hari setelah tanggal jatuh tempo maka Dirjen Pajak akan mengeluarkan Surat Teguran yang
SKPKB, STP, SKPKBT berjangka waktu 21 hari yang harus dilunasi Wajib Pajak
dalam jangka waktu tersebut, apabila tidak dilunasi dalam
jangka waktu tersebut maka akan diterbitkan Surat Paksa
3 Surat Paksa (SP) Jika Wajib Pajak tetap tidak membayar pajaknya setelah
dikeluarkan Surat Paksa, maka akan dikelurkan SPMP
dalam waktu 2 x 24 jam.
4 Surat Perintah Melakukan Penyitaan Jurusita Pajak akan melakukan penyitaan terhadap barang
(SPMP) milik Wajib Pajak senilai dengan utang pajaknya. Apabila
sampai diterbitkannya SPMP Wajib Pajak tidak membayar
pajaknya, maka KPP akan melakukan pengumuman lelang
paling cepat 14 hari.
5 Pengumuman Lelang KPP akan melakukan pengumuman lelang pada media
massa dalam jangka waktu 14 hari, apabila dalam jangka
waktu tersebut tidak juga dilunasi oleh Wajib Pajak maka 14
hari kemudian akan dilakukan penjualan secara lelang.
6 Penjualan secara lelang Lelang diusahakan dilakukan di tempat Wajib Pajak dan
dilakukan secara terbuka
7 Pemblokiran dan Penyitaan harta Pemblokiran diberitahukan Kepada pimpinan tempat harta
kekayaan penanggung pajak yang kekayaaan tersimpan disertai salinan SP dan SPMP
tersimpan pada bank dalam rangka Dilakukan dalam rangka penagihan pajak dengan Surat
penagihan pajak dengan surat paksa Paksa.

MODUL BREVET KUP 33


Apabila Wajib Pajak mengajukan upaya hukum (keberatan maupun banding) atas dasar penagihan pajak,
pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan upaya hukum tersebut belum merupakan
pajak yang terutang sampai dengan Keputusan Keberatan atau Putusan Banding diterbitkan. Jadi, Wajib
Pajak dan Petugas Pajak wajib mengetahui kapan saat pajak terutang dan kapan dimulainya pelaksanaan
penagihan.
Berikut ini gambar prosedur penagihan pajak:

Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat berwenang:
a. mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak;
b. menerbitkan:
c. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
d. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;
e. Surat Paksa;
f. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
g. Surat Perintah Penyanderaan;
h. Surat Pencabutan Sita;
i. Pengumuman Lelang;
j. Surat Penentuan Harga Limit;
k. Pembatalan Lelang; dan
l. Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan penagihan pajak.

Jurusita Pajak bertugas:


a. melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;

MODUL BREVET KUP 34


b. memberitahukan Surat Paksa;
c. melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan; dan
d. melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat
apabila:
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka
menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau
menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan
yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda
kepailitan.

Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat
usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain
atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:
a. barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo
rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau
surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan/atau
b. barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.

Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap barang milik perusahaan,
pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat
kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain.
Barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan adalah:
a. pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungannya;
b. persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang
berada di rumah;
c. perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara;
d. buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang
dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan;
e. peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha
sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah); atau
f. peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi
tanggungannya.

MODUL BREVET KUP 35


Dalam hal barang yang disita mudah rusak atau cepat busuk, dikecualikan dari penjualan secara lelang.
Penyitaan terhadap deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

Lelang
Apabila utang pajak dan/atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat
berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang.
Barang yang disita berupa uang tunai, deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, obligasi,
saham, atau surat berharga lainnya, piutang dan penyertaan modal pada perusahaan lain, dikecualikan
dari penjualan secara lelang.
Barang yang disita digunakan untuk membayar biaya penagihan pajak dan utang pajak dengan cara:
a. uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah;
b. deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu, dipindahbukukan ke Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada
Bank yang bersangkutan;
c. obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa
efek atas permintaan Pejabat;
d. obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera
dijual oleh Pejabat;
e. piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Penanggung
Pajak kepada Pejabat;
f. penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan pengalihan hak menjual dari
Penanggung Pajak kepada Pejabat.
Dalam hal penjualan yang dikecualikan dari lelang, biaya penagihan pajak ditambah 1% (satu persen) dari
hasil penjualan.

Pelaksanaan Lelang
1. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah pengumuman lelang melalui media massa. Pengumuman lelang dilaksanakan paling
singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan.
2. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 (satu) kali dan untuk barang tidak bergerak
dilakukan 2 (dua) kali.
3. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa.
4. Pejabat bertindak sebagai penjual atas barang yang disita mengajukan permintaan lelang kepada
Kantor Lelang sebelum lelang dilaksanakan.
5. Pejabat atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau
tidaknya barang yang dilelang dan menandatangani asli Risalah Lelang.
6. Pejabat dan Jurusita Pajak tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
7. Larangan terhadap Pejabat dan Jurusita Pajak untuk membeli barang sitaan yang dilelang, berlaku
juga terhadap istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat.

MODUL BREVET KUP 36


STP Bunga Penagihan (Pasal 19 UU KUP)
Apabila SKPKB atau SKPKBT, serta Surat Keputusan (SK) Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding
atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat
Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak juga dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

Contoh penghitungan STP bunga penagihan

a. Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebesar Rp10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal 7 Oktober 2008, dengan batas akhir pelunasan
tanggal 6 November 2008. Jumlah pembayaran sampai dengan tanggal 6 November 2008
Rp6.000.000,00. Pada tanggal 1 Desember 2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dengan
perhitungan sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp10.000.000,00
Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan = Rp 6.000.000,00(-)
Kurang dibayar = Rp 4.000.000,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp4.000.000,00) = Rp 80.000,00

b. Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana tersebut pada huruf a, Wajib
Pajak membayar Rp10.000.000,00 pada tanggal 3 Desember 2008 dan pada tanggal 5 Desember
2008 diterbitkan Surat Tagihan Pajak, sanksi administrasi berupa bunga dihitung sebagai berikut:
Pajak yang masih harus dibayar = Rp10.000.000,00
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan = Rp10.000.000,00
Kurang dibayar = Rp 0,00
Bunga 1 (satu) bulan (1 x 2% x Rp10.000.000,00) = Rp 200.000,00

Hak Mendahului
Negara mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang milik Penanggung Pajak. Penanggung
Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Daluwarsa Penagihan Pajak


Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak,
daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, dan
SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila:

MODUL BREVET KUP 37


a. diterbitkan Surat Paksa;
b. ada pengakuan utang pajak dari WP baik langsung maupun tidak langsung;
c. diterbitkan SKPKB, atau SKPKBT; atau
d. dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

PENCEGAHAN
Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk keluar
dari wilayah Negara Republik Indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak.
2. Pencegahan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh
Menteri atas permintaan Pejabat atau atasan Pejabat yang bersangkutan. Keputusan pencegahan
memuat sekurang-kurangnya:
a. identitas Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan;
b. alasan untuk melakukan pencegahan; dan
c. jangka waktu pencegahan.
3. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya
6 (enam) bulan.
4. Keputusan pencegahan disampaikan kepada Penanggung Pajak yang dikenakan pencegahan,
Menteri Kehakiman, Pejabat yang memohon pencegahan, atasan Pejabat yang bersangkutan, dan
Kepala Daerah setempat.
5. Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung Pajak Wajib Pajak
badan atau ahli waris.
Pencegahan dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

PENYANDERAAN
Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan
menempatkannya di tempat tertentu.
Ketentuan Penyanderaan sbb:
1. Penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak.
2. Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan
oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Surat
Perintah Penyanderaan memuat sekurang-kurangnya :
a. identitas Penanggung Pajak;
b. alasan penyanderaan;
c. izin penyanderaan;
d. lamanya penyanderaan; dan

MODUL BREVET KUP 38


e. tempat penyanderaan
3. Penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal Penanggung Pajak sedang beribadah, atau
sedang mengikuti sidang resmi, atau sedang mengikuti Pemilihan Umum.
4. Masa penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang untuk selama-lamanya 6
(enam) bulan.
5. Penanggung Pajak yang disandera dilepas:
a. apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas;
b. apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan itu telah terpenuhi;
c. berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau
d. berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.

Gugatan
1. Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan, atau Pengumuman Lelang hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak
(Pengadilan Pajak).
2. Dalam hal gugatan Penanggung Pajak dikabulkan, Penanggung Pajak dapat memohon pemulihan
nama baik dan ganti rugi kepada Pejabat. Besarnya ganti rugi paling banyak Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah). Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan dengan Keputusan Menteri atau Keputusan
Kepala Daerah.
3. Gugatan Penanggung Pajak diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang dilaksanakan.
4. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan hak kepada Penanggung Pajak untuk mengajukan
gugatan kepada badan peradilan pajak dalam hal Penanggung Pajak tidak setuju dengan
pelaksanaan penagihan pajak yang meliputi pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan atau Pengumuman Lelang.
5. Permohonan ganti rugi diajukan oleh Penanggung Pajak yang gugatannya dikabulkan kepada Pejabat
tempat pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang
dilakukan. Pemulihan nama baik dan ganti rugi yang diberikan hanya dalam bentuk uang.
6. Jangka waktu 14 (empat belas) hari untuk mengajukan gugatan terhadap Surat Paksa dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak, untuk Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan dihitung sejak pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan untuk Pengumuman Lelang
dihitung sejak diumumkan.

MODUL BREVET KUP 39


Surat Teguran

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK................................

Yth,
Nama : ................................
NPWP : ................................
Alamat : ................................

TEGURAN
Nomor.......... /WPJ........... /KP.......... /20...

Menurut tata usaha kami hingga saat ini Saudara masih mempunyai tunggakan pajak sebagai berikut :
Nomor & tanggal STP/SKPKB/SKPKBT/ S K. Jumlah
Jenis Tahun Tanggal jatuh tempo
Pembetulan/ SK.Keberatan/ Putusan tunggakan pajak
Pajak Pajak pembayaran
Banding *) (Rp)

Jumlah Rp.

(......................................................................................................................................................... )

Untuk mencegah tindakan penagihan pajak dengan Surat Paksa berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun
1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 19
Tahun 2000 (UU PPSP) maka diminta kepada Saudara agar melunasi jumlah tunggakan pajak dalam waktu 21
(dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran ini.

Dalam hal Saudara telah melunasi tunggakan pajak tersebut di atas, dimohon agar Saudara segera melaporkan
kepada kami (Seksi Penagihan).

......................,.................20....
Kepala Kantor,

.......................................
NIP

PERHATIAN

PAJAK HARUS DILUNASI DALAM WAKTU 21 (DUA PULUH SATU)


HARI SEJAK DITERBITKANNYA SURAT TEGURAN INI.
SESUDAH BATAS WAKTU ITU, TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK
AKAN DILANJUTKAN DENGAN PENERBITAN SURAT PAKSA.
(Pasal 8 ayat (1) UU PPSP)
(Pasal 6 Kep. Men. Keu. Nomor 561/KMK.04/2000)

*) coret yang tidak perlu

S.5.0.23.04

MODUL BREVET KUP 40


Surat Perintah PSS

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK................................

SURAT PERINTAH PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS


Nomor.......... /WPJ.......... /KP.......... /20...

Berdasarkan ketentuan yang tercanturn dalam Pasal 20 Undang -undang Nornor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah temkhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun
2000 dan Pasal 6 Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, dengan ini diperintahkan kepada:

Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak : .............................................................................................

NPWP : .............................................................................................

Alamat : .............................................................................................

Untuk melunasi sekaligus utang pajak sejumlah Rp......................................................................................

menurut perincian sebagai berikut :

Nomor & tanggal STP/SKPKB/SKPKBT/ SK.


Jenis Tahun Tanggal jatuh tempo Jumlah
Pembetulan/ SK. Keberatan/ Putusan tunggakan
Pajak Pajak
Banding *) pembayaran pajak (Rp)

Jumlah Rp.

(.........................................................................................................................................................)

pada hari...........tanggal...........bulan.................tahun 20.....

......................,.................20....
Kepala Kantor,

.......................................
NIP

*) coret yang tidak perlu

S.5.0.23.05

MODUL BREVET KUP 41


Surat Paksa

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK..............................

SURAT PAKSA
Nomor........../WPJ........../KP........../20...

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK

Menimbang bahwa :

Nama Wajib Pajak / Penanggung Pajak : .............................................................................................


NPWP : .............................................................................................
AIamat/tempat tinggal : .............................................................................................

Menunggak pajak sebagaimana tercantum di bawah ini :

Jenis Tahun Nomor & tanggal STP/SKPKB/SKPKBT/ SK. Jumlah tunggakan pajak
Pajak Pajak Pembetulan/ SK. Keberatan/ Putusan Banding *) (Rp)

Jumlah Rp.

(.........................................................................................................................................................)

Dengan ini :

1. memerintahkan Wajib Pajak/Penanggung Pajak untuk membayar jumlah tunggakan pajak tersebut ke
Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro, ditambah dengan biaya penagihan dalam waktu 2 (dua) kali dua
puluh empat jam sesudan pemberitahuan Surat Paksa ini.
2. memerintahkan kepada Jurusita Pajak yang melaksanakan Surat Paksa ini atau Jurusita Pajak lain yang
ditunjuk untuk melanjutkan pelaksanaan Surat Paksa untuk melakukan penyitaan atas barng-barang milik
Wajib Pajak/Penanggung Pajak apabila dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam Surat Paksa ini
tidak dipenuhi.

Ditetapkan di
PERHATIAN pada tanggal

PAJAK HARUS DILUNASI DALAM WAKTU 2 x 24 JAM ......................,.................


SETELAH MENERIMA WURAT PAKSA INI.
SESUDAH BATAS WAKTU ITU, TINDAKAN PENAGIHAN
PAJAK AKAN DILANJUTKAN DENGAN PENYITAAN.
(Pasal 12 ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana .......................................
telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000). NIP
*) Coret yang tidak perlu

S.5.0.23.06

MODUL BREVET KUP 42


Berita Acara

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR PELAYANAN PAJAK..............................

BERITA ACARA PEMBERTAHUAN SURAT PAKSA

Pada hari ini ............ tanggal ............... bulan .......... tahun ............... atas permintaan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak yang memilih tempat kedudukan di Kantor Pelayanan Pajak .......... di ....................., saya,
Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak …………… bertempat kedudukan di ......................

MEMBERITAHUKAN DENGAN RESMI

Kepada Saudara .......................................................................................................... bertempat tinggal di


................................................................... berkedudukan seagai ......................................... Surat Paksa di
sebaliknya ini tertanggal ...................... dan saya, Jurusita Pajak, berdasarkan kekuatan Surat Paksa tersebut
memerintahkan kepada Penanggung Pajak supaya dalam waktu 2 (dua) kali dua puluh empat jam, memenuhi isi
Surat Pakasa dan oleh karena itu harus menyetor di Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro ...........................
sebanyak Rp. ............................. (............................................................................) dengan tidak
mengurangi kewajiban untuk membayar biaya-biaya penagihan pajak ini dan biaya selanjutnya, dan jika ia tidak
membayar dalam waktu yang telah ditentukan, maka harta bendanya baik yang berupa barang bergerak maupun
barang tidak bergerak akan disita dan dijual dimuka umum.dijual langsung kepada pembeli dan hasil
penjualannya digunakan untuk membayar uatang pajak, denda, bungadan biaya-biaya yang berhubungan dengan
pelaksanaan penagihan ini.

Saya, Jurusita Pajak, telah menyerahkan salinan Surat ini kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan saya
lakukanditempat tinggal/kedudukan orang yang menanggung pajak.

Penyerahan salinan Surat Paksa dilakukan kepada ........................................................ bertempat tinggal di


............................. disebabkan .......................................................................

Yang menerima salinan Surat Paksa Jurusita Pajak,

.................................. ..................................
Jabatan NIP

Biaya pelaksanaan Surat Paksa sebagai berikut :


Biaya harian Jurusita Pajak Rp. .........................................
Biaya perjalanan Rp. .........................................
Jumlah Rp. .........................................

*) Coret yang tidak perlu

F.5.0.77.81

MODUL BREVET KUP 43


BAB 7
KEBERATAN, BANDING DAN PENINJAUAN KEMBALI

A. KEBERATAN
Syarat Permohonan Keberatan
Pengajuan keberatan harus mengacu pada ketentuan sbb:
1. diajukan hanya kepada Dirjen Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang,
jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak
dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan.
3. diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak
tanggal pemotongan atau pemungutan pajak kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
4. dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi
pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, bukan merupakan surat keberatan sehingga
tidak dipertimbangkan.

Ketentuan Keberatan Lainnya


Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) tersebut tidak dikenakan.

Surat Keputusan Keberatan

MODUL BREVET KUP 44


Dirjen Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima
harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib
Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.
Keputusan Dirjen Pajak atas keberatan dapat berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak
atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. Apabila jangka waktu 12 bulan telah
terlampaui dan Dirjen Pajak tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.

Hak WP
Wajib Pajak diberi hak untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai
keberatannya. Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak tersebut, proses keberatan tetap dapat
diselesaikan.
Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dalam
proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang pada saat
pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau
keterangan lain dimaksud tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya.

Contoh 1:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp100.000.000,00

Yang Harus Dilunasi Jika Tidak Keberatan = Rp100.000.000,00

Contoh 2:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan = Rp 30.000.000,00

Harus Dilunasi Sebelum Mengajukan Keberatan = Rp 30.000.000,00

Jika Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00


Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00
Sanksi Denda (50% X Rp50.000.000) = Rp 25.000.000,00
Harus Dilunasi jika Tidak Mengajukan Banding = Rp 75.000.000,00

MODUL BREVET KUP 45


B. BANDING
Permohonan Banding
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding sbb:
1. diajukan hanya kepada Pengadilan Pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
2. secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
3. jangka waktu pelunasan pajak atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
4. jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding belum merupakan pajak
yang terutang sampai dengan Putusan Banding diterbitkan.
5. dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan
Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Contoh 3:
SKPKB hasil pemeriksaan = Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaa = Rp 30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi = Rp 80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) = Rp 50.000.000,00

Mengajukan Banding (Tidak ada syarat harus membayar)

Putusan Banding, SKPKB menjadi = Rp 65.000.000,00


Pajak Kurang Dibayar (65.000.000 - 30.000.000) = Rp 35.000.000,00
Sanksi Denda (100% X Rp35.000.000) = Rp 35.000.000,00
Harus Dilunasi = Rp 70.000.000,00

C. PENINJAUAN KEMBALI
Permohonan peninjauan kembali Ke Mahkamah Agung hanya dapat diajukan berdasarkan alasan sbb:
1. Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana dinyatakan palsu;
2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, yang apabila diketahui
pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan menghasilkan putusan yang berbeda;
3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, kecuali yang
diputus berdasarkan Pasal 80 ayat (1) huruf b dan c UU Pengadilan Pajak (UU No 14 tahun 2002);
4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;
atau
5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

MODUL BREVET KUP 46


BAB 8
KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN PAJAK

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut
pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen)
dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.

Pidana karena Alpa (Pasal 38)


Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan SPT; atau
b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan
yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A,
didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan
paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, sepanjang menyangkut
tindakan administrasi perpajakan, dikenai sanksi administrasi dengan menerbitkan surat ketetapan pajak
atau Surat Tagihan Pajak, sedangkan yang menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi
pidana.

Dengan adanya sanksi pidana, diharapkan tumbuhnya kesadaran WP untuk mematuhi kewajiban
perpajakan seperti yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan yang dimaksud dalam pasal ini berarti tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang
mengindahkan kewajibannya sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara.

MODUL BREVET KUP 47


Pidana karena Sengaja (Pasal 39 dan 39A)
Setiap orang yang dengan sengaja (Pasal 39):
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak;
c. tidak menyampaikan SPT;
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-
olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana sebagaimana di atas ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung
sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP sebagaimana huruf b, atau menyampaikan SPT
dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, sebagaimana huruf d, dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan.

MODUL BREVET KUP 48


Setiap orang yang dengan sengaja (Pasal 39A):
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan
pajak, dan/atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit
2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak,
dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.

Daluwarsa Tindak Pidana Perpajakan (Pasal 40)


Tindak pidana dibidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 (sepuluh) tahun sejak
saat terhutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya
Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pidana Terkait Kerahasiaan di Pasal 34


1. Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
2. Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak
dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
3. Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana poin (1) dan (2) hanya dilakukan atas pengaduan
orang yang kerahasiaannya dilanggar.

Pidana Terkait Pemberian Keterangan atau Bukti di Pasal 35


Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti
yang tidak benar dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Pidana Terhadap Pihak yang Menghalangi/Mempersulit Penyidikan


Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pidana Terkait Pemberian Data dan Informasi di Pasal 35A


1. Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

MODUL BREVET KUP 49


3. Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta oleh Dirjen
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
4. Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi perpajakan sehingga
menimbulkan kerugian kepada negara dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pidana Terhadap Pihak yang Terlibat


1. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A, berlaku juga bagi wakil, kuasa,
pegawai dari Wajib Pajak, atau pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan,
yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.
2. Ketentuan pidana terkait pemberian keterangan dan bukti maupun pidana terkait menghalangi
penyidikan berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.

PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN


Bukti Permulaan adalah suatu keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda
yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan Negara.
Dirjen Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan
bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Beberapa ketentuan tentang bukti permulaan sbb:
 keterangan baik yang disampaikan secara lisan maupun tertulis yang dapat dikembangkan dan

dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya Bukti Permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.
 kumpulan angka, huruf, kata, atau citra yang bentuknya dapat berupa surat, dokumen, buku atau
catatan, baik dalam bentuk elektronik maupun bukan elektronik, yang dapat dikembangkan dan
dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya Bukti Permulaan tindak pidana di bidang perpajakan, yang

menjadi dasar pelaporan yang belum dianalisis
 pemberitahuan yang disampaikan oleh orang atau institusi karena hak atau kewajiban berdasarkan
undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan

terjadinya tindak pidana di bidang perpajakan
 pemberitahuan mengenai dugaan tindak pidana di bidang perpajakan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang.
Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang menyangkut petugas Direktorat
Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Kementerian
Keuangan untuk melakukan pemeriksaan bukti permulaan.
Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi, pegawai Direktorat Jenderal Pajak
yang tersangkut wajib diproses menurut ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.

MODUL BREVET KUP 50


PENYIDIKAN
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak
pidana di bidang perpajakan.
Wewenang penyidik adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap
dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang terkait dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU
Hukum Acara Pidana.
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan, penyidik dapat meminta bantuan aparat penegak
hukum lain.
Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal surat permintaan.
Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi
utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah
dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

MODUL BREVET KUP 51

Anda mungkin juga menyukai