Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

AKUTANSI MANAJEMEN

Disusun Oleh :

ADE HENDRAWAN
NANIK NURUL LATIFAH
YOGA IRMAYANTI
RIZALDY SEPTIAWAN
NADYA
NOVITA SINAGA
RUTH CHRISTMONICA

F A K U L T A S   E K O N O M I

JURUSAN MANAJEMEN B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NASIONAL INDONESIA


TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.
BAB I Ruang Lingkup Ekonomi Teknik
1. Pengertian Ekonomi Manajemen
2. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Dalam Ekonomi manajemen
3. Tahapan-Tahapan Dalam Proses Pengambilan Keputusan, Terutama Dalam Bidang
Engineering.

BAB II Rumus-rumus Bunga


1. Pengertian Aliran Uang
2. Penyusunan Aliran Uang
3. Perhitungan Aliran uang
4. Ekivalen Uniform Annual Cashflow
5. Present Wort
6. Future Word Analysis

BAB III Pengertian Rate Of Return


1. Penerapan Rate of Return
2. Pengertian Analisis Incremental
3. Internal Rate of Return
4. Benefit Cots Ratio Analysis
5. Sensitivity and Break Even Analysis
6. Payback Period
7. NPV Analysis
8. IRR Analysis
BAB I

Ruang Lingkup Ekonomi

1. Pengertian Ekonomi Manajemen


ekonomi manajemen merupakan aplikasi dari teori ekonomi serta fitur analisis ilmu
keputusan. Dimana perihal ini digunakan untuk mangulas bagaimana metode suatu organisasi
dapat menggapai tujuannya secara efektif.

Pada dasarnya pengertian ekonomi manajemen ini fokus pada sebutan manajemen
tersebut. manajemen dijadikan ilmu pengetahuan yang secara sistematis dapat memahami,
mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama dalam menciptakan suatu yang berguna untuk
kemanusiaan.
2. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Dalam Ekonomi Manajemen

Pengambilan keputusan dalam ekonomi manajemen hampir selalu berkaitan dengan


penentuan layak atau tidaknya suatu alternatif investasi dilakukan dan penentuan yang terbaik
dari alternatif-alternatif yang tersedia. Proses pengambilan keputusan ini terjadi karena :
Biasanya setiap investasi atau proyek bisa dikerjakan dengan lebih dari satu cara
sehingga harus ada proses pemilihan,
Karena sumber daya yang tersedia untuk melakukan suatu investasi terbatas sehingga tidak
semua alternatif bisa dikerjakan, namun harus dipilih yang paling menguntungkan
Seperti halnya pengambilan keputusan pada bidang-bidang yang lain, pengambilan keputusan
pada ekonomi manajemen harus melalui suatu langkah-langkah yang sistematis mulai dari
mendefinisikan alternatif-alternatif investasi sampai pada penentuan alternatif yang terbaik.
Gambar 1 memberikan ilustrasi bagaimana perbandingan langkah-langkah yang dilalui pada
pengambilan keputusan secara umum dan langkah-langkah yang dilalui pada pengambilan
keputusan ekonomi manajemen.
3. Tahapan-Tahapan Dalam Proses Pengambilan Keputusan, Terutama Dalam
Bidang Engineering.

Berhubungan dengan tahap-tahap tersebut, tetapi lebih empiris (yaitu, menelusuri


keputusan sebenarnya dalam bidang engineering), adalah langkah pengambilan keputusan
menurut Mintzberg dan koleganya:
Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat
Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep
masalah yang sederhana tidak.
Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada as
mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain merupakan proses pencarian d
percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan
penilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis;
dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan dengan tnwar-menawar saat seleksi
melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali
keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian dibuat
BAB II
Rumusan-Rumusan Bunga

1. Pengertian Aliran Uang

Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari
kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan
serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan
bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas
adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu:
Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi
awal
Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya
beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
Ketiga,capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan kekayaan
dengan jangka waktu relatif panjang.

2. Penyusunan Aliran Uang

Ada empat langka dalam penyusunan cash flow, yaitu :


1. Menentukan minimum kas
2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit
kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi
financial dan budget kas yang final.

Cash flow memuat tiga bagian utama, yang terdiri dari:

1. Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan diterima ,
jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan
tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap dan penerimaan
lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan.
2. Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua kas yang sudah
diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi,
dan pengeluaran lainnya. Cash out flow juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan
intermitan

3. Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukan besarnya net cash flow dan besarnya
kebutuhan dana jika terjadi deficit.

3. Perhitungan Aliran Uang


Kemampuan untuk mendapatkan keuntungan (profitabilitas) suatu kegitan usaha ditentukan
oleh aliran dana (cash flow) yang dapat dihasilkan kegiatan tersebut. Sedangkan profitabilitas suatu
rencana investasi ditentukan oleh perkiraan aliran dananya. Aliran dana itu sendiri menyatakan jumlah
serta saat diterimanya pemasukan tunai (cash income) dan jumlah serta saat dikeluarkaanya biaya tunai
(cash cost) suatu rencana investasi atau suatu kegiatan usaha.

Aliran dana disusun dengan mempertimbangkan semua elemen pemasukan tunai (cash income)
dan semua elemen biaya tunai (cast cost) pada setiap periode selama umur investasi tersebut. Biaya
tunai yang dimaksud adalah meliputi semua transaksi baik berupa biaya yang dikeluarkan secara tunai
maupun pengeluaran tunai dalam bentuk investasi (meningkatkan aktiva). Pengertian ini diperlukan
untuk membedakaanya dengan biaya non-cash (book cost). Yang tidak mempengaruhi nilai tunai dan
aktiva perusahaan.sedangkan pemasukan tunai adalah semua pendapatan yang dihasilkan dan
dikumpulkan secara tunai atau pendapatan yang meningkatkan rekening tagihan (account receivable)

Contoh perhitungan :

WAHID memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income Statementper
akhir tahun adalah sebagai berikut:

Penjualan Bersih Rp. 1.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 800 (-)

Laba Kotor Rp. 200

Biaya Operasional

Gaji/Bonus Rp. 50

Lain-lain Rp. 40

Depresiasi Rp. 20 (+)


Rp. 110 (-)

Laba Bersih Operasional Rp. 90

Pajak Penghasilan 30 % Rp. 30 (-)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp. 60

Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena
depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash Flow
yang sebenarnya adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Rp. 60

Depresiasi Rp. 40 (+)

Cash flow Rp 100

Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja
semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih tinggi.
Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau tahunan.

4. Ekivalent Unifrom Annual Cashflow


Uang yang masuk berupa pendapatan, bisa termasuk gaji, bonus, hasil investasi, dan
penghasilan pasif (untuk individu) ataupun hasil penjualan (untuk perusahaan). Sedangkan uang yang
keluar bisa termasuk berbagai pengeluaran, seperti berbagai pengeluaran rumah tangga, cicilan,
pinjaman, dan pajak.

Pendapatan yang lebih besar daripada pengeluaran akan menciptakan cash flow yang positif.
Sebaliknya, cash flow akan menjadi negatif apabila pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.

Trik Mengalokasikan Pendapatan Agar Cash Flow Selalu Positif

Ada berbagai jenis pendapatan, seperti penghasilan aktif, penghasilan investasi, serta
penghasilan pasif.

Penghasilan aktif meliputi semua pendapatan yang diterima, bisa berupa gaji, honor, hingga bonus dan
komisi.

Penghasilan dari investasi didapat dari keuntungan instrumen investasi, misalnya penjualan saham,
bunga deposito, hingga penjualan properti atau aset lainnya.
Penghasilan pasif adalah penghasilan yang didapat dari aset yang sudah dimiliki. Beberapa contoh di
antaranya yaitu uang dari rumah yang disewakan atau pembagian hasil dari karya yang diperjualbelikan
(buku, musik, dan konten lainnya).

Seluruh penghasilan ini bisa digabung dan dikurangi dengan berbagai pengeluaran. Kebanyakan orang
akan langsung menggunakan pendapatannya untuk membayar kewajiban, dan baru sisanya ditabung
dan diinvestasikan.

Alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatur cash flow adalah dengan menyisihkan dulu uang yang
akan ditabung dan diinvestasikan. Prioritaskan penghasilan untuk membayar pajak, donasi, serta
tabungan dan investasi di awal bulan. Kemudian, baru gunakan sisanya untuk membayar utang dan
kebutuhan rumah tangga lainnya. Cara ini memungkinkanmu untuk menabung dengan lebih teratur
tanpa ada alasan uang habis di akhir bulan.

Hal Lain yang Bisa Dilakukan untuk Mengatur Cash Flow

Bisnis dengan cash flow negatif akan menyebabkan terganggunya operasional, bahkan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Sedangkan bagi individu, cash flow yang buruk akan membuat
pemenuhan kebutuhan semakin sulit. Karena itu, manajemen keuangan yang baik sangatlah penting
untuk menjaga kondisi finansial yang lebih stabil. Ini dia berbagai hal sederhana yang bisa dilakukan agar
kamu memiliki keuangan yang sehat!

Mencatat Anggaran

Persiapkan diri dengan selalu memprediksi dan mencatat pengeluaran bulanan. Misalnya seerti
pengeluaran untuk belanja kebutuhan, transportasi, cicilan, dan biaya lainnya. Anggaran yang telah
dibuat ini berfungsi sebagai alat untuk merencanakan dan merekam jenis pengeluaran yang akan
dibayarkan.

Buat Laporan Keuangan

Tiap bulan, buatlah laporan keuangan sederhana untuk merekam setiap arus kas yang masuk
dan keluar, kemudian hitung sisa uang yang tersisa. Bandingkan besar jumlah pemasukan dan
pengeluaran agar kamu bisa menilai apakah cash flow-mu positif atau negative.

Evaluasi Pengeluaran

Tidak ada salahnya untuk mengurangi pengeluaran demi kesehatan finansial yang lebih baik.
Bukan berarti kamu tidak boleh bersenang-senang lho, ya! Kamu bisa sesekali mencoba berhemat
dengan hal-hal sederhana, seperti membuat kopi sendiri daripada membeli kopi di kafe, atau
membatalkan keanggotaan gym yang tidak pernah kamu ikuti agar tidak perlu lagi membayar
pengeluaran ekstra. Simpel, kan?

Cari Pendapatan Tambahan


Zaman sekarang, ada banyak sekali cara untuk mencari penghasilan tambahan, salah satunya itu
dengan memanfaatkan teknologi. Baik itu dengan berjualan secara online atau mencari pekerjaan
sampingan, kamu bisa memanfaatkan kemampuan dan hobimu untuk menambah jumlah rekening di
akhir bulan.

Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Masih dalam rangka meminimalisir pengeluaran bulanan, kamu juga perlu belajar untuk
menahan keinginan dan mendahulukan kebutuhan. Dahulukan pelunasan utang dibanding menambah
cicilan smartphone terbaru yang tidak terlalu penting. Tahan keinginan membeli baju baru dan sisihkan
uang untuk membeli makanan di akhir bulan. Dengan begini, kamu bisa menata keuangan dengan lebih
mudah.

Cek Kondisi Keuanganmu dengan Rasio Ini!

Cash flow yang positif menandakan kondisi keuangan yang sehat. Ingin tahu bagaimana keadaan
finansialmu setiap bulannya? Kamu bisa menjadikan perhitungan rasio ini sebagai patokannya!

Rasio Likuiditas

Merupakan rasio jumlah tabungan yang bisa menutup biaya hidupmu hingga beberapa bulan
kedepannya. Idealnya, seseorang perlu memiliki tabungan yang bisa menutup biaya hidup 3 bulan
hingga 1 tahun tanpa penghasilan.

Rasio Tabungan

Rasio ini mengukur porsi uang yang ditabung dari total penghasilan individu. Untuk kondisi
finansial yang lebih baik, disarankan setiap orang sedikitnya menyisihkan 20% dari penghasilan untuk
ditabung atau diinvestasikan. Semakin besar persentase yang ditabung, maka akan semakin baik.

Rasio Utang/Pinjaman

Agar tidak terjerat utang yang berlebih, disarankan total jumlah cicilan atau utang per bulan
tidak melebihi 35% dari total penghasilan. Cash flow adalah hal penting yang perlu diketahui oleh siapa
pun, baik individu maupun perusahaan. Dengan memiliki arus kas yang sehat, maka hidup pun akan
menjadi lebih mudah.

5. Present Worth
Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana
semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu
tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa
berada dalam situasi:

Usia pakai sama dengan periode analisis

Usia pakai berbeda dengan periode analisis

Periode analisis tak terhingga

Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing
alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan:

NPV = PW pendapatan – PW pengeluaran

Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima.
Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar
merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat
independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.

Analisis Terhadap Alternatif Tunggal

Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp.


30.000.000. Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun
selama 8 tahun. Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku
bunga 12% per tahun dan digunakan present worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut
menguntungkan?

Penyelesaian:

NPV = 40000000(P/F,12%,8) + 1000000(P/A,12%,8) – 30000000

NPV = 40000000(0,40388) + 1000000(4,96764) – 30000000

NPV = -8.877.160

Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.

Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis

Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan
menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif. Dalam kasus ini tidak diperlukan
penyelesaian terhadap arus kas.

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
X 2500000 750000 1000000

Y 3500000 900000 1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.

Penyelesaian:

Mesin X:

NPV X = 750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000

NPV X = 750000(4,48732) + 1000000(0,32690) – 2500000

NPV X = 1192390

Mesin Y

NPV Y = 900000(P/A,15%,8) + 1500000(P/F,15%,8) – 3500000

NPV Y = 900000(4,48732) + 1500000(0,32690) – 3500000

NPV Y = 1028938

Kesimpulan : Pilih mesin X

Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis

Pada situasi usia pakai berbeda dengan periode analisis, digunakan asumsi perulangan
(repeatability assumption) dengan periode analisis yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari
usia pakai alternatif. Dengan asumsi itu, alternatif yang telah habis usia pakainya sebelum periode
analisis akhir akan digantikan oleh alternatif yang sama.

Jika asumsi perulangan tidak dapat diterapkan pada suatu situasi pengambilan keputusan, akan
dipilih periode analisis yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (asumsi berakhir bersamaan atau
coterminated assumption). Pada asumsi ini diperlukan penyesuaian arus kas pada alternatif yang
memiliki usia pakai berbeda dengan periode analisis.

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)

X 8 2500000 750000 1000000


Y 16 3500000 900000 1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.

Penyelesaian:

Mesin X

NPV X = 750000(P/A,15%,16) + 1000000(P/F,15%,8) + 1000000(P/F,15%,16) – 2500000 –


2500000(P/F,15%,8)

NPV X = 750000(5,95423) + 1000000(0,32690) + 1000000(0,10686) – 2500000 – 2500000(0,32690)

NPV X = 1582182,5

Mesin Y

NPV Y = 900000(P/A,15%,16) + 1500000(P/F,15%,16) – 3500000

NPV Y = 900000(5,95423) + 1500000(0,10686) – 3500000

NPV Y = 2019097

NPV mesin Y, Rp. 2.019.097, lebih besar daripada NPV mesin X, Rp. 1.582.182,5. Pilih mesin Y.

Periode Analisis Tak Terhingga – Capitalized Worth

Pada situasi dimana periode analisis tak terhingga, perhitungan NPV dari semua arus masuk dan
arus keluar dilakukan dengan metode capitalized worth (nilai modal). Jika hanya unsur biaya yang saja
yang diperhitungkan, maka hasil yang diperoleh disebut capitalized cost (biaya modal)

Capitalized Worth (CW) adalah sejumlah uang yang harus dimiliki saat ini. Dengan demikian, diperoleh
pembayaran yang besarnya sama selama periode tak terhingga pada tingkat suku bunga i% per periode.
Dari factor bunga majemuk untuk nilai n tak terhingga, didapatkan nilai (P/A,I,n) = 1/i sehingga:

CW = PW n→∞ = A(P/A,i,∞) = A

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)
X 8 2500000 750000 1000000

Y 16 3500000 900000 1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dan periode analisis tak hingga, tentukan mesin yang
seharusnya dibeli.

Penyelesaian:

Dengan capitalized worth, setiap alternatif hanya dianalisis dengan satu kali usia pakai saja.

Mesin X

CW X = 750000(P/A,15%,∞) + 1000000(A/F,15%,8)(P/A,15%,∞) – 2500000(A/P,15%,8)(P/A,15%,∞)

CW X = 7500000(1/0,15) + 1000000(0,07285)(1/0,15) – 2500000(0,22285)(1/0,15)

CW X = 1771500

Mesin Y

CW Y = 900000(P/A,15%,∞) + 1500000(A/F,15%,9)(P/A,15%,∞) – 3500000(A/P,15%,9)(P/A,15%,∞)

CW Y = 900000(1/0,15) + 1500000(0,05957)(1/0,15) – 3500000(0,20957)(1/0,15)

CW Y = 1705733,33

CW mesin X, Rp. 1.771.500 lebih besar daripada CW mesin Y, Rp. 1.705.733,33. Untuk itu pilih mesin X.

6. Future Worth Analysis


Future worth analysis (analisis nilai masa depan) didasarkan pada nilai ekuivalensi semua arus
kas masuk dan arus kas keluar di akhir periode analisis pada suatu tingkat pengembalian minimum yang
diinginkan (MARR). Oleh karena tujuan utama dari konsep time value of money adalah untuk
memaksimalkan laba masa depan, informasi ekonomis yang diperoleh dari analisis ini sangat berguna
dalam situasi-situasi keputusan investasi modal.

Hasil FW alternative sama dengan PW, dimana FW = PW (F/P,i%,n). Perbedaan dalam nilai
ekonomis yang dihasilkan bersifat relative terhadap acuan waktu yang digunakan saat ini atau masa
depan. Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai FW ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima.
Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan FW terbesar
merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat
independent, dipilih semua alternatif yang memiliki FW ≥ 0.

Analisis Terhadap Alternatif Tunggal

Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000.
Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun.
Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per
tahun dan digunakan future worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut
menguntungkan?

Penyelesaian:

FW = 40000000 + 1000000(F/A,12%,8) – 30000000(F/P,12%,8)

NPV = 40000000 + 1000000(12,29969) – 30000000(2,47596)

NPV = -21.979.110

Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.

Usia Pakai Sama dengan Periode Analisis

Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan
menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif.

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)

X 2500000 750000 1000000

Y 3500000 900000 1500000

Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.

Penyelesaian:
Mesin X:

FW X = 750000(F/A,15%,8) + 1000000 – 2500000(F/P,15%,8)

FW X = 750000(13,72682) + 1000000 – 2500000(3,05902)

FW X = 3647565

Mesin Y

FW Y = 900000(F/A,15%,8) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,8)

FW Y = 900000(13,72682) + 1500000 – 3500000(3,05902)

FW Y = 3147568

Kesimpulan: pilih mesin X.

Usia Pakai Berbeda dengan Periode Analisis

Sama dengan Present Worth Analysis. Dalam situasi ini dapat digunakan asumsi perulangan atau
asumsi berakhir bersamaan, tergantung pada masalah yang dihadapi.

Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:

Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)

X 8 2500000 750000 1000000

Y 16 3500000 900000 1500000

Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:

Mesin X

FW X = 750000(F/A,15%,16) + 1000000 + 1000000(P/F,15%,8) – 2500000(F/P,15%,8) –


2500000(F/P,15%,16)

FW X = 750000(55,71747) + 1000000 + 1000000(3,05902) – 2500000(3,05902) – 2500000(9,35762)

FW X = 14805463

Mesin Y

FW Y = 900000(F/A,15%,16) + 1500000 – 3500000(F/P,15%,16)

FW Y = 900000(55,71747) + 1500000 – 3500000(9,35762)

FW Y = 18894053

FW mesin Y, Rp. 18.894.053, lebih besar dari FW mesin X, Rp. 14.805.463, maka pilih mesin Y.

BAB III

Pengertian Rate of Return

1. Penerapan Rate of Return


Rate of Return didefiniskan sebagai bunga rata-rata yang dibayarkan kepada saldo yang belum
lunas dalam suatu pinjaman sehingga saldo yang belum dibayarkan tersebut secara berkala sama
dengan nol pada akhir pembayaran.
Dalam perhitungan Rate of Return,kita dapat menggunakan persamaan-persamaan berikut:

contoh kasus:

Sebuah investasi sebesar $10,000 dapat ditanamkan pada sebuah proyek yang akan
memberikan penerimaan tahunan $5,310 selama 5 tahun dan mempunyai nilai sisa $2,000. Pengeluaran
tahunan $3,000 untuk operasi dan pemeliharaan. Perusahaan akan menerima proyek apapun yang
memberikan “hasil” 10% atau lebih sebelum dikurangi pajak. e = MARR = 20%/tahun. Berdasarkan
metode ERR apakah investasi tersebut layak dilakukan?

Penyelesaian

25,000 (F/P, i’%, 5) = 8,000 (F/A, 20%, 5) + 5,000

(F/P, i’%, 5) = 64,532.80/25,000 = 2.5813

i’% = 20.88%

Karena i’ > MARR, maka investasi layak dilakukan.

2. Pengertian Analisis Incremental


Analisis incremental adalah pemilihan atas dua alternatif dengan cara menentukan selisih cash
flow dari kedua alternatif, umumnya dipakai untuk menentukan IRR dari dua alternatif yang memiliki
keseluruhan cash flow negative (kecuali nilai sisa).

Analisis incremental biasanya dinyatakan juga sebagai biaya diferensial, biaya marjinal, atau
biaya relevan. Analisis incremental ini fleksibel, dimana data dapat dihitung dan disajikan untuk
alternatif keputusan berdasarkan periode, seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Analisis incremental digunakan dalam pengambilan keputusan ketika jumlah dari alternatif
keputusan dan keadaan alam sangat besar. Penggunaan tabel payoff atau pohon keputusan mungkin
terlalu rumit untuk digunakan, sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan pendekatan yang
telah disederhanakan. Pendekatan ini membantu pemimpin perusahaan untuk melakukan sejumlah
keputusan yang tepat dalam waktu yang relatif singkat. Analisis ini dapat digunakan dalam berbagai
bidang, seperti bidang pemasaran atau bidang produksi.

Analisis incremental adalah cara pengambilan keputusan di mana biaya operasional atau
pendapatan dari satu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain. Alternatif keputusan terbaik adalah
biaya operasional terkecil atau pendapatan yang terbesar. Analisis incremental dapat digunakan untuk
mengevaluasi alternatif-alternatif keputusan, seperti:

• Menyimpan atau mengganti barang tertentu

• Membuat atau membeli sejumlah barang tertentu


• Menjual sekarang atau memproses barang lebih lanjut

• Menyewa ruangan lain atau melanjutkan kegiatan

• Melanjutkan atau menghentikan produksi

• Menerima atau menolak penawaran khusus

• Perubahan jangka waktu kredit

• Membuka tempat baru

• Membeli atau menyewa, dan lain-lain

Incremental Analysis itu meliputi :

Membuat atau membeli: Haruskah kita membuat komponen sendiri atau mempekerjaan untuk
orang lain dalam hal pembuatanya kemudian kita membelinya(subcont fee)? Pertimbangan kualitatif
mungkin atau mungkin tidak mengesampingkan masalah kuantitatif. Sebagai contoh, kita mungkin bisa
subkontrak pada peusahaan lain supaya lebih ekonomis daripada kita bisa melakukannya sendiri yang
kalau dipikir-pikir harus menambah investasi dan jumlah orang tentunya yang akan meningkatlan labor
cost. Tetapi jika kontraktor tidak dapat mempertahankan tingkat kualitas yang diperlukan atau
memenuhi jadwal pengiriman, subkontrak mungkin tidak efektif.

3. Internal Rate of Return


Internal rate of return adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang (present value)
dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha, dengan kata lain IRR adalah discount rate yang
menghasilkan NPV = 0 .

Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tsb
tidak layak untuk diambil. Jadi, semakin tinggi IRR dibandingkan dengan biaya modalnya ( WACC ),
semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil daripada biaya modalnya,
proyek tersebut tidak akan diambil. Jadi biaya modal maksimum yang dapat ditanggung suatu usaha
adalah sebesar IRR.

Adapun cara menghitung IRR secara manual adalah sebagai berikut :

Ambil discount rate (r1) yang memberikan NPV Positif (NPV1) dan ambil discount rate lainnya (r2) yang
lebih besar dari pada r1, sehingga menghasilkan NPV negatif (NPV2).

4. Benefit Cost Ratio Analysis


Benefit Cost Ratio Analysis (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan
dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C berarti cost. Perhitungan b/c ratio
ini dihitung dari tingkat suku bunga.

Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu usaha
menguntungkan atau tidak menguntungkan.

Rumus untuk menghitung b/c ratio adalah :

B/C ratio = Jumlah Pendapatan (B) : Total Biaya Produksi (TC)

Metode ukuran penilaian kelayakan suatu proyek yaitu :

B/C ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1 maka usaha tersebut tidak
layak atau merugi.

Contoh B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

Berikut adalah contoh dari b/c ratio.

Pembelian suatu mesin seharga Rp.20.000.000 akan memampukan perusahaan guna berhemat
sebesar Rp.6.000.000 per tahun. Mesin tersebut diperkirakan berusia pakai 5 tahun dan mempunyai sisa
akhir usia pakai sebesar Rp.4.000.000. Jika pemilik perusahaan mengingingkan tingkat pengembalian
minimal 15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39} per tahun,
apakah pembelian tersebut layak dilakukan?

Penyelesaian:

B/C = (6000000 +
4000000(A/F,15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39},5))/
(20000000(A/P,15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39},5)

B/C = (6000000 + 4000000(0,14832))/(20000000(0,29832))

B/C = 1,11

Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian peralatan baru tersebut dianggap menguntungkan.
Benefit Cost Ratio dengan Inkremental

Guna melakukan analisis benefit cost ratio terhadap lebih dari satu alternatif, harus dilakukan
cara inkremental seperti pada analisis rate of return. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai
B/C yang didapatkan.

Apabila dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C ≥ 1, maka alternatif dengan biaya
yang lebih besarlah yang akan dipilih. Namun apabila dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh
B/C < 1, maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang akan dipilih.

5. Sensitivity and Break Even Anlysis


Pengertian analisa break even menurut Sigit (1993, p. 2) adalah suatu cara atau suatu teknik
yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume
(jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita
kerugian dan tidak pula memperoleh laba.

Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002) adalah, “Break
even analysis is a management tool that can help restaurant managers examine the relationship
between various costs, revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any
desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis” (p. 169). yang kurang lebih memiliki
arti : analisa titik impas adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk
melihat hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa
titik impas, manajer juga dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat
pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba .

Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang
dengan kata lain labanya sama dengan nol.

Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even merupakan suatu analisa
yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua
biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut dapat
menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.

Menurut Rony (1990, p. 358) Analisa break even atau disebut Analisis titik impas merupakan
sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya
sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.

Bambang Riyanto, dalam bukunya "Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan" mengemukakan pengertian


Analisa Break Even sebagai berikut:
"Analisa Break Even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara
biaya - keuntungan - volume, maka analisa tersebut sering juga disebut 'cost-profit volume analysis (CPV
analysis)', (1982: 290)".

6. Payback Periode
Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode
yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds
atau aliran kas netto (net cash flows).

Selanjutnua menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang
diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.

Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback
period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam
pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan
perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat
mengembalikan investasi.

Rumus Payback Periode

Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda

Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n

c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1

Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama

Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun

• Periode pengembalian lebih cepat : layak

• Periode pengembalian lebih lama : tidak layak


• Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian yang lebih cepat yang dipilih

Kelebihan dan Kelemahan Payback Period

Kelebihan

Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan
lamanya waktu pengembalian dana investasi.

Memberikan informasi mengenai lamanya break even project.

Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka
semakin pendek pula resiko kerugiannya.

Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama
dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya
lebih pendek itu yang dipilih.

Kelemahan

Metode ini mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proceeds yang diperoleh


sesudah payback periode tercapai.

Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).

Tidak memberikan informasi mengenai tambahan value untuk perusahaan.

Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur
keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.

Contoh Perhitungan Payback Period

Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya sama

PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500,
maka payback periodnya adalah:

Payback Peiod=(investasi awal)/(arus kas) x 1 tahun

Payback Peiod=($ 45.000)/($ 22.500) x 1 tahun

Payback Period=2 tahun


Payback Period dari investasi tersebut adalah dua tahun. Artinya dana yang tertanam dalam aktiva
sebesar $. 45.000 akan dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu dua tahun. Apabila investor
dihadapkan pada dua pilihan investasi, maka pilih payback period yang paling kecil.

Contoh kasus arus kas setiap tahun jumlahnya berbeda

PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai
berikut:

Tahun Proceed Proceed Kumulatif

1 $ 50.000 $ 50.000

2 $ 40.000 $ 90.000

3 $ 30.000 $ 120.000

4 $ 20.000 $ 140.000

Maka payback periodnya adalah:

Payback Period=n+(a-b)/(c-b) x 1 tahun

Payback Period=2+($ 100.000-$ 90.000)/($ 120.000-$ 90.000) x 1 tahun

Payback Period=2+($ 10.000)/($ 30.000) x 1 tahun

Payback Period=2,33 tahun atau 2 tahun 4 bulan

7. NPV Analysis
NPV (net present value) merupakan nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh
berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV > 0 (nol)
→ usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan. NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible)
untuk dilaksanakan. NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam
bentuk present value. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. Contoh :

Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru karena mesin lama tidak
ekonomis lagi, baik secara teknis maupun ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana
investasi sebesar Rp 75.000.000,‐. Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan
salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima sebesar Rp.15.000.000,‐. Berdasarkan
pengalaman pengusaha, cash in flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,‐ dengan biaya
modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan apabila dilihat dari PV dan
NPV?
Dalam perhitungan NPV, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dan menggunakan cash flow
diagram.

Cara 1 :

PV = 16.949.153 + 14.363.689 + 12.172.617 + 10.315.778 + 8.742.184 + 6.556.638

= 69.100.059

NPV = PV – OO = 69.100.059 – 75.000.000 = – 5.899.941

Cara 2 :

P = -75 + 20 (P/A,18%,5) + 15 (P/F,18%,5)

= -75 + 62,544 + 6,5565

= -5,8995 juta

NPV yang diperoleh bernilai negatif, maka pembelian mesin tidak feasible.

8. IRR Analysis
IRR (internal rate of return) merupakan tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi
yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discount factor, dikatakan investasi yang
ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount factor maka investasi yang
ditanamkan tidak layak.

Contoh : soal sama dengan contoh NPV


DF 18%

P = P + A (P/A,i,n) + F (P/F, i, n)

P = -75.000.000 + 20.000.000 (P/A, 18%, 5) + 15.000.000 (P/F, 18%, 5)

P = -75.000.000 +62.544.000 + 6.556.500

P = -5.899.500

DF 14%

PV= 20.000.000 / (1 +0,14) + 20.000.000/(1 + 0,14)2 + 20.000.000/ (1 + 0,14)3+…..+ 20.000.000/(1 +


0,14)5 + 15.000.000/(1 + 0,14)5

PV = 1.754.3859 + 15.389.350 + 13.499.430 +11.841.605+10.387.373+7.790.529

PV = 76.452.146

NPV = 76.452.146 – 75.000.000 = 1. 452.146

DF 24%

PV = 20.000.000/(1 +0,24) + 20.000.000/(1 + 0,24)2 + 20.000.000/(1 + 0,24)3 + ….. + 20.000.000/(1 +


0,24)5+ 15.000.000/(1 + 0,24)5
PV = 16.129.032 + 13.007.284 + 10.489.745 + 8.459.471 + 6.822.154 +5.116.616

PV = 60.024.302

NPV = 60.024.302 – 75.000.000

NPV = – 14.975.698

Sehingga dapat diambil kesimpulan, semakin besar DF, gagasan usaha tidak layak.
KESIMPULAN

Menulis bukanlah perkara susah tapi bukan berarti mudah. Demikian


kesimpulan yang didapat dari penelitian ini. Seperti yang diungkapkan oleh
Noorca M. Massardi. Menulis tidak pernah menjadi sesuatu yang mudah.
Akan tetapi tidak pula hal susah.

Menulis terutama fiksi memerlukan ketekunan dan kedisiplinan. Meskipun


banyak yang mengungkapkan bahwa menulis merupakan kegiatan yang
bergantung pada ide dan kelancaran penulis dalam melahirkan ide. Tetapi
menulis perlu dilakukan secara disiplin. Tanpa kedisiplinan, penulis tidak
akan menghasilkan karya.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa kedisiplinan merupakan bagian penting


dalam menulis. Kedisiplinan penulis dalam menulis akan berpengaruh
terhadap proses berkarya sang penulis. Untuk itu perlu diterapkan
kedisiplinan dalam menulis.

Anda mungkin juga menyukai