Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN SOSIAL PADA ASPEK TEKNOLOGI

TEREKAM CCTV, GENG MOTOR SUNTER BERAMBUT CEPAK

Aksi pengeroyokan geng motor yang terjadi di SPBU Shell di Jalan Danau Sunter, Jakarta
Utara, terekam kamera CCTV. Dalam tayangan CCTV itu, tampak puluhan orang berbadan
tegap datang dengan mengendarai sepeda motor. Dalam kejadian itu satu orang tewas.

Hingga saat ini polisi masih menelusuri perihal peristiwa ini. Dugaan sementara peristiwa di
Sunter adalah aksi balas dendam karena tewasnya Kelasi Arifin, anggota TNI AL yang diserang
geng motor, Sabtu (31/3) lalu di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara.
Geng motor merupakan salah satu dari kelompok sosial yang anggota kelompok
menggunakan kendaraan bermotor, khususnya sepeda motor. kelompok sosial ini dibentuk
kebanyakan karena adanya latar belakang yang sama. Lebih sering latar belakangnya adalah
“have fun with motorcycle”. Mungkin awalnya memang nongkrong-nongkrong di jalan dengan
sepeda motor. Entah hanya kumpul-kumpul atau melakukan tindakan yang lainnya yang bagi
mereka mengasikkan. Sebagian dari kebanyakan geng motor, mayoritas geng motor
beranggotakan remaja. Aksi geng motor yang sedang marak (brutal) banyak diidentikkan dengan
kenakalan remaja yang selalu bisa dilakukan oleh remaja lainnya . Memang, remaja merupakan
sebuah posisi dimana tidak dapat dikatakan anak-anak juga belum bisa dikatakan remaja. Posisi
remaja merupakan posisi rawan, dimana ia bisa dapat goyah dan yakin dengan mudahnya. Entah
itu tentang pencarian jati diri atau mencari posisi dalam sebuah komunitas. Penarian jati diri
inilah yang sering menjadikan kenakalan remaja semakin menjadi. Perubahan social yang terjadi
dikalangan remaja biasanya cepat terjadi dan menimbulkna disorganisasi untuk penyesuainan
diri. Aksi geng motor tak jarang dapat berujung pada kriminalitas pembunuhan.
Menurut teori fungsional yang dikemukakan oleh Wiliam F.Ogburn, faktor teknologis yaitu
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru akan mengakibatkan perubahan
yang secara luas. Seperti halnya penemuan dibidang informasi, komunikasi dan teknologi dapat
menimbulkan hal positif maupun negative. Lalu dengan semakin canggihnya teknologi didunia
otomotif, maka timbulah masyarakat yang cenderung sering melakukan hubungan dengan
masyarakat lain yang menyukai otomotif pula. Atas dasar kecintaan pada dunia otomotif ini
maka timbulah rasa in group sehingga mereka membuat suatu komunitas baru atau jika
otomotifnya itu pada motor yang biasa disebut geng motor.
Dewasa ini sering terdengar image negative dari para komunitas geng motor itu. Banyak
sekali kasus yang terjadi diberbagai daerah, khusunya Bandung dan Jakarta. Aksi mereka ini
seringkali menimbulkan kriminalitas, seperti kekerasan, pembunuhan dan sebagainya. Entah atas
dasar apa mereka melakukan hal itu, mungkin banyak sekali alasan mengapa mereka melakukan
hal itu. Seperti halnya pada kasus Aksi pengeroyokan geng motor yang terjadi di SPBU Shell di
Jalan Danau Sunter, Jakarta Utara, yang terekam kamera CCTV.
Dalam tayangan CCTV waktu kejadian dimulai pada Sabtu (7/4) pukul 02.55 WIB.
Sebanyak empat kamera CCTV merekam kedatangan kelompok penyerangan dan aksi
penganiayaan yang mereka lakukan. Tampak dalam tayangan tersebut, puluhan orang
mengendarai sepeda motor masuk ke dalam mini market Circle K yang terletak di area pom
bensin Shell. Kelompok penyerang ini mengenakan helm dan berjaket hitam. Di wajah mereka
terlihat cat putih di pipi bagian bawah mata. Di rekaman CCTV itu juga terlihat, tiga orang
mengenakan baju biru yang sama. Mereka berbadan kekar dan berambut cepak, lalu masuk ke
dalam mini market dan melakukan penganiayaan terhadap korban.Mereka masuk ke dalam
minimarket dengan mengayun-ayunkan kayu dan pentungan. Di sana, terlihat korban meninggal
dunia yaitu Soleh dan luka berat yaitu Zaenal yang diserang dan dianiaya.
Korban pun sempat lari ke gudang di sebelah belakang minimarket. Namun penyerang
bergerombol menyusul dan menganiaya korban di gudang itu. Belum puas, kelompok penyerang
yang tetap menggunakan helm itu kemudian menyeret para korban yang sudah berlumur darah
keluar dari mini market. Penganiayaan itu dilanjutkan di parkiran pom bensin, di depan mini
market itu. Di luar, korban ditendang dan dihadiahi bogem mentah berkali-kali oleh para pelaku.
Hingga akhirnya dua orang korban dibawa oleh pelaku dengan menggunakan motor. Dua unit
sepeda motor terlihat berbonceng tiga, dua orang dari kelompok pelaku dan seorang diapit di
tengah merupakan kelompok korban.
Akibat peristiwa ini, salah seorang remaja itu tewas yakni Soleh (16) dengan sejumlah luka
bacokan di tubuhnya. Sementara tiga temannya, yakni Zaenal (19), Adrian (19) dan Reza (16)
mengalami cedera luka berat dan ringan akibat terkena sabetan golok.
Hingga saat ini polisi masih menelusuri perihal peristiwa ini. Dugaan sementara peristiwa di
Sunter adalah aksi balas dendam karena tewasnya Kelasi Arifin, anggota TNI AL yang diserang
geng motor, Sabtu (31/3) lalu di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara.
https://www.academia.edu/32038083/Ekonomi_dan_Perubahan_Sosial

Dari kasus di atas kita mampu mengambil pemahaman jika perilaku di atas memang
merupakan contoh artikel perubahan ekonomi di bidang teknologi. Pada awalnya alat
transportasi yang dikenal oleh masyarakat Indonesia di zaman tradisional mungkin hanya sepeda,
becak, delman,dan sejenisnya, hingga penemuan mengenai alat transportasi modern ditemukan,
seperti motor dan mobil. Tujuan penciptaan perubahan baru di bidang transportasi mungkin pada
awalnya memiliki tujuan baik. Namun ternyata sebagian orang malah memanfaatkan perubahan
ini untuk kepentingan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan masyarakat lain, seperti
pada contoh kasus di atas yang menggambarkan pemanfaatan perubahan baru di bidang
transportasi untuk memenuhi keinginan buruk sekelompok orang, yakni demi memenuhi hawa
nafsu untuk berfoya-foya dan melakukan aksi kekerasan dengan label balas dendam. Aksi
merekalah yang membuat perubahan baru di bidang transportasi mendapatkan label buruk.
PERUBAHAN PERILAKU DI MASYARAKAT

Perilaku Selfie Berlebihan Kini Dikategorikan Sebagai Kelainan Mental Kompas.com -


01/01/2018, 10:19 WIB

KOMPAS.com - Tahun 2014, beredar kabar bahwa American Psychiatric Association


menetapkan istilah “ selfitis” untuk mengacu pada kelainan mental berupa kegemaran
mengambil dan posting selfie secara berlebihan. Kabar tersebut ternyata cuma hoax belaka.
Namun, sekelompok peneliti dari Notthingham Trent University dan Thiagarajar School of
Management di India rupanya penasaran. Mereka ingin mengetahui apakah femomena ini benar-
benar ada. Sebuah studi pun dilakukan dengan melibatkan responden 225 mahasiswa dari kedua
kampus. Hasilnya? Tim peneliti mengklaim bahwa kelainan mental “selfitis” ternyata memang
nyata dan bisa dikategorikan. “Kami nampaknya bisa mengkonfirmasikan keberadaan (selfitis)
dan telah membuat ‘Skala Perilaku Selfitis’ pertama di dunia untuk mengevaluasi kondisi
subyek,” tutur Dr. Mark Griffiths dari Departement Psikologi Nottingham Trent University.
Sebagaimana dirangkum KompasTekno dari The Telegraph, Senin (1/1/2018), hasil studi yang
dipublikasikan dalam International Journal of Mental Health and Addiction itu membagi
“Selfitis” ke dalam tiga tingkatan, tergantung keparahan. Pertama adalah “borderline Selfitis” di
mana seseorang mengambil selfie setidaknya sebanyak tiga kali sehari, tapi tak mengunggahnya
ke media sosial. Kedua, “Selfitis akut”, yakni menjepret selfie, juga setidaknya sebanyak tiga
kali, kemudian mengunggahnya ke media sosial. Tahapan ketiga yang paling parah adalah
“Selfitis kronis” di mana seseorang memiliki dorongan untuk terus-menerus menjepret selfie
sepanjang waktu, lebih dari enam kali tiap hari. Tim peneliti menyusun 20 pernyataan yang mesti
dijawab dengan “setuju” atau “tidak setuju” untuk mengukur tingkat keparahan “selfitis”
responden. Contoh-contohnya seperti “Saya merasa lebih populer ketika posting selfie di media
sosial” atau “Saat tidak mengambil selfie, saya merasa terasing dari grup”. Studi menyimpulkan
bahwa, dari ke-225 responden, 34 persen memiliki “borderline Selfitis”, 40,5 persen “selfitis
akut” dan 25.5 persen “selfitis kronis”. Responden berjenis kelamin pria cenderung lebih rawan
menunjukkan selfitis daripada perempuan, yakni 57,5 persen berbanding 42, persen. “Kami
harap akan ada riset lanjutan untuk menggali lebih jauh tentang bagaimana dan kenapa orang-
orang mengidap perilaku obsesif ini, dan apa yang bisa dilakukan untuk menolong orang-orang
yang menderita paling parah,” sebut Dr. Janarthanan Balakrishnan dari departemen psikologi
Nottongham Trent University. Namun tak semua pihak setuju dengan hasil studi di atas. Dr.
Mark Salter, juru bicara The Royal College of Psychiatrists, misalnya, menyuarakan kritik dan
mengatakan bahwa fenomena “selfitis” sebenarnya tidak ada dan tidak seharusnya ada. “Ada
kecenderungan untuk melabeli serangkaian perilaku kompleks manusia dengan satu kata. Tapi
ini berbahaya karena bisa membuat sesuatu menjadi nyata, padahal sebenarnya tidak,” kata
Salter.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perilaku Selfie Berlebihan Kini
Dikategorikan Sebagai Kelainan Mental",
https://tekno.kompas.com/read/2018/01/01/10190007/perilaku-selfie-berlebihan-kini-
dikategorikan-sebagai-kelainan-mental.
Penulis : Oik Yusuf
Editor : Reza Wahyudi
PERUBAHAN NILAI DAN NORMA

Lunturnya Budaya, Nilai, dan Norma Masyarakat

24 April 2017 20:42 Diperbarui: 24 April 2017 22:28 7163 1 0

Indonesia adalah salah satu Negara dengan berbagai kultur budaya dan sosial yangdimilikinya,
selain itu berbagai suku, agama, dan ras juga menjadikan Indonesiamenjadi Negara yang kaya
akan keberagaman dari masyarakatnya. Dahulu Indonesiadikenal sebagai Negara dengan
penerapan nilai sopan santun yang baik dan jugaadat istiadat yang sangat dijunjung tinggi oleh
semua masyarakatnya.

Dahulu,Indonesia terkenal dengan Negara yang menjaga keteraturan dalam hidup bersosialserta
saling menghargai satu sama lain, itulah yang dulu menjadikan Indonesiamenjadi Negara yang
bersatu dan dapat mencapai kemerdekaan. Segala perbedaandapat disatukan menjadi satu dalam
suatu naungan demi menjadikan Indonesiamenjadi Negara yang merdeka.

Budaya sopan santun yang dijunjungtinggi dan dibanggakan sebagai jati diri bangsa Indonesia
merupakan salah satuyang sangat dihargai oleh masyarakat Indonesia, serta nilai dan norma
yangselalu menjadi nomor 1 dalam bersikap dalam setiap tindakan juga sangatdihargai dan
dijadikan panutan bagi penerus bangsa. Namun,semua itu tampaknya tidak lagi dapat ditemukan
dalam kehidupan sekarang ini,karena sudah banyak rakyat Indonesia yang telah melupakan adat
dan budaya yangmenjadi jati diri bangsa kita sendiri.

Sekarang semua telah berubah denganberdalih pada kemajuan teknologi yang sebetulnya justru
merusak moral sertamenghilangkan jati diri bangsa. Memang dalam prosesnya untuk menjadi
suatuNegara yang dapat dikatakan maju Indonesia harus terus berkembang dalam halteknologi
dan komunikasi, namun justru yang lebih berubah dari semua itu adalahsikap yang ditunjukkan
oleh masyarakat Indonesia saat ini.

Seiring denganperkembangan zaman, budaya kita yang telah ada selama berpuluh tahun
lamanyasedikit demi sedikit mulai memudar. Budaya yang dahulu dibanggakan semakin
lamasemakin sedikit yang mau untuk mempertahankannya. Budaya yang dahulu jaya kinisedikit
demi sedikit terkikis dari bangsanya sendiri.

Budaya yang kita junjungtinggi pada masa lalu sekarang sudah mati. Memang tidak sepenuhnya
mati sepertiyang diumpamakan, namun karena semakin sedikit orang yang menganut
danmempertahankannya maka secara tidak langsung budaya yang kita anut semakintidak terlihat
lagi eksistensinya.

Orang sering bilang bahwa kitarakyat Indonesia adalah bangsa dengan penganut budaya timur,
yang sangatmenjungjung tinggi nilai adat istiadat, sopan santun, dan tata krama, namunsekarang
yang terjadi di Indonesia tidak seperti penilaian orang. Budaya itusudah sangat tergeser oleh
perkembangan teknologi yang menghadirkan budaya baruyang bagi para remaja sekarang adalah
sebuah tren yang sangat keren sehinggadiikuti dan dibangga-banggakan.

Budaya yang tidak sesuai dengan budayaIndonesia oleh para remaja sekarang menjadi panutan
dalam kehidupansehari-hari. Bukan hanya para remaja, namun sebagian orang tua juga
mulaimengikuti budaya tersebut. Budaya tanpa adanya rasa malu terhadap diri sendiridan orang
lain, serta tidak menghargaia orang lain disekitarnya.
Nilai dannorma yang dahulu sangat dijadikan panutan dalam hidup seakan-akan sekarangsudah
tidak ada lagi harganya. Semua itu seakan hanyalah sebuah hal yang hanyadipelajari tanpa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya penerapannilai dan norma dalam
kehidupan, seorang manusia dapat menjadi seseorang yangtanpa arahan hidup dalam kehidupan
bermasyarakat.

Masyarakat saat ini dapat dibilangsebagai masyarakat yang sangat individualisme yang tidak
perduli dengankehidupan disekitarnya. Masyarakat saat ini tidak lagi mengenal yang
namanyabudaya gotong royong yang dahulu diterapkan oleh masyarakat pada zaman
dahulu.Mereka tidak lagi mengenal yang namanya kebersaaman di lingkungan sekitar sertatidak
merasa gelisah apabila tidak mengenal sekitarnya. Budaya yang tertanampada diri masyarakat
Indonesia sekarang adalah budaya yang sangat bertolakbelakang dengan budaya Indonesia yang
sesungguhnya.

Contohnya yang sangat nyata dalamkehidupan sehari-hari adalah para remaja sekarang banyak
yang tidak mempunyaisopan santun kepada orang yang lebih tua. Banyak para remaja sekarang
yangtidak memiliki sopan santun terhadap orang lain yang lebih tua, bahkan terhadaporang
tuanya sendiri.

Mereka merasa bahwa semua itu sama saja, orang tua atau anakkecil itu sama, sehingga
memperlakukan orang tua dengan tidak sopan. Orang tuayang seharusnya dimuliakan justru
tidak diperdulikan. Kebanyakan remaja zamansekarang telah menjadi pribadi pembangkang yang
tidak perduli dengan orangtuanya. Mereka merasa bahwa diri dan pemikiran mereka adalah yang
paling benarsehingga tidak pernah mendengarkan apa nasihat orang tua dan mengabaikannya.

Arus globalisasi yang menduniamembuat cara pakaian anak zaman sekarang menjadi tidak
senonoh atau tidaksopan, pakaian yang bisa dibilang kurang bahan menjadi tren anak zaman
sekarangdengan alasan karena mengikuti para model luar negeri yang keren dalammemamerkan
bentuk tubuhnya.

Mereka tidak malu jika tubuhnya dinikmati banyakorang bahkan mereka merasa bangga apabila
orang-orang melihat kearahnya yangberarti mereka dapat dibilang keren karena orang-orang
merasa terpukau denganpenampilannya. Budaya berpakaian minim itu dahulu belum ada dan
setiap orangberusaha untuk tidak mengumbar tubuhnya karena merasa malu dan bukan
sesuatuhal yang baik karena dapat juga menyebabkan kejahatan seperti pelecehan
dansemacamnya.

Masyarakat menjadi individualis, merekatidak perduli dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada
lagi yang namanya budayagotong royong pada masyarakat perkotaan, mungkin di pedesaan
masih ada beberapayang menerapkan gotong royong dalam membangun desanya. Namun akan
sangat sulitditemui jika didaerah perkotaan yang semua masyarakatnya hanya perduli
padapekerjaan dan urusan masing-masing sehingga pertemanan antar tetangga bukanlahsuatu hal
yang penting.

https://www.kompasiana.com/zulfaeb/58fe00dc719773307dc988c5/lunturnya-budaya-nilai-dan-
norma-masyarakat?page=all

Anda mungkin juga menyukai