Anda di halaman 1dari 58

SMA NURIS JEMBER

Jl. Pangandaran 48
PENGERTIAN PAJAK DAN PUNGUTAN RESMI
LAINNYA
Pajak (Tax) adalah iuran wajib dari rakyat kepada
negara dengan tidak menerima imbalan jasa secara
langsung berdasarkan undang-undang, untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum. Menurut ketentuan UUD
1945 Pasal 23 Ayat (2): segala pajak untuk keperluan
negara berdasarkan undang – undang. Oleh karena itu pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang
pemungutannya dapat dipaksakan, baik secara
perseorangan maupun dalam bentuk badan usaha. Adapun
yang dimaksud dengan tidak menerima imbalan jasa secara
langsung adalah imbalan khusus yang erat hubungannya
dengan pembayaran iuran tersebut. Imbalan jasa dari
negara antara lain menggunakan jalan-jalan, perlindungan
dari pihak keamanan, pembangunan jembatan yang tidak
ada hubungannya langsung dengan pembayaran itu.
CIRI-CIRI DEFINISI PAJAK
 Pajak merupakan setoran sebagian kekayaan
individu atau badan usaha untuk kas negara
sesuai dengan ketentuan UU.
 Sifat pemungutannya dapat dipaksakan,
terus-menerus dan tidak mendapat prestasi
(imbalan) kembali secara langsung.
 Penerimaan pajak oleh negara dipakai untuk
pengeluaran negara dalam melayani
kepentingan masyarakat.
PERANAN PAJAK
 Berfungsi sebagai alat demokrasi di Indonesia
untuk melaksanakan pembangunan.
 Penerimaan negara dari pajak akan
meningkatkan tabungan pemerintah.
 Masyarakat harus menyadari dan merasa
memperoleh kenikmatan atas pembangunan
dalam segala bidang yang dijalankan
pemerintah.
 Kelangsungan pembangunan Indonesia
memerlukan biaya dan masyarakat harus
menyadari bahwa biaya tersebut merupakan
tanggung jawab bersama.
PUNGUTAN SELAIN PAJAK
1. Retribusi, adalah iuran rakyat yang disetorkan melalui kas negara atas dasar
pembangunan tertentu dari jasa atau barang milik negara yang digunakan oleh orang-
orang tertentu.
2. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa:
a.   retribusi tidak ada unsur paksaan,
b.   ikatan pembayaran tergantung pada kemauan sipembayar,
c.   tidak selalu menggunakan sarana undang-undang.
d.   memperoleh imbalan jasa secara langsung. Contoh: pembayaran listrik, PAM,
tempat wisata.
3. Cukai, adalah iuran rakyat atas pemakaian barang-barang tertentu, seperti minyak
tanah, bensin, minuman keras, rokok, atau tembakau.
4. Bea masuk, adalah bea yang dikenakan terhadap barang – barang yang dimasukkan ke
dalam daerah pabean Indonesia dengan maksud untuk dikonsumsi di dalam negeri.
Bea keluar adalah bea yang dikenakan atas barang-barang yang akan dikeluarkan dari
wilayah pabean Indonesia dengan maksud barang tersebut akan diekspor ke luar
negeri.
5. Sumbangan, adalah iuran orang-orang atau golongan orang tertentu yang harus
diberikan kepada negara untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran negara yang
sifatnya tidak memberikan prestasi kepada umum, dan pengeluarannya tidak dapat
diambil dari kas negara.
FUNGSI UTAMA PAJAK BAGI PEMERINTAH
 Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)
 Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara yang menghimpun dana ke kas
negara untuk membiayai pengeluaran negara atau pembangunan nasional. Jadi,
fungsi pajak adalah sebagai sumber pendapatan negara, yang bertujuan agar posisi
anggaran pendapatan dan pengeluaran mengalami keseimbangan (balance budget).
 Fungsi Mengatur (Fungsi Regulered)
 Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara
dalam lapangan ekonomi dan sosial. Fungsi mengatur (regulered) tersebut antara
lain:
a.  memberikan proteksi terhadap barang produksi dalam negeri, misalnya PPN
(Pajak Pertambahan Nilai);
b.  pajak dapat dipakai untuk menghambat laju inflasi;
c.  pajak dipakai sebagai alat untuk mendorong ekspor, misalnya pajak ekspor
barang 0%;
d.  untuk menarik dan mengatur investasi modal yang dapat menunjang
perekonomian yang produktif.
 Fungsi Pemerataan (Fungsi Distribution)
 Pajak mempunyai fungsi pemerataan artinya dapat digunakan untuk
menyeimbangkan dan menyesuaikan antara pembagian pendapatan dengan
kesejahteraan masyarakat.
JENIS PAJAK
 Ditinjau dari Cara Pemungutannya:
1)  Pajak langsung, adalah pajak yang dibebankan
harus ditanggung oleh wajib pajak sendiri, dan
tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh: pajak penghasilan, pajak perseroan, pajak
kekayaan, pajak dividen, dan pajak bunga
deposito.
2)  Pajak tidak langsung, adalah pajak yang
pemungutannya dapat dialihkan kepada orang lain.
Contoh: pajak penjualan, cukai, pajak tontonan,
bea meterai, bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai,
dan bea balik nama.
 Ditinjau dari Siapa yang Memungut
1)  Pajak negara, adalah pajak yang dipungut
oleh pemerintah pusat melalui aparatnya,
yaitu Dirjen Pajak, Kantor Inspeksi Pajak
yang tersebar di seluruh Indonesia, maupun
Dirjen Bea dan Cukai.
2)  Pajak daerah (lokal), adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dan
terbatas pada rakyat daerah itu sendiri, baik
yang dilakukan oleh Pemda Tingkat I maupun
Pemda Tingkat II.
 Ditinjau dari Objek yang Dikenakan
1)  Pajak subjektif, adalah pajak yang
pemungutannya berdasar atas subjeknya
(orangnya), di mana keadaan diri pajak dapat
memengaruhi jumlah yang harus dibayar.
Contoh: pajak penghasilan dan pajak kekayaan.
2)  Pajak objektif, adalah pajak yang
pemungutannya berdasar atas objeknya.
Contoh: pajak kekayaan, bea masuk, bea
meterai, pajak impor, pajak kendaraan
bermotor, Pajak Bumi dan Bangunan, dan
sebagainya.
TARIF PAJAK
Cara pemungutan pajak atau sistem penetapan tarif
pajak terdiri atas empat cara, yaitu seperti berikut:
a) Tarif pajak proporsional (sebanding), adalah tarif pajak
dengan menggunakan persentase yang tetap untuk
setiap dasar pengenaan pajak.
b) Tarif pajak progresif (menaik), adalah tarif pajak
dengan prosentase yang semakin meningkat untuk
setiap dasar pengenaan pajak.
c) Tarif pajak degresif (menurun), adalah tarif pajak
dengan menggunakan persentase yang menurun untuk
setiap dasar pengenaan pajak.
d) Tarif pajak konstan (tetap), adalah tarif pajak yang
tetap untuk setiap dasar pengenaan pajak atau
besarnya pajak yang dibayarkan jumlahnya tetap.
CIRI DARI CORAK SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
a. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan
untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan
pajak dan pemotongan pajak tertentu.
b. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan lainnya,
c. BUMN atau BUMD dengan nama Pendapatan Kena Pajak (PKP) dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi
sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap dan bentuk badan lainnya.
d. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan
barang. Mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean.
CIRI DARI CORAK SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
f. Pengusaha kena pajak adalah pengusaha sebagaimana dimaksud diatas yang
melakukan penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan jasa kena
pajak yang dikenakan pajak.
g. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib
pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya.
h. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) tahun
takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan takwim.
i. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila wajib
pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
j. Bagian tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) tahun pajak.
k. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam
masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
l. Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak, dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN
2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Sementara itu,
penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima, baik
berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia, yang dapat menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan
1) SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

 Subjek pajak meliputi:


a)  - orang pribadi
-  warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan, menggantikan yang berhak
b)  badan
c)  bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha yang
digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
atau badan yang tidak didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha
dan melakukan kegiatan di Indonesia
2) OBJEK PAJAK PENGHASILAN
 Objek pajak penghasilan adalah penghasilan
yang setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar negeri, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan
wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:
a. penggantian atau imbahan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam UU ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena
jaminan pengembalian utang;
g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis
dan pembagian SHU koperasi;
h. royalti;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
MENGHITUNG PPH WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI:
(Berdasarkan Permen Keuangan No.
162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian PTKP)
a) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
disesuaikan menjadi sebagai berikut.
b) Tarif Pajak Penghasilan
 Contoh:
Adit adalah pegawai tetap di PT Insan Bahagia sejak 1 Januari 2009. Ia
memperoleh penghasilan neto selama setahun pada tahun 2012 sebesar
Rp85.500.000,00. Adit menikah dan mempunyai 1 (satu) anak (status K/1).
Penghasilan neto setahun pada tahun 2012 = Rp85.500.000,00 maka:
 PTKP setahun:
ü  WP sendiri = Rp15.840.000
ü  WP Kawin = Rp 1.320.000
ü  1 Tanggungan (anak) = Rp 1.320.000 (+)
Total PTKP = Rp18.480.000
Penghasilan Kena Pajak = Rp85.500.000,00 – Rp 18.480,00 = Rp67.020.000
PPh terutang setahun:
= 5% x Rp50.000.000 = Rp 2.500.000
=15% x Rp17.020.000 = Rp 2.553.000(+)
PPh terutang = Rp 5.053.000
MENGHITUNG PPH WAJIB PAJAK
BADAN (BADAN USAHA):
 Tarif pajak yang diterapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi WP Badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 25%.
 Contoh:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak adalah
sebesar Rp1.250.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
25% x Rp1.250.000.000,00 =
Rp312.500.000,00
PENURUNAN TARIF SEBESAR 5% LEBIH
RENDAH DARI TARIF NORMAL APABILA:
a. WP merupakan WP dalam negeri berbentuk
perseroan terbuka dengan kepemilikan saham
publiknya 40% atau
b. lebih dari keseluruhan saham yang disetor,
dan saham tersebut dimiliki paling sedikit 300
pihak;
c. masing-masing pihak pemilik saham hanya
boleh memiliki kurang dari 5% dari keseluruhan
saham yang disetor;
d. kondisi pada huruf a dan b tersebut harus
terpenuhi paling singkat 6 bulan (183 hari
kalender) dalam jangka waktu 1 tahun pajak.
 Contoh:
PT X merupakan perseroan terbuka yang
memenuhi kriteria sebagai WP yang
mendapatkan penurunan tarif sesuai
Peraturan Pemerintah. Penghitungan Pajak
Penghasilan yang terutang dari PT X adalah:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak
Rp1.250.000.000,00
Pajak Penghasilan yang terutang:
20% x Rp1.250.000.000,00 =
Rp250.000.000,00
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Istilah Penting dalam UU PBB
( Pasal 1 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No. 12 Tahun 1994)
 Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya;
 Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan;
 Nilai Jual Obyek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari
transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak
terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan
melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau
nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak Pengganti;
 Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan
undang-undang ini;
 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang adalah surat yang digunakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak
terhutang kepada wajib pajak;
OBYEK PAJAK

( Pasal 2 ayat (1) UU No. 12 Tahun 1985 jo.


UU No.12 Tahun 1994 )
Yang menjadi objek pajak adalah Bumi dan
Bangunan
 Pengertian Bumi
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya.
 Pengertian Bangunan
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Yang termasuk pengertian bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks
bangunan seperti hotel, pabrik, dan  emplasemennya dan
lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks
bangunan tersebut;
b. jalan TOL;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olah raga;
f. galangan kapal, dermaga;
g. taman mewah;
h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa
minyak;
SUBYEK PBB
 ( Pasal 4 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12
Tahun 1994 )
Yang menjadi subjek PBB adalah orang atau
badan yang secara nyata :
a. mempunyai hak atas bumi/tanah,
dan/atau;
b. memperoleh manfaat atas bumi/tanah
dan/atau;
c. memiliki, menguasai atas bangunan
dan/atau;
d. memperoleh manfaat atas bangunan.
Subjek Pajak yang dikenakan kewajiban membayar
pajak menjadi Wajib Pajak menurut UU PBB.
Apabila suatu objek pajak tidak diketahui secara
jelas siapa yang akan menanggung pajaknya maka
yang menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak
adalah Direktorat Jenderal Pajak.
Penetapan ini ditentukan berdasarkan bukti-bukti :
• Apakah ada perjanjian antara pemilik dan
penyewa yang mengatur ?
• Siapa yang menanggung kewajiban pajaknya ?
• Dan siapa yang secara nyata mendapat manfaat
atas bidang tanah dan bangunan tersebut?
TARIF PAJAK
( Pasal 5 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12
Tahun 1994 )
Tarif pajak yang dikenakan atas objek pajak
adalah sebesar 0,5 % (lima persepuluh
persen).
DASAR PENGENAAN PBB
Yang menjadi Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan setiap tiga tahun
oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.Meskipun pada
dasarnya penetapan nilai jual objek pajak adalah 3 (tiga) tahun sekali,
namun untuk daerah tertentu yang karena perkembangan
pembangunan mengakibatkan nilai jual objek pajak cukup besar,
maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali.
Nilai jual sebagai Dasar Pengenaan PBB dikelompokkan menjadi dua,
yaitu kelompok A dan kelompok B.
Dalam hal ada objek pajak yang nilai jual per M2 nya lebih besar dari
ketentuan Nilai Jual Objek Pajak, Nilai Jual Objek Pajak yang terjadi
di lapangan tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan.

Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTK) ditetapkan


maksimal Rp24.000.000,00 dan terendah Rp10.000.000,00.
DASAR PENGHITUNGAN PAJAK
( Pasal 6 UU No. 12 Tahun 1985 jo. UU No.12 Tahun 1994 jo.
PP No.25 Tahun 2002).
Yang menjadi dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena
Pajak (assessment value) atau NJKP, yaitu suatu persentase
tertentu dari nilai jual sebenarnya. NJKP ditetapkan serendah-
rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggi-tingginya 100%
(seratus persen).
Besarnya persentase NJKP ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)


= 20% X NJOPKP (untuk NJOP < 1 Miliar); atau
= 40% X NJOPKP (untuk NJOP 1 Miliar atau lebih)
Besarnya PBB terutang = 0,5 % X NJKP
Contoh Pehitungan PBB:
Bpk Ahmad mempunyai tanah seluas 200 m2
dengan harga jual Rp500.000,00/m2 dan
bangunan seluas 100 m2 dengan nilai
Rp1.000.000,00. Bila nilai jual obyek pajak
tidak kena pajak (NJOPTK) di daerahnya
sebesar Rp12.000.000,00. Maka hitunglah
PBB terutang Bpk Ahmad.
Jawab:
Nilai jual obyek pajak (NJOP):
o 200 x Rp500.000,00    = Rp100.000.000,00
o 100 x Rp1.000.000,00 = Rp100.000.000,00 +
NJOP                              = Rp200.000.000,00
NJOPTK                        = Rp12.000.000,00 -
NJOPK                           = Rp188.000.000,00

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP):


Karena NJOPK < 1 milyard maka NJKP = 40%.

Sehingga PBB terutang adalah...


PBB = 20% x 0,5% x Rp188.000.000,00
= 1/1000 x Rp188.000.000,00 = Rp188.000,00
 Contoh Soal PBB : 1. Wajib Pajak Bpk Tyo
mempunyai objek pajak berupa : - Tanah
seluas 800m2 dengan harga jual Rp
300.000/m2 - Bangunan seluas 200m2 dengan
nilai jual Rp 350.000/m2 - Taman mewah
seluas 200m2 dengan nilai jual Rp 50.000/m2
- Pagar mewah sepanjang 120m dan tinggi
rata-rata 1,5m dengan nilai jual Rp
175.000/m2 Persentase Nilai Jual Kena Pajak
20%. Dan diketahui niali jual objek pajak
tidak kena pajak Rp. 8.000.000. Hitunglah
PBB terutang untuk satu tahun!
 Jawab :
Nilai jual tanah
800 x Rp 300.000 = Rp 240.000.000
Nilai Jual bangunan
200 x Rp 350.000 = Rp 70.000.000
Nilai Jual Taman Mewah
200 x Rp 50.000 = Rp 10.000.000
Nilai Jual Pagar Mewah
120 x 1,5 x Rp 175.000 = Rp 31.500.000
NJOKP = Total NJOP - NJOTKP
= Rp 351.500.000 - Rp 8.000.000
= Rp. 343.500.000
Besarnya PBB terutang = 0,5% x 20% x Rp.
343.500.000 = Rp. 343.500
Contoh
Diketahui tarif pajak sebagai berikut.
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
Rp50.000.000,00 – Rp250.000.000,00 15%
Rp250.000.000,00 – Rp500.000.000,00 25%
di atas Rp500.000.000,00 30%

Pak Panji mempunyai penghasilan kena pajak


sebesar Rp320.000.000,00 per tahun, pajak
terutang Pak Panji adalah . . . .
Penghasilan kena pajak (PKP) Rp320.000.000,00.
Penghitungan pajak terutang:
5% × Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% × Rp200.000.000,00 = Rp30.000.000,00
25% × Rp70.000.000,00 = Rp17.500.000,00
––––––––––––––– +
Jumlah pajak terutang = Rp50.000.000,00
Jadi, pajak terutang Pak Panji sebesar
Rp50.000.000,00.
SOAL-SOAL
1. Bu Saras mempunyai sebidang tanah
beserta bangunannya dengan luas tanah
600 m2 dan luas bangunan 180 m2. NJOP
tanah Rp500.000,00 per m2 dan bangunan
Rp1.000.000,00 per m2. Jika BTKP
ditetapkan sebesar Rp12.000.000,00, besar
PBB terutang Bu Saras adalah . . . .
NJOP tanah
600 × Rp500.000,00 Rp300.000.000,00
NJOP bangunan
180 × Rp1.000.000,00 Rp180.000.000,00
––––––––––––––– +
NJOP tanah dan Rp480.000.000,00
bangunan
NJOP tidak kena pajak Rp 12.000.000,00
––––––––––––––– –
NJOP sebagai dasar Rp468.000.000,00
Pengenaan PBB:
Pajak bumi dan bangunan terutang milik Bu Saras
adalah 0,5% × 20% × Rp468.000.000,00 = Rp468.000,00.
Jadi, pajak yang harus dibayar oleh Bu Saras adalah
Rp468.000,00.
2. Pak Rangga mempunyai penghasilan bersih
sebesar Rp98.650.000,00 per tahun dan
pendapatan tidak kena pajak
Rp13.650.000,00. Diketahui tarif pajak:
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
Rp50.000.000,00 – Rp250.000.000,00 15%
Rp250.000.000,00 – Rp500.000.000,00 25%
di atas Rp500.000.000,00 30%

Dari data tersebut besar pajak terutang


adalah ...
Penghasilan bersih Rp98.650.000,00
PTKP Rp13.650.000,00
–––––––––––––– –
PKP Rp85.000.000,00
Penghitungan pajak terutang:
Rp50.000.000,00 × 5% = Rp2.500.000,0
Rp35.000.000 × 15% = Rp5.250.000,00
= ––––––––––––– +
= Rp7.750.000,00
Jadi, pajak terutang sebesar Rp7.750.000,00
3. Pada tahun 2014 CV Mandiri Karya mempunyai
penghasilan kena pajak Rp680.000.000,00. Pajak
terutang CV Mandiri Karya adalah . . . .
Jawab:
Penghasilan kena pajak Rp680.000.000,00.
Berdasarkan ketentuan tarif pajak PPh pasal 36
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, tarif wajib pajak badan dalam
negeri dan bentuk usaha tetap pada tahun 2010
dan selanjutnya ditetapkan sebesar 25%.
Penghitungan pajak terutang CV Mandiri Karya
tahun 2014:
= 25% x Rp680.000.000,00
= Rp170.000.000,00
4. Pak Barata mempunyai rumah yang dibangun di
atas tanah seluas 400 m2 dengan nilai jual
sebesar Rp800.000,00/m2. Bangunan rumah
seluas 300 m2 dengan nilai jual
Rp950.000,00/m2. Taman seluas 100 m2
dengan nilai jual Rp250.000,00/m2. Pagar
dengan panjang 100 m dan tinggi 1,5 m dengan
nilai jual Rp150.000,00/m2. Nilai jual objek
pajak tidak kena pajak (NJOP–TKP) sebesar
Rp5.500.000,00. Besar pajak bumi dan
bangunan (PBB) terutang Pak Barata adalah ...
Jawab:
Penghitungan pajak bumi dan bangunan (PBB) sebagai berikut:
Tanah 400 × Rp800.000,00 Rp320.000.000,00
Rumah 300 × Rp950.000,00 Rp285.000.000,00
Taman 100 × Rp250.000,00 Rp 25.000.000,00
Pagar 100 × 1,5 × Rp150.000,00 Rp 22.500.000,00
–––––––––––––––– +
NJOP Rp652.500.000,00
NJOP–TKP Rp 5.500.000,00
–––––––––––––––– –
NJOP untuk PBB Rp658.000.000,00

PBB yang harus dibayar


0,5% x 20% x Rp658.000.000,00 = Rp658.000,00
Jadi, PBB yang harus dibayar Pak Barata sebesar
Rp658.000,00.
5. Rina bekerja di perusahaan swasta dan memiliki
penghasilan kena pajak Rp9.550.200,00 per
bulan. Tabel tarif pajak berdasarkan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagai berikut.
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp50.000.000,00 5%
Rp50.000.000,00 – Rp250.000.000,00 15%
Rp250.000.000,00 – Rp500.000.000,00 25%
di atas Rp500.000.000,00 30%

Besar pajak penghasilan yang harus dibayar oleh


Rina sebesar . . . .
Penghitungan pajak penghasilan pribadi
sebagai berikut.
Penghasilan kena pajak per tahun adalah
Rp9.550.200,00 × 12 bulan = Rp114.602.400,00
5% × Rp50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% × Rp64.602.400,00 = Rp 9.690.360,00
––––––––––––––– +
Total PPh = Rp 12.190.360,00

Jadi, PPh Rina sebesar Rp12.190.360,00.


6. Berikut daftar penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
sesuai tanggungan.
TK 24.300.000
K/0 26.325.000
K/1 28.350.000
K/2 30.375.000
K/1/0 50.625.000
K/1/1 52.650.000
K/1/2 54.675.000
TK/1 26.325.000
TK/2 28.350.000

Pak Bagus sebagai kepala bagian di sebuahperusahaan


swasta dengan gaji Rp3.500.000,00 per bulan. Ia
mempunyai istri yang bekerja di perusahaan swasta lain
dengan gaji sebesar Rp2.000.000,00 per bulan. Setiap
bulan Pak Bagus membayar tunjangan hari tua sebesar
Rp85.000,00 dan iuran kesehatan Rp55.000,00. Keluarga
Pak Bagus memiliki dua orang anak. Jika biaya jabatan
Pak Bagus 5% dari gaji, pajak terutang yang dibayar
keluarga Pak Bagus setiap bulan sebesar . . . .
Penghitungan PPh keluarga Pak Bagus sebagai berikut.
Penghasilan bruto satu bulan: Pak Bagus Rp3.500.000,00
Istri Pak Bagus Rp2.000.000,00
––––––––––––– +
Rp5.500.000,00
Pengurangan:
Biaya jabatan:
5% × Rp3.500.000,00 = Rp175.000,00
Iuran THT Rp 85.000,00
Iuran kesehatan Rp 55.000,00
–––––––––––– +
Rp 315.000,00
–––––––––––– –
Penghasilan neto keluarga Pak Bagus sebulan Rp5.185.000,00

Penghasilan neto satu tahun:12 × Rp5.185.000,00 Rp62.220.000,00


PTKP K/1/2 Rp54.675.000,00
––––––––––––– –
Rp 7.545.000,00
PPh terutang setahun:
5% × Rp7.545.000,00 = Rp377.250,00
PPh sebulan: Rp377.250,00 : 12 = Rp31.437,50
Jadi, pajak penghasilan yang harus dibayar keluarga Pak Bagus setiap bulan sebesar
Rp31.437,50.
7. Bagas bekerja sebagai karyawan swasta
dengan gaji bersih Rp3.500.000,00. Bagas
belum menikah dan tidak memiliki
tanggungan. Besar pajak yang ditanggung
Bagas adalah . . . .
Gaji Bagas per bulan Rp3.500.000,00.
Total gaji Bagas selama setahun
12 × Rp3.500.000,00 = Rp42.000.000,00
PTKP dalam setahun (TK) = Rp15.840.000,00
–––––––––––––– –
Penghasilan kena pajak = Rp26.160.000,00
PPh Bagas terutang
= 5% × Rp26.160.000,00 = Rp1.308.000,00
PPh Bagas per bulan= Rp1 308 000 00/12
= Rp109.000,00
8. Bu Evita memiliki rumah seluas 300 m2
dengan NJOP Rp1.500.000,00 per m2 dan
tanah seluas 500 m dengan NJOP
Rp1.000.000,00 per m2. Jika NJOP–TKP
Rp12.000.000,00, pajak terutang Bu Evita
adalah . . . .
Nilai jual objek pajak
Tanah:
300 m2 × Rp1.500.000,00 = Rp450.000.000,00
Bangunan:
500 m2 × Rp1.000.000,00 = Rp500.000.000,00
––––––––––––––– +
Jumlah NJOP = Rp950.000.000,00
Nilai jual tidak kena pajak = Rp 12.000.000,00
––––––––––––––– –
Nilai jual kena pajak = Rp938.000.000,00
Besar pajak yang harus dibayar Bu Evita:
= 0,5% × 20% × Rp938.000.000,00
= Rp938.000,00
Jadi, pajak terutang Bu Evita sebesar Rp938.000.000,00.
9. Pak Angga merupakan karyawan perusahaan
swasta di Indonesia. Setiap bulan Pak Angga
menerima pendapatan sebesar
Rp7.500.000,00. Setiap bulan ia membayar
asuransi sebesar Rp600.000,00. Biaya
jabatan yang ditetapkan adalah 5% dari
gaji. Pak Angga telah menikah dan memiliki
dua orang anak. Hitunglah pajak terutang
Pak Angga selama satu tahun!
Penghitungan:
Penghasilan
Pak Angga per bulan Rp 7.500.000,00
Pengurangan:
Biaya jabatan
5% × Rp7.500.000,00 Rp 375.000,00
Biaya asuransiRp 600.000,00
–––––––––––––– +
Rp 975.000,00
–––––––––––––– –
Penghasilan neto Rp 6.525.000,00
Pak Rafa per bulan
Penghasilan neto satu tahun
12 × Rp6.525.000,00 Rp78.300.000,00
PTKP setahun Rp30.375.000,00
–––––––––––––– –
Rp47.925.000,00

PPh terutang 5% × Rp47.925.000,00 = Rp2.396.250,00


Jadi, PPh terutang Pak Angga selama satu tahun adalah Rp2.396.250,00.
10. Pak Aji memiliki sebidang tanah dengan
NJOP Rp150.000.000,00 dan bangunan
dengan NJOP Rp270.000.000,00. NJOP-TKP
yang ditetapkan adalah Rp12.000.000,00.
Besar pajak yang ditanggung Pak Aji adalah
....
Jawab:
NJOP tanah = Rp150.000.000,00
NJOP bangunan = Rp270.000.000,00
–––––––––––––– +
NJOP tanah dan bangunan = Rp420.000.000,00
NJOP tidak kena pajak = Rp 12.000.000,00
–––––––––––––– –
NJOP pengenaan PBB = Rp408.000.000,00
Pajak bumi dan bangunan terutang milik Pak Aji
adalah 0,5% × 20% × Rp408.000.000,00 =
Rp408.000,00.
Jadi, pajak yang harus dibayar Pak Aji sebesar Rp408.000,00.

Anda mungkin juga menyukai