Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES PENCAPAIAN MAKSIMALISASI


LABA PADA PERUSAHAAN

Dosen Pengampu : Pudhak Prasetiyorini, S.E, M.Si.


Disusun Oleh :
1. Habibullah (211D10368)
2. M. Irfan Syaifullah (211D10440)
3. Muhammad Teguh Baharudin (211D10083)
4. Sulhan Iskandar (211D10156)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO
JEMBER
Kata Pengantar

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah membahasa tentang Memaksimalkan Laba.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak tertima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.

Jember, Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengartian Laba atau Keuntungan............................................................. 3
B. Pengertian Memaksimalkan Laba.............................................................. 4
C. Tujuan Perusahaan Dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba).............. 6
D. Fakotor Faktor untuk Memaksimalkan Laba ............................................ 6
E. Pendekatan – Pendekatan untuk memaksimalkan keuntungan ................. 8

BAB III PENUTUP....................................................................................... 12


A. Kesimpulan............................................................................................... 12
B. Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Perusahaan adalah perhimpunan individu yang mengoordinasikan diri mereka


sendiri untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Individu yang berbeda akan
menyediakan jenis masukan yang berbeda, seperti keterampilan dan berbagai
peralatan modal, dengan harapan dapat memperoleh imbalan dari melakukan hal
tersebut. Oleh karenanya, perusahaan diasumsikan memiliki tujuan utama yaitu
memaksimumkan labanya. Perusahaan yang memaksimumkan laba adalah
perusahaan yang memilih baik masukan maupun keluaran dengan tujuan untuk
mencapai laba ekonomi maksimum, yaitu perusahaan menjadikan selisih antara
pendapatan total dan biaya ekonomi total sebesar mungkin.
Agar tujuan perusahaan tercapai, perusahaan harus mampu bersaing dengan
perusahaan lain dalam suatu pasar. Persaingan merupakan suatu proses dinamik yang
dilakukan antar perusahaan atau penjual dengan tujuan memenangkan persaingan
pasar. Masalah setiap perusahaan dalam memaksimumkan laba ialah berapa jumlah
barang yang harus diproduksi. Sehingga laba ekonomi yang diperoleh optimum.
Secara empiris, strategi yang digunakan perusahaan dalam menentukan jumlah
barang yang diproduksi agar dapat bersaing di pasar perlu diperhitungkan, karena
memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi harga dan ekuilibrium pasar. Oleh
karenanya kerja yang baik sangat diperlukan demi tercapainya kemajuan ekonomi.
Salah satu tujuan aktivitas bisnis adalah mencari laba. Laba dapat menjadi
pendorong bagi pengusaha melakukan usaha. Namun terdapat perbedaan pandangan
antara sistem ekonomi konvensional dengan sistem ekonomi Islam dalam
memandang laba. Pandangan terhadap masalah laba dari kedua sistem ekonomi ini
tergantung pada pendekatan yang digunakan. Untuk mengetahui perbedaan
pandangan antara sistem ekonomi sekuler dengan sistem ekonomi islam tentang
maksimalisasi laba. Sub pokok pembahasan mengenai maksimalisasi laba dalam
pandangan sekuler, Posisi laba secara islami, serta maksimalisasi laba dan efek
sosialnya.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan
kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk
menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Laba atau keuntungan adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya
total yang dikeluarkan perusahaan. Jika laba dinotasikan , pendapatan total sebagai
TR, dan biaya total adalah TC, maka = TR – TC
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian laba/keuntungan?
2. Apa pengertian Memaksimalkan Laba ?
3. Apa Tujuan Perusahaan Dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba)?
4. Bagaimana Cara Memaksimalkan Laba
c. Tujuan Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian laba/keuntungan?
2. Untuk mengetahui pengertian memaksimalkan laba ?
3. Untuk mengetahui tujuan perusahaan dalam memaksimalkan keuntungan
(laba)?
4. Untuk mengetahui cara memaksimalkan laba?
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Laba atau Keuntungan


Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang
dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap
dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital.
Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan
(stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow)
kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian
atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi
pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga
berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau
kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk
pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah
laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba
menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan
pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan
atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-
unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan
mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil
pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum
pajak, dan laba bersih.

Untuk menentukan laba bersih dari suatu badan usaha, berikut unsur-unsur dari laba
yang perlu diketahui:

 Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atau
penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal
dari aktivitas operasi dalam hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit
usaha pokok perusahaan.
 Beban
Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban
dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi.
 Biaya
Biaya adalah kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau
jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk
organisasi. Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban
dikurangkan dari pendapatan pada laporan keuangan rugi-laba untuk menentukan
laba periode.
 Untung-rugi
Keuntungan adalah kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari
transaksi insidental yang terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau
kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode akuntansi selain
yang berasal dari pendapatan investasi pemilik.
 Penghasilan
Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan
dikurangi beban dan kerugian dalam periode tersebut.

B. Pengertian Memaksimalkan Laba

Keuntungan (laba) merupakan tujuan utama suatu pengusaha dalam menjalankan


usahanya. Proses produksi dilaksanakan seefisien mungkin dengan tujuan untuk
meningkatkan keuntungan. Menurut Sunaryo keuntungan (laba) adalah selisih
antaratotal pendapatan dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen
untuk melakukan produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk
mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu.

Laba atau profit dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan
kekayaan seseorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi
biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk
didalamnya, biaya kesempatan). Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR)
dikurangi dengan biaya total (TC), Keuntungan total akan mencapai maksimum
apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara
sistematis laba dapat dirumuskan π=TR-TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh
keuntungan apabila selisihnya bernilai positif (π>0) dimana TR harus lebih besar dari
pada TC (TR-TC).

Tanpa diperoleh laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu
pertumbuhan yang terus-menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial
(corporate social responsibility).
Untuk menjamin agar perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen
perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan 2 faktor penentu laba yaitu (1)
pendapatan (2) biaya. ( Ellys Delfrina Sipangkar,2008)

Sementara itu laba dalam akuntansi sendiri, didefinisikan sebagai selisih antara
harga penjualan dengan biaya produksi. Laba merupakan elemen yang paling menjadi
perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi teori akuntansi sampai saat ini
belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Laba
merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total. Penerimaan total= jumlah
yang diterima dari penjualan produk ( q x P ).

Untuk memaksimalkan laba yang diperoleh setiap perusahaan bisa dicapai


melalui bermacam-macam cara antara lain ialah melalui efisiensi di semua bidang,
seperti produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan. Dalam teori ekonomi
mikro, tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan secara teoritis laba adalah
kompensasi atau resiko yang di tanggung oleh perusahaan, semakin besar resiko
semakin pula laba yang di peroleh.

Untuk bagian laba terdapat dua jenis laba yaitu laba bisnis ( pendapatan penjualan
-biaya exsfilisit dalam menjalankan bisnis), dan laba ekonomi (laba bisnis – biaya
modal yang implisit dan masukan lain yang disediakan pemilik dan pergunakan
perusahaan). Eksplisit cost merupakan biaya yang pengeluarannya ada bukti jelas
contoh gaji, listrik,bbm, dan lain-lain sedangkan implisit cost merupakn biaya yang
tak terlihat jelas tetapi tetap harus diakomodir sebagai biaya.

Laba bisnis (Jj) = Total revenue (TR) – total cost eksplisit (TC eks)

Laba ekonomi = Total revenue ( TR) – Total cost eksplisit ( TCeks) – Total cost implisit (TCimp)
C. Tujuan Perusahaan dalam Memaksimalkan Laba

Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan


perusahan adalah “mereka akan melakukan kegiatan memproduksi sampai kepada
tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Berdasarkan
kepada pemisalan ini dapat ditunjukkan pada tingkat kapasitas memproduksi yang
bagaimana perusahaan akan menjalankan kegiatan usahanya. Dalam praktek,
pemaksimuman keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada
perusahaan yang menekan kepada volume penjualan dan ada pula yang memasukkan
pertimbangan politik dalam menentukan tingkat produksi yang akan di capai. Ada
pula perusahaan yang lebih menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan
masyarakat dan kurang mementingkan tujuan untuk mencari keuntungan yang
maksimum. Memang beberapa tujuan yang di temui dalam praktek tersebut
memberikan dalam menganalisis kegiatan perusahaan.

Tetapi, di samping menyadari kenyataan tersebut, juga di ingat bahwa pada


sebagian besar perusahaan, Intinya tujuan terpenting adalah memaksimumkan
keuntungan telah terbukti bahwa yang telah diberikan kepada masyarakat telah
memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya yaitu untuk
memaksimalkan laba. Efisiensi di bidang keuangan memberikan pengaruh pada
operasi perusahaan, sehingga akan meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi
investasi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan laba perusahaan.

Dengan menghasilkan laba, perusahaan dapat mempertahankan pertumbuhan


perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain kerena laba tersebut
dapat ditanam kembali dan digunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan
pertumbuhannya. Seperti halnya industri lain, tiap industri juga bertujuan untuk
memperoleh laba guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laba yang
dihasilkan tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain jumlah hasil produksinya,
modal, dan total upah tenaga kerja.

D. Faktor – faktor Memaksimalkan Laba

Menurut Angkoso menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh


beberapa faktor antara lain:
a. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan
pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
b. Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman
dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
c. Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka
manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
d. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi
tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba
semakin tinggi.
e. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin
tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.

Berdasarkan penelitian terdahulu faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


laba hanya dilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan yang mempengaruhi
pertumbuhan laba pada perusahaan industri barang konsumsi menurut Angkoso
antara lain Debt Ratio dan Return On Equity.
Pada perusahaan manufaktur menurut Widiasih antara lain Gross Profit Margin
dan Leverage. Sedangkan pada KPRI Semarang menurut Haryanti antara lain Total
Asset Turnover, Net Profit Margin dan Return On Investment.
1. Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian ini analisis yang
digunakan adalah analisis fundamental.
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor
akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi
milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan
sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang
akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung.
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari
suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang
digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan
keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis
para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan
rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan
laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yang
mempengaruhi pertumbuhan
laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang
tercermin melalui kinerja perusahaan.

b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di
masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan.

E. Pendekatan-pendekatan Dalam Memaksimalkan Keuntungan

1. Pendekatan Totalitas
Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan
pendapatan total(TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total(TC) adalah sama
dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit
(P), maka TR = P.Q . Sedangkan biaya total (TC) adalah samadengan biaya tetap
(FC) ditambah dengan biaya variable(VC), maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap
konstan sehingga biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya
variable per unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-
(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh
strategi penjualan maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar penjualan
semakin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan,
perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk
mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif.
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah
tangga yang kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan
menjual jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri.
Produknya dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat
tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi
uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams
membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya
produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita
dapat menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).
Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya
tetap (FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per
unit (v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00
Untuk mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual
(Q*) adalah:
Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.
Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji.
Apakah target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika
dia bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari
permintaan potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100
permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi
bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat
per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah
20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per
biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang
diperoleh.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena
memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
a). Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat
menjadi biaya variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau
seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja
rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel).
b). Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis
lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat
dipakai bila usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak
besar (massal).
2. Pendekatan Rata rata
Dalam pendekatan rata-rata, perhitungan laba per unit dilakukan dengan
membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output
(P). Laba total adalah laba per unit di kalikan dengan jumlah output yang terjual.
Secara matematis dapat di rumuskan:

Laba Maksimum = (P-AC)Q


Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila bila harga jual per
unit output (P) lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC) dan perusahaan hanya
mencapai titik impas apabila P=AC. Keputusan utuk memproduksi didasarkan
pada perbandingan antara P dan AC, jika P lebih kecil atau sama dengan AC
maka perusahaan tidak mau memproduksi.
Dari persamaan ini perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output
(P)lebih tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas
bila P sama dengan AC.

Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan


besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, Perusahaan
hanya mencapai angka impas bila P=AC. Keputusan untuk memproduksi
didasarkan pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama
dengan AC maka perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan rata-
rata adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual sebanyak-banyaknya
(maximum Selling) Agar laba (π) makin besar.
Contoh Kasus:
PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong
akan dibeli di lahan oleh produsen tapioka seharga Rp150,00 per kilogram. Setiap
hektar diperkirakan menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi
pendahuluan, biaya produksi seperti di bawah ini:
Ø Biaya persiapan lahan: Rp500.000,00 per hektar.
Ø Biaya penanaman dan perawatan (termasuk pupuk dan obat-obatan) serta
tenaga kerja: Rp1.000.000,00 per hektar.
Ø Biaya panen (pencabutan, pemotongan): Rp.10,00 per kg.
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00
pada musim tanam mendatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam?
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung biaya rata-rata per
kilogram singkong, sampai siap dijual di lahan. Karena yang sudah ketahui hanya
biaya panen per kg, kita harus menghitung biaya rata-rata : kilogram persiapan
lahan dan penanaman. Dari data-data di atas diketahui bahwa biaya persiapan
lahan, penanaman dan perawatan adalah Rp. 1.500.000,00 per hektar. Jika per
hektar lahan menghasilkan 25 ton singkong, maka biaya rata-rata persiapan,
penanaman dan perawatan adalah Rp.60,00 per kilogram. Sehingga biaya rata-rata
per kilogram (AC) adalah Rp.60,00 + Rpl0,00 sama dengan Rp70,00.
Karena harga jual singkong (P) adalah Rp150,00 per kilogram, maka
π = (P - AC ).Q (7.6)
1.000.000.000 = (150 - 70).Q
Q = (1.000.000.000: 80) kg
= 12.500.000 kg
= 12.500 ton

Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar
adalah 12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang
harus ditanam adalah 500 hektar. Sama halnya dengan pendekatan totalitas,
pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan
ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR). Contoh di atas,
menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar.
Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500
hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar,
perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan
SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang
dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan
pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan
tanah hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur
dan tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau
miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber
pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain
jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan
meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat
seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada
skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala
produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis
(economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00
per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari
semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC). Jika harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q),
maka TR = P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya
variable per unit(v) dikali biaya variable per unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi
penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin
besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan
harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik
impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan
efektif.

B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap Mahasiswa/i dapat
memahami makalah Memaksimumkan Laba dan Pasar Persaingan Sempurna

Daftar pustaka

Gunawan, kaberet, 2010, Ekonomi Mikro, nora media enterprise, Kudus


Sukirno, sadono, 2002, Pengantar Teori Ekonomimikro, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta
Soeratno, 2011, Ekonomi Mikro Pengantar Edisi 3, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN Yogyakarta, Yogyakarta
http://adenovitpunya.blogspot.co.id/2013/05/makalah-memaksimalkan keuntungan.html
http://chimon-chimon.blogspot.co.id/2011/11/memaksimumkan-laba.html
http://riyandari.blogspot.com/2010/05/memaksimumkan-laba-pendapatan-maksimum.html
http//id.wikepedia.org/wiki/strategi
Rahardja, Pratama. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro & Makro Edisi ketiga. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Gunawan, Kaberet. 2010. Ekonomi Mikro. Kudus: Nora Media Enterprise.
Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Teori Ekonomimikro. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada
Soeratno, Ekonomi Mikro Pengantar Edisi 3, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN Yogyakarta, Yogyakarta, 2011
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_l0451_033945_chapter2.pdf diakses pada 31 Maret
2018

Anda mungkin juga menyukai