Anda di halaman 1dari 2

MERESPON PANGGILAN ILAHI

Kita hidup bukan karena kebetulan. Allah merancang kita jauh sebelum kita lahir didunia(mzm 139:13-
16). Allah menciptakan kita untuk suatu peran khusus yang Allah sudah siapkan bagi kita. Ia mau supaya
kita hidup dan menjalani peran itu, demi kebaikan kita serta untuk kemuliaan namaNya.(ef 2:10)

Rasul paulus adalah salah satu contoh yang ada dalam alkitab (kis 26:12-19), dimana ia dipilih dan
ditetapkan Tuhan untuk suatu peran, dan ia rela menjalaninya, sampai selesai tugasnya dan Allah
dimuliakan karena hidupnya. Karena peran yang sudah ia hidupi maka injil dapat diberitakan, sehingga
seluruh dunia, termasuk kita pun dapat mendengar injil. Betapa banyak orang yang diberkati karena
perkara yang telah ia lakukan, yaitu menjalani peran yang telah ditetapkan baginya. Bagaimana dengan
kita?

Ada tahap tahap dalam proses pemanggilan yang dilakukan Allah, termasuk dalam diri Paulus, juga yang
kita alami:

1. Panggilan untuk menerima Kasih Karunia (ef 2 : 1-10) (mark 2:15-17)

Allah memanggil kita untuk menerima kasih karunia, yaitu : Keselamatan Cuma2 dalam Kristus.
Karunia itu tidak dipengaruhi oleh berapa besar ketaatan kita pada masa lalu, siapa kita, jabatan
kita dalam gereja, seberapa kecil/besar dosa kita, kewargaan kita atau hal lain. Semua didasari
semata karena belas kasihan Allah

Hanya satu bagian kita : menerima hadiah/anugerah itu atau menolaknya. Yang menyelamatkan
bukan babtisan, bukan KTP kita, bukan sekedar kata2, tetapi dengan hati dan mulut kita
mengaku sbg orang berdosa dan membutuhkan penyelamatan.

2. Panggilan itu berarti: pengudusan (yoh 17:19)(kis 26:18)

Ketika kita menerima Kristus sebagai Juru Selamat berarti kita bersedia dikuduskan, berarti
dipisahkan dari lumpur dosa, dan disucikan untuk memiliki status baru, sebagai umat tebusan
yang kudus.

Dikuduskan berarti ia dikhususkan untuk Allah. Tidak ada lagi yang bisa memperhamba dia,
termasuk dosa dan segala kutuk dan kegiatan yang menyertainya. Ia tidak lagi suka berbuat
dosa, dan melakukan hal2 yang sia2, karena dia sudah tidak lagi milik dunia ini, tetapi ia milik
Allah.

Dikuduskan berarti siap untuk jujur dengan berbagai dosa yang dahulu merupakan
kesenanganya, yang tersembunyi dan saat ini siap untuk diakui dan ditinggalkan.

3. Menjadi milik Allah berarti ; karib dengan Allah (kis 16:25,22:17)

Ketika seseorang dikuduskan, berarti dia diijinkan utuk bergaul dekat dengan Allah. Pada zaman
dahulu ketika bangsa israel keluar dari tanah mesir, tidak sembarang orang boleh mendekat
tempat kudus Allah. Orang akan mati ketika melihat Allah,dan memegang tabut perjanjian Allah,
karena begitu sucinya Allah. Tapi kematian Kristus membuka tabir bait Allah, yang berarti kita
boleh mendekat kepada Allah.

Alangkah bodohnya kita jika kita tidak memanfaatkan kesempatan mendekat kepada Allah.
Allah menanti-nantikan kita untuk datang dekat kepadaNya, sampai2 ia mau merelakan
AnakNya yang tunggal untuk mati demi kita supaya kita didamaikan dengan Allah.Allah mau kita
terus dengar-dengaran dengan dia melalui doa dan FirmanNya

4. Dikuduskan berarti : dikhususkan untuk menjadi suatu “perabot mulia”(2 tim2:20-22)

Kita diciptakan untuk suatu tujuan. Untuk itulah Allah sudah menyucikan kita. Ada tugas khusus
yang Allah mau untuk kita kerjakan. Allah mau kita hidup di dalamnya. Tugas itu ditetapkan bagi
kita baik masing secara pribadi maupun keluarga kita. Semua terjadi bukan karena suatu
kebetulan, tetapi karena suatu alasan, yaitu Rencana dan Kehendak Tuhan.

Sebelum memahami tugas khusus kita kita harus menjalani tugas umum setiap orang percaya,
yaitu menyerahkan diri, mengerjakan amanat agung dan pelipat gandaan murid, sambil terus
menerus belajar dan bertumbuh untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini dalam hal
pemahaman, watak dan gaya hidup sehingga menjadi serupa dengan kristus.
Ketika tugas umum sudah kita kerjakan maka Allah akan menunjukkan tugas yang spesifik bagi
kita sesuai desain yang Ia mau untuk kita kerjakan.Allah tidak akan segan2 menunjukkan
kehendakNYa bagi kita (tentu jika terbukti bahwa kita tidak segan2 untuk terus mentaati
perintahnya).

5. Panggilan untuk menjalankan peran itu sampai selesai.(2 tim 4:6,7)

Yesus tahu kapan ia harus menyerahkan nyawanya. Paulus menyadari bahwa ia sudah dekat
dengan akhir pelayanan dan kematiannya. Mengapa? Karena ia sudah mengerjakan perannya.
Peran itu mereka kerjakan dengan tuntas, sehingga mereka tahu bagaimana Allah mendesain
hidup mereka, dan kapan selesai tugasnya.

Bagi Paulus kematian bukan kesedihan, tetapi kebahagiaan, karena ia sudah berhasil
menjalankan peran yang seharusnya ia kerjakan. Ia tidak membiarkan hidupnya mengalir seperti
air sungai, ataupun seperti sekam ditiup angin, tetapi ia mengatur sedemikian rupa, karena ia
adalah “tawanan Roh” (Kis20:22)

Peran itu membuat paulus tidak sembarangan menentukan arah hidupnya. Peran itu
mempengaruhi cara hidupnya, gaya bicaranya, caranya bersikap, keputusan akan pekerjaannya,
keputusan terhadap rumah tangganya, dan keputusan2 praktis lain supaya apa yang ia kerjakan
tidak mengganggu peran dan tugas yang ditetapkan bagi dia. Ia juga tahu apa kaitan peran itu
dengan semua kejadian dalam hidupnya, termasuk pekerjaannya, relasinya dengan orang lain
dan setiap kesenangannya.

Kesetiaan dan ketekunan dalam menerapkan semua pesan2 Tuhan membuat ia bisa
menyelesaikan tugasnya.

Lalu apa akibatnya jika orang menjalani panggilan Ilahi itu ?

1. Ia akan bersukacita. (Fil 4:11-13)Sukacita yang tidak muncul karena ia kaya, karena ia berhasil
maupun karena ia dihargai/dihormati tetapi sukacita surgawi yang muncul bukan dari hal2 yang
fana, tetapi dari Allah karena kita melakukan kehendakNya.Allah sudah cukup bagi dia.
2. Ia akan menjadi berkat. Banyak orang akan mengenal kristus karena hidupnya. Ia akan seperti
pohon, dimana banya burung akan bersarang di ranting dan dahanya, banyak orang menikmati
buahnya dan banyak orang yang berteduh dibawahnya.
3. Hidupnya akan bernilai kekal. Segala sesuatu yang sementara didunia ini akan berubah menjadi
kekal, karena sudah “dikonversikan” menjadi alat untuk mengumpulkan harta di sorga.

Tindakan praktis yang bisa kita lakukan :

1. Sudahkah kita menerima panggilan untuk menerima kasih karunia keselamatan?


2. Sudahkah kita menjauh dari keterikatan dosa? Masihkah ada dosa tersembunyi yang kita
kerjakan dan belum kita akui?
3. Apakah kita sudah terbiasa memiliki persekutuan pribadi yang karib dengan Allah?Sudahkah kita
memiliki waktu teduh pribadi dengan Allah?
4. Apakah kita memiliki kerinduan orang lain supaya diselamatkan? Sudah berapa jiwa yang kita
bawa kepada kristus?
5. Kita menjadi berkat, ataukah kita menjadi batu sandungan?
6. Sudahkah kita ketahui apa peran khusus kita ? bagaimana kita mengerjakannya?

Dody(sabda2000@telkom.net)_________________________________________4 juli2009

Anda mungkin juga menyukai