Anda di halaman 1dari 13

Tugas portofolio

Satuan pendidikan : SMK NEGERI 1 DLANGGU


Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Nama siswa : DIVATUL ILMI
Tanggal penilaian :
Semester : genap
Tahun ajaran : 2020-2021

Kompetensidasar : 3.12 Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia,


antara lain : KAA, Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non Blok
dan ASEAN, OKI dan Jakarta Informal Meeting.
Jenis portofolio : Individu
Tujuan portofolio : memantau perkembangan kemampuan, keterampilan dan komunikasi.
Rubik penilaian : 1. Kata Pengantar (mininal 5 baris)
2. penjelasan materi atau pembahasan (minimal 3 halaman)
3. kesimpulan pendapat individu (minimal 3 baris)
4. daftar pustaka (minimal 2 referensi. bisa buku atau artikel online)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan karunianya
sehingga makalah dengan tema ‘Indonesia Dalam Perdamaian Dunia’ ini selesai dengan waktu
yang tepat.
Kami selaku penyusun makalah ini, berharap semoga makalah yang telah Kami susun ini
bisa memberikan banyak manfaat serta menambah ilmu pengetahuan terutama dalam hal
Indonesia dalam Perdamaian Dunia, Karena keterbatasaan ilmu maupun pengalaman kami, kami
yakin makalah ini masih banyak memiliki kekurangan yang membutuhkan perbaikan,oleh karena
itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sekalian demi
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun,
PEMBAHASAN

I. Pencetus Konferensi Asia Afrika 1955

Indonesia merupak salah satu negara pelopor tercetusnya Konferensi Asia Afrika 1955.
Konferensi tersebut bertujuan untuk menghimpun persatuan dari negara-negara Asia-Afrika yang
baru saja memperoleh kemerdekaan, mempromosikan dan meningkatkan kerja sama antar
negara, serta menentang segala bentuk penjajahan. Konferensi ini dipelopori oleh 5 pemimpin
negara yang salah satunya adalah Indonesia, yakni diwakili oleh PM Ali Sastroamidjojo.
Keempat negara lainnya ialah Indoa (Jawaharlal Nehru), Pakistan (Mohamad Ali Bogra), Burma
(U Nu), dan Sri Lanka (Sir John Kotelawala).
Pertemuan pertama antara kelima pemimpin negara dilaksanakan pada 28 April – 2 Mei 1952
di Kolombo, Sri Lanka. Indonesia melalui PM Ali Sastroamidjojo mengusulkan adanya
Konferensi Asia-Afrika. Pertemuan kedua dilaksanakan di Istana Bogor pada 29 Desember 1952
untuk mematangkan konsep Konferensi Asia-Afrika, tujuan persidangan, dan negara mana saja
yang akan diundang. Indonesia kemudian menjadi tuan rumah dari Konferensi Asia-Afrika,
tepatnya di Bandunga. Konferensi yang dilaksanakan pada tanggal 18 – 25 April 1955 ini
menghasilkan prinsip utama Gerakan Non Blok (GNB) yang disebut Dasa Sila Bandung. Baca
juga Konferensi Asia Afrika dan sejarah Konferensi Meja Bundar.

II. Latar Belakang Terbentuknya Misi Garuda

Misi Garuda merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam melaksanakan MPP
PBB. Misi Garuda adalah pasukan yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Pembentukan Pasukan Garuda diawali
dengan munculnya konflik di Timur Tengah pada 26 Juli 1959. Tiga negara yang terdiri dari
Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir. Hal ini pun
akhirnya menimbulkan perdebatan diantara negara-negara lainnya.
Menteri Luar Negeri Kanada saat itu, Lester B. Perason, mengusulkan dibentuknya
pemelihara perdamaian di Timur Tengah dalam Sidang Umum PBB. Usulan tersebut pun
disetujui, sehingga pada tanggal 5 November 1956, Sekretaris Jenderal PBB membentuk United
Nations Emergency Forces (UNEF).
Indonesia menyatakan kesediaannya untuk bergabung dalam UNEF. hingga saat ini
Indonesia telah mengirimkan Misi Garuda I sampai Misi Garuda XXVI-C2. Menurut data
Kementrian Luar negeri pada 21 Maret 2016, Indonesia pun menjadi contributor terbesar ke-10
untuk Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB dari 124 negara.

 Peran Indonesia dalam Misi Garuda

Peran Indonesia dalam Misi Garuda diwujudkan dengan dikirimkannya Kontingen Garuda ke
berbagai negara. Rincian dari peran Kontingen Garuda (KONGA) beserta misi yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. KONGA I dikirim tanggal 8 Janari 1957 ke Mesir yang terdiri dari 559 pasukan. Pasukan
dipimpin oleh Letnan Kolonel Infaneri Hartoyo yang kemudian digantikan Letnan
Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo.
2. KONGA II dikirim pada 1960 ke Kongo yang terdiri dari 1.074 pasukan. Pasukan
dipimpin oleh Kol. Prijatna dan digantikan oleh Letkol Solichin G.P.
3. KONGA III dikirim pada 1962 ke Kongo yang terdiri atas 3.475 pasukan. KONGA III di
bawah misi UNOC dan dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kolonel Infanteri
Sobirin Mochtar.
4. KONGA IV dikirim pada 1973 ke Vietnam. Pasukan ini berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.
5. KONGA V dikirim ke Vietnam pada 1973 di bawah misi ICCS. Pasukan dipimpin oleh
Brigjen TNI Harsoyo.
6. KONGA VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973 di bawah misi UNEF. Pasukan
dipimpin oleh Kolonel Infanteri Rudini.
7. KONGA VII pada 1974 dikirim ke Vietnam di bawah misi ICCS. Pasukan ini dipimpin
oleh Brigjen TNI [[S. Sumantri]] dan digantikan oleh Kharis Suhud.
8. KONGA VIII dikirim ke Timur Tengah pada 1974 dalam rangka misi perdamaian PBB
di Timur Tengah. Pengiriman pasukan dilakukan paska Perang Yom Kippur antara Mesir
dan Israel.
9. KONGA IX dikirim ke Iran dan Irak pada tahun 1988. Konga IX berada di bawah misi
UNIIMOG.
10. KONGA X dikirim pada 1989 ke Namibia. Pasukan ini berada di bawah misi UNTAG
dan dipimpin oleh Kol Mar Amin S.
11. KONGA XI dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992 di bawah misi UNIKOM.
12. KONGA XII dikirim ke Kamboja padaa 1992 di bawah misi UNTAC.
13. KONGA XIII dikirim ke Somalia pada 1992 di bawah misi UNOSM dan dipimpin oleh
May Mar Wingky S.
14. KONGA XIV dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993 di bawah misi UNPROFOR.
15. KONGA XV dikirim ke Georgia pada 1994 di bawah misi UNIMOG dan dipimpin oleh
May Kav M. Haryanto.
16. KONGA XVI dikirim ke Mozambik pada 1994 di bawah misi UNOMOZ dan dipimpin
oleh May Pol Drs Kuswandi.
17. KONGA XVII dikirim ke Filipina dpada 1994. Pasukan ini dipimpin oleh Brgjen TNI
Asmardi Arbi.
18. KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997 dan dipimpin oleh Mayor
Can Suyatno.
19. KONGA XIX dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002 yang bertugas sebagai misi
pengamat.
20. KONGA XX dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada tahun 2003.
21. KONGA XXI dikirim ke Liberia mulai tahun 2003. Pasukan ini terdiri dari perwira AD,
AL, dan AU yang terlatih dalam misi PBB dan memiliki kecakapan khusu sebagai
pengamat militer.
22. KONGA XXII dikirim ke Sudan pada 9 Februari 2008 sebagai pengamata militer dan
juga berkontrbusi untuk UNAMID (Darfur).
23. KONGA XXIII bertugas di Lebanon (UNIFIL) dan sempat ditunda keberangkatannya
pada akhir September 2006.
24. KONGA XXIV bertugas di Nepal (UNMIN) mulai tahun 2008.
25. KONGA XXV bertugas di Lebanon mulai tahun 2008 dan sudah melakukan 11 kali
rotasi hingga 2019.
26. KONGA XXVI bertugas di Lebanon pertama kali pada tahun 2008 untuk melaksanakan
tugas sebagai satuan FHQSU dan INDO FP Coy.
27. KONGA XXVII tergabung dalam misi UNAMID di Darfur dan bertugas mulai tanggal
21 Agustus 2008.
28. KONGA XXVIII dikirim pada 16 Maret 2009 untuk bergabung dalam MTF UNIFIL.
29. KONGA XXIX dikirim ke Lebanon pada 29 Desember 2009 untuk memberikan
dukungan kesehatan kepada personel UNIFIL maupun humanitarian.
30. KONGA XXXI dibentuk untuk memelihara citra UNIFIL di mata masyarakat Lebanon.
Indonesia mengirimkan pasukannya sejak tahun 2010.
31. KONGA XXX bertugas sejak bulan Juli 2011 dengan nama Satgas MCOU XXX-
A/UNIFIL.

III. Peran Indonesia dalam Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda tahun 1957 memang pada awalnya ditolak oleh banyak negara. Alasannya
adalah dunia internasional akan kehilangan keleluasaan untuk melayari laut Indonesia yang
merupakan jalur perdagangan internasional seperti Selat Malaka dan Selat Karimata. Namun
deklarasi ini juga menunjukkan itikad Indonesia untuk mewujudkan pelayaran yang damai
sekaligus legal di lautan Indonesia, mencegah konflik yang dapat terjadi antara berbagai pihak di
tengah wilayah Indonesia.
Deklarasi ini baru dapat diterima oleh dunia internasional setelah PBB pada tahun 1982
menetapkan konvensi hukum laut ketiga. United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS)  dikeluarkan pada tahun tersebut serta diratifikasi oleh mayoritas negara-negara
dunia. Keputusan ini diratifikasi Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985
tentang Pengesahan UNCLOS 1982. Adanya deklarasi Djuanda merupakan peranan besar
Indonesia dalam mewujudkan sebuah konvensi hukum laut yang disepakati dunia. Memberikan
ketegasan serta kejelasan dalam urusan laut yang sangat penting bagi negara kepulauan seperti
Indonesia.

Dampak

Dampak dari Deklarasi Djuanda 1957 dan selanjutnya melalui UNCLOS 1982 adalah luas
wilayah yang bertambah kurang lebih 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km 2 kemudian menjadi
5.193.250 km2. Saat itu belum termasuk dengan Irian Barat yang melalui jalan buntu
kesepakatannya dengan Belanda. Selain itu, Indonesia juga berhak atas lautan lepas yang berisi
sumber daya alam sekaligus jalur dagang yang strategis. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki
potensi ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya. Tanggal 13 Desember
kemudian disahkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Hari Nusantara pada tahun 1999,
kemudian diperkuat oleh Presiden Megawati melalui Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun
2001 tentang Hari Nusantara.

IV. Peran Indonesia Dalam Gerakan Non-Blok (GNB)

Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan sebuah gerakan yang tercipta saat perang dingin pada
tahun 1961. Gerakan ini tercipta karena negara bekas jajahan barat yang baru merdeka enggan
memihak kedua blok, baik Amerika maupun Rusia. Gerakan ini beranggotakan negara-negara
berkembang yang baru merdeka dari jajahan bangsa barat, salah satunya Indonesia. Selain
menjadi anggota, Indonesia ternyata memegang peranan penting di GNB.

Ikut Menggagas Gerakan Non-Blok (GNB)


Sebelum GNB terbentuk, gagasannya sudah ada terlebih dahulu lima tahun sebelumnya.
Kala itu, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan dan mengundang pemimpin negara di Asia
dan Afrika yang baru merdeka ke Bandung.
Pertemuan itu melahirkan sebuah gagasan yang disebut dasasila. Gagasan ini yang
kemudian menjadi cikal bakal terlahirnya gagasan GNB. Pertemuan ini dikenal sebagai
Konferensi Asia-Afrika (KAA).
Melalui gagasan itu, terciptalah Gerakan Non-Blok yang dirintis oleh beberapa pemimpin
negara. Para pemimpin negara yang terlibat di antaranya, Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito,
PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PM sekaligus Presiden Ghana
Kwame Nkrumah, dan Presiden Indonesia Soekarno.

Memimpin Gerakan Non-Blok


Setelah aktif terlibat merintis GNB, Indonesia akhirnya berkesempatan memimpinnya.
Kepemimpinan Indonesia dimulai dari tahun 1992-1995, dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Konverensi Tingkat Tinggi X Gerakan Non-Blok
pada 1-6 September 1992.

Mengupayakan Perdamaian Dunia


Salah satu pokok gagasan dari Gerakan Non-Blok ialah politik bebas aktif. Bebas artinya
tidak memihak salah satu blok kekuatan. Dan aktif artinya giat menciptakan perdamaian dunia.
Dalam beberapa pertemuan GNB, Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina,
meminta diskriminasi ras di Afrika Selatan diakhiri, dan menolak penggunaan senjata nuklir.
Indonesia juga turut membantu meredakan ketegangan di Yugoslavia pada tahun 1991.

V. Peran Indonesia Dalam ASEAN

ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) atau yang juga dikenal dengan
perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia tenggara (Perbara) merupakan organisasi kerjasama regional
yang bergerak di bidang ekonomi dan geo-politik diantara negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Organisasi ini didirikan berdasarkan “deklarasi Bangkok” pada tanggal 8 Agustus
1967 di Bangkok. Adapun pendiri dari Asean adalah Indonesia, Malaysia, Filiphina, Thailand,
dan singapura.
Tujuan pendirian ASEAN
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta pengembangan budaya negara-
negara anggotanya

 Memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regional


 Meningkatkan kesempatan guna membahas perbedaan diantara anggota ASEAN secara
damai

Saat ini ASEAN beranggotakan seluruh negara-negara yang berada di kawasan Asia
tenggara, dan beberapa tahun belakangan ini, ASEAN telah menjajaki perluasan anggota
terhadap negara-negara yang berada disekitar kawasan ASEAN seperti Bangladesh, Papua
Nugini, Palau, Republik China (Taiwan), serta Timor Leste. ASEAN merupakan soko guru dari
politik luar negri yang dianut oleh Indonesia, dimana dengan terciptanya kawasan wilayah Asia
Tenggara yang stabil, damai, aman, kondusif, serta terjalinnya hubungan yang harmonis diantara
negara-negara di kawasan tersebut merupakan hal yang penting serta sebagai modal dasar dari
pembangunan Indonesia.
Indonesia memiliki peranan yang cukup penting di dalam perkembangan ASEAN, dimana
Indonesia merupakan salah satu penentu arah perkembangan organisasi tersebut.
Berikut adalah penjelasan dari peran Indonesia dalam ASEAN :
1. Sebagai salah satu pendiri ASEAN

Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya ASEAN. Seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana
deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN,
Yaitu :

 Adam Malik dari Indonesia


 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand

Sedangkan isi Dari Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar berdirinya ASEAN adalah :

 Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di


kawasan Asia Tenggara
 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
 Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi
 Memelihara kerja sama yang erat di tengah – tengah organisasi regional dan internasional
yang ada
 Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di
kawasan Asia Tenggara

Indonesia telah dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara yang
berada di luar ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan stabilitas regional di
kawasan Asia Tenggara.

2. Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN

Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun 2004),
Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya kepemimpinannya Indonesia mampu
menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, Indonesia juga memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada pertemuan ASEAN
ministerial meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam Malik. Hal tersebut
ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN.
Indonesia juga telah menyampaikan makalah yang berjudul reflection dalam rangka
mengajak para anggota ASEAN yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi
sebelumnya, dimana kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama sektoral di
berbagai bidang.
Selain itu, pada masa kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan
serangkaian pertemuan seperti :

 Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)


 Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)
 Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan berbagai
masalah yang terjadi, dan lain sebagainya.
3.  Sebagai Tuan Rumah KTT Asean

Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali Konferensi


Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah diselenggarakan di Indonesia
antara lain adalah :

 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali. Dalam
KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat ASEAN yang
berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia
yang bernama H.R. Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali. Dalam KTT
tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community)
yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember 2011 di
Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan bebas senjata
nuklir di Asia tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free
Zone (SEANWFZ)

4.  Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara

Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia Tenggara,
yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh negara anggota ASEAN
lainnya.

 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara Kamboja
dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara
tersebut menyepakati adanya perjanjian damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL) dengan
pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut sepakat untuk
melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di Indonesia.

VI. Peran Indonesia dalam OKI (Organisasi Kerja Sama Islam)

Indonesia menjadi salah satu anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam). Peran Indonesia
dalam OKI menunjukkan bahwa Indonesia selalu berusaha untuk berpartisipasi aktif dalam
organisasi yang diikutinya. OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dibentuk setelah para pemimpin
dari sejumlah negara Islam menyelenggarakan Konferensi di Rabat, Maroko. Koneferensi ini
diadakan pada tanggal 22 – 25 September 1969.
Konferensi tersebut menyepakati Deklarasi Rabat yang menegaskan keyakinan atas agama
Islam, penghormatan pada Piagam PBB, dan hak asasi manusia. OKI dibentuk karena
keprihatinan negara-negara Islam atas berbagai masalah yang dihadapi umat Islam, khususnya
setelah unsur Zionis membakar bagian dari Masjid Suci Al-aqsa pada 21 Agustus 1969. OKI
dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:

 Meningkatkan solidaritas Islam diantara negara-negara anggota OKI


 Mengoordinasikan kerjasama antarnegara anggota OKI
 Mendukung perdamaian dan keamanan internasional
 Melindungi tempat-tempat suci Islam
 Membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka serta berdaulat
OKI beranggotakan 57 negara Islam atau yang berpenduduk mayoritas muslim di kawasan
Asia Afrika. Pada awalnya OKI lebih banyak menekankan pada masalah politik, terutama
masalah Palestina. Namun, dalam perkembangannya OKI menjelma sebagai suatu organisasi
internasional yang menjadi wadah kerja sama di berbagai bidang. Kerja sama tersebut meliputi
kerja sama di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya, dan ilmu pengetahuan antar negara-negara
muslim di seluruh dunia. Baca juga sejarah kemerdekaan Arab Saudi dan sejarah kemerdekaan
Brunei.
 Revitalisasi OKI (Organisasi Kerja Sama Islam)
Tantangan dunia yang semakin mengemuka, menjadikan negara-negara anggota OKI
memandang perlunya dilakukan revitalisasi OKI sebagai permasalahan yang mendesak.
Revitalisasi OKI diperlukan dari kenyataan bahwa struktur dan kinerja organisasi OKI dinilai
belum efisien dan efektif. Oleh karena itu, diadakan rangkaian pertemuan yang berhasil mengkaji
dan melakukan finalisasi TOR restrukturisasi OKI yang disiapkan Malaysia.
Pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan KTT OKI ke-10 di Putrajaya, Malaysia
tahun 2003 menyepakati untuk memulai upaya konkret dalam merestrukturisasi Sekretariat OKI.
Selanjutnya, KTT Luar Biasa OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi, tanggal 7 – 8 Desember 2005
mengakomodasi keinginan tersebut yang dituangkan dalam Macca Declaration dan OIC 10-years
Program of Actions. Hal ini meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan
Statuta OKI baru yang harapannya dapat diterapkan sebelum tahun 2015. Baca juga sejarah
organisasi Islam di Indonesia dan sejarah berdirinya agama Islam.
 Peran Indonesia dalam OKI
Sebagai negara anggota OKI, Indonesia memiliki peran yang pasang surut dalam OKI. Delapan
peran Indonesia dalam OKI diantaranya adalah:

1. Hadir dalam KTT I di Rabat

Indonesia menjadi salah satu dari 24 negara yang menghadiri KTT I di Rabat, Maroko yang
menjadi awal berdirinya OKI. Pada tahun-tahun awal peran Indonesia di OKI masih terbatas.
Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menjadi perdebatan, baik di kalangan OKI maupun di
dalam negeri. Saat piagam pertama OKI dicetuskan pada tahun 1972, Indonesia menolak
menandatangani dan menahan diri untuk menjadi anggota resmi OKI. Hal ini karena berdasarkan
UUD 1945, yakni Indonesia bukanlah negara Islam.
Namun, muncul tuntutan aspirasi dan politik dalam negeri menyebabkan Indonesia mulai
berperan aktif di OKI pada tahun 1990-an. Hal ini ditandai dengan hadirnya Presiden Soeharto
untuk pertama kalinya hadir dalam KTT ke-6 OKI yang diselenggarakan di Senegal, Desember
1991. Hadirnya Presiden Soeharto tersebut menjadi langkah awal perubahan kebijakan politik
luar negara Indonesia, yakni untuk berpartisipasi lebih aktif di OKI. Namun, peran Indonesia
dalam OKI tidak terlalu dominan sebagaimana peran Indonesia dalam ASEAN maupun peran
Indonesia dalam GNB.

2. Gagasan “Tata Informasi Baru Dunia Islam”

Indonesia mempelopori gagasan perlunya “Tata Informasi Baru Dunia Islam”. Hal ini
dikemukakan dalam konferensi Menteri-Menteri Penerangan OKI tahun 1988.

3. Ketua Committee of Six

Peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah saat tahun 1993. Indonesia menerima
mandat sebagai ketua Committee of Six. Indonesia bertugas memfasilitasi perundingan damai
antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan Pemerintahan Filipina.
4. Tuan Rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM-OKI) ke-24

Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTM-OKI) ke-24 di Jakarta pada
tahun 1996. KTM ini dilaksanakan tanggal 9 -13 Desember 1996. Pada KTM tersebut fokus
pembicaraan menyangkut citra Islam dunia internasional. Pada KTM OKI tersebut diputuskan
beberapa masalah regional dan internasional, yakni sebagai berikut:

 Masalah Palestina ialah persoalan utama bagi dunia Islam


 Mengecam keras kebijakan Israel yang menghambat proses perdamaian
 Mengakui integritas & kedaulatan Bosnia Herzegovina sesuai batas-batas wilayahnya
secara internasional
 Menghimbau diadakannya perundingan damai di wilayah Jammu dan Kashmir,
menegaskan perlunya dihormati hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri, dan
mengecam tegas pelanggaran hak-hak asasi manusia di kawasan itu
 Menghimbau supaya pihak-pihak yang berseteru di Afghanistan segera mengadakan
gencatan senjata
 Menyerukan kepada Irak untuk sungguh-sungguh bekerja sama dengan Komite Palang
Merah Internasional dalam upaya mengiplementasikan resolusi PBB (terutama yang
menyangkut pembebasan para tawanan perang Kuwait)
 Mengecam tindakan agresi Amerika Serikat terhadap Libya
 Mendukung dengan tegas posisi Indonesia di Timor Timur
5. Mendukung pelaksanaan OIC’s Ten-Year Plan of Action

Indonesia mendukung pelaksanaan dari OIC’s Ten-Year Plan of Action pada KTT OKI ke-
14 di Dakar, Senegal. Indonesia mempunyai ruang untuk lebih berperan dalam memastikan
implementasi reformasi OKI tersebut dengan diadopsinya piagam ini. Indonesia berkomitmen
untuk menjamin kebebasan, toleransi, harmonisasi dan memberikan bukti nyata akan keselarasan
antara Islam, modernitas, dan demokrasi. Baca juga peran Indonesia dalam perdamaian dunia,
peran Indonesia dalam globalisasi, dan peran Indonesia dalam Misi Garuda.

6. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014

Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014, yakni di Jakarta.

7. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI

Indonesia menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI, tepatnya di
Jakarta. Konferensi ini diadakan tanggal 6 – 7 Maret 2016. Menurut Menteri Luar Negeri
Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, KTT Luar Biasa OKI ini diadakan sebagai bentuk
nyata upaya negara-negara OKI untuk mendorong penyelesaian konflik di Palestina. Situasi di
Palestina semakin hari semakin memburuk. Hal ini utamanya terkait status kota Al Quds
(Yerusalem) yang diokupasi oleh Israel. Palestina telah diakui oleh 137 negara dan berhasil
menjadi negara peninjau PBB. Keberhasilan ini merupakan keberhasilan dari proses komunitas
internasional, termasuk Indonesia.

VII. Pelopor Penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting

Penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting ialah insiatif yang dikemukakan oleh bangsa
Indonesia. Pertemuan itu diselenggarakan di Istana Bogor secara dua kali. Dalam pertemuan itu
Thailand mengajukan didirinya untuk bertindak sebagai mediator.
Dalam pelaksanaan JIM dhadiri oleh masing masing perwakilan, baik dari Vietnam maupun
Kamboja. Pemimpin Kamboja Hun Sen, termasuk Heng Samrin. Datang untuk menjadi
perwakilan dari Kamboja.
Heng Samrin adalah tokoh Khmer Merah pro China yang digantikan Hun Sen, tokoh
komunis Kamboja yang pro Vietnam dan Uni Soviet.

Tujuan Penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting

Jakarta Informal Meeting (JIM) dibentuk oleh pemerintah Indonesia guna menyelesaikan
konflik gencatan senjata yang terjadi di Kamboja. Konflik bersenjata itu terjadi tepat
diperbatasan wilayah Kamboja. Dalam konflik itu ,melibatkan negara Vietnam. Dengan
pembentukkan JIM ini Indonesia berinisiatif untuk memfasilitasi penyelesaian konflik tersebut
melalui jalur diplomasi.
Dalam pelaksanaannya membutuhkan dua kali pertemuan, untuk dapat menempuh jalan
tengah antara Kamboja dengan Vietnam. Penyelesaian melalui jalur diplomasi ini, dirasa sangat
tepat bagi Indonesia agar tidak mengakibatkan adanya korban jiwa dalam konflik bersenjata ini.
Selain itu, penyelenggaran Jakarta Informal Meeting ini bertujuan untuk mewujudkan
perdamaian dunia, khususnya pada wilayah Asia Tenggara.

Dampak Penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting

Penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting sangat berdampak postif dalam penyelesaian


konflik internal antara Kamboja dengan Vietnam. Indonesia membantu penyelesaian
permasalahan tersebut dengan jalur diplomasi. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya konflik
secara fisik antara kedua negara tersebut. Selain itu, dengan penyelenggaraan Jakarta Informal
Meeting mampu berdampak pada peningkatan citra Indonesia dimata dunia. Hal itu disebabkan
karena ini adalah diplomasi pertama yang dapat secara sukses diselenggarakan oleh Indonesia.
Dan upaya ini juga dilakukan demi menjaga perdamaian dunia. Sesuai dengan prinsip Indonesia
yang teracantum dalam pembukaan UUD 1945.

Peran Indonesia dalam Jakarta Informal Meeting

Dalam pelaksanaannya Indonesia sangat berperan aktif dalam pembentukan JIM ini.
Indonesia menjadi pelopor berdirinya JIM. Indonesia berusaha untuk memfasilitasi negara
negara yang berkonflik untuk menyelesaikan permasalahannya melalui jalur diplomasi. Selain
itu,Indonesia juga telah berpartisipasi secara aktif dalam melaksanakan perdamaian dunia yang
sangat dijunjung tinggi oleh negara negara di Asia tenggara khususnya.
KESIMPULAN PENDAPAT INDIVIDU

Peran Indonesia dalam perdamaian dunia dilakukan dalam beberapa cara:

Dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah oleh Drs. Tugiyono, disebutkan peran Indonesia dalam
perdamaian dunia:

1. Mengirim kontingen Garuda Indonesia

Mengirim kontingen Garuda merupakan peran Indonesia dalam PBB untuk ikut serta
menciptakan perdamaian dunia.
Kontingen Garuda ada yang dikirim ke Timur Tengah (Arah, Israel, Mesir), Kongo, Kamboja,
Yugoslavia, dan beberapa negara lain yang sedang mengalami konflik.

2. Peran Indonesia dalam perdamaian dunia lainnya yakni bersama negara Mesir, India,
Yugoslavia, dan Ghana, menjadi pelopor berdirinya Gerakan Non Blok (GNB)

Gerakan Non Blok berusaha meredakan ketegangan dunia dan menciptakan perdamaian dunia
yang ketika itu (1960-an) terancam akibat terjadinya perang dingin antara Blok Barat dan Blok
Timur.

3. Ikut secara aktif membantu menyelesaikan konflik di Kamboja dengan mensponsori


penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting (JIM I) bulan Juli 1988

Kegiatan tersebut berhasil menemukan masalah yang penting dalam menyelesaikan konflik di
Kamboja, yaitu penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja dan upaya mencegah kembalinya
rezim Pol Pot yang banyak melakukan pembantaian rakyat Kamboja.

4. Hubungan Internasional

Dalam buku 'Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas XI
oleh Tim Ganesha Operation, disebutkan, peran Indonesia dalam perdamaian dunia yakni
melalui hubungan internasional.

Bentuk peran Indonesia dalam hubungan internasional sebagai berikut:

a. Mengirimkan duta besar ke beberapa negara atau menerima duta besar negara lain yang
menjalin kerja sama dengan Indonesia.
b. Mendukung gerakan zona bebas nuklir di kawasan negara-negara anggota Association of
South East Asian Nations (ASEAN).
c. Mendukung terselenggaranya ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan negara anggota
ASEAN.
d. Peran Indonesia lainnya dalam perdamaian dunia dalam bentuk hubungan internasional yakni
turut berpatisipasi dalam kegiatan pertukaran pelajar dan mahasiswa dari dan ke luar Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://haloedukasi.com/jakarta-informal-meeting
https://sejarahlengkap.com/indonesia/peran-indonesia-dalam-oki
http://indonesiabaik.id/infografis/peran-aktif-indonesia-dalam-asean-1
https://www.studiobelajar.com/deklarasi-djuanda/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/peran-indonesia-dalam-gerakan-non-blok-gnb-
1uk1HmoQDfR
https://www.ruangguru.com/blog/peran-bangsa-indonesia-dalam-perdamaian-dunia

Anda mungkin juga menyukai