B. DASAR HUKUM
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
16 Tahun 2000.
C. PENGERTIAN- PENGERTIAN
Beberapa pengertian yang harus diketahui menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, adalah:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dan
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari
luar pabean.
Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka
waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Undang- Undang ini.
Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa
pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak.
Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak.
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data
keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan.
Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan bukti berupa keterangan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan.
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
D. TAHUN PAJAK
1. Pengertian Tahun Pajak
Tahun pajak adalah angka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Jangka waktu 1 (satu)
Tahun Kalender adalah jangka waktu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember. Akan tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama dengan
tahun takwim dengan syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan
melapor/memberitahu kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat.
Persyaratan pendaftaran NPWP khusus bagi Wajib Pajak Perseorangan Usahawan dan
Wajib Pajak Badan sebagaimana diatur dalam keputusan Nomor Kep-34/PJ.2/1989
tanggal 10 Juli 1989 disempurnakan dengan SE-07/PJ.24/1993 tanggal 7 Juli 1993 dan
PER-24/PJ./2009 tanggal 16 Maret 2009
3. Pencantuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib Pajak diwajibkan
mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.
6. Saksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor
Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling
sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
7. Penghapusan NPWP
Selanjutnya NPPWP dapat dihapuskan. Dengan penghapusan NPWP ini tidak berarti
menghilangkan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan. Pengertian penghapusan
NPWP adalah tindakan menghapuskan Nomor Pokok Wajib Pajak dari Tata Usaha
Kantor Pelayanan Pajak. Tetapi juga diperhatikan bahwa NPWP juga dapat diterbitkan
secara jabatan. Penghapusan NPWP dilakukan dalam hal:
Wajib pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan;
Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai
dibagi
Wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
F. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
1. Pengertian
PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha / bisnis / perusahaan yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP) yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai (UU PPN) 1984 dan perubahannya.
Sebelum mendapat pengukuhan PKP atau Pengusaha Kena Pajak, seorang pengusaha
atau wajib pajak badan harus memenuhi syarat pengajuan PKP dan lolos dari survey
yang dilakukan KPP atau KP2KP.
Setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dikenakan pajak, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
8. Sanksi
Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan pengusaha kena pajak
dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau
pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan
yang dilakukan.
G. SURAT PEMBERTAHUAN SPT
1. Pengertian
Menurut Pasal 1, angka 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan SPT adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Menurut UU No.28 tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan/SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Jenis SPT
Memperhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua yaitu :
SPT-Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu massa pajak atau
pada suatu saat, seperti:
SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2.
SPT Masa PPh Pasal 15.
SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26.
SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26.
SPT Masa PPh Pasal25.
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atau barang mewah.
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bagi
Pemungut.
SPT-Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, seperti:
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan
usaha (1770).
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang memberitahukan perpanjangan jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (1770 Y).
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Karyawan yang tidak melakukan pekerjaan
bebas atau kegiatan usaha tetapi menerima penghasilan dari satu pemberi kerja;
menerima penghasilan dalam negeri lainnya dan menerima penghasilan yang
dikenakan Pajak Penghasilan bersifat Final (1770 S).
3. Fungsi SPT
Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
Penghasilan yang merupakan objek pajak atau bukan objek pajak.
Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib Pajak atau
Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
dapat disampaikan:
secara langsung: Melalui pos dengan bukti pengiriman surat.
Dengan cara lain, yang meliputi: Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat atau E-Filing melalui ASP.
7. Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan, dikenai
sanksi administrasi berupa denda sebesar:
Rp 500.000, - untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
Rp 100.000,- untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
Rp 1.000.000,- untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Badan,
Rp 1.00.000,- untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama
kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan
pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 20% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui Penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
Penerbitan SPPT akan dilakukan berdasarkan pada Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) yang sudah disampaikan oleh Wajib Pajak, atau berdasarkan data objek pajak
yang sudah tersimpan di Kantor Pelayanan PBB.