Anda di halaman 1dari 14

UTS PERPAJAKAN

“Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.”

Oleh:
Ni Putu Eni Santika (21111501028)

Prodi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomika, Bisnis dan Humaniora

Tahun 2021
a. Latar Belakang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Pendapat dari sektor perpajakan bukanlah monopoli pekerjaan
yang dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan banyak melibat aspek. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib berupa uang yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang dapat dipakasakan berdasarkan peraturan yang berlaku pada
suatu negara, demi kepentingan perkembangan dan kemakmuran rakyat.
Penerimaan pajak merupakan suatu sumber pendapatan bagi negara. Berdasarkan hasil
penerimaan pendapatan, maka timbul pembiayaan yang akan dilakukan oleh suatu negara
untuk beberapa keperluan maupun kepentingan yang menyangkut negara itu sendiri ataupun
masyarakat negara tersebut. Adapun pembiayaan dapat meliputi beberapa hal yaitu
pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit
dan puskesmas.
Pengelolaan uang pajak yang berasal dari masyarakat akan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kenyamanan fasilitas yang didapatkan dalam negara tersebut. Semakin
pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan salah satu indikator berkembangnya
negara tersebut.Pemahaman peraturan perpajakan merupakan pengetahuan seseorang dalam
mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak berdasarkan Undang-Undang yang
akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
Dengan adanya pemahaman peraturan perpajakan baik formal dan non formal akan membuat
Wajib Pajak sadar dalam membayar pajak. Melalui penyuluhan perpajakan secara langsung
maupun tidak langsung dapat meningkatkan pemahaman Wajib Pajak tentang membayar dan
untuk kepentingan pembiayaan pemerintah dan pembangun negara. Pengetahuan dan
pemahaman yang kurang tentang pajak dapat mengakibatkan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak. Masyarakat kurang tertarik dalam membayar pajak
karena tidak ada timbal balik untuk masyarakat. (Hardiningsih dan Yulianawati,2011:130).

1
Ada pula wajib pajak yang tidak dikenakan pajak atau tidak perlu memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-11/PJ/2016
sebagai peraturan pelaksana Undang-Undang Pengampunan Pajak, kelompok masyarakat
berpenghasilan di bawahPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yaitu sebesar Rp
4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan atau Rp 54.000.000,00 (lima
puluh empat juta) per tahun tidak wajib mengikuti program amnesti pajak. Untuk itu wajib
pajak yang tidak dikenakan pajak dan tidak wajib memiliki Nomor PokokWajib Pajak
(NPWP) tersebut juga tidak diwajibkan melaporkan SPT tahunan.1 Dengan ditetapkannya
pajak dalam bentuk Undang-Undang berartipajak bukanlah pembayaran sukarela akan tetapi
sebagai suatu kewajiban yangharus dipatuhi sehingga jika rakyat yang tidak memenuhi
kewajibannya akan
dikenakan sanksi. Sesuai dengan petunjuk hukum adalah untuk mencapaikeadilan, demikian
pula dengan hukum pajak. Mengingat hukum pajak merupakan bagian dari hukum itu
sendiri, maka mau tidak mau hukum harus ditujukan untuk terselenggaranya keadilan.
Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya.Itu sebabnya pemerintah harus tampil kedepan dan turut
campur tangan, bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama bidang
perekonomian dan penegakan hukumguna terwujudnya kesejahteraan rakyat.Demi
keberhasilan tujuan nasional tersebut, upaya intensifikasi dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap wajib pajak dan
pembinaan kepada para wajib pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan,dan
penagihan aktif serta penegakan hukum atau law enforcement.

b. Pembahasan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


1. Definisi atau pengertian-pengertian
Beberapa istilah atau pengertian umum dalam membicarakan perpajakan sesuai Pasal 1 UU
No. 28 Tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik
daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai
sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
9. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
10. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
15. Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil,
atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok
pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak
yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang
di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang
dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak
yang terutang.
4
24. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan,
atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah
terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
27. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan
bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
32. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan
Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan
oleh Wajib Pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan
gugatan.
37. Putusan Peninjauan Kembali adalah putusan Mahkamah Agung atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak
terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat keputusan
yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk Wajib Pajak
tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang menentukan
jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam
hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan
disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam
hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima
secara langsung.
6
2. Dasar hukum dan tarif yang berlaku pada Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lainnya, wajib dipotong pajak oleh pemberi imbalan. Pajak yang
dimaksud merupakan Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21. Pengertian PPh 21 tersebut
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.
PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh, pemberi kerja yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun
badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar atau
terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa pun
kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan.
Pemberi kerja termasuk juga organisasi internasional yang tidak dikecualikan dari
kewajiban memotong pajak. Yang dimaksud dengan “pembayaran lain” adalah pembayaran
dengan nama apa pun selain gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain, seperti
bonus, gratifikasi, dan tantiem.Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orang
pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan
ikatan kerja tidak tetap, misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorarium dari
pemberi kerja.Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan
pajak adalah kantor perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional.
Perhitungan tarif pajak pribadi menggunakan tarif progresif sesuai undang-undang PPh Pasal
17. Mengenai tarif lapisan penghasilan kena pajak, rencananya pemerintah akan menaikan
serta menambah tarif lapisan tersebut yang tertuang pada Undang-Undang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan yang disahkan di sidang paripurna DPR pada 7 Oktober 2021.
7
Terdapat beberapa jenis tarif pajak yang diberlakukan di Indonesia. Dan setiap jenis tarif
pajak memiliki besaran persentase yang berbeda-beda, hal tersebut sesuai dengan ketentuan
Undang-undang (UU) dan Peraturan Pemerintahan (PP). Ketahui jenis-jenis tarif pajak lebih
lanjut berikut ini:

-Tarif Pajak Proporsional


Tarif pajak proporsional adalah jenis tarif pajak yang memiliki nilai besaran persentase tetap.
Dan tarif tersebut tidak terpengaruh dengan perubahan nilai dasar pengenaan pajak (DPP).
Apabila jumlah objek pajak semakin besar, maka persentase tarif pengenaan pajaknya tetap
sama. Jenis pajak yang termasuk ke dalam tarif pajak proporsional meliputi PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) dengan nilai persentase 10%. Serta, PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
dengan besaran nilai persentase 0,5%. Konsultan pajak Serpong akan membantu anda dalam
rangka konsultasi pajak.
-Tarif Pajak Progresif
Berbeda dengan tarif pajak proporsional, tarif pajak progresif memiliki besaran tarif pajak
yang mengikuti nilai objek pajaknya. Jadi, semakin besar nilai dari suatu objek pajak, maka
semakin tinggi pula persentase tarif pajaknya. Jenis tarif pajak progresif ini memiliki 3
pengelompokkan tarif pajak, meliputi tarif progresif-progresif, tarif progresif tetap, dan
terakhir tarif progresif degresif. Di Indonesia, tarif pajak progresif sendiri telah diterapkan
untuk pengenaan pajak penghasilan (PPh) orang pribadi. Lebih lanjut untuk tarif pajak
progresif PPh orang pribadi yaitu:

Tarif pajak 5% untuk penghasilan hingga Rp 50.000.000


Tarif pajak 15% untuk penghasilan Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000
Tarif pajak 25% untuk penghasilan Rp 250.000.000 sampai dengan Rp. 500.000.000
Tarif pajak 30% untuk penghasilan di atas Rp 500.000.000
8
-Tarif Pajak Degresif
Tarif pajak ini memiliki perhitungan tarif pajak yang berbanding terbalik dengan
penghitungan tarif pajak progresif. Jenis tarif pajak ini memiliki nilai persentase yang
semakin kecil apabila nilai objek pajaknya semakin besar. Tarif pajak degresif ini
dikelompokkan menjadi tarif degresif-degresif, tarif degresif-tetap, dan tarif degresif-
progresif. Konsultan pajak Serpong merupakan solusi dalam memudahkan anda untuk
melaksanakan kewajiban pajak.
Jenis tarif degresif tetap yaitu tarif dengan persentase penurunannya yang selalu sama dan
tidak terpengaruh oleh DPP. Sedangkan tarif pajak degresif-degresif memiliki besaran
penurunan yang semakin kecil jika DPP mengalami peningkatan. Dan tarif pajak degresif-
progresif dengan persentase penurunan tarif yang semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya DPP.
-Tarif Pajak Regresif
Tarif pajak regresif merupakan jenis tarif pajak yang biasa disebut sebagai tarif pajak tetap.
Ini merupakan jenis tarif pajak yang memiliki besaran tarif yang tetap meskipun nilai objek
pajaknya berubah-ubah. Contoh dari pengenaan tarif pajak regresif ini yaitu bea meterai.
Dimana bea meterai memiliki tarif pajak 10.000 yang telah diberlakukan sejak tahun 2021.
Dimana besar tarifnya tidak akan berubah sesuai dengan peraturan pemerintah (PP) yang
berlaku.

3. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya


Direktur sebuah perusahaan jasa transportasi, CV. Bumi Raya dihukum 7 bulan penjara
dan denda Rp 11,74 miliar terkait tindak pidana perpajakan. Terdakwa bernama Soetijono
(64) itu menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai (PPN)
dengan isi yang tidak sesuai kenyataan.
Hukuman tersebut diketok majelis hakim yang diketuai hakim Moh. Zaenal Arifin di
Pengadilan Negeri Semarang, Rabu (9/11/2016). Hakim menilai Soetijono terbukti
menyampaikan SPT masa PPN masa pajak Januari-Desember 2007 dengan tidak benar.
Perbuatan curang ini dilakukan Soetijono dengan membuat faktur pajak yang tidak
berdasarkan transaksi ekonomi yang sebenarnya. Selain itu berdasarkan keterangan saksi
dari pihak-pihak perusahaan, tidak ada yang melakukan transaksi jual beli dengan CV Bumi
Raya dalam perkara itu.

9
Soetijono terbukti melakukan tindak pidana melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo pasal
43 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang telah diubah dengan UU RI Nomor 16 tahun 2000. "Perbuatannya
merugikan negara sebesar Rp 5,8 miliar," kata pelaksana tugas Kepala Kanwil Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Dasto Ledyanto dalam siaran pers yang diterima detikcom,
Kamis (10/11/2016).

Dasto mengatakan tidak hanya perkara tersebut yang prosesnya terus berlanjut. Saat ini
Kanwil DJP Jawa Tengah I sedang melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan terhadap 16
wajib pajak. "Kami juga melaksanakan penyidikan terhadap 8 wajib pajak," kata Dasto.
Dasto menjelaskan, dengan berlakunya UU RI nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan
Pajak, setiap wajib pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak.

Namun hal ini tidak berlaku bagi wajib pajak yang sedang menjalani penyidikan dan
berkas penyidikan sudah dinyatakan lengkap oleh kejaksaan. Pengampunan pajak juga tidak
berlaku terhadap wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan, atau wajib pajak yang
sedang menjalani hukuman pidana atas tindak pidana bidang perpajakan.
"Oleh sebab itu diimbau kepada wajib pajak baik yang sedang dilakukan proses pemeriksaan
bukti permulaan maupun penyidikan untuk memanfaatkan Undang-Undang Pengampunan
Pajak," jelas Dasto.
10
c. Kesimpulan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada
Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pendapat dari sektor
perpajakan bukanlah monopoli pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah saja, melainkan
banyak melibat aspek. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi
wajib berupa uang yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang dapat dipakasakan
berdasarkan peraturan yang berlaku pada suatu negara, demi kepentingan perkembangan dan
kemakmuran rakyat.
Penerimaan pajak merupakan suatu sumber pendapatan bagi negara. Berdasarkan hasil
penerimaan pendapatan, maka timbul pembiayaan yang akan dilakukan oleh suatu negara
untuk beberapa keperluan maupun kepentingan yang menyangkut negara itu sendiri ataupun
masyarakat negara tersebut. Adapun pembiayaan dapat meliputi beberapa hal yaitu
pembangunan fasilitas umum dan infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit
dan puskesmas.
Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lainnya, wajib dipotong pajak oleh pemberi imbalan. Pajak yang dimaksud
merupakan Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21. Pengertian PPh 21 tersebut berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.
PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh, pemberi kerja yang membayar
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
11
DAFTAR PUSTAKA

Purbaya, Angling Adhitya. 2016. Baca artikel detiknews, "Kasus Pajak, Direktur di
Semarang Dihukum 7 Bulan Penjara" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-
3342607/kasus-pajak-direktur-di-semarang-dihukum-7-bulan-penjara.
ZF, Admin. 2021. https://flazztax.com/2021/11/02/simak-jenis-tarif-pajak-yang-berlaku/
Bayu. 2021. “Pajak Penghasilan PPh Pasal 21: Definisi, Dasar Hukum, Tarif, dan Waktu
Penyetoran Serta Pelaporan Pajak”. https://konsultanku.co.id/blog/pajak-penghasilan-pph-
pasal-21-definisi-dasar-hukum-tarif-dan-waktu-penyetoran-pelaporan-pajak, diakses pada 19
April 2022 pukul 23.05.
Resmi, Siti. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat.
https://id.wikipedia.org
http://konsultanpajak-aaa.com
http://pajak.go.id
http://pojokpajak.wikia.com
http://visitama.co.id
http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/KELOMPOK-2-KELAS-D-PERPAJAKAN-
2015-makalah.pdf
Meo, T. 2018. http://eprints.ums.ac.id/23829/3/04._BAB_I.pdf
Masyruroh, Pany. 2013. http://repositori.ukdc.ac.id/122/2/bab%20I%20%2B%20bab%20II
%20theodora.pdf
12

Anda mungkin juga menyukai