AKUTANSI MANAJEMEN
Disusun Oleh :
ADE HENDRAWAN
NANIK NURUL LATIFAH
YOGA IRMAYANTI
RIZALDY SEPTIAWAN
NADYA
NOVITA SINAGA
RUTH CHRISTMONICA
F A K U L T A S E K O N O M I
JURUSAN MANAJEMEN B
Pada dasarnya pengertian ekonomi manajemen ini fokus pada sebutan manajemen
tersebut. manajemen dijadikan ilmu pengetahuan yang secara sistematis dapat memahami,
mengapa dan bagaimana manusia bekerja sama dalam menciptakan suatu yang berguna untuk
kemanusiaan.
2. Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Dalam Ekonomi Manajemen
Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari
kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan
serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan
bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).
Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur arus kas
adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan atau investasikan.
Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu:
Pertama, fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada pengurangan investasi
awal
Kedua, fungsi anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan pada daya
beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
Ketiga,capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan kekayaan
dengan jangka waktu relatif panjang.
1. Cash in flow, pada bagian ini mengidentifikasi sumber-sumber dana yang akan diterima ,
jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan berupa penjualan
tunai, penjualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil penjualan aktiva tetap dan penerimaan
lainnya. Perincian kas ini terdiri dari dua sifat, yaitu kontinyu dan intermitan.
2. Cash out flow, pada bagian ini berhubungan dengan pengidentifikasian semua kas yang sudah
diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran hutang, upah, administrasi,
dan pengeluaran lainnya. Cash out flow juga punya dua sifat yang sama yaitu kontinyu dan
intermitan
3. Financing (pembiayaan), pada bagian ini menunjukan besarnya net cash flow dan besarnya
kebutuhan dana jika terjadi deficit.
Aliran dana disusun dengan mempertimbangkan semua elemen pemasukan tunai (cash income)
dan semua elemen biaya tunai (cast cost) pada setiap periode selama umur investasi tersebut. Biaya
tunai yang dimaksud adalah meliputi semua transaksi baik berupa biaya yang dikeluarkan secara tunai
maupun pengeluaran tunai dalam bentuk investasi (meningkatkan aktiva). Pengertian ini diperlukan
untuk membedakaanya dengan biaya non-cash (book cost). Yang tidak mempengaruhi nilai tunai dan
aktiva perusahaan.sedangkan pemasukan tunai adalah semua pendapatan yang dihasilkan dan
dikumpulkan secara tunai atau pendapatan yang meningkatkan rekening tagihan (account receivable)
Contoh perhitungan :
WAHID memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan secara tunai. Income Statementper
akhir tahun adalah sebagai berikut:
Biaya Operasional
Gaji/Bonus Rp. 50
Lain-lain Rp. 40
Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi sebagai biaya karena
depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash Flow
yang sebenarnya adalah sebagai berikut:
Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan per hari. Tentu saja
semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan memiliki ketepatan yang lebih tinggi.
Untuk Bank, umumnya kita menggunakan interval bulanan atau tahunan.
Pendapatan yang lebih besar daripada pengeluaran akan menciptakan cash flow yang positif.
Sebaliknya, cash flow akan menjadi negatif apabila pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.
Ada berbagai jenis pendapatan, seperti penghasilan aktif, penghasilan investasi, serta
penghasilan pasif.
Penghasilan aktif meliputi semua pendapatan yang diterima, bisa berupa gaji, honor, hingga bonus dan
komisi.
Penghasilan dari investasi didapat dari keuntungan instrumen investasi, misalnya penjualan saham,
bunga deposito, hingga penjualan properti atau aset lainnya.
Penghasilan pasif adalah penghasilan yang didapat dari aset yang sudah dimiliki. Beberapa contoh di
antaranya yaitu uang dari rumah yang disewakan atau pembagian hasil dari karya yang diperjualbelikan
(buku, musik, dan konten lainnya).
Seluruh penghasilan ini bisa digabung dan dikurangi dengan berbagai pengeluaran. Kebanyakan orang
akan langsung menggunakan pendapatannya untuk membayar kewajiban, dan baru sisanya ditabung
dan diinvestasikan.
Alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatur cash flow adalah dengan menyisihkan dulu uang yang
akan ditabung dan diinvestasikan. Prioritaskan penghasilan untuk membayar pajak, donasi, serta
tabungan dan investasi di awal bulan. Kemudian, baru gunakan sisanya untuk membayar utang dan
kebutuhan rumah tangga lainnya. Cara ini memungkinkanmu untuk menabung dengan lebih teratur
tanpa ada alasan uang habis di akhir bulan.
Bisnis dengan cash flow negatif akan menyebabkan terganggunya operasional, bahkan bisa
mengakibatkan kebangkrutan. Sedangkan bagi individu, cash flow yang buruk akan membuat
pemenuhan kebutuhan semakin sulit. Karena itu, manajemen keuangan yang baik sangatlah penting
untuk menjaga kondisi finansial yang lebih stabil. Ini dia berbagai hal sederhana yang bisa dilakukan agar
kamu memiliki keuangan yang sehat!
Mencatat Anggaran
Persiapkan diri dengan selalu memprediksi dan mencatat pengeluaran bulanan. Misalnya seerti
pengeluaran untuk belanja kebutuhan, transportasi, cicilan, dan biaya lainnya. Anggaran yang telah
dibuat ini berfungsi sebagai alat untuk merencanakan dan merekam jenis pengeluaran yang akan
dibayarkan.
Tiap bulan, buatlah laporan keuangan sederhana untuk merekam setiap arus kas yang masuk
dan keluar, kemudian hitung sisa uang yang tersisa. Bandingkan besar jumlah pemasukan dan
pengeluaran agar kamu bisa menilai apakah cash flow-mu positif atau negative.
Evaluasi Pengeluaran
Tidak ada salahnya untuk mengurangi pengeluaran demi kesehatan finansial yang lebih baik.
Bukan berarti kamu tidak boleh bersenang-senang lho, ya! Kamu bisa sesekali mencoba berhemat
dengan hal-hal sederhana, seperti membuat kopi sendiri daripada membeli kopi di kafe, atau
membatalkan keanggotaan gym yang tidak pernah kamu ikuti agar tidak perlu lagi membayar
pengeluaran ekstra. Simpel, kan?
Masih dalam rangka meminimalisir pengeluaran bulanan, kamu juga perlu belajar untuk
menahan keinginan dan mendahulukan kebutuhan. Dahulukan pelunasan utang dibanding menambah
cicilan smartphone terbaru yang tidak terlalu penting. Tahan keinginan membeli baju baru dan sisihkan
uang untuk membeli makanan di akhir bulan. Dengan begini, kamu bisa menata keuangan dengan lebih
mudah.
Cash flow yang positif menandakan kondisi keuangan yang sehat. Ingin tahu bagaimana keadaan
finansialmu setiap bulannya? Kamu bisa menjadikan perhitungan rasio ini sebagai patokannya!
Rasio Likuiditas
Merupakan rasio jumlah tabungan yang bisa menutup biaya hidupmu hingga beberapa bulan
kedepannya. Idealnya, seseorang perlu memiliki tabungan yang bisa menutup biaya hidup 3 bulan
hingga 1 tahun tanpa penghasilan.
Rasio Tabungan
Rasio ini mengukur porsi uang yang ditabung dari total penghasilan individu. Untuk kondisi
finansial yang lebih baik, disarankan setiap orang sedikitnya menyisihkan 20% dari penghasilan untuk
ditabung atau diinvestasikan. Semakin besar persentase yang ditabung, maka akan semakin baik.
Rasio Utang/Pinjaman
Agar tidak terjerat utang yang berlebih, disarankan total jumlah cicilan atau utang per bulan
tidak melebihi 35% dari total penghasilan. Cash flow adalah hal penting yang perlu diketahui oleh siapa
pun, baik individu maupun perusahaan. Dengan memiliki arus kas yang sehat, maka hidup pun akan
menjadi lebih mudah.
5. Present Worth
Present worth analysis (analisis nilai sekarang) didasarkan pada konsep ekuivalensi dimana
semua arus kas masuk dan arus kas keluar diperhitungkan terhadap titik waktu sekarang pada suatu
tingkat pengembalian minimum yang diinginkan (minimum attractive rate of return – MARR).
Usia pakai berbagai alternatif yang akan dibandingkan dan periode analisis yang akan digunakan bisa
berada dalam situasi:
Analisis dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung Net Present Value (NPV) dari masing-masing
alternatif. NPV diperoleh menggunakan persamaan:
Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai NPV ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima.
Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan NPV terbesar
merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat
independent, dipilih semua alternatif yang memiliki NPV ≥ 0.
Penyelesaian:
NPV = -8.877.160
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan
menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif. Dalam kasus ini tidak diperlukan
penyelesaian terhadap arus kas.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
X 2500000 750000 1000000
Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
NPV X = 1192390
Mesin Y
NPV Y = 1028938
Pada situasi usia pakai berbeda dengan periode analisis, digunakan asumsi perulangan
(repeatability assumption) dengan periode analisis yang merupakan kelipatan persekutuan terkecil dari
usia pakai alternatif. Dengan asumsi itu, alternatif yang telah habis usia pakainya sebelum periode
analisis akhir akan digantikan oleh alternatif yang sama.
Jika asumsi perulangan tidak dapat diterapkan pada suatu situasi pengambilan keputusan, akan
dipilih periode analisis yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (asumsi berakhir bersamaan atau
coterminated assumption). Pada asumsi ini diperlukan penyesuaian arus kas pada alternatif yang
memiliki usia pakai berbeda dengan periode analisis.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
NPV X = 1582182,5
Mesin Y
NPV Y = 2019097
NPV mesin Y, Rp. 2.019.097, lebih besar daripada NPV mesin X, Rp. 1.582.182,5. Pilih mesin Y.
Pada situasi dimana periode analisis tak terhingga, perhitungan NPV dari semua arus masuk dan
arus keluar dilakukan dengan metode capitalized worth (nilai modal). Jika hanya unsur biaya yang saja
yang diperhitungkan, maka hasil yang diperoleh disebut capitalized cost (biaya modal)
Capitalized Worth (CW) adalah sejumlah uang yang harus dimiliki saat ini. Dengan demikian, diperoleh
pembayaran yang besarnya sama selama periode tak terhingga pada tingkat suku bunga i% per periode.
Dari factor bunga majemuk untuk nilai n tak terhingga, didapatkan nilai (P/A,I,n) = 1/i sehingga:
CW = PW n→∞ = A(P/A,i,∞) = A
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)
X 8 2500000 750000 1000000
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun dan periode analisis tak hingga, tentukan mesin yang
seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Dengan capitalized worth, setiap alternatif hanya dianalisis dengan satu kali usia pakai saja.
Mesin X
CW X = 1771500
Mesin Y
CW Y = 1705733,33
CW mesin X, Rp. 1.771.500 lebih besar daripada CW mesin Y, Rp. 1.705.733,33. Untuk itu pilih mesin X.
Hasil FW alternative sama dengan PW, dimana FW = PW (F/P,i%,n). Perbedaan dalam nilai
ekonomis yang dihasilkan bersifat relative terhadap acuan waktu yang digunakan saat ini atau masa
depan. Untuk alternatif tunggal, jika diperoleh nilai FW ≥ 0 maka alternatif tersebut layak diterima.
Sementara untuk situasi dimana terdapat lebih dari satu alternatif, maka alternatif dengan FW terbesar
merupakan alternatif yang paling menarik untuk dipilih. Pada situasi dimana alternatif yang ada bersifat
independent, dipilih semua alternatif yang memiliki FW ≥ 0.
Contoh: Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan peralatan baru seharga Rp. 30.000.000.
Dengan peralatan baru akan diperoleh penghematan sebesar Rp. 1.000.000 per tahun selama 8 tahun.
Pada akhir tahun ke-8, peralatan itu memiliki nilai jual Rp. 40.000.000. Jika tingkat suku bunga 12% per
tahun dan digunakan future worth analysis, apakah pembelian peralatan baru tersebut
menguntungkan?
Penyelesaian:
NPV = -21.979.110
Oleh karena NPV yang diperoleh < 0 maka pembelian peralatan baru tersebut tidak menguntungkan.
Jika terdapat lebih dari satu alternatif usia pakai yang sama, analisis keputusan dapat dilakukan
menggunakan periode analisis yang sama dengan usia pakai alternatif.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia Pakai (Rp.)
Menggunakan tingkat suku bunga 15% per tahun, tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X:
FW X = 3647565
Mesin Y
FW Y = 3147568
Sama dengan Present Worth Analysis. Dalam situasi ini dapat digunakan asumsi perulangan atau
asumsi berakhir bersamaan, tergantung pada masalah yang dihadapi.
Contoh: Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan tahunannya.
Dua alternatif mesin ditawarkan kepada perusahaan:
Mesin Usia Pakai (Tahun) Harga Beli (Rp.) Keuntungan per Tahun (Rp.) Nilai Sisa di Akhir Usia
Pakai (Rp.)
Dengan tingkat suku bunga 15% per tahun. Tentukan mesin yang seharusnya dibeli.
Penyelesaian:
Mesin X
FW X = 14805463
Mesin Y
FW Y = 18894053
FW mesin Y, Rp. 18.894.053, lebih besar dari FW mesin X, Rp. 14.805.463, maka pilih mesin Y.
BAB III
contoh kasus:
Sebuah investasi sebesar $10,000 dapat ditanamkan pada sebuah proyek yang akan
memberikan penerimaan tahunan $5,310 selama 5 tahun dan mempunyai nilai sisa $2,000. Pengeluaran
tahunan $3,000 untuk operasi dan pemeliharaan. Perusahaan akan menerima proyek apapun yang
memberikan “hasil” 10% atau lebih sebelum dikurangi pajak. e = MARR = 20%/tahun. Berdasarkan
metode ERR apakah investasi tersebut layak dilakukan?
Penyelesaian
i’% = 20.88%
Analisis incremental biasanya dinyatakan juga sebagai biaya diferensial, biaya marjinal, atau
biaya relevan. Analisis incremental ini fleksibel, dimana data dapat dihitung dan disajikan untuk
alternatif keputusan berdasarkan periode, seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Analisis incremental digunakan dalam pengambilan keputusan ketika jumlah dari alternatif
keputusan dan keadaan alam sangat besar. Penggunaan tabel payoff atau pohon keputusan mungkin
terlalu rumit untuk digunakan, sehingga dalam pengambilan keputusan dilakukan pendekatan yang
telah disederhanakan. Pendekatan ini membantu pemimpin perusahaan untuk melakukan sejumlah
keputusan yang tepat dalam waktu yang relatif singkat. Analisis ini dapat digunakan dalam berbagai
bidang, seperti bidang pemasaran atau bidang produksi.
Analisis incremental adalah cara pengambilan keputusan di mana biaya operasional atau
pendapatan dari satu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain. Alternatif keputusan terbaik adalah
biaya operasional terkecil atau pendapatan yang terbesar. Analisis incremental dapat digunakan untuk
mengevaluasi alternatif-alternatif keputusan, seperti:
Membuat atau membeli: Haruskah kita membuat komponen sendiri atau mempekerjaan untuk
orang lain dalam hal pembuatanya kemudian kita membelinya(subcont fee)? Pertimbangan kualitatif
mungkin atau mungkin tidak mengesampingkan masalah kuantitatif. Sebagai contoh, kita mungkin bisa
subkontrak pada peusahaan lain supaya lebih ekonomis daripada kita bisa melakukannya sendiri yang
kalau dipikir-pikir harus menambah investasi dan jumlah orang tentunya yang akan meningkatlan labor
cost. Tetapi jika kontraktor tidak dapat mempertahankan tingkat kualitas yang diperlukan atau
memenuhi jadwal pengiriman, subkontrak mungkin tidak efektif.
Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tsb
tidak layak untuk diambil. Jadi, semakin tinggi IRR dibandingkan dengan biaya modalnya ( WACC ),
semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil daripada biaya modalnya,
proyek tersebut tidak akan diambil. Jadi biaya modal maksimum yang dapat ditanggung suatu usaha
adalah sebesar IRR.
Ambil discount rate (r1) yang memberikan NPV Positif (NPV1) dan ambil discount rate lainnya (r2) yang
lebih besar dari pada r1, sehingga menghasilkan NPV negatif (NPV2).
Dalam batasan besaran nilai B/C digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah suatu usaha
menguntungkan atau tidak menguntungkan.
B/C ratio > 1 maka usaha layak untuk dilanjutkan, namun jika B/C ratio < 1 maka usaha tersebut tidak
layak atau merugi.
Pembelian suatu mesin seharga Rp.20.000.000 akan memampukan perusahaan guna berhemat
sebesar Rp.6.000.000 per tahun. Mesin tersebut diperkirakan berusia pakai 5 tahun dan mempunyai sisa
akhir usia pakai sebesar Rp.4.000.000. Jika pemilik perusahaan mengingingkan tingkat pengembalian
minimal 15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39} per tahun,
apakah pembelian tersebut layak dilakukan?
Penyelesaian:
B/C = (6000000 +
4000000(A/F,15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39},5))/
(20000000(A/P,15{b32ad327e9f68ea504e024eb5395ab8ecfcbdd806be5c18267fa9f55623c3d39},5)
B/C = 1,11
Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian peralatan baru tersebut dianggap menguntungkan.
Benefit Cost Ratio dengan Inkremental
Guna melakukan analisis benefit cost ratio terhadap lebih dari satu alternatif, harus dilakukan
cara inkremental seperti pada analisis rate of return. Kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai
B/C yang didapatkan.
Apabila dua alternatif yang dibandingkan diperoleh nilai B/C ≥ 1, maka alternatif dengan biaya
yang lebih besarlah yang akan dipilih. Namun apabila dari dua alternatif yang dibandingkan diperoleh
B/C < 1, maka alternatif dengan biaya yang lebih kecil yang akan dipilih.
Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002) adalah, “Break
even analysis is a management tool that can help restaurant managers examine the relationship
between various costs, revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any
desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis” (p. 169). yang kurang lebih memiliki
arti : analisa titik impas adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk
melihat hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa
titik impas, manajer juga dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat
pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba .
Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk mengetahui volume
penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang
dengan kata lain labanya sama dengan nol.
Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even merupakan suatu analisa
yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua
biaya yang terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut dapat
menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun menderita rugi.
Menurut Rony (1990, p. 358) Analisa break even atau disebut Analisis titik impas merupakan
sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya
sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.
6. Payback Periode
Menurut Abdul Choliq dkk (2004) payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu
kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang
telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode
yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds
atau aliran kas netto (net cash flows).
Selanjutnua menurut Djarwanto Ps (2003) menyatakan bahwa payback period lamanya waktu yang
diperlukan untuk menutup kembali original cash outlay.
Berdasarkan uraian dari beberapa pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa payback
period dari suatu investasi menggambarkan panjang waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam
pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Analisis payback period dalam studi kelayakan
perlu juga ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat
mengembalikan investasi.
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama
Kelebihan
Metode payback period akan dengan mudah dan sederhana bisa di hitung untuk mennentukan
lamanya waktu pengembalian dana investasi.
Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko karena semakin pendek payback periodnya maka
semakin pendek pula resiko kerugiannya.
Dapat digunakan untuk membandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama
dengan cara melihat jangka waktu pengembalian investasi (payback period) apabila payback period-nya
lebih pendek itu yang dipilih.
Kelemahan
Metode ini juga mengabaikan time value of money (nilai waktu uang).
Payback periods digunakan untuk mengukur kecapatan kembalinya dana, dan tidak mengukur
keuntungan proyek pembangunan yang telah direncanakan.
PT. Semakin Jaya melakukan investasi sebesar $ 45.000, jumlah proceed per tahun adalah $ 22.500,
maka payback periodnya adalah:
PT. Jaya Mandiri melakukan investasi sebesar $ 100.000 pada aktiva tetap, dengan proceed sebagai
berikut:
1 $ 50.000 $ 50.000
2 $ 40.000 $ 90.000
3 $ 30.000 $ 120.000
4 $ 20.000 $ 140.000
7. NPV Analysis
NPV (net present value) merupakan nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh
berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV > 0 (nol)
→ usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan. NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible)
untuk dilaksanakan. NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana TR=TC dalam
bentuk present value. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan. Contoh :
Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru karena mesin lama tidak
ekonomis lagi, baik secara teknis maupun ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana
investasi sebesar Rp 75.000.000,‐. Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan
salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima sebesar Rp.15.000.000,‐. Berdasarkan
pengalaman pengusaha, cash in flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,‐ dengan biaya
modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan apabila dilihat dari PV dan
NPV?
Dalam perhitungan NPV, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dan menggunakan cash flow
diagram.
Cara 1 :
= 69.100.059
Cara 2 :
= -5,8995 juta
NPV yang diperoleh bernilai negatif, maka pembelian mesin tidak feasible.
8. IRR Analysis
IRR (internal rate of return) merupakan tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Jika hasil perhitungan IRR lebih besar dari discount factor, maka dapat dikatakan investasi
yang akan dilakukan layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discount factor, dikatakan investasi yang
ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari discount factor maka investasi yang
ditanamkan tidak layak.
P = P + A (P/A,i,n) + F (P/F, i, n)
P = -5.899.500
DF 14%
PV = 76.452.146
DF 24%
PV = 60.024.302
NPV = – 14.975.698
Sehingga dapat diambil kesimpulan, semakin besar DF, gagasan usaha tidak layak.
KESIMPULAN