Anda di halaman 1dari 5

PERUBAHAN SOSIAL PADA TEKNOLOGI

Anak Muda, Teknologi, dan Perubahan

Jakarta - Akhirnya netizen kembali bisa menggunakan internet secara lancar. Sebelumnya
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membatasi akses media sosial untuk
pengguna internet di Indonesia --mengirim dan menerima foto dan video lewat WhatsApp dan
Facebook. Di samping menimbulkan kerugian ratusan miliar bagi pelaku perdagangan daring,
segmen lain yang paling menentang dan terkena imbas mengingat mereka adalah kelompok
pengguna terbesar di Tanah Air yakni anak muda.

Relasi antara kekuasaan, teknologi, dan perubahan telah menempatkan anak-anak muda tumbuh
dan berkembang di era ketidakpastian. Meningkatnya kecenderungan untuk mengunggah tulisan,
foto, dan video di media sosial juga tak terlepas dari kenyataan bahwa kuasa media makin
membatasi lalu lintas perdebatan guna meredam pikiran-pikiran kritis.

Kebebasan yang dijanjikan internet adalah bahwa siapapun bisa memiliki akses langsung ke
sumber informasi yang dihasilkan tanpa harus bergantung pada penjaga gerbang informasi, yakni
pemilik atau editor media. Namun internet memiliki dampak yang kompleks. Di satu sisi,
penggunaan internet menjadikan netizen bisa membuat berita. Tetapi di sisi lain ia juga
menyisakan kelemahan serius; membuka jalan bagi "kekuatan hitam" untuk mengarang seluruh
narasi berita, semisal hoaks. Ini adalah sesuatu yang tidak dipahami ketika orang meluncurkan
internet dulu.

Kaum milenial sebagai pengguna internet teraktif perlu memiliki kemampuan literasi agar
mengerti tentang tren kontemporer dan dampaknya. Ini memerlukan upaya pendidikan yang
lebih serius daripada hanya menjelajahi web. Mereka harus dapat mengenali apa dan bagaimana
informasi yang kredibel dan yang tergolong sampah dan hoaks. Kegagalan menilai keabsahan
sumber dan ketidakmampuan menemukan game retoris yang dimainkan dalam teks bakal
memanipulasi seseorang. Di sinilah orang acapkali dan mudah tersesat.

Kita harus memahami sumber informasi. Kita perlu melakukan upaya ekstra untuk
memverifikasi fakta dan mengungkap retorika yang digunakan. Bagi yang pernah mengalami
suasana pendidikan di perguruan tinggi, maka tradisi menulis akademis bisa menjadi modal
untuk memperkuat watak literasi. Bagi mahasiswa boleh jadi ini terasa membosankan, tetapi apa
yang dipelajari tentang catatan kaki atau kutipan yang terpercaya merupakan keterampilan yang
membuat seseorang mampu membedakan antara deretan fakta dan segunung berita palsu.

Suka tidak suka, teknologi mendatangkan dampak luar biasa terhadap perilaku sosial. Telepon
pintar (smartphone) telah mengubah cara orang berinteraksi. Seringkali kita menyaksikan
pasangan berkencan dan tak satu pun dari mereka melihat yang lain. Mereka duduk di kafe
romantis seraya menatap ponsel masing-masing. Gambaran umum tersebut menyibakkan bahwa
teknologi membuat orang tidak lagi berinteraksi dengan cara tatap muka yang secara tradisional
dimiliki manusia. Teknologi memaksa kita mengiyakan fakta bahwa perubahan adalah
keniscayaan.

Dalam konteks politik mahasiswa atau pelajar sekolah menengah dapat mendukung politisi
tertentu dan mengikuti perkembangan politik melalui media. Tapi yang lebih penting adalah
mendorong anak-anak muda ini berkontribusi untuk menciptakan budaya politik yang lebih
terbuka dan bertanggung jawab. Di Indonesia mahasiswa telah menjadi ujung tombak terkemuka
dalam banyak gerakan reformasi dan demokratisasi. Proses politik menjadi tidak terkendali
karena mahasiswa secara khusus atau anak muda secara mum tidak memiliki penilaian terbaik
mengenai kekuatan politik mana yang harus didukung.

Anak-anak muda yang memiliki kesadaran politik bukan hanya mempengaruhi tumbuhnya
organisasi politik yang efektif, tapi juga berdampak bagi perubahan yang lebih besar. Karenanya,
kaum muda seharusnya tidak hanya mengubur kepala mereka di pasir dan secara membabi buta
mengikuti tuntutan karier yang sempit. Mereka perlu menyadari pentingnya menjaga diri untuk
tetap terlibat dan menjadi bagian penting dari proses politik yang lebih besar.

Sayangnya, kemelekan politik kawula muda yang ditandai oleh semangat aktivis, terutama di
kalangan mahasiswa, kontradiktif di tengah adanya tekanan yang sangat besar dari orang ua,
masyarakat, bahkan pemerintah agar anak-anak muda mengambil jurusan atau fakultas yang
berorientasikan hal-hal praktis-pragmatis (bisnis, teknik, komunikasi, komputer, atau IT) guna
mendapatkan pekerjaan lebih baik. Pilihan terhadap jurusan sosial dan humaniora dianggap tidak
menjanjikan kehidupan yang lebih baik di masa depan. Gerakan meninggalkan humaniora hari
ini sungguh ironisnya dibandingkan, misalnya, dengan era 1960-an. Semasa itu standar
kehidupan jauh lebih rendah, namun mahasiswa lebih banyak yang belajar sastra dan filsafat.

Persoalan ini sebetulnya menunjukkan pergeseran pasar tenaga kerja. Seiring kemajuan
teknologi, komputer, dan otomatisasi menggantikan tenaga kerja berketerampilan rendah dan
mengatur kembali pasar tenaga kerja. Namun belakangan ini otomatisasi menggantikan
pekerjaan kelas menengah yang dulu cukup stabil. Bahkan pengacara dan dokter tidak lagi dari
ancaman otomatisasi. Tekanan dari otomatisasi berarti bahwa seseorang dengan kecakapan
STEM (science, technology, engineering, and mathematics) dianggap lebih bernilai.

Kurangnya lapangan pekerjaan secara umum dan meningkatnya permintaan terhadap


keterampilan khusus di bidang-bidang tertentu telah mengguncang sistem pendidikan di Tanah
Air. Anak-anak muda hanya berpikir untuk mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Mereka
memandang menikmati waktu luang untuk membaca sastra atau berdebat isu-isu sosial-politik
dan hukum tidak penting lagi.

Tren dan fokus pada STEM ini memang tampak sedikit berlebihan. Bagaimanapun, tekanan itu
mendorong orang menjauhi ilmu-ilmu budaya (humaniora). Fakultas humaniora memang telah
berupaya untuk mengatasi situasi tersebut agar keberadaannya tetap relevan dalam wacana
global dan tuntutan ekonomi. Sebagai contoh, para mahasiswa didorong untuk memahami
humaniora dalam koridor ideologi kebenaran politik yang menuntut konsentrasi pada studi
gender dan studi etnis. Bias politik mulai dijauhi dalam pengajaran dan penelitian sehingga
interpretasi sastra dan filsafat bermanfaat bagi kebutuhan praktis mahasiswa.

Kepedulian terhadap politik bukan bermakna anak-anak muda harus berbondong-bondong


masuk parpol. Satu kebenaran universal tentang politik adalah bahwa orang akan tampak tidak
peduli sampai mereka terinspirasi dan memiliki komitmen yang serius pada politik. Protes dan
demonstrasi mahasiswa di Korea Selatan pada 2016 yang berujung pada impeachment Presiden
Park Geun-Hye membuktikan bahwa kekuatan politik anak muda merupakan kekuatan
transformatif kepemimpinan nasional dan perlawanan terhadap korupsi.

Donny Syofyan dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas


https://news.detik.com/kolom/d-4569465/anak-muda-teknologi-dan-perubahan
PERUBAHAN PERILAKU

Pada zaman dahulu, perempuan di Indonesia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga, dimana
pekerjaan seorang ibu rumah tangga adalah mengurus anak dan mengurus rumah. Namun seiring
berjalannya waktu terdapat perubahan pola pikir bahwa perempuan perlu bekerja untuk
membantu menopang keadaan perekonomian keluarga. Perempuan lebih memilih pekerjaan
biasa seperti berjualan atau jaga warung, namun sebagian dari mereka lebih memilih untuk
bekerja di pabrik dengan gaji yang lebih tinggi.

Meskipun pekerjaan sebagai karyawan pabrik dapat menghasilkan upah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan, namun perempuan ingin melakukan hal yang lebih untuk meningkatkan
perekonomian serta karena dilandasi kebutuhan yang semakin meningkat.

Tidak sedikit perempuan lebih memilih bekerja di luar negeri sebagai TKI(Tenaga Kerja
Indonesia) dengan iming-iming gaji yang lebih tinggi daripada bekerja sebagai karyawan pabrik
dengan hasil pas – pasan.

Untuk bekerja di luar negeri bukanlah hal yang gampang. Perempuan Indonesia harus mengurus
paspor, surat-surat, dan lain – lain untuk dapat bekerja di luar negeri. Penghasilan yang cukup
lumayan yang didapat ternyata sebagian masuk ke dalam devisa negara, padahal perempuan
perlu membanting tulang untuk memperoleh gaji seperti yang mereka inginkan. Belum lagi kalau
ada kekerasan yang terjadi antara majikan dengan TKI yang berasal dari Indonesia. Perempuan
perlu berjuang agar dapat bertahan hidup dan menghasilkan uang ketika akan pulang ke tanah
air.

Untuk melindungi hal itupun, Indonesia juga mencanangkan Undang – Undang perlindungan
terhadap TkI yang bekerja d luar negeri, agar mereka dapat bekerja dengan aman dan nyaman.

Analisis :

Dari kasus diatas dapat kita lihat adanya perubahan sosial dalam bidang budaya, yaitu dari
budaya perempuan yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga berubah menjadi karyawan
pabrik, berubah lagi menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh dari pola pikir yang semakin maju seraya bertambahnya jumlah
kebutuhan di masyarakat.

Namun ternyata, perubahan sosial dalam bidang budaya ini bukanlah merupakan hal yang sepele.
Jika kita lihat, perubahan ini berimbas pada perubahan di bidang ekonomi, politik, maupun
budaya pula.

Dengan adanya TKI, pemasukan terhadap devisa negara semakin meningkat. Bahkan TKI adalah
penyumbang trebesar devisa negara dari tahun ke tahun. Ini sangat mempengaruhi kedudukan
Indonesia di bidang ekonomi. Pemerintah pun bekerjasama dengan masyarakat untuk mendirikan
berbagai jasa pelayanan dan penyaluran tenaga kerja Indonesia. Jika dilihat dari dua sisi, ini akan
menguntungkan perempuan Indonesia yang akan mendapat upah dari hasil kerjanya sebagai TKI,
dan Indonesia pun diuntungkan karena adanya pemasukan devisa negara. Ini merupakan
perubahan sosial dalam bidang ekonomi.

Namun karena seringkali terjadi adanya kekerasan oleh majikan kepada TKI, Indonesia pun
mengeluarkan Undang – Undang perlindungan terhadap TKI. Bahkan berdasarkan Keputusan
Presiden beberapa waktu lalu, ada pengecualian pengiriman TKI ke negara – negara tertentu
karena sering terjadinya kekerasan di negara – negara itu. Ini juga merupakan salah satu bentuk
perubahan dalam bidang politik, dimana dengan adanya TKI, dapat menimbulkan konflik –
konflik baru yang pada akhirnya dikeluarkan Undang – Undang untuk melindungi TKI dari
Indonesia yang bekerja di negara tetangga.

Adanya TKI ini menimbulkan pemikiran di masyarakat desa bahwa hidupnya akan lebih bahagia
jika memiliki banyak penghasilan dari bekerja di luar negeri. Bahkan mereka menjadikan ini
sebagai suatu tren. Pola pikir mereka dibentuk karena adanya perubahan yang ada, meskipun ada
sebagian yang takut karena adanya kekerasan yang terjadi pada TKI di luar negeri.

Dari kasus ini, dapat kita tarik kesimpulan bahwa kasus TKI ini merupakan perubahan yang
dikehendaki, dimana perempuan desa percaya bahwa hidupnya akan lebih mapan jika
berpenghasilan banyak hasil bekerja diluar negeri. Adanya ide – ide baru serta keinginan
masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup merupakan faktor pendorong terjadinya perubahan
sosial. Perempuan – perempuan ini juga berpikir lebih terbuka karena mau melakukan kontak
dengan kebudayaan lain dengan keinginan agar lebih maju. Atau bisa saja karena perempuan –
perempuan itu kurang puas dengan gaji yang ia dapat di pabrik atau di tempat lainnya. Ini bisa
menjadi faktor pendorong seseorang untuk melakukan perubahan dengan keinginan untuk lebih
maju demi kehidupannya.

https://www.kompasiana.com/bernad/5508ddaa8133118c1cb1e158/perubahan-sosial
PERUBAHAN NILAI DAN NORMA

Cerita Bocah 15 Tahun Dipenjara 2 Bulan


Karena Mencuri Beras
Jumat, 17 Agustus 2018 21:46 WIB

TRIBUNNEWS.COM, MUARADUA -- Pencuri beras 4 canting (ukuran kaleng susu kental


manis) setara dengan satu kilogram beras yang merupakan anak dibawah umur di Muaradua
harus menjalani hukumannya di lembaga pemasyarakat (Lapas) Muaradua.

Akibatnya bocah putus sekolah ini berinisial HF (15) ini harus menghabiskan kemeriahan
peringatan HUT RI yang biasa dirasakannya di dalam jeruji.

HF menceritakan biasanya saat acara tujuhbelasan, dia bersama teman-temannya biasa mengikuti
lomba-lomba khas Agustusan.

Setelah putusan sidang beberapa waktu lalu, terpidana dibawah umur menjalani masa tahanan
selama 3 minggu kedepan, dari total hukuman selama 8 minggu, sebelumnya HF sudah
menjalani masa tahanan prasidang putusan selama 5 minggu.

"Biasanya di hari 17 Agustus seperti ini bermain bersama teman-teman, menonton perlombaan
bahkan ikut peserta dalam lomba,"ujar HF (15) saat di bincangi wartawan Jumat (17/8/2018).

Anak yang putus sekolah pada kelas 3 SMP itu mengaku menyesal atas perbuatan, dengan
polosnya mengaku menerima akan hukuman selama dua bulan menjalani masa tahanan.

"Kalau kangen ya kengen pada keluarga kangen kumpul-kumpul dengan orang tua dan adik-
adik,"kata Dia. Jumat (17/8/2018).

Sebelumnya, HF ini ditahan karena ketahuan mencuri beras di rumah tetangganya.

Diakuinya, beras yang dicurinya digunakan untuk membeli rokok. (*)

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Cerita Bocah Pencuri Beras 1 Kg di
Muaradua Dipenjara 2 Bulan Rayakan HUT RI ke-73 di Lapas,

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Bocah 15 Tahun Dipenjara 2
Bulan Karena Mencuri Beras, https://www.tribunnews.com/regional/2018/08/17/cerita-bocah-
15-tahun-dipenjara-2-bulan-karena-mencuri-beras.

Editor: Hendra Gunawan

Anda mungkin juga menyukai