Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PERPAJAKAN
DIBUAT OLEH:
ADE HENDRAWAN
JURUSAN: MANAJEMEN B
SEMESTER 4
NIM: 194347151001
SEKOLAH TINGGI ILMU EKNOMI NASIONAL INDONESIA
FAKULTAS MANAJEMEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Maryati Rahayu, SE.,M.M selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah memberikan tugas
makalah ini sehingga kami dapat memahami
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 4
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan………………… 6
2.2 Kewajiban dan hak wajib pajak …………………………………………….. 8
2.3 NPWP ………………………………………………….…………………... 12
2.4 NPPKP ……………………………………………..……………………….22
2.5 Pembayaran, pemotongan dan pelaporan…………………………………. 26
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa Pengertian dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan?
2. Apa Kewajiban dan hak wajib pajak ?
3. Apa yang dimaksud NPWP?
4. Apa yang dimaksud dengan NPPKP?
5. Bagaimana Pembayaran, pemotongan dan pelaporan?
6. Apa saja Kelebihan Pembayaran?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib
pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1
(satu) bulan kalender atau jangka waktu lain paling lama 3 bulan
kalender yang digunakan dasar bagi wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali
bila WP menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun
takwin
Bagian Tahun Pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak
Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran
pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk
suatu masa pajak.
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk
suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk Menteri Keuangan.
7
Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi
surat ketetapan kurang bayar, surat ketetapan kurang bayar
tambahan, surat ketetapan nihil, dan surat ketetapan lebih bayar.
Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak sesuai dengan UU No. 19/2000
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa laporan laba rugi dan
neraca untuk periode tahun pajak tersebut.
8
setahun. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, tetap dapat melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
9
2) Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang
menjadi dasar serta berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib
pajak, atau objek yang terutang pajak. Untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus memberikan
akses untuk melihat dan menyimpan data.
3) Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang
yang dianggap perlu serta memberi bantuan untuk
memperlancar proses pemeriksaan.
4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan.
5) Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat
oleh Akuntan Publik, khususnya untuk jenis
Pemeriksaan Kantor.
6) Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan
yang diperlukan.
10
2. Hak Wajib Pajak
Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan
dibahas secara singkat dan tuntas pada poin ini.
Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong
atau dipungut ternyata lebih kecil daripada jumlah kredit pajak, wajib
pajak berhak menerima kembali kelebihan tersebut. Dengan kalimat
sederhana, Anda berhak menerima kembali kelebihan bayar ketika
membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang sebenarnya.
11
3) Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan
pemeriksaan.
4) Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT.
5) Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas
waktu yang ditentukan.
Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis pemeriksaan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan
lapangan. Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 3 (tiga) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung dari
tanggal wajib pajak memenuhi surat panggilan untuk melakukan
pemeriksaan kantor sampai dengan tanggal laporan hasil
pemeriksaan.
12
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP).
13
Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha bagi Pengusaha Kena Pajak
Tertentu.
14
Keterangan :
1. IdentitasWajibPajak
Merupakan klasifikasi membedakan status Wajib Pajak, yaitu:
• Wajib Pajak bendaharawan, dengan kode 00.
• Wajib Pajak badan, dengan kode 01, 02, 03, 11, 12 dan 13.
2. Wajib Pajak orang pribadi, dengan kode 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan 10
Nomor registrasi/urut yang diberikan Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak
3. Diberikan untuk kantor pelayanan pajak sebagai alat pengaman agar
tidak terjadi pemalsuan dan kesalahan NPWP.
4. Kode Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
5. Status Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai berikut:
• Wajib Pajak Tunggal/Wajib Pajak Pusat, dengan kode 00.
• Wajib Pajak Cabang, dengan kode 01, 02, 03, dan seterusnya.
Fungsi NPWP
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
b. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan, termasuk keperluan pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan.
15
e. Mendapatkan pelayanan instansi tertentu yang mewajibkan
pencantuman NPWP dalam dokumen yang diwajibkan, misalnya
pengajuan kredit usaha di bank.
Sedangkan menurut Marsyahrul (2006:41), fungsi NPWP adalah:
1. Dipergunakan untuk mengetahui identitas Wajib Pajak yang
sebenarnya, sehingga setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan sarana dalam
administrasi perpajakan.
3. Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan
karena yang berhubungan dengan dokumen perpajakan diharuskan
mencantuman NPWP.
4. Untuk memenuhi kewajibankewajiban perpajakan, misalnya dalam
setoran pajak (SSP) yang ditetapkan sendiri maupun pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga wajib mencantumkan NPWP.
5. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang
mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen yang diajukan.
16
Kebutuhan menurut kamus Bahasa Indonesia berarti sangat perlu menggunakan,
memerlukan. Ada lima hal yang menyebabkan wajib pajak harus memiliki NPWP
(www.diptara.com):
1. Mempermudah dalam Membayar Zakat Mal. Dalam agama Islam,
diwajibkan untuk membayar zakat mal sebesar 2.5% dari penghasilan.
Dalam hal ini Hubungannya dengan memiliki NPWP yaitu seluruh
penghasilan dikenakan PPh Pasal 21 (Pajak Penghasilan) akan
terkontrol.
2. Terkena Potongan Pajak Penghasilan (PPh) yang Tinggi. Seorang
karyawan swasta, Pejabat Negara, Prajurit TNI, dan PNS yang belum
punya NPWP maka dikenakan potongan PPh Pasal 21 lebih tinggi
sebesar 20% dari potongan PPh pegawai yang sudah punya NPWP.
3. Terkena PPh Tinggi saat Belanja Barang ke Luar Negeri. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 yang
berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 tentang kepabeanan, jika
Belanja Barang Online ke Luar Negeri atau ke situs e- commerce
yang berada di luar Indonesia melalui internet dan barang yang nilainya
lebih dari $50 USD maka akan dikenakan PPh.
4. Dipersulit saat Bepergian ke Luar Negeri. Mulai tahun 2011 Dirjen
Imigrasi sudah memberlakukan bebas bayar fiskal saat bepergian
ke luar negeri. Baik yang sudah punya NPWP maupun tidak. Namun
faktanya akan tetap dipersulit untuk ke luar negeri saat mengurus
izinnya kalau wajib pajak tidak tertib pajak. Salah satunya jika tidak
memiliki NPWP.
5. Syarat pengajuan kredit ke bank. Untuk pengajuan kredit ke bank
dengan nilai di atas Rp 50 Juta, salah satu syarat yang harus dipenuhi
adalah wajib punya atau melampirkan NPWP.
17
Dalam Pasal 2 ayat 1 UU KUP dijelaskan bahwa setiap warga Negara
yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif dalam bidang
perpajakan diwajibkan untuk memperoleh NPWP. Persyaratan subjektif adalah
persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-
Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya. Persyaratan Objektif adalah
persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
diwajib kan untuk melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuanUndang-
Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Pihak-pihak yang wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP, yaitu:
• Wajib Pajak badan, dengan mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
atau Kantor Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut berdiri.
• Wajib Pajak orang pribadi yang penghasilannya telah melebihi PTKP
(Pengahasilan Tidak Kena Pajak).
• Bentuk Usaha Tetap (BUT), yaitu bentuk usaha yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh badan atau
perusahaan yang tidak didirikan atau tidak berkedudukan di
Indonesia.
• Wajib Pajak yang berlaku sebagai pemungut atau pemotong (Wajib Pajak
non-subjek), yaitu bendaharawan Negara dan badan tertentuyan Wajib
Pajak di tetapkan oleh Menteri Keuangan.
• Pengusaha Kena Pajak
• Wanita kawin atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak dan
kewajiban suaminya.
2. Syarat Kelengkapan Memperoleh NPWP
Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di kantor
pelayanan pajak domisili atau kantor pelayanan pajak lokasi. Kantor pelayanan
pajak domisili adalah pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal/domisili Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus,
komisaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai. Kantor pelayanan pajak lokasi
adalah kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan
usaha, pemberi kerja atau bendaharawan pemerintah terdaftar. Penyempaian
18
permohonan untuk NPWP dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual
atau melalui e-NPWP.
Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak harus mengisi formulir
pendaftaran dan menyampaikannya secara langsung atau melalui pos ke kantor
pelayanan pajak atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) setempat dengan melampirkan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas. Ketentuannya adalah fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau
fotocopy paspor dan surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang
berwenang minimal lurah atau kepala desa bagi orang asing.
b. Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha/melakukan
pekerjaan bebas:
• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah
atau kepala desa bagi orang asing.
• Surat keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari
instansi yang berwenang atau pekerjaan bebas dari instansi yang
berwenang, minimal lurah atau kepala desa.
c. Untuk Wajib Pajak badan:
• Fotocopy pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan
penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.
• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah
atau kepala desa bagi orang asing dari salah seorang pengurus
aktif.
• Surat keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang
minimal lurah atau kepala desa.
d. Untuk bendaharawan sebagai Wajib Pajak:
• Fotocopy KTP bendaharawan.
• Fotocopy surat penunjukkan sebagai bendaharawan.
e. Untuk joint operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/Pemungut
• Fotocopy perjanjian kerjasama sebagai joint operation.
19
• Fotocopy NPWP masing-masing anggota joint operation.
• Fotocopy KTP bagi penduduk Indonesia atau fotocopy paspor dan surat
keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal lurah
atau kepala desa bagi orang asing dari salah seorang pengurus
joint operation.
f. Wajib Pajak dengan status cabang, orang pribadi pengusaha tertentu, atau
wanita kawin tidak pisah harta, harus melampirkan fotocopy surat
keterangan terdaftar.
g. Apabila ditandatangani orang lain, permohonan harus dilengkapi dengan
surat kuasa khusus.
3. Tempat Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak
Tempat pendaftaran NPWP antara lain sebagai berikut:
a. Kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan Wajib Pajak atau kantor pelayanan pajak
tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pajak.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan, yang memenuhi
ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak dan Pengusaha Kecil
melaporkan usahanya ke kantor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke kantor
pelayanan pajak tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan.
c. Dalam hal tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan
usaha, Wajib Pajak berada dalam 2(dua) atau lebih wilayah kantor
pelayanan pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan kantor
pelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
20
cukup memasukkan data pribadi (KTP/SIM/Paspor) untuk memperoleh NPWP.
Selanjutnya mengirimkan fotocopy data pribadi melalui pos ke kantor pelayanan
pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak.
Berikut langkkah-langkah untuk mendapatkan NPWP melalui internet:
a. Cari situs Direktorat Jenderal Pajak di internet dengan alamat
http://www.pajak.go.id
b. Pilih menu e-reg (electronic registration)
c. Pilih menu “Buat account baru” dan isilah kolom sesuai yang diminta
d. Setelah itu anda akan masuk ke menu “ Formulir Registrasi Wajib
Pajak Orang Pribadi”. Isilah sesuai dengan KTP anda.
e. Anda akan memperoleh Surat Keterangan Terdaftar (SKT) sementara
yang berlaku selama 30 hari sejak pendaftaran dilakukan. Cetak
SKT sementara tersebut beserta Formulir Registrasi Wajib Pajak
Orang Pribadi sebagai bukti anda sudah terdaftar sebagai Wajib
Pajak.
f. Tanda tangani formulir registrasi, kemudian kirim atau sampaikan
langsung SKT sementara serta persyarataan lainnya ke kantor
pelayanan pajak seperti yang tertera pada SKT sementara anda.
Setelah itu anda akan menerima kartu NPWP dan SKT asli.
5. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
Penghapusan NPWP dapat dilakukan melalui pengajuan permohonan
penghapusan NPWP oleh:
a. Wajib Pajak dan / atau ahli warisnya karena Wajib Pajak sudah tidak
memnuhi persyaratan subjektif dan / atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan peruandang-undangan perpajakan, antara lain:
• Wajib Pajak meninggal dan tidak meninggalkan harta warisannya,
disyaratkan adanya fotocopy akte kematian atau surat
keterangan kematian dari instansi yang berwenang.
• Wajib Pajak meninggal dan meninggalkan warisan. Apabila
selesai dibagi kepada ahli warisnya, disyaratkan adanya
keterangan tentang selesainya warisan tersebut dibagi oleh ahli
warisnya.
21
• Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi
sebagai Wajib Pajak, disyaratkan surat pernyataan dan keterangan
dari instansi yang berwenang
b. Wanita kawin yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemsahan harta serta suaminya telah terdaftar sebagai
Wajib Pajak, disyaratkan adanya surat nikah / akte perkawinan dari catatan
sipil.
c. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau telah dibebankan secara
resmi, disyaratkan adanya akte pembubaran.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya,
disyaratkan adanya permohonan Wajib Pajak yang dilampiri dokumen
yang mendukung.
22
Pengusaha Kena Pajak Terdaftar adalah pengusaha yang terlah yang telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang telah tercatat dalam tat usaha
kantor pelayanan pajak dan telah diberikan Surat Pengukuhan Keena Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 2 UU KUP disebutkan bahwa “Setiap Wajib Pajak
sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahannya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang nilai kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak”.
23
c. Wajib Pajak orang pribadi selain yang telah dijelaskan di atas (a dan b)
yang memerlukan Nomor Pokok Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak bagi yang
memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
e. Wajib Pajak sebagai pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, yang:
• Memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak, wajib mengajukan
pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
• Tidak memilih sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi sampai
dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku seluruh nilai
peredaran bruto telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai pengusaha kecil , wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak paling lambat akhir
masa pajak berikutnya.
24
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan
Nomor Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak
memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
e. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan untuk Wajib Pajak orang pribadi
atau 12 (dua belas) bulan untuk Wajib Pajak badan, sejak tanggal
permohonan diterima secara lengkap.
f. Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
g. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberi
keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
Fungsi NPPKP
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain digunakan untuk
mengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya juga berguna untuk
melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah serta untuk pengawasan administrasi perpajakan.
Terhadap pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai Pengusaha Kena Pajak,
tetapi tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
25
1. Bagi Pengusaha orang pribadi, adalah pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan.
2. Bagi Pengusaha badan, adalah pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan pengusaha dan tempat
kegiatan usaha dilakukan.
3. Bagi Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat
kegiatan usaha di beberapa wilayah kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan Pengusaha maupun di kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha dilakukan.
4. Bagi Wajib Pajak Orang pribadi pengusaha tertentu (yaitu Wajib Pajak
orang pribadi yang mempunyai tempat usaha tersebar di beberapa tempat,
misalnya pedagang elektronik yang mempunyai toko di beberapa pusat
perbelanjaan), kewajiban melaporkan usahanya di samping pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal Wajib Pajak juga pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak
dilakukan.
Pembayaran Pajak
26
akan terhutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran
pajak setiap bulan.
b. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun, yaitu pelunasan pajak
penghasilan yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun
pajak apabila pajak terhutang untuk suatu tahun pajak lebih besar dari
jumlah total pajak yang dibayar sendiri dalam pajak yang dipotong
atau dipungut pihak lain sebagai kredit pajak.
2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh pasal 4 (2),
PPh pasal 15, PPh pasal 21, 22, dan 23, serta PPh pasal 26). Pihak lain
yang dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain
yang ditunjukan atau ditetapkan oleh pemerintah.
3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).
4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk
pemerintah (misalnya bendaharawan pemerintah).
5. Pembayaran pajak-pajak lainnya.
a. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pelunasan
berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Untuk
daerah Jakarta, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan dengan
menggunakan ATM di bank-bank tertentu.
b. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.
c. Pembayaran Bea Materai, yaitu pelunasan pajak atas dokumen
yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan benda materai
berupa materai tempel atau kertas bermaterai atau dengan cara lain
seperti menggunakan mesin teraan.
Pelaksanaan pembayaran pajak dapat dilakukan Kantor
Penerima Pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) yang dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP4
terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara
elektronik (e-payment).
Pemotongan/Pemungutan
27
Selain pembayaran bulanan yang dilakukan sendiri, atau pembayaran bulanan
yang dilakukan dengan mekanisme pemotongan / pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ketiga. Adapun jenis pemotongan / pemungutan adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN dan PPnBM.
28
7. Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas nilai
tambah suatu barang dan jasa.
8. Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) adalah pajak khusus
untuk barang-barang mewah.
Apabila pihak-pihak yang diberi kewajiban oleh Ditjen Pajak untuk melakukan
pemotongan/pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%.
Pelaporan
Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak,
2. penghasilan yang merupakan Objek Pajak/bukan Objek Pajak;
3. harta dan kewajiban,
29
4. pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau
badan lain dalam 1 (satu) Masa pajak sesuai dengan ketentuan paraturan
perundang-undangan perpajakan berlaku.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk malaporkan tentang;
1. SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan pelaporan atas
pembayaran pajak bulanan, SPT Masa terdiri atas;
a. SPT Masa PPh Pasal 21 dan Pasal 26
b. SPT Masa PPh Pasal 22
c. SPT Masa PPh Pasal 23 dan Pasal 26
d. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
e. SPT Masa PPh Pasal 15
f. SPT Masa PPN dan PPnBM
g. SPT Masa PPN dan PPnBM bagi Pemungutan
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, yaitu SPT yang digunakan untuk
pelaporan tahunan, SPT tahunan terdiri atas;
30
a. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771-Rupiah)
b. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang diizinkan
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang dolar Amerika Serikat (1771-US)
c. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas yang
menyelenggarakan pembukuan atau norma penghitungan
penghasilan neto; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang
dikenakan PPh final/bersifat final; dan dari penghasilan lain
(1770)
d. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja; dalam negeri
lainnya; dan yang dikenakan PPh final atau bersifat final (1770
S)
e. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak mempunyai
penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan bunga koperasi
(1770 SS).
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Pajak
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatannegara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara dan institusi
di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam fungsi. Beberapa
fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang, penegakan hukum, keamanan
atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik , subsidi, dan operasional negara itu
sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk membayar utang negara dan bunga atas utang
tersebut. Pemerintah juga menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan
kesejahteraan dan pelayanan publik. Pelayanan ini
termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang belum mendapat pekerjaan,
dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah juga
menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga memiliki humum yang
mengaturnya. Hukum pajak merupakan hukum yang telah disusun dalam undang-undang
yang memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah dirancang dalam undang-undang itu
sendiri.
32
DAFTAR PUSTAKA
https://nyomandarmayasa.com/files/BAB%202.pdf
https://www.online-pajak.com/hak-dan-kewajiban-wajib-pajak
http://makalahnpwpdannppkp.blogspot.com/
Resmi, siti. 2014. Perpajakan, Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
http://makalahkite.blogspot.com/2013/12/penagihan-pajak.html
https://www.academia.edu/RegisterToDownload#BulkDownload
33
34