Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH :

Adisucipto atau nama lengkapnya adalah Mas Agustinus Adisucipto, Marsda


TNI (1916-1947).

Beliau lahir di Salatiga, tanggal 4 Juli 1916. Menamatkan pendidikan MULO,


AMS bagian B di Semarang dan Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Namun
di Kedokteran beliau tidak sampai tamat. Kemudian beliau mendaftarkan ke
Sekolah Penerbangan di Kalijati sampai berhasil
memperoleh Brevet Penerbang Tingkat Atas.

Pada pendudukan Jepang, Adisucipto bekerja di perusahaan bus di Salatiga.


Setelah bangsa Indonesia Merdeka beliau turut membina AURI yang
kemudian diangkat sebagai Kepala Staf AURI.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, beliau berhasil menerbangkan pesawat bekas


yang telah diperbaiki oleh tekhnisi-tekhnisi Indonesia. Penerbangan itu
merrupakan penerbangan pertama kali yang dilakukan oleh putra
Indonesia.Atas anjurannya pula, maka didirikan Sekolah Penerbang di
Maguwo Jogjakarta pada tanggal 1 Desember 1945. Karena jasa-jasanya,
beliau disebut juga sebagai Bapak Penerbang Indonesia.

Adisucipto pada masa berkarir di penerbangan, beliau pernah ditugasi ke


India dan Filipina untuk mencari tenaga pelatih dan menyewa sebuah
pesawat terbang Dakota. Bersama rekannya Abdulrahman Saleh pada bulan
Juli 1947 berangkat ke India lagi untuk menunaikan tugas. Kemudian pada
tanggal 29 Juli 1947 kembali ke Tanah Air dengan membawa obat-obatan
sumbangan Palang Merah Internasional untuk Palang Merah Indonesia.

Akan tetapi ketika mau mendarat di lapangan terbang Maguwo Jogjakarta,


pesawat yang ditumpangi Adisucipto ditembak jatuh oleh pesawat pemburu
Belanda. Beliau gugur dalam tugas dan jenasahnya dimakamkan di
Jogjakarta.

Untuk mengenang jasa-jasa serta pengorbanan, nama beliau diabadikan


pada lapangan Terbang di Jogjakarta, yakni Lapangan Udara
Adisucipto sebagai ganti Lapangan Terbang Maguwo.
http://jejaktamboen.blogspot.co.id/2012/10/adisucipto.html
http://otoshigamiiken.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-bandar-udara-
adisutjipto.html
Bandara Adisutjipto adalah bandar udara yang terletak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bandar udara Adisutjipto awalnya di bangun sebagai pangkalan udara TNI Angkatan Udara. Bandar
udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo.
Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart
pada tahun 1942.

Pada tahun 1942 kota Jogjakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di
ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang
beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta Timur yang di
pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh
Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-
pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang di
pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.

Pada tanggal 29 Juli1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda Anumerta
Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. tahun 1950 lapangan terbang Maguwo
beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya
pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama
yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff
Angkatan Udara No.76 Tahun 1952 Tanggal 17 Agustus 1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah
menjadi pangkalan udara Adisutjipto.

Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU) Republik
Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udaradengan keputusannya dan atas
persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta menjadi
pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil
yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume
penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992,
Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal
2 Januari 1993 statusnya dirubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara
Adisutjipto sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1993.

http://otoshigamiiken.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-bandar-udara-
adisutjipto.html

PERKEMBANGAN
Jumlah penumpang yang datang dan berangkat melalui Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto
Yogyakarta tahun 2016 meningkat tajam dibanding dengan tahun sebelumnya. Bahkan jumlah
penumpang jauh melampaui kapasitas yang tersedia di bandara sipil-militer ini dan jauh di atas
dari perkiraan otoritas Bandara, PT Angkasa Pura I.

General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama


mengungkapkan, tahun 2016, jumlah peminat moda transportasi udara ke Yogyakarta memang
luar biasa. Jumlah penumpang di Bandara Adisutjipto pada tahun 2016 kemarin mencapai
7.208.557 orang di tahun 2016. Pencapaian ini meningkat sebesar kurang lebih 13% jika
dibandingkan jumlah penumpang di tahun 2015 sebanyak 6.380.336 orang

"Capaian luar biasa karena sebenarnya kapasitas bandara Adisutjipto hanya 1,4 juta orang,"
tuturnya saat pemberian cinderamata kepada penumpang pertama 2017, Minggu (1/1/2017).

Menurutnya, peminat moda transportas udara di Yogyakarta menunjukkan perkembangan yang


luar biasa. Dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, jauh melebihi kapasitas bandara
yang ada. Yogyakarta sebagai destinasi wisata terkemuka di tanah air memang membawa
dampak positif bagi industri penerbangan di propinsi istimewa ini.

Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh angkutan udara memang menjadikan moda transportasi
ini sebagai puluhan utama untuk bepergian. Tidak adanya kemacetan, cepat sampai tujuan
hingga banyaknya maskapai yang menyediakan tiket penerbangan dengan harga terjangkau
memang menjadi faktor peminat moda transportasi menggunakan pesawat terbang ini.

Dari tahun ke tahun, jumlah penumpang pesawat terbang yang bepergian melalu Bandara
Adisutjipto mengalami peningkatan. Tahun 2016 kemarin, jumlah penumpang meningkat sektiar
13% dibanding dengan tahun sebelumnya. Tren kenaikan tersebut seiring dengan tumbuhnya
industri pariwisata di wilayah ini. "Apalagi rute yang ditawarkan semakin banyak. Sehingga
peminatnya selalu bertambah," tuturnya.

Jumlah penumpang tahun 2016 kemarin memang di luar prediksi mereka di awal tahun. Karena
sebenarnya PT Angkasa Pura I hanya memprediksi jumlah penumpang di bandara ini selama
setahun sekitar 6,7-6,8 juta. Namun ternyata jumlah penumpang 2016 menembus angka di atas
7,2 juta penumpang.

Menurut Agus, jumlah tersebut sebenarnya sudah sangat maksimal mengingat keterbatasan
kapasitas bandara. Ukuran bandara yang kecil saat ini memang tidak mampu lagi untuk
dimaksimalkan. Berbeda dengan Bandara Adisumarmo Solo yang mampu meningkat drastis
jumlah penumpangnya. "Kalau di Solo itu bisa meningkat lebih 50 persen," tambahnya.

Communication and Legal Division Head PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Liza Anindya
menambahkan, jumlah penumpang tahun 2016 kemarin memang jauh di atas perkiraan.
Bahkan, asumsi PT Angkasa Pura I di mana jumlah penumpang sekitar 6,8 juta sudah tercapai
pada bulan November yang lalu. "Luar biasa, tak hanya jumlah penumpang, kargo pun
mengalami peningkatan,"ujarnya.
https://ekbis.sindonews.com/read/1167442/34/2016-penumpang-bandara-
adisutjipto-tembus-72-juta-orang-1483285276
ECO AIRPORT

Pengertian dan Penerapan Eco-Airport

Eco airport adalah airport atau bandara yang ramah lingkungan (friendly
environment), yaitu memanfaatkan sumber-sumber lingkungan yang ada
dengan dampak kerusakan dan/atau gangguan lingkungan seminimal
mungkin,
Merujuk pada Sustainable Ariport Landscaping Section 02905 (SALS 02905),
Workshop Penerapan Ecoairpot 21-22 Okt 2009, Parafield Ariport Limited
Landscape Guidelines (..) disebutkan bahwa lansekap yang lestari
(sustainable) adalah lansekap yang mencerminkan karakteristik geograf
wilayahnya dan mudah dalam pengelolaannya,
Penerapan eco airport pada konsep disain landscape bandara Soekarno-Hatta
adalah

Lansekap tropis dengan karakteristik Indonesia ,

Terwujudnya kenyamanan secara visual (aesthetically pleasing)


maupun termal (mikro climate) ,

Low maintenance,

Konsep eco-airport diharapkan bisa membantu mengurangi emisi


karbondioksida (CO2) dari sektor penerbangan yang berkontribusi 2
persen terhadap perubahan iklim

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan seluruh pengelola


bandara internasional, baik PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, maupun Kepala
Bandara Unit Pelaksana Teknis (UPT), untuk segera mengimplementasikan konsep
bandara ramah lingkungan (ecological airport/eco-airport).

Instruksi tersebut dituangkan melalui surat nomor AU. 105/1/4/DRJU-212 yang


diteken Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti Singayuda Gumay pada 5
Maret 2012.

Konsep eco-airport diharapkan bisa membantu mengurangi emisi karbondioksida


(CO2) dari sektor penerbangan yang berkontribusi 2 persen terhadap perubahan
iklim.

Direktur Bandara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Ignatius Bambang Tjahjono


mengungkapkan, pihaknya terus menggenjot implementasi eco-airport di seluruh
bandara di Tanah Air karena implementasi konsep eco-airport menjadi sangat
penting karena permasalahan lingkungan di tahun-tahun mendatang akan jadi
sorotan dari banyak pihak, terutama pemerhati lingkungan hingga Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH).
"Kontribusi emisi karbon sektor penerbangan terhadap perubahan iklim saat ini 2
persen dan pada 2050 menjadi 3 persen. Itu dengan asumsi trafk tumbuh 5 persen
per tahun, padahal realisasi 15-17 persen per tahun. Kepala Negara sudah
canangkan penurunan emisi karbon seluruh sektor 26 persen dan jika dibantu
negara lain bisa 41 persen pada 2020. Konsep eco-airport diharapkan bisa
membantu upaya itu," kata dia di Jakarta, hari ini.

Dalam implementasi eco-airport untuk pengurangan emisi karbon, kata Bambang,


di antaranya dengan melakukan penanaman pohon, material gedung ramah
lingkungan, menghimbau agar maskapai penerbangan menggunakan pesawat-
pesawat jenis baru, mengusahakan mobil-mobil di wilayah apron menggunakan
biofuel, serta jangka panjang operasional listrik bandara dialihkan dengan tenaga
panel surya (solar cell) yang juga bisa menghemat biaya operasional bandara.

Saat ini, konsep eco-airport baru dikembangkan di lima bandara, yakni Soekarno
Hatta (Jakarta), Juanda (Surabaya), Ngurah Rai (Denpasar), Hang Nadim (Batam),
dan Sultan Mahmud Badarudin II (Palembang). Pengembangan eco-airport didahului
dengan dibentuknya Eco-Airport Council di masing-masing bandara.

Menurut Bambang, pihaknya terus berkomitmen menambah jumlah bandara


dengan eco-airport dari saat ini hanya lima bandara, meski tidak memasang target.
Dari data Kemenhub, total bandara di Indonesia sebanyak 233 unit, namun yang
sudah memiliki dokumen lingkungan (AMDAL, UKL-UPL DPPL, dan DELH) baru 37
unit dengan lima di antaranya sudah merintis eco-airport dan 196 unit lainnya
tanpa dokumen lingkungan. Ke-196 bandara itu tengah memproses pengesahan
dokumen lingkungan kepada KLH.

"Sekitar 196 bandara bukan tidak memiliki dokumen lingkungan, tetapi sudah
dibuat dokumennya namun belum disahkan oleh KLH. Umumnya, bandara-bandara
itu adalah bandara kecil, perintis, dan dibangun pada zaman penjajahan Belanda
yang memang tidak mengharuskan adanya dokumen lingkungan," kata dia.

Bambang mengatakan, Eco-Airport Council bertugas memeriksa dokumen


lingkungan hidup yang dimiliki bandara, apakah dokumennya dilaksanakan atau
tidak. Dari dokumen yang sudah disahkan oleh KLH, setiap enam bulan sekali
dilaksanakan pemeriksaan apakah dokumen di dalamnya sudah dilaksanakan atau
belum.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti Singayuda Gumay mengatakan


tugas dari Kantor Otoritas Bandara adalah melaksanakan pengaturan, pengendalian
dan pengawasan penerbangan bandar udara termasuk bidang pelestarian
lingkungan hidup bandar udara.

Ada lima bandara yang sudah punya Eco-Airport Council sebagai awal dari
terciptanya eco-airport. Kelima bandara itu harus segera menyusun dan
menetapkan Airport Environment Plan dan melaporkan pelaksanaannya ke kami,
kata dia di Jakarta, hari ini.

Eco-Airport Council diketuai oleh Kepala Bandara untuk bandara-bandara UPT di


bawah Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub dan untuk bandara yang dikelola oleh
PT Angkasa Pura 1 dan II diketuai oleh Kepala Cabang Bandara.
FASILITAS DAN INFRASTRUKTUR

FASILITAS LAYANAN BARU DI BANDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

Yogyakarta (29/04) - Ada yang tampak baru dari pelayanan di Bandara Adisutjipto. Penumpang
dapat menikmati dua unit kendaraan ramah lingkungan Golf Car sebagai Shuttle Car for Free
yang difungsikan sebagai fasilitas layanan untuk membantu para penumpang dari dan ke
Terminal A dan Terminal B.

"Alhamdulillah kendaraan ini sangat membantu, terlebih lagi penumpang seperti saya, barang
bawaan banyak dan saya sedang tidak bisa banyak berjalan karena cidera kaki," jelas Wahyu,
penumpang yang turun di area drop zone Terminal A hendak menuju ke Terminal B.
Golf Car ini mampu mengangkut 3 orang penumpang (dewasa) beserta bawaanya dengan
maksimal beban pada kendaraan yaitu 454 kg. Selain itu, mobil ini merupakan kendaraan Eco
Car yang ramah lingkungan karena tidak mengeluarkan emisi. Penumpang dapat menemukan
shuttle car di area setelah drop zone Terminal A, dari jadwal penerbangan pertama hingga
penerbangan terakhir.

Sumber: http://adisutjipto-airport.co.id/det...pto-yogyakarta

KETERANGAN

Bandar Udara Internasional Adisutjipto


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto

Lambang Lanud
Negara Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unit Pangkalan Udara Militer
Komando Pembinaan Doktrin,
Bagian
Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan
dari
Udara
Moto "Prayatna Kerta Gegana"
Situs web www.tni-au.mil.id
Bandar Udara Internasional Adisutjipto
Adisutjipto International Airport
IATA: JOG ICAO: WAHH
Informasi
Jenis bandara Publik/Militer
Pengelola PT Angkasa Pura I
Melayani Yogyakarta
Desa Maguwoharjo, Kecamatan
Lokasi Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta

Garuda Indonesia
Kota fokus untuk
NAM Air

Ketinggian MDPL 350 kaki (107 m)


074717LU
Koordinat 1102554BTKoordinat:
074717LU 1102554BT
Situs web adisutjipto.ap1.co.id
Peta

JOG
Lokasi di Jawa
Landas pacu
Panjang
Arah Permukaan
ft m
09/27 7.217 2.200 Aspal
09R/27L 4.385 1.337 Rumput
Statistik (2011)
Sumber: Daftar bandar udara tersibuk di Indonesia

Bandar Udara Internasional Adisutjipto atau Adisucipto (


bahasa Jawa: 'Papan Anggegana
Internasional Adisutjipto') (IATA: JOG, ICAO: WAHH) adalah bandar udara utama yang
melayani daerah Yogyakarta di Jawa, Indonesia.

Daftar isi
1 Sejarah

2 Penerbangan internasional

3 Maskapai

4 Angkutan umum

5 Referensi

6 Lihat Juga

Sejarah
Bandar Udara Adisutjipto dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada
Maguwoharjo. Pangkalan udara Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh
Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.

Pada tahun 1942 kota Jogjakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di
ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia Belanda. Bulan November 1945 lapangan
terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jogjakarta
Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di
ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan Udara untuk
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk
operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di
Maguwo yang di pimpin oleh Agustinus Adisutjipto.

Pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda
Anumerta Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat Belanda. Pada tahun 1950
lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada
AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo
mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU.
Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952. Tanggal 17 Agustus
1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara Adisutjipto.

Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi Angkatan Udara (AAU)
Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan keputusannya
dan atas persetujuan Angkatan Udara Indonesia, Pelabuhan Udara AdiSutjipto Jogjakarta
menjadi pelabuhan udara Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan
Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi
karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP
Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan
Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya diubah menjadi PT (PERSERO)
Angkasa Pura I.

Penerbangan internasional
Bandara Adisucipto menjelma menjadi bandara internasional pada tanggal 21 Februari 2004.
Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan
selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November
2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional.

Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan
menghadirkan Air Asia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala
Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan
mengoperasikan Boeing 737-400.

Bulan April 2008, Air Asia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari.

Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta -
Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

Maskapai
Jumlah penumpang pesawat terbang yang naik maupun turun di Bandar Udara Internasional
Adisutjipto, Yogyakarta, sepanjang 2016 meningkat sekitar 13 persen dibanding 2015.
Penumpang yang tercatat pada penghujung tahun 2916 berjumlah 7.208.557 orang. Sedangkan
tahun 2015, tercatat 6.380.336 orang. Berikut ini adalah maskapai yang melakukan penerbangan
langsung dari Yogyakarta:

Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke Templat:Airport-dest-list.


(Diskusikan)
Diusulkan sejak October 2015.
Maskapai Tujuan Terminal
AirAsia Kuala LumpurInternasional B
JakartaHalim Perdanakusuma, JakartaSoekarno
Batik Air A
Hatta
Maskapai Tujuan Terminal
Balikpapan, JakartaHalim Perdanakusuma, Jakarta
Citilink A
SoekarnoHatta, Pekanbaru
Garuda Indonesia Denpasar/Bali, JakartaSoekarnoHatta, Makassar A
Garuda Indonesia
dioperasikan oleh Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Malang, Surabaya A
Explore dan Explore Jet
JakartaSoekarnoHatta, Kuala LumpurInternasional,
Indonesia AirAsia B
Medan, Singapura
Indonesia AirAsia X Denpasar/Bali B
Balikpapan, Bandung, Banjarmasin, Batam, Denpasar/Bali,
Lion Air A
JakartaSoekarnoHatta, Makassar, MataramLombok
NAM Air Denpasar/Bali, Palembang, Pontianak B
Silk Air Singapura B
Balikpapan, JakartaSoekarnoHatta, Makassar, Malang,
Sriwijaya Air B
Surabaya
Wings Air Bandung, Malang, Surabaya A
XpressAir Palembang, Pontianak B

Angkutan umum
Trans Jogja 1A Prambanan-Adisucipto-JEC

Trans Jogja 1B Adisucipto-JEC-Condong Catur

Trans Jogja 3A Giwangan-Adisucipto-Jokteng Kulon

Trans Jogja 3B Giwangan-Adisucipto-Kotagede

DAMRI Adisucipto-Kebumen

DAMRI Adisucipto-Magelang

DAMRI Adisucipto-Purworejo

Kereta api Prambanan Ekspres Kutoarjo-Yogyakarta-Lempuyangan-Maguwo-Klaten-


Solo

History
A Garuda Indonesia Boeing 737 NG with new livery at Adisutjipto International Airport,
Yogyakarta, Indonesia. (2010)

Adisutjipto Airport was preceded by a landing ground at Maguwo which was used before and
during the Second World War. It is named after Agustinus Adisucipto, a pilot who was killed
during an attack on Maguwo by the Dutch on 29 July 1947, when his flight, the Dakota VT-CLA,
was shot down.

The airport was heavily damaged by the 2006 Yogyakarta earthquake and had to be closed for
two days. Some parts of the runway were cracked, and the departure lounge collapsed. Most
flights were canceled or rerouted to Adisumarmo International Airport, Solo. After the airport
returned to service on 30 May 2006, all passengers used the international lounge until the new
domestic departure lounge was ready. During this period, passenger comfort was affected as the
international lounge was designed only for about 100 passengers at a time.

The airport was closed for several days due to the 2010 Mount Merapi eruption as the volcanic
ash could endanger the safety of flights. During this period, passengers were diverted to
Adisumarmo International Airport in Solo, Achmad Yani International Airport in Semarang, or
transferred to another mode of transportation to the city of Yogyakarta.

International routes

Adisutjipto Airport's Entrance

Before Adisutjipto became an international airport, Yogyakarta relied on Bali and Jakarta for its
international flights. It became an international airport on 21 February 2004 with the first flight,
to Kuala Lumpur, Malaysia, operated by the Indonesian flag carrier Garuda Indonesia. This was
the successful conclusion to the city's efforts of over 30 years to have its own international
airport. One month later, Garuda Indonesia operated its second international flight, to Singapore.
Due to low demand, Garuda Indonesia ceased international flights from the airport on November
2006.

International flights resumed on 30 January 2008 when AirAsia began to fly the Yogyakarta
Kuala Lumpur route using Airbus 320 aircraft. From 1 February 2008, Malaysia Airlines started
to serve the YogyakartaKuala Lumpur route operating Boeing 737-400 aircraft but ceased
operation in 2011.

In April 2008 AirAsia raised the frequency of its YogyakartaKuala Lumpur flights from four
times weekly to daily.[1] In December 2008, Garuda Indonesia resumed its YogyakartaSingapore
flight, operating three times weekly but ceased in 2009. AirAsia started to fly a Yogyakarta
Singapore flight on 24 March 2009, operating daily.

Development

Adisutjipto Airport's Domestic Departure Lounge

Adisucipto is being redeveloped to cope with the increasing number of passengers. The location
of this airport is unusual since the terminal is only about 10 meters from a railway line. A long-
range plan has been developed to build Adisucipto as a "fused terminal" by building a railway
station and bus terminal in the airport. There is still a problem of limited availability of land. An
underpass connecting the terminal building and a new parking lot (to the north of the railway)
has been completed. The construction of the new Maguwo Station to the north of the airport has
also been completed.

In August 2015, a new Terminal B was open for operation. The new terminal handles all
international traffic and the domestic service of some low-cost carriers.

There are plans to lengthen the runway by 300 metres (980 ft) to the east. The runway will then
be 2,500 metres (8,200 ft) in length. Plans also call to widen the apron so that it will be able to
handle 11 Boeing 737-400s and 2 Boeing 767-300ERs, and expansion of the terminal. Currently
the airport has a secondary taxiway beside having a primary taxiway to the south of the apron.
It's to the east of the apron. This taxiway is used to link runway 27 with the apron.

New airport (New Yogyakarta International Airport)


The limited availability of land around the airport and overcapacity caused the government to
plan to relocate the airport to Temon in Kulon Progo Regency.[2] PT Angkasa Pura I and
Yogyakarta provincial government has decided to build the new airport in Kulonprogo (include
the airport city). It will be built without central government funding and will be built by joint
venture between PT Angkasa Pura I and GVK Group from India with 51 and 49 percent shares,
respectively.[3] The new airport can accommodate up to 30 million passengers per year and
expected to boost the tourism economy, trade and industry Yogyakarta. It will be completed in
2019 and fully operated beginning in 2020.

Airlines and destinations

Wings Air ATR 72-500

Garuda Indonesia Boeing 737-400


Airlines Destinations Terminal
AirAsia Kuala LumpurInternational B
Batik Air JakartaHalim Perdanakusuma, JakartaSoekarno Hatta A
Balikpapan, JakartaHalim Perdanakusuma, JakartaSoekarno
Citilink A
Hatta, Pekanbaru
Garuda Indonesia Denpasar/Bali, JakartaSoekarnoHatta, Makassar A
Garuda Indonesia
operated by Explore Balikpapan, Makassar, Surabaya A
and Explore Jet
JakartaSoekarno Hatta, Kuala LumpurInternational,[4] Medan,
Indonesia AirAsia B
Singapore
Balikpapan, Bandung, Batam, Banjarmasin, Denpasar/Bali,
Lion Air A
JakartaSoekarno Hatta, MataramLombok, Makassar
NAM Air Denpasar/Bali, Palembang, Pontianak B
Silk Air Singapore B
Airlines Destinations Terminal
Balikpapan, Bandar Lampung,[5] JakartaSoekarno Hatta,
Sriwijaya Air B
Makassar, Surabaya
Wings Air Bandung, Surabaya A
XpressAir Pontianak, Palembang B

Adisucipto Connectivity Map

Statistics
Adisucipto International Airport is one of the busiest in the JavaBali region. It has faced a
growing trend in passengers over the past decade. The table below is based on data from PT
Angkasa Pura I, who is responsible for management of the airport.[6]

Total Cargo Aircraft


Year
passengers (tons) movements
2001 806,744 2,066,649 11,505
2002 917,714 2,602,279 12,010
2003 1,481,022 3,712,441 17,052
2004 2,442,915 8,307,448 27,102
2005 2,558,262 11,267,961 25,961
2006 2,564,144 9,667,944 23,050
2007 2,598,549 10,528,329 22,559
2008 2,793,769 11,627,950 24,150
2009 3,368,228 11,209,411 37,894
2010 3,690,350 12,307,346 46,457
2011 4,292,156 12,850,482 51,216
2012 4,998,028 13,717,769 58,129
2013 5,775,947 14,819,926 64,519
2014 6,236,578
2015 6,380,336
2016 7,208,557

Ground transportation
Bus
Shuttle buses serve several destinations from Adisucipto Airport; it is served by a bus operator
Damri. These fares are valid as of July 20, 2016.

Service Destination Fare


Adisucipto Airport Bus
Damri Kebumen (Hotel Patra) IDR 60,000
Damri Magelang (Hotel Wisata) IDR 50,000
Damri Purworejo (Pool Damri) IDR 50,000
Damri Wonosari IDR 50,000
Damri Secang IDR 60,000
Damri Temanggung IDR 70,000
Damri Borobudur IDR 75,000
Damri Borobudur IDR 85,000

Trans Jogja, a bus rapid transit (BRT) of Yogyakarta opened several routes passing through the
Adisucipto Airport which connects passengers to destinations around Yogyakarta, along with
other Trans Jogja routes.

Service Route Notes


Trans Jogja City Bus
Trans Jogja Prambanan Bus Terminal Adisucipto Airport Tugu Station Malioboro
Line 1A Jogja Expo Center (JEC)
Trans Jogja Prambanan Bus Terminal Adisucipto Airport- Jogja Expo Center (JEC)
Line 1B General Post Office Pingit Gadjah Mada University
Trans Jogja Giwangan Bus Terminal Jokteng Kulon Pingit MM Gadjah Mada
Line 3B University Yogyakarta Northern Ring Road Adisucipto Airport Kotagede

Car and taxi

Located in Solo Road km. 9 which connects Adisucipto Airport to Yogyakarta city center and
also Solo. There is extensive car and motorcycle parking space available. Car rental and taxis are
available.

Rail

Adisucipto Airport is connected with Maguwo Station. Maguwo Station is equipped with
underground tunnel which connects passengers to the airport. This station is served by Prameks
(Prambanan Ekspress) commuter serving Kutoarjo-Yogyakarta-Solo Balapan-Palur corridor,
Madiun Jaya Ekspress and Madiun Jaya serving Madiun-Yogyakarta, and Sriwedari (running
between Yogya and Solo, substituting missing Prameks schedules).

Accidents and incidents


On 13 January 1985, a Vickers Viscount PK-RVT of Mandala Airlines was damaged
beyond economic repair after it made a belly landing.[7]

On 13 January 1995, Garuda Indonesia's Boeing 737-300 PK-GWF overran the runway
by about 50 meters due to the runway being wet with rain. There were no casualties.

On 7 March 2007, Garuda Indonesia Flight 200, a Boeing 737-400 PK-GZC, crash-
landed and burst into flames upon landing from Jakarta. 21 passengers and a crew
member were killed in this accident. This was the first fatal incident at Adisucipto
Airport/AFB.

On 20 December 2011, Sriwijaya's Boeing 737-300 PK-CKM overran the runway as it


was not on a stabilized landing criteria and came in too fast. Flight SJ 230 had no
casualties.[8]

On 6 November 2015, Batik Air flight 6380, a Boeing 737-9GP(ER) PK-LBO, overran
the runway on landing by 100 meters which caused the nose gear to collapse. No
casualties were reported.

On 1 February 2017, Garuda Indonesia Flight 258, a Boeing 737-800 registered PK-GNK
overran the runway. All 123 passengers on board survived.[9]

Beside those accidents, there are some other minor incidents mainly because of landing in rain
but without any casualties.

References
1.

www.airasia.com[permanent dead link]


"Yogyakarta to get new airport". 26 February 2012. Archived from the original on 16
June 2012.
"Kulonprogo menjadi lokasi bandara internasional". 4 June 2012.
http://www.routesonline.com/news/38/airlineroute/270810/indonesia-airasia-expands-
kuala-lumpur-routes-from-jan-2017/
https://agent.sriwijayaair.co.id/SJ-Eticket/login.php?action=in
Statistik LLAU Angkasa Pura I. Retrieved on 5 December 2011. (Indonesian)
"Accident description". Aviation Safety Network. Retrieved 8 October 2009.
http://avherald.com/h?article=447f70f9/0000&opt=0 Final Report Flight SJ230
http://www.thejakartapost.com/news/2017/02/01/garuda-aircraft-skids-off-runway-in-
yogyakarta.html

Anda mungkin juga menyukai