Anda di halaman 1dari 6

PERANAN PAK TERHADAP GENERASI MILENIAL

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat berdampak signifikan terhadap
berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan. Setiap komponen pendidikan tidak akan
bisa lepas dari pengaruh dahsyat majunya teknologi. Tugas pendidik pada masa kini tentu akan
semakin berat, terkhusus guru mata pelajaran berbasis karakter yaitu mata pelajaran Agama dan
PPKn.

Guru dituntut agar bisa menjadi fasilitator dan teladan bagi siswanya. Sedangkan siswa masa
kini yang dikenal dengan sebutan generasi milenial sangat dekat dengan smartphone sebagai salah satu
produk kemajuan teknologi. Siswa sangat rawan terbawa arus informasi yang tidak jelas atau hoax jika
tak mampu membedakan mana berita asli mana berita hoax.

Suyitno (2012) menjelaskan bahwa karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,temperamen, dan watak. Karakter dalam
pengertian ini menandai dan memfokuskan pengaplikasian nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah-laku. Orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan, misalnya tidak jujur, kejam,
rakus, dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang yang berkarakter jelek, tetapi orang yang perilakunya
sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Franz Magnis Suseno (dalam Suyitno,2012), dalam acara Sarasehan Nasional Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa mengatakan bahwa pada era sekarang ini yang dibutuhkan
bukan hanya generasi muda yang berkarakter kuat,tetapi juga benar, positif, dan konstruktif.
Pernyataan itu disampaikan lebih dari 10 tahun yang lalu, artinya memang untuk saat ini pendidikan
karakter menjadi suatu hal yang teramat penting untuk ditransformasikan ke anak didik.

Lyons (dalam Putra, 2016) menjelaskan tentang generasi milenial, Dia menyatakan generasi Y
dikenal dengan sebutan generasi millenial atau milenium. Ungkapan generasi Y mulai dipakai pada
editorial koran besar Amerika Serikat pada Agustus 1993. Generasi ini banyak menggunakan teknologi
komunikasi instan seperti email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan
twitter, dengan kata lain generasi Y adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming.

Lebih lanjut Lyons (dalam Putra, 2016) mengungkapkan ciri -- ciri dari generasi Y adalah:
karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana ia dibesarkan, strata ekonomi, dan
sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya,
pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan
teknologi, lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat sangat
reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya, memiliki perhatian yang lebih
terhadap kekayaan.
ISI
Generasi milenial adalah generasi yang identik dengan pengguna media sosial atau bisa juga
disebut netizen. Kita tahu bahwa dalam media sosial semua informasi bisa didapatkan, mulai yang
positif hingga yang negatif, dari yang sangat baik hingga yang sangat berbahaya. Generasi milenial
sangat butuh adanya pendidikan moral atau karakter yang diberikan di pendidikan formal maupun non
formal.

Di pendidikan formal, siswa sejak SD sudah harus diberikan pemahaman dan contoh yang baik dari
gurunya, khususnya Guru Agama dan Guru PPKn. Yang lebih penting sebenarnya adalah di
pendidikan non formal, yaitu keluarga dan lingungan masyarakat. Keluarga sebagai pondasi akhlak
dan karakter bagi anak-anak, kemudian lingkungan masyarakat sebagai laboratorium kehidupan yang
sesungguahnya bagi anak tersebut.

Saat ini banyak dari generasi yang menjadi korban dari "keganasan" media sosial. Smartphone sebagai
pintu gerbang menuju dunia tanpa batas internet, telah disalahgunakan sebagai alat untuk melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar norma. Bagi generasi milenial, media sosial sudah seperti buku
diarinya.

Tiada lagi rasa malu untuk mengunggah foto-foto atau tulisan yang privasi sekalipun. Hal buruknya
adalah keadaan itu akan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka tak heran
terjadi kasus pelecehan seksual yang bermula dari media sosial, penculikan yang berkedok hubungan
asmara, hingga peredaran narkoba melalui jejaring media sosial, dan masih ada kasus-kasus yang
lainnya.

Untuk meminimalisasi dan memperkecil, bahkan menghilangkan krisis multidimensional, terutama


perilaku tak bermoral yang meluas di masyarakat, kita perlu menata konsep dan implementasi
pendidikan nasional. Dalam menjamin pendidikan nasional yang mantap, perlu dijaga konsistensi
pendidikan karakter sejak dari landasan filosofis, sistem pendidikan, sampai dengan praktik
pendidikan. Tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan insan berakal, insan kompeten dan berguna,
insan well-addaptive, insan agent of change, dan insan yang bertakwa, melainkan insan yang utuh
(Wahab dalam Suyitno, 2012).

Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang baik pula. Apabila sumber daya
manusia telah baik, maka masa depan generasi milenial khususnya, dan negara Indonesia pada
umumnya, akan cerah dan bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Sudah seharusnya kita sebagai bagian atau yang berkenaan langsung dengan generasi milenial menjaga
diri dan menjaga tingkah laku di dunia maya. Apalagi sudah ada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Infromasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga segala tindakan kita di media sosial
yang tidak sesuai dengan norma hukun dapat dipidanakan. Pendidikan karakter bukan hanya tugas
Guru Agama dan Guru PPKn disekolah, namun tanggung jawab kita bersama di keluarga dan di
pergaulan masyarakat. Pentingnya pendidikan karakter saat ini untuk masa depan yang cemerlang
generasi muda, bangsa, dan negara Indonesia.
LANGKAH_LANGKAH UNTUK MENGHADAPI GENERASI MILENIAL DALAM
LINGKUP PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Teknologi sebagai media mendapat informasi materi pelajaran

Sekarang ini, bisa dikatakan hampir semua informasi yang kita butuhkan bisa kita dapatkan melalui
internet. Dengan bermodalkan kata kunci yang ingin diketahui, kita hanya tinggal mengetik kata kunci
tersebut pada mesin pencari dan beberapa detik kemudian kita bisa mendapat banyak alternatif
situs/web/blog yang menyediakan informasi tersebut.

Hal tersebut juga berlaku untuk dunia pendidikan. Dengan melakukan browsing kita bisa menemukan
banyak informasi materi pelajaran yang ada di sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kenyataan ini
membuat para pelajar dapat mengetahui lebih awal mengenai materi bahan ajaran mereka sebelum
guru menerangkannya di sekolah.

Teknologi sebagai media untuk meng-explore pengetahuan

Sebagai sesuatu yang baru, keberadaan teknologi hendaknya disikapi dengan pandangan
positif. Saat ini, banyak sekolah yang sudah menerapkan pola belajar mengajar yang baru untuk
menyesuaikan diri dengan karateristik dari generasi millenial. Proses belajar mengajar yang awalnya
hanya berlangsung satu arah, yakni guru menjelaskan materi pelajaran dari A-Z dan murid hanya
mendengarkan dan mencatat, kini sudah berganti menjadi sistem belajar dua arah. Dalam hal ini guru
bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tapi juga sebagai fasilitator agar dapat memenuhi harapan
siswa untuk mengetahui lebih dalam dan detail mengenai bahan yang sedang dipelajari.

Dalam proses belajar seperti ini, guru dapat membuat sebuah sistem belajar dimana para murid
sebelumnya diharuskan mencari bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan, memahami materi
tersebut di rumah dan kemudian membuat sebuah diskusi kecil di kelas. Metode seperti ini dapat
membuat pelajar lebih memahami bagaimana kondisi nyata dari setiap bahan yang diajarkan dan
bagaimana implikasinya terhadap kehidupan.

Teknologi sebagai perantara guru dan pelajar

Saat ini, dalam pertukaran informasi manusia tidak hanya dapat mengandalkan kondisi face-
to-face alias harus bertemu dahulu baru bisa berkomunikasi. Kita bisa berkomunikasi melalui berbagai
media, seperti email, SMS, Instant Messanger atau bahkan bertukar informasi melalui sosial media
seperti facebook, twitter, instagram dan path. Generasi millenial menyukai hal tersebut. Hal ini dapat
dimanfaatkan oleh institusi pendidikan dalam menyebarkan materi bahan ajar atau tugas yang harus
dikerjakan oleh para siswa-siswinya.

perkembangan internet juga telah membuat menjamurnya forum belajar gratis yang dapat
dimanfaatkan sebagai sarana belajar. Teknologi telah memudahkan segalanya, dengan adanya forum-
forum atau situs-situs seperti ini, setiap orang bisa belajar dimanapun dan kapanpun (dengan syarat
adanya jaringan internet).
Teknologi sebagai katalisator mutu pendidikan

Pada dasarnya, mutu pendidikan suatu institusi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan
fasilitas pendidikan, seperti komputer/laptop dan akses internet. Namun keberadaan fasilitas teknologi
di dalam sebuah institusi pendidikan dapat mendorong siswa/i di dalamnya untuk aktif dalam mencari
berbagai informasi terkait bahan ajar yang sedang mereka pelajari. Dengan aktifnya mereka meng-
explore materi pelajaran yang ada membuat pengetahuan dan cara berpikir mereka semakin luas.

Ketika belajar dengan menggunakan metode belajar satu arah, siswa/i hanya menerima informasi atau
pengetahuan dari satu sumber, yaitu guru mereka. Namun ketika mereka mencari hal tersebut di
internet, mereka akan menemukan ratusan atau bahkan ribuan sumber untuk dapat membuka wawasan
mereka.

Berbagai peran positif yang dihadirkan dengan adanya teknologi diharapkan dapat membuat sebuah
lingkungan belajar mengajar yang kondusif. Khusus untuk generasi millenial yang sangat tergantung
dan menyukai keberadaan komputer dan internet dalam setiap aktifitas mereka, perubahan pola dan
sistem pengajaran yang memanfaatkan dua teknologi tersebut sangatlah diharapkan.

LANGKAH MEMAHAMI GENERASI MILENIAL


Generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat dan sering dibicarakan di masyarakat, mulai dari
segi teknologi, gaya/pandangan hidup, moral, budaya, dan lain-lain.

Pada jaman now ini ada 5 generasi yaitu :


1) Generasi Baby Boomer, lahir tahun 1946-1964;
2) Generasi X, lahir tahun 1965-1980;
3) Generasi Y, lahir tahun 1981-1994, sering disebut generasi milennial;
4) Generasi Z, lahir 1995-2010 (disebut juga ‘Kids Zaman Now’, iGeneration, generasiNet, Generasi
Internet)
5) Generasi Alpha , lahir tahun 2010-2025.

Setiap generasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu antar generasi
perlu mencari jalan tengah agar bisa saling memahami, mengerti dan membangun komunikasi/relasi
dengan lebih baik. Melihat perbedaan sebuah kekayaan dalam Tuhan bukan menjadi sebuah
‘jurang/pemisah’.
Generasi milenial lahir pada tahun 1981-1994 dikenal juga dengan nama lain yaitu Generasi Y,
Generasi me, Net Gen, Generasi Echo Boomers.

Apa ciri-ciri dari generasi milenial? Beberapa ciri yang negatif dari generasi milenial adalah sebagai
berikut :
1) Kecanduan Internet dan cenderung cuek dengan sosial, karena waktu generasi ini lahir, teknologi
komunikasi sedang gencarnya berkembang sehingga membuat generasi ini kecanduan internet dan
lebih sering berinteraksi dengan gadgetnya dibandingkan dengan orang.
2) Egois dan konsumtif. Cuek yang penting gaya/narsis/popular. Yang penting eksis di media social,
banyak follower-nya, mengejar hidup tipe BPJS (Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita).
3) Pemalas/galau/suka seenaknya sendiri/manja atau delusional (suka menghayal).
4) Cuek terhadap perkembangan politik dan ekonomi, setiap pemilu cenderung golput. Cenderung
meninggalkan nilai-nilai budaya dan agama, mengejar nilai kebebasan, hedonism dan party

5) Generasi ini juga cenderung idealis, terlampau optimis dan tidak realistis. Saat terbentur masalah
cenderung berpikir pendek, cari jalan pintas.

Generasi ini banyak sekali diidentikkan dengan sifat atau pernyataan yang negatif. Namun dibalik
sisi negatif, generasi milenial ini memiliki banyak hal postif juga:
1) Budaya yang paling mencolok generasi milenial yaitu pengggunaan teknologi dan budaya
pop/musik.
2) Generasi yang kritis termasuk didalamnya mengenai keluarga/gereja/politik sebangsanya mereka
sangat menuntut keteladanan dan dalam urusan pekerjaan , milenial lebih memilih pekerjaan yang
bermakna ketimbang sekedar bayaran yang tinggi.
3) Berpikiran terbuka, mudah beradaptasi, dan menerima perubahan. Jika kita mendekati generasi ini
dengan tepat, akan banyak kreativitas akan muncul dan bersahabat.
Jujur dengan semua ciri/gejala-jegala generasi milenial yang tak habis-habisnya membuat kita bisa
kebingungan/kesulitan menghadapinya. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita supaya siap
menghadapi akhir zaman. Akhir zaman yang dimaksud bukan hanya terbatas pada kedatangan Tuhan
Yesus yang kedua kali (Eskatologis), tetapi jaman yang sedang berlangsung atau jaman now.

Dalam 2 Tim 3:1-9, Rasul Paulus mengingatkan Timotius dan kita pada saat ini bahwa :
1) Ay 1 berkata,’ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar…,
2) Ay 2 – 9, ciri/gaya hidupnya: egois/mencintai dirinya sendiri, menjadi hamba uang, membual &
menyombongkan diri, pemfitnah, berontak pada orang tua, tidak tahu berterima masih, tidak peduli
agama, tidak tahu mengasihi/tidak mengenal belas kasihan…dan seterusnya.

Bagaimana kita saat ini antar generasi mengambil langkah untuk memahami dan merangkul Generasi
Milenial?
1. T-I-K= Teladan HIdup Kita, ay 10 Rasul Paulus menekankan keteladanan hidup. Seperti diatas
saya sudah sampaikan, salah satu ciri positif dari generasi milenial yaitu sangat menekankan
keteladanan dibandingkan dengan ‘uang’. Bukankah ini juga yang menjadi kerinduan Tuhan dalam
kehidupan kita? Menjadi pribadi-pribadi yang tidak hanya ‘tahu’ kebenaran, tetapi lebih daripada itu
menghidupi kebenaran itu menjadi life style kita. Saya sangat menyukai motto hidup Mahatma
Gandhi tokoh Hindu yang menjadikan Yesus Tokoh idolanya berkata ,’My Life Is My Message”.
Mau memahami generasi milenial? Nyatakan Yesus dalammu!.
2. T-O-K=DiTerangi Oleh Kebenaran, ay 16. Generasi milenial memang tidak mempedulikan agama
atau mereka beribadah hanya secara fisik tapi hati tidak. Ay 2,5. Secara manusia kita tidak bisa
mengubahnya, tetapi kuasa kebenaran Firman Tuhan harus terus disuarakan, karena Firman Tuhan
bermanfaat untuk : 1) mengajar ; 2) menyatakan kesalahan; 3) memperbaiki kelakuan, 4) mendidik
orang dalam kebenaran.
Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, ketika kita sebagai keluarga, rekan kerja atau gereja
tidak memahami dan merangkul generasi milenial maka kita akan ditinggalkan atau kehilangan
mereka. Tuhan mengagendakan kita masuk dalam kehidupan generasi jaman now, mari kita berusaha
mengenal, memahami dan berkomunikasi dengan bahasa mereka : Tik-Tok. Betapa mengagumkan,
akan bangkit generasi milenial yang mencintai Tuhan dan itu akan terlihat dalam kehidupan :
keluarga, studi, pekerjaan, pelayanan dll. Tuhan Yesus mem
Daftar Pustaka

Putra, Yanuar Surya. (2016). Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti,
Vol 9 No.18, 123-134.

Suyitno, Imam. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan
Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II Nomor 1, 1-13.

http://www.gkketapang.org/1-2-3-langkah-memahami-generasi-milenial/
http://guraru.org/guru-berbagi/teknologi-generasi-millenial/

Anda mungkin juga menyukai