Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah membahasa tentang Memaksimalkan Laba.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Dan tak lupa, pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan banyak tertima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa
Robbal ‘Alamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengartian Laba atau Keuntungan............................................................. 3
B. Pengertian Memaksimalkan Laba.............................................................. 4
C. Tujuan Perusahaan Dalam Memaksimalkan Keuntungan (Laba).............. 6
D. Fakotor Faktor untuk Memaksimalkan Laba ............................................ 6
E. Pendekatan – Pendekatan untuk memaksimalkan keuntungan ................. 8
a. Latar Belakang
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau
kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk
pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah
laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba
menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu
kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan
pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan
atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-
unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan
mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil
pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum
pajak, dan laba bersih.
Untuk menentukan laba bersih dari suatu badan usaha, berikut unsur-unsur dari laba
yang perlu diketahui:
Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikkan aktiva suatu perusahaan atau
penurunan kewajiban yang terjadi dalam suatu periode akuntansi, yang berasal
dari aktivitas operasi dalam hal ini penjualan barang (kredit) yang merupakan unit
usaha pokok perusahaan.
Beban
Beban adalah aliran keluar atau penggunaan aktiva atau kenaikkan kewajiban
dalam suatu periode akuntansi yang terjadi dalam aktivitas operasi.
Biaya
Biaya adalah kas atau nilai equivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau
jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk
organisasi. Biaya yang telah kadaluarsa disebut beban, tiap periode beban
dikurangkan dari pendapatan pada laporan keuangan rugi-laba untuk menentukan
laba periode.
Untung-rugi
Keuntungan adalah kenaikkan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari
transaksi insidental yang terjadi pada perusahaan dan semua transaksi atau
kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam suatu periode akuntansi selain
yang berasal dari pendapatan investasi pemilik.
Penghasilan
Penghasilan adalah hasil akhir penghitungan dari pendapatan dan keuntungan
dikurangi beban dan kerugian dalam periode tersebut.
Laba atau profit dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan
kekayaan seseorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi
biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk
didalamnya, biaya kesempatan). Keuntungan total merupakan penerimaan total (TR)
dikurangi dengan biaya total (TC), Keuntungan total akan mencapai maksimum
apabila selisih positif antara TR dengan TC mencapai angka terbesar. Secara
sistematis laba dapat dirumuskan π=TR-TC, perusahaan dapat dikatakan memperoleh
keuntungan apabila selisihnya bernilai positif (π>0) dimana TR harus lebih besar dari
pada TC (TR-TC).
Tanpa diperoleh laba, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu
pertumbuhan yang terus-menerus (going concern) dan tanggung jawab sosial
(corporate social responsibility).
Untuk menjamin agar perusahaan mampu menghasilkan laba, maka manajemen
perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan 2 faktor penentu laba yaitu (1)
pendapatan (2) biaya. ( Ellys Delfrina Sipangkar,2008)
Sementara itu laba dalam akuntansi sendiri, didefinisikan sebagai selisih antara
harga penjualan dengan biaya produksi. Laba merupakan elemen yang paling menjadi
perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk mempresentasi
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi teori akuntansi sampai saat ini
belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Laba
merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total. Penerimaan total= jumlah
yang diterima dari penjualan produk ( q x P ).
Untuk bagian laba terdapat dua jenis laba yaitu laba bisnis ( pendapatan penjualan
-biaya exsfilisit dalam menjalankan bisnis), dan laba ekonomi (laba bisnis – biaya
modal yang implisit dan masukan lain yang disediakan pemilik dan pergunakan
perusahaan). Eksplisit cost merupakan biaya yang pengeluarannya ada bukti jelas
contoh gaji, listrik,bbm, dan lain-lain sedangkan implisit cost merupakn biaya yang
tak terlihat jelas tetapi tetap harus diakomodir sebagai biaya.
Laba bisnis (Jj) = Total revenue (TR) – total cost eksplisit (TC eks)
Laba ekonomi = Total revenue ( TR) – Total cost eksplisit ( TCeks) – Total cost implisit (TCimp)
C. Tujuan Perusahaan dalam Memaksimalkan Laba
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di
masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan.
1. Pendekatan Totalitas
Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara membandingkan
pendapatan total(TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total(TC) adalah sama
dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan dengan harga output per unit
(P), maka TR = P.Q . Sedangkan biaya total (TC) adalah samadengan biaya tetap
(FC) ditambah dengan biaya variable(VC), maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap
konstan sehingga biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya
variable per unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa π=P.Q-
(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh
strategi penjualan maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar penjualan
semakin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan,
perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk
mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan
potensi permintaan efektif.
Contoh Kasus:
Emilia adalah seorang dosen di kata Jambi. Sebagai seorang ibu rumah
tangga yang kreatH, dia merencanakan menambah penghasilan keluarga dengan
menjual jajanan anak-anak berupa permen coklat hasil olahannya sendiri.
Produknya dipasarkan ke beberapa sekolah dasar yang ada di sekitar tempat
tinggalnya. Jumlah permintaan potensial (dilihat dari jumlah murid yang diberi
uang jajan) adalah 1.000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencananya, dia hams
membeli alat-alat produksi dan mesin cetak sederhana seharga Rp5 juta. Biaya
produksi per biji permen coklat Rp250,00. Harga jual per biji Rp500,00.
Apakah rencana di atas layak dilaksanakan? Untuk menjawabnya, kita
dapat menggunakan rumus dalam Persamaan (7.4).
Biaya pembelian alat produksi dan mesin cetak sederhana adalah biaya
tetap (FC), karena besarnya tidak tergantung jumlah produksi. Biaya variabel per
unit (v) adalah Rp250,00 sedangkan harga jual per unit (P) adalah Rp500,00
Untuk mencapai titik impas, jumlah output (permen coklat) yang harus terjual
(Q*) adalah:
Q* = 5.000.000 / (500-250) = 20.000 biji permen.
Untuk mencapai titik impas, permen coklat yang harus terjual 20.000 biji.
Apakah target ini terlalu berat? Sangat tergantung dari optimisme Ibu Emilia. Jika
dia bersikap pesimis, misalnya dengan mengatakan hanya sekitar 10% dari
permintaan potensial yang terjangkau, berarti setiap hari hanya dapat menjual 100
permen. Sehingga 20.000 biji permen akan terjual dalam waktu 200 hari. Tetapi
bila dia yakin minimal 50% potensi pasar terjangkau atau 500 biji permen coklat
per hari, 20.000 biji permen akan terjual hanya dalam waktu 40 hari. Setelah
20.000 biji permen, penjualan selanjutnya memberi keuntungan Rp250,00 per
biji, karena itu makin banyak permen yang dapat dijual, makin besar laba yang
diperoleh.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena
memang mudah dan sederhana. Namun cara ini memiliki beberapa kelemahan:
a). Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variabel.
Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat
menjadi biaya variabel); ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap). Atau
seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga, sering bekerja
rangkap untuk kegiatan administratif (biaya tetap) dan produksi (biaya variabel).
b). Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk garis
lurus (lihat kembali Bab 5 dan Bab 6. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat
dipakai bila usaha yang dianalisis relatif sederhana, dengan skala produksi tidak
besar (massal).
2. Pendekatan Rata rata
Dalam pendekatan rata-rata, perhitungan laba per unit dilakukan dengan
membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output
(P). Laba total adalah laba per unit di kalikan dengan jumlah output yang terjual.
Secara matematis dapat di rumuskan:
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rpl miliar
adalah 12.500 ton. Karena per hektar menghasilkan 25 ton, maka jumlah yang
harus ditanam adalah 500 hektar. Sama halnya dengan pendekatan totalitas,
pendekatan rata-rata juga banyak dipakai karena sederhana. Namun pendekatan
ini pun mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR). Contoh di atas,
menunjukkan bahwa perhitungan AC berdasarkan skala produksi satu hektar.
Padahal banyak perbedaan mendasar antara memproduksi satu hektar dengan 500
hektar. Pada skala produksi satu hektar atau barangkali sampai sepuluh hektar,
perusahaan tidak mengalami masalah-masalah berarti dikaitkan dengan kebutuhan
SDM, teknologi produksi maupun manajemen. Dalam arti kualitas SDM yang
dibutuhkan tidak perlu tinggi, lahan bisa dikelola dengan eknologi sederhana dan
pengelolaan usaha cukup dengan manajemen keluarga.
Tetapi jika skala produksi ditingkatkan sampai 500 hektar, pengolahan
tanah hams menggunakan peralatan modem, perusahaan membutuhkan insinyur
dan tenaga keuangan yang mampu mengelola usaha bernilai ratusan juta atau
miliaran rupiah. Jika perusahaan harus menggunakan kredit sebagai sumber
pendanaan, maka organisasi perusahaan harus bersifat formal. Dengan kata lain
jenis dan kompleksitas kegiatan maupun pembiayaan makin banyak dan
meningkat, jika skala produksi ditambah. Karena itu perhitungan AC yang akurat
seharusnya dalam skala produksi 500 hektar. Angka biaya rata-rata (AC) pada
skala produksi 500 hektar bisa lebih besar atau lebih kecil dari AC pada skala
produksi satu hektar. Jika perusahaan menikmati skala produksi ekonomis
(economies of scale), maka biaya rata-rata ( AC ) akan lebih kedl dari Rp70,00
per kg (AC pada skala produksi satu hektar). Begitu juga sebaliknya.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari
semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu
periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.
Pendekatan totalitas membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total
(TC). Jika harga jual per unit output (P) dan jumlah unit output yang terjual (Q),
maka TR = P.Q. Biaya total adalah jumlah biaya tetap (FC) ditambah biaya
variable per unit(v) dikali biaya variable per unit, sehingga:
π = P.Q – (FC + v.Q)
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah perusahaan menempuh strategi
penjualan maksimum (maximum selling). Sebab semakin besar penjualan makin
besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil keputusan, perusahaan
harus menghitung berapa unit output yang harus diproduksi untuk mencapai titik
impas. Kemudian besarnya output tadi dibandingkan dengan potensi permintaan
efektif.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, Penulis menyarankan setiap Mahasiswa/i dapat
memahami makalah Memaksimumkan Laba dan Pasar Persaingan Sempurna
Daftar pustaka